MINGGU 06 NOVEMBER 2022, KHOTBAH KELUARAN 16:13-21 (MINGGU SETELAH TRINITATIS)

Invocatio        : Amsal 14:30

Epistel/Ogen   : Ayub 2:7-10 ( Tunggal)

Khotbah         : Keluaran 16:13-21

Tema              : Ambilah seperlunya (buat asa perluna)


 

Pengantar

Ada pepatah mengatakan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula. Dari arti pepatah ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh jasmani dan rohani. Di minggu kesehatan ini, kita kembali diingatkan bagaimana harusnya menjaga keseimbangan dalam hidup. Seperti ungkapan bijak mengatakan: masih muda cari harta korbankan kesehatan, setelah tua korbankan harta mencari kesehatan, bukankah ini namanya hal yang sia-sia. Untuk itu mari belajar bersama, merenungkan kembali akan tujuan Allah menciptakan kita untuk satu tujuan yang sangat indah agar kita menerima anugerah yang sempurna.

Pendalaman Nats Khotbah Keluaran[1] 16:13-21, Epistel Ayub 2:7-10 dan Invocatio Amsal 14:30

Keluaran 16:13-21, Dalam cerita mengenai manna dan burung puyuh dalam kitab ini terpelihara beberapa unsur dari tradisi Yahwist walaupun seluruh tradisi ini secara menyeluruh berasal dari tradisi para imam. Hal ini dapat kita lihat dari aturan yang sangat ketat mengenai pemungutan manna yang harus sesuai dengan hukum hari sabat. Kenyataan bahwa manna dan burung puyuh dalam cerita ini dibicarakan bersama-sama menimbulkan persoalan. Sebab manna dihasilkan oleh sejenis serangga yang hidup atas sejenis semak tamaris dan hanya terdapat didaerah tengah semenanjung Sinai. Manna itu dikumpulkan selama bulan-bulan Mei-Juni.[2] Sebaliknya disekitar bulan September burung puyuh yang terbawa oleh angin dari sebelah barat dan kecapaian karena perjalanannya kembali dari eropa melalui laut tengah dalam jumlah besar mendarat di daerah pantai sebelah utara semenanjung Sinai (bnd. Bil. 11:31). Kemungkinan perbedaan ini dapat terjadi (pasal 16), barangkali menggabungkan tradisi-tradisi yang masing-masing berasal dari dua kelompok orang Israel yang meninggalkan negeri Mesir pada waktu yang berbeda dan yang menempuh jalan yang berbeda pula.[3] Seperti yang dituturkan Wismoady Wahono, semua peristiwa yang adiceritakan dalam kitab Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Bagi bangsa Israel di Kanaan, semuanya itu sudah lewat. Mereka hanya menerima cerita tentang semua hal itu dan tidak pernah mengalaminya sendiri. Cerita itu disampaikan turun-temurun dan dihidupkan kembali melalui ibadah-ibadah keluarga dan persekutuan. Cerita-cerita tersebut menuturkan kembali karya-karya kuasa Allah yang ajaib bagi bangsa Israel.[4] Berdasarkan ceirta ini kita dapat melihat maka Allah tetap mengatur kehidupan bangsa-Nya dengan sempurna. Hal ini dapat kita lihat di ayat 21, setiap pagi Allah memerintahkan mereka untuk mengambil cukup untuk setiap hari supaya mengajar umat itu bahwa keberadaan mereka sehari-hari sepenuhnya bergantung pada karunia-Nya.[5] Walaupun demikian bangsa ini tetap saja bersungut-sungut. Apa yang diperintahkan untuk mengambil seperlunya saja, mengingatkan akan keyakinan kita akan pemeliharaan Allah dalam hidup kita, terkadang kita takut bahwa hari esok tidak lagi memberikan kesejahteraan bagi kita, sehingga kita menghabiskan pikiran, tenaga kita untuk hari esok. Sadar atau tidak sadar apa yang dialami oleh bangsa Israel dalam nats ini mengajarkan bahwa sumber penyakit bisa terjadi karena rasa takut akan apa yang kita dapat dan apa yang akan kita makan, sehingga yang terjadi adalah kerakusan dan mementingkan diri sendiri. Yang akhirnya membawa penderitaan yang bersumber dari penyakit yang timbul dari pikiran, makanan, dan perselisihan.

 Ayub 2:7-10, dalam nats ini kita dapat melihat bagaimana luarbiasanya penderitaan Ayub. Mulai dari kehilangan harta benda,anak-anak, sekujur tubuhnya kena penyakit yang menjijikan dan ditinggal oleh istrinya. Kesetian Ayub melampaui penderitaannya yang dasyat. Ayub mengungkapkan kesetiannya dalam kata-kata yang sungguh indah. Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah , tetapi tidak mau menerima yang buruk. Ditengah penderitaannya, ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, dia tetap beriman kepada Allah.

Dan di dalam invocatio Amsal 14:30 kita dapat melihat perbandingan orang yang pintar dan bodoh. Terlebih bagaimana menjaga diri melaui pikiran yang sehat.

Hubungan antara ketiganya, baik khotbah, epistel dan invocatio

Orang yang pintar tentu mengetahui apa yang menjadi tujuan hidupnya, memang penderitaan tak akan luput dari hadapannya tetapi pemeliharaan Allah pada umatNya akan membawa sucakita. Yang menjadi pertanyaan Bagaimana kita menghargainya ? bagaimana kita menjaga agar tetap terjadi keseimbangan antara jasmani dan rohani kita? Dan jangan kuatir akan hari besok.

Pointer khotbah/kesimpulan

  • Mengingat maka tanggal 12 Nopember kita memperingati hari kesehatan nasional dan secara internasional kita memperingatinya pada tanggal 7 Nopember.
  • Melihat cara pandang Allah dalam memelihara kita, artinya Tuhan tahu apa yang kita perlukan, seperti firmanNya dalam Matius 6:34, “sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri”.
  • Ambilah seperlunya (buat asa perluna) adalah tema yang sangat manis untuk di perbicangkan mengingat, akan situasi bagaimana mencukupkan diri terlebih dalam mempersiapkan diri di masa krisis energi, kesehatan dan pangan saat ini. Tidak banyak orang yang mampu untuk menjaga keinginan dan hawa nafsu dunia.
  • Mengingat perkataan Johanes Calvin, hidup kita harus berlandaskan hidup berhemat dan menabung dalam rangka memperkaryakan rahmat Allah di dunia. Karena hidup kita adalah teaterium dei atau panggung kesaksian.

Pdt. Walder Mazmur Ginting,M.Th-Runggun Karawang

 

[1] Kata keluaran adalah terjemahan dari bahasa Yunani exodus keluar (kel.19:1), nama yang diberikan kepada kitab itu dalam septuaginta. Kitab ini berpusatkan pada dua peristiwa penting, yaitu pembebasan orang Israel dari perbudakan di Mesir melalui karya penyelamatan allah yang penuh kuasa di laut teberau dan pengukuhan diri-Nya sebagai Tuhan mereka melalui perjanjian di gunung Sinai. Lih. Lasor, Pengantar perjanjian Lama 1, hal.190.

[2] Bodenheimer, 1981,hal.76-80)

[3] Andrew E Hill & John H Walton, Survei Perjanjian Lama,Gandum Mas,2008,168.

[4] Wismoady wahono,S, Disini kutemukan, BPK-GM,2000,100-101

[5] Alkitab Penuntun, Gandum mas, Malang, hal.122

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD