Minggu 22 September 2019, Matius 5:21-26

Invocatio :

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya (Yesaya 32:17)

Bacaan :

Mazmur 85:10-14 (Tunggal)

Tema :

Berdamai Bukti Beribadah (Erdame tanda Ersembah)

 

Pengantar
Syair lagu berirama gurun pasir, “Perdamaian-perdaiaman, banyak orang suka damai tetapi perang makin ramai” Mengapa demikian ? karena banyak orang beranggapan bahwa “Damai” itu milik pribadi, bukan milik bersama. Masing-masing memperjuangkan damai untuk dirinya sendiri, mereka terjebak menjadi manusia ogiosme, menjanjah dan merusak kedamaian orang lain. Banyak orang yang berjuang mendapatkan kedamaian tetapi justru perusak kedamaian itu sendiri. Manusia saling menjajah dan menyakiti dengan alasan mendapatkan kedamaian bagi dirinya sendiri, terjadilah perang yang mengakibatkan penderitaan dan kerugian besar.

Minggu ini kita mengikuti “ Ibadah Perdamaian”, mari sejenak merenungkan kehidupan kita, apakah diri kita sudah menjadi pribadi yang membawa Damai ? atau sebaliknya dengan sadar atau tidak sadar kita sering menjadi pribadi “perusak kedamaian”. Mari kita tumbuhkan “outo kritik” dalam diri kita, bagaiman sikap kita dalam rumah tangga, lingkungan masyarakat dimana kita tinggal, di tempat pekerjaan dan juga dalam gereja ?

Sebelum kita menjadi pribadi yang membawa damai, mari kita selidiki hati kita apakah kita memang sudah merasa damai, karena hampir mustahil “orang bisa membawa damai sementara hatinya sendiri tidak damai”, mari kita renungkan masih adakah luka-luka di hati kita oleh goresan perkataan dan perbuatan orang lain ? atau ada perasaan bersalah, penyesalan tetapi belum kita katakan kepada orang yang kita sakiti ? Segeralah berdamai, minta maaf dan memafkan adalah cara yang paling mujarap bagi terapi jiwa.

Tema kita minggu ini jelas mengatakan bahwa sia-sia kita beribadah kalau kita masih menyimpan kebencian, tidak benar kita beribadah jika masih memelihara perselisihan dan pertikaian, karena bukti atau tanda seseorang beribadah ialah “Berdamai”
Mau berdamai ? Mau ?
Mari kita belajar dari Firman Tuhan yang menjadi renungan kita Minggu ini

Pendalaman Nats

Renungan kita Minggu ini diangakat dari bagian Khotbah Yesus di Bukit. Bagian Alkitab yang paling dikenal dari seluruh pengajaran Yesus.Petunjuk hidup yang harus di lakukan oleh pengikutNya. Dapat dikatakan bahwa kunci Khotbah di Bukit adalah Mat.6:8 “Janganlah engkau seperti mereka” hal ini sejajar dengan panggilan orang Israel sebelum memasuki tanah Kanaan, “janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan “ ( Im.18:3), hal ini juga sangat di tekankan oleh Paulus, supaya orang Kristen tidak sama dengan dunia ini (bd.Rm 12:2). Hidp kekristenan itu harus tampil beda, inilah yang digelar sepanjang Khotbah Yesus di atas Bukit. Tabiat warga kerajaan Allah harus berbeda total dengan tabiat orang umum. Warga kerajaan sorga harus bersinar laksanapelita-pelita dalam kegelapan malam. Kebenaran mereka harus melebihi kebenaran ahli taurat dan orang Farisi baik dalam prilaku susila maupun dalam ketakwaan. Kasih sayang mereka harus lebih besar, hasrat dan cita-cita mereka harus lebih luhur dari semua oarang.

Kekontrasan hidup yang diajarkan oleh Tuhan Yesus jelas melalui ucapan-ucapan bahagia, mislanya berbahagialah orang yang miskin, berbahagialah orang yang berduka, sangat berbeda dengan ajaran dunia, pada umumnya “kunci” mendapatkan kebahagiaan adalah kekayaan dan tanpa masalah. Pada umunya manusia hidup saling menghormati dan memberi salam kepada orang yang punya hubungan baik dengannya, tetapi orang Kristen diperintahkan untuk mengasihi musuh-musuhnya (Mat. 5:44-47).

Salah satu cara untuk menciptakan perdamaian dan memutus tali perseteruan adalah “mengasihi musuh atau membalas kejahatan dengan kebaikan.” Mengasihi musuh mebuat kita bebas dari “amarah dan angkara murka” yang merupakan bibit pertengkaran dan pembunuhan.

Ay. 21-22. Sumber Pertengkaran dan Pembunuhan
Di Pasal 5 ayat 17, Yesus berkata : Aku datang bukan meniadakan Hukum Taurat dan Kitab nabi-nabi, melainkan untuk menggenapinya. Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini
1. Yesus dan Hukum Taurat merupakan 2 sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, Yesus Jalan keselamatatan sedangkan Hukum Taurat adalah petunjuk untuk mendapat keselamtan. Petunjuk tanpa jalan kita tidak akan sampai ke tujuan, sebaliknya jalan tanpa petunjuk membuat kita tersesat.
2. Hukum Taurtat adalah teori keselamatan yang membutuhkan cara untuk melakukannya. Atau bisa kita gambarkan seperti seorang ibu yang membuat roti, Hukum Taurat adalah Bahan-bahannya, sedangkan Yesus adalah petunjuk cara membuatnya. Seberapa banyak dan mahalnya pun bahan-bahan untuk membuat makanan tidak akan berguna kalau kita tidak tahu mengolahnya. Sama seperti Hukum Taurat merupakan Undang-undang yang sempurna karena langsung diberikan Tuhan kepada Musa, tetapi tidak akan ada gunanya kalau tidak tahu cara mempraktekkannya. Orang Yahudi, Saduki Farisi bahakan Ahli-ahli Taurat di sesatkan oleh Taurat itu sendiri karena dia tidak tahu bagaiman cara memperlakukannya, mereka terjebak pada istilah “manusia untuk hukum Taurat”. Kedatangan Yesus ke dunia untuk menggenapi Hukum Taurat sehingga istilahnya berubah menjadi :’” Hukum Taurat untu Manusia”

Pengajaran Yesus tentang jangan membunuh, yang sebelumnya bagi pandangan ahli-ahli Taurat secara harafiah “mencabut nyawa”, sehingga mereka mengajarkan siapa yang membunuh harus di hukum. Sedangkan Yesus berbicara tentang yang tidak kelihatan yang menjadi “sumber” terjadinya pembunuhan, yaitu “amarah”. Amarah mengandung potensi yang sangat dahsyat mendatangkan “kematian (baca : pembunuhan). Amarah yang tidak tersalur bisa membunuh orang yang marah itu sendiri disisi lain amarah yang tersalur bisa membunuh objek yang dimarahi.

Demikian ngeri amarah itu sehingga Yesus mengatakan “siapa yang marah terhadap saudaranya harus dihukum”. Kita sering mendengar istilah tindakan Prefentif dan Persuasif, atau istilah kedeokteran “mencegah lebih baik dari mengobati” hal inilah yang diajarkan oleh Yesus supaya tidak terjadi pembunuhan, kita harus memelihara hati kita supaya tidak dipenuhi oleh amarah.

Yesus menhajarkan supaya apengikutnya harus menjaga hati dan mulut, karena siapa yang mengatakan saudaranya kafir harus di hukum dan siapa mengatakan orang lain jahil akan dimasukan kedalam neraka yang menyala-nyala.

Ay. 23-26. Berdamai Syarat Beribadah
Yesus adalah sosok yang rindu kedamaian, bahkan Dia disebut raja damai. Dia menjadi korban perdamaian antara Allah dan manusia yang sudah jatuh kedalam dosa. Bagi Yesus jauh lebih berharga “hati yang tulus, tentram dan damai dari pada persembahan. Tidak ada makna persembahan jika dilandasi dengan amarah, kebencian, perselisihan dan pertengkaran. Tersirat dalam ayat ini bahwa persembahan tidak sanggup menghapus dosa kebencian, pertengkaran dan amarah. Sehingga Yesus mengatakan : Jika engkau mau memberi persembahan di mezbah persembahan dan engkau mengingat sesuatu yang ada dalam hati saudaramu, tinggalkanlah persembahanmu dan pergilah berdamai dengan saudaramu lalu kembali datang untuk memberikan persembahanmu.

Ada istilah : “Sejuta kawan tidak sanggup membawamu masuk sorga, tetapi satu musuh cukup menutup sorga dan membuka neraka bagimu.” Ini penegasan pentingnya perdamaian, karena firman Tuhan : Jika kamu tidak mengampuni saudaramu, yang bersalah kepadamu maka dosamu pun tidak akan diampuni Tuhan”. Kalau kita tidak sanggup mengampuni dan berdamai dengan saudara kita, sebagai warga GBKP setiap kali kita menguikuti “persekutuan” akan membawa kita terperosok lebih dalam lagi ke dalam dosa, karena setiap ibadah-ibadah selalu diakhiri dengan Doa Yang Diajarkan Yesus, salah satu isi doa yang diajarkan Yasus adalah : “ Ampinilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, lalu bagaimana sikap kita ? diam atau harus kita tambah... kecuali..
Bagi Yesus ibadah yang benar syaratnya adalah berdamai dengan suadara-saudara kita. Brerdamailah dengan lawanmu saat engkau dalam perjalanan, agar jangan disersahkan ke hakim dan dilemparkan ke dalam penjara. Mungkin situasi kita sebagai jemaat kota kita tidak berjalan bersama-sama menuju gereja, berbeda dengan di kampung, apalagi gerejanya sedikit jauh daru rumah-rumah jemaat, mereka biasa berjalan bersama menuju gereja dan juga pulangnya tentunya. Coba kita bayangkan jika dalam satu gereja itu ada permusuhan, mereka berjalan bersama satu kampung, satu suku bahkan masih ada pertalian keluarga, hal ini pasti akan memunculkan “hakim-hakim” yang akan memvonis mereka dan memasukkannya kedalam penjara (baca: orang tidak benar, kristen munafik). Dan tuduhan (vonis) itu tidak akan selesai (lunas) kalau mereka tidak membayarnya (baca: berdamai).

Tema Minggu Perdamaian ini : Berdamai tenda (bukti) Orang beribadah. Orang tidak akan percaya bahwa kita rajin beribadah kalau kita masih menyimpan kebencian, amarah perselisihan dan pertengkaran. Kalaupun kita sungguh-sungguh sering beribadah tetapi kalau kita masih menyimpan kebencian dan permusuhan maka kita akan di sebut dengan orang munafik. Bukti (tanda) orang rajin beribadah adalah cinta damai.

Dimana ada damai di sana akan ada kasih dan kesetiaan, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi keadilan akan menjenguk dari langit . Suatu gambaran sukacita yang tiada taranya dilukiskan oleh Pemazmur dalam nast bacaan kita

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya (Yes. 32:17).

Damai itu indah, seindah bunga Lili. Keindahan bunga Lili itu akan terlihat dalam diri kita sebagai bukti ibadah-ibadah kita, jika dalam hati kita bertumbuh “ LILI”
Lupakan perbuatan baik kita kepada orang lain
Ingat perbuatan baik orang kepada kita
Lupakan kesalahan orang lain pada kita
Ingat kesalahan kita kepada orang lain

Pointer Aplikasi
1. Kelolalah hati kita agar tidak ada kemarahan
2. Kemarahan mendatangkan penghukuman, pengampunan mendatangkan damai sejahtera
3. Hidup Dalam Perdamaian mendatangkan sukacita dan berkat
4. Bukti ibadah kita akan terlihat dari perjuangan kita mendatangkan perdamaian.

Pdt. Saul Ginting
GBKP Runggun Bekasi

Minggu 15 September 2019, Khotbah Kisah Para Rasul 26:16-18

Invocatio :

”Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar” (1 Yoh.3:7).

Bacaan :

Amsal 3:11-18

Tema :

Buka mata, berbaliklah dari kegelapan

 

A. Pendahuluan
Kemajuan zaman dengan teknologi yang makin hari makin hebat, sering membuat kita terbawa arus. Beberapa bahkan banyak orang yang membiarkan hidup mereka dikuasai oleh keinginan daging sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Kemungkinan ini tidak tertutup bisa juga terjadi pada kaum muda di gereja yaitu PERMATA, mereka terjerat dalam pola hidup memikirkan diri sendiri, malas ke persekutuan, pergaulan bebas dan narkoba. Kehidupan yang seperti ini tidak lagi dapat menjadi kesaksian bagiNya. Allah ingin kita bangkit dan kembali menjadi manusia yang seutuhnya bagiNya.

Salah satu tokoh dalam Alkitab yang memperlihatkan pertobatannya adalah Paulus. Paulus adalah seorang rasul yang sangat mempengaruhi wajah kekristenan sampai saat ini. Disebut berpengaruh karena sebagai orang yang terdidik dibawah guru besar taurat yang bernama Gamaliel. Rasul Paulus banyak melahirkan tulisan yang digunakan sebagai bahan pengajaran iman Kristen. Titik balik Paulus sehingga dapat menjadi seorang yang sangat dipakai oleh Tuhan adalah pertobatannya. Kehidupan Paulus menjadi bermakna ketika kuasa Roh Kudus yang beekerja dan diresponinya dengan sebuah pertobatan. Allah mengubah Paulus dari dari seorang penganiaya jemaat menjadi saksiNya terhadap semua orang.

B. Isi
1 Yohanes 3:7 berupa nasehat yang mengingatkan bahwa karena anugerahNya kita sudah menjadi anak-anak Allah. Oleh karena itu sebagai anak-anak yang dikasihiNya, kita harus mampu membedakan mana kehidupan yang terang bersama Allah, dan kehidupan yang gelap bersama iblis. Anak-anak Allah harus bisa membedakan antara terang dan gelap, kebenaran dan kejahatan serta mampu hidup dengan sungguh mengasihiNya dan seluruh ciptaanNya. Inilah pola hidup anak-anak Allah yang tidak lagi terpengaruh oleh pengajar-pengajar palsu.

Amsal 3:11-18
Ayat 11,12: “Hai anakku janganlah engkau menolak didikan Tuhan” memberi arti jangan menghina, memandang rendah dan menolak didikan Tuhan. Salomo menasehatkan supaya anak muda secara terus menerus tidak menolak, menghina dan memandang rendah didikan Tuhan. Hal ini bisa dipahami bahwa pada titik tertentu manusia sering dilanda kebosanan melakukan sesuatu termasuk menentang kebenaran Tuhan. Beberapa orang Kristen yang awalnya hidup daalam kebenaran Tuhan pada suatu saat malah menentang dan meninggalkan kebenaran Tuhan. Alasan bagi kita untuk secara terus menerus jangan menolak didikan Tuhan adalah karena Tuhan mengasihi kita seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya. Harus diakui tidak mudah untuk menerima disiplin dari seorang ayah, begitu juga tidak mudah bagi kita orang percaya menerima disiplin dari Tuhan. Sukar memahami bahwa Allah yang mengasihi, tapi yang kita hadapi adalah kesukaran, ujian, penyakit, kegagalan dan penolakan. Tetapi harus di ingat bahwa Allah memiliki tujuan yang jelas dalam setiap langkah kehidupan manusia (bdk. Ibr.12:5-6).

Ayat 13-18 “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat” bisa diartikan bahwa kebahagiaan akan menjadi milik seseorang apabila ia menemukan dan tidak pernah bosan atau secara terus menerus hidup dalam didikan Tuhan. Dalam ayat 16 dikatakan kekayaan dan kehormatan biasanyanya berjalan bersama, tetapi orang yang tidak menerima didikan Tuhan kaya tapi tidak terhormat/bijaksana. Hidup dalam didikan Tuhan akan memampukan kita menemukan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya yang tidak berasal dari dunia, tapi berasal dari Tuhan.

Kisah Para Rasul 26:16-18
Masa lalu Paulus adalah masa lalu penuh dengan kebenaran dirinya sendiri. Paulus menceritaakan bagaimana kehidupan masa lalunya yang gelap dari kebenaran Tuhan, menurutnya ia telah melakukan hal yang benar. Namun kebenaran yang lahir dari diri sendiri hanya akan membuahkan hal yang salah. “amarah yang meluap-luap” (ay 11) adalah merupakan sebuah pengajaran yang dilakukan dengan cara yang tidak benar dan tidak kudus.

Ketika Paulus “ditangkap” Tuhan Yesus, ia menyerah dan tunduk, karena semakin ia memberontak, ia semakin sulit dan sakit. Paulus menyerahkan masa lalunya dan bertobat untuk memulai masa depan Bersama Tuhan.
Kehidupan pertobatan yang dilakukan oleh Paulus memiliki tujuan. Ketika Tuhan Yesus memanggil Paulus untuk mengikutNya, Tuhan memanggil dengan sebuah tujuan. “Aku akan mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah” (17-18). Tuhan menyampaikan rencanaNya kepada Paulus, yaitu untuk menjadi alat di tanganNya bagi bangsa-bangsa lain. Pertobatan Paulus bukan saja meninggalkan masa lalunya yang kelam, melainkan juga bersedia untuk taat kepada rencana Tuhan.

C. Aplikasi
Ada pepatah mengatakan “masa muda adalah masa yang paling indah”. Secara fisik seorang pemuda pasti memiliki kekuatan yang prima, secara ilmu pengetahuan seorang pemuda pastilah menguasai banyak hal, perkembangan zaman, teknologi, isu-isu yang berkembang dan sebagainya. Dalam situasi seperti ini pemuda kadang-kadang merasa bahwa apa yang ia pikirkan dan butuhkan merupakan sesuatu yang harus dibenarkan dan dipenuhi kebutuhannya. Sering kita mendengar sulitnya gereja mengarahkan para pemuda untuk mengikuti misi dan visi gereja tersebut. Tuntutan ibadah yang membandingkan dengan gereja-gereja lain, metode ibadah, music gereja dan sebagainya sering menjadi alasan pembenaran para pemuda pindah ke gereja lain, ataupun tidak pindah keanggotaan, tapi malas atau tidak aktif digerejanya.

Di usia kategorial PERMATA yang ke 71 tahun, gereja mengharapkan PERMATA mampu mengunakan masa muda mereka, menjadi alat bagi kemuliaan Tuhan. PERMATA tidak lagi berjalan sesuai dengan kebenarannya sendiri, melihat kebelakang (masa lalu yang kelam atau kesalahan dan kekuarangan yang pernah ada). Allah memilih PERMATA, mengubah mereka dan memampukan mereka menjadi agen-agen perubahanNya dengan membuka mata dan berbalik dari kegelapan (Tema). Sama seperti Paulus dari seorang penganiaya jemaat menjadi “saksiNya terhadap semua orang”. Hidup dan surat-surat Paulus memberi pengajaran, inspirasi dan penghiburan bagi gereja pada masa awal sampai saat ini. Dan kemudian dipakai Allah untuk mengubah dunia di sekitarnya. Itulah harapan kita bagi PERMATA

Pdt Rena Tetty Ginting
GBKP Rg Bandung Barat

Minggu 08 September 2019, Khotbah Efesus 4:25-32

Invocatio :

“Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22)

Bacaan :

Jeremia 17: 5-13 (Responsoria)

Tema :

“BEKERJALAH DENGAN BAIK”

 

Sesuai dengan tema tahun ini “Meningkatkan Jiwa Kewirausahaan Warga GBKP dalam Bidang Ekonomi serta Kepedulian Terhadap Kesehatan dan Lingkungan”, dalam bimbingan PJJ dan PA kita terus didorong untuk lebih kreatif dan terus meningkatkan kualitas diri kita. Dengan demikian diharapkan dalam pelayanan dan pekerjaan ada kemajuan. Pekerjaan yang sudah ada, dilakukan dengan lebih baik, lebih berkualitas. Ada yang sudah memulai usaha sampingan dengan tujuan menopang keuangan keluarga atau sekedar pengembangan hobi. Dalam Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat ini kita kembali diingatkan dasar teologis dari semua pekerjaan yang kita lakukan.
Penjelasan Teks

Invocatio Amsal 10: 22
Amsal termasuk kitab hikmat. Ada banyak nasehat siap pakai di dalamnya. Bagaimana dengan Amsal 10:22? Benarkah “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”? Bukankah pengajaran ini bisa disalahartikan orang sebagai pengajaran untuk tidak usah bersusah payah, tidak usah bekerja keras, karena toh tidak akan membuat kaya. Ini tentu penalaran yang tidak tepat. Amsal ini tidak bertujuan membuat orang menjadi malas. Penekanannya adalah motivasi dalam bekerja atau bersusah payah. Kalau manusia hanya bekerja keras untuk menjadi kaya, ia sudah mengesampingkan Tuhan. Segala yang dikerjakan semata-mata demi uang, maka ia sudah menjadi hamba uang. Ini motivasi yang keliru, karena bisa membuat orang menghalalkan segala cara demi mendapat uang dan menjadi kaya. Kemudian dia akan memegahkan diri dengan pengakuan bahwa semua kekayaannya berasal dari kerja kerasnya sendiri. Maka Amsal menegaskan, bukan kehebatan manusia, tapi berkat Tuhan yang menjadikan pekerjaan itu memberi hasil yang baik.

Bacaan Yeremia 17: 5-13
• Perkataan Tuhan melalui nabi Yeremia ini membandingkan dua cara hidup umat yang bertolak belakang. Yang mengandalkan manusia dan yang mengandalkan Tuhan. Yang mengandalkan manusia, atau dirinya sendiri akan berujung pada kekecewaan dan pasti pengharapan itu akan lenyap. Sebaliknya yang mengandalkan Tuhan akan seperti pohon yang tidak berhenti menghasilkan buah.
• Kejujuran adalah faktor yang sangat penting, Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin. Seperti ayam hutan mengerami yang tidak ditelurkannya, setelah telur menetas anak itu akan pergi meninggalkannya. Demikian pula orang yang melakukan pekerjaan yang tidak halal. Harta kekayaan yang terkumpul hanya sementara, pada waktunya ia akan kehilangan segalanya.

Khotbah Efesus 4: 25-32
Jemaat di Efesus bukanlah jemaat yang kenal Kristus sejak lahir. Mereka lahir dalam lingkungan yang penuh dosa, hidup dalam dosa tanpa menyadari itu adalah dosa. Maka sejak belajar mengenal Kristus (ayat 20) dan menerima Kristus, mereka harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Manusia baru yang dibaharui dalam roh dan pikiran (ayat 23). Manusia baru bukan dalam wujud fisik melainkan dari hatinya. Pembaruan itu, menurut Paulus, harus terlihat dalam:
- Ayat 25: Perkataan yang benar. Orang yang belum mengenal Yesus Kristus, terbiasa mengucapkan dusta dan kebohongan. Setelah hidup dalam Kristus perkataan yang keluar dari mulut orang percaya haruslah kebenaran.

- Ayat 26-27: Penguasaan diri saat marah. Karakter pemarah bukanlah karakter Kristus, meskipun Alkitab mencatat Yesus pernah marah karena melihat hal yang tidak benar di Bait Allah. Siapapun bisa marah. Siapapun pernah marah. Tapi marah tanpa harus berbuat dosa. Mengutip Aristoteles: “Anybody can be angry. That is easy; but to be angry with the right person, to the right degree, for the right purpose, and in the right way-that is not easy.” Marah kepada orang yang tepat, dengan takaran yang pas, untuk tujuan yang benar dan dengan cara yang benar, tidaklah mudah. Maka kita semua perlu belajar mengelola rasa marah, bukan membiarkan kemarahan itu menguasai kita. Supaya tidak ada kesempatan bagi si Iblis menguasai kita.

- Ayat 28: Bekerja dengan baik. Orang yang mencuri harus berhenti mencuri. Ia harus mencari pekerjaan yang menghasilkan uang dengan cara yang benar. Lebih dari itu, kalau dulu sebagai pencuri dia tinggal menikmati hasil jerih payah orang lain, setelah bertobat dan mengenal Kristus dia justru harus memberi kepada orang lain. Ia harus membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan, dari hasil pekerjaan tangannya. Inilah salah satu tujuan bekerja yang kadang kita lupakan. Hasil pekerjaan kita digunakan untuk memberkati orang-orang yang berkekurangan, bukan untuk kita sendiri saja.

- Ayat 29: Perkataan yang membangun. Perkataan yang baik, pada momen yang tepat, akan menjadi penguatan yang membangun bagi yang mendengarnya. Oleh sebab itu haruslah orang-orang percaya memperhatikan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya. Bukan hanya saat-saat tertentu seperti di gereja, dalam persekutuan, tetapi di mana saja. Termasuk di tempat kerja, kantor, sekolah, pasar, perkataan harus menjadi berkat.

- Ayat 30-32: Buang kepahitan dan kejahatan, pelihara kasih mesra dan saling mengampuni.

Aplikasi
Ketiga bacaan minggu ini memberi penjelasan bahwa pekerjaan itu adalah dari Tuhan, dikerjakan dengan mengandalkan Tuhan, dan hasilnya untuk memuliakan Tuhan karena jadi berkat bagi sesama.

Dalam buku Institutio Pengajaran Agama Kristen, Yohanes Calvin menulis: “Tuhan menetapkan tugas-tugas bagi setiap orang menurut jalan hidupnya masing-masing. Dan masing-masing jalan hidup itu dinamakan panggilan.” Ini berarti dalam setiap pekerjaan atau profesi, kita harus menyadari pekerjaan itu panggilan Tuhan. Kita terpanggil untuk melakukan yang terbaik, bertanggung jawab, berdedikasi, dan jujur dalam pekerjaan kita. Kalau kita guru, jadilah guru yang berdedikasi, mendidik untuk mencerdaskan, bukan semata-mata mengejar penuhnya jam mengajar demi tunjangan tertentu. Kalau kita pegawai, jadilah pegawai yang mengerjakan bagiannya sesuai fungsinya, bukan sekedar mengisi absensi kehadiran lalu sibuk mengerjakan hal lainnya yang bukan tugas utama. Kalau kita pebisnis, juallah produk atau jasa tanpa unsur menipu pembeli, jangan menjual kebohongan demi keuntungan yang besar. Kalau kita tenaga medis, jadilah tenaga medis yang rindu menolong orang dengan talenta dan ilmu yang ada pada kita, bukan hanya mengejar uang. Baiklah kita semua bekerja keras sebagai ucapan syukur karena Tuhan memberi nafas, kesehatan, dan pekerjaan. Kita kerja keras sebagai pertanggungjawaban kepada Tuhan Sang Pemberi Kehidupan.


Pdt. Yohana br Ginting
GBKP Runggun Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD