MINGGU 01 MEI 2022, MAZMUR 4:2-9
Invocatio:
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum amarahmu padam ” (Epesus 4:26)
Ogen:
Wahyu 5:11-14 (Tunggal)
Tema:
“Tuhan Mendengar Doa UmatNya” (“Tuhan Ndengkehken Pertoton”)
A. Pendahuluan
Minggu ini kita memasuki minggu misericordias Domini yang artinya nyanyikanlah Kasih Setia Allah. Sebagai mana pemasmur yang melihat kuasa dan penyertaan Allah dalam hidunya. Karena di dalam kuat kuasa Tuhan, maka Tuhan selalu menglingkupi dan menyertai kehidupan orang percaya. Karena jelas sekali bahwa kehidupan manusia, termasuk orang percaya juga tidak terlepas dari berbagai situasi yang sulit.
Bahan khotbah kita hari ini adalah masmur yang dituliskan oleh Daud sendiri yang berisikan tentang pengalaman hidup yang dia jalani bersama dengan Tuhan. Melalui Firman Tuhan kali ini kesetiaan Tuhan semakin terlihat karena Tuhan selalu mendengar seruan umatNya, disaat terkadang banyak telinga tertutup untuk mendengar seruan umatNya.
B. ISI
Daud, tidak terlepas dari berbagai pergumulan hidup. Dan salah satu pergumulan terbesarnya saat itu adalah pemberontakan yang dilakukan oleh anaknya sendiri. Anak, yang merupakan “anak panah”, yang akan melawan musuh-musuh kita (Masmur 127:4-5), sekarang berbalik melawan kita. Ketika Daud mendengar kabar pemberontakan Absalom, Daud tidak langsung bereaksi secara destruktif. Tapi Dalam 2 Samuel 15: 13-15, dikatakan bahwa Daud lebih memilih keluar (melarikan diri) dari Yerusalem, bersama semua seisi keluarga dan pegawai-pegawainya. Hal itu dilakukan untuk keselamatan diri dan pegawai-pegawainya.
Apakah Daud tidak punya kuasa untuk menumpas pemberontakan Absalom?
Ahli psikologi menunjukkan bahwa orang yang marah sangat mungkin melakukan kesalahan karena kemarahan menyebabkan manusia kehilangan kemampuan pengendalian diri dan penilaian objektif.
Hal itu terlihat dalam diri Absalom yang dikuasai kemarahan, sehingga membunuh Amnon/putra Daud dari istri yang lain, karena adiknya Tamar diperkosa, Daud marah dan Absalom melarikan diri ke Gesur. Tiga tahun masa pelarian Absalom, Daud tidak marah lagi kepada Absalom. Tapi ketika Absalom kembali, Dia masih dikuasi kemarahan sehingga dia merancangkan pemberotakan kepada Daud.
Dalam situasi itu, Daud sungguh menyadari keterbatasannya untuk menyelesaikan masalahnya, dalam keadaan itu dia menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Berseru dengan sungguh-sungguh dalam iman menceritakan semua derita dan tekanan hidup, tapi tidak juga menjadi orang yang sembarang berkata-kata. Karena ketika kita menyerahkan isi hati kita, maka Tuhan akan mendengarkan orang yang berseru kepadaNya. Seperti lirik lagu melitha Sidabutar yang berjudul “Sampaikan pada Yesus”. Daud memilih keluar terlebih dahulu dari tempat konflik, dan memutuskan untuk memiliki waktu yang istimewa bersama Tuhan, agar rasa marah/kecewanya dalam kesesakan itu tidak membuat dia berdosa, (kemarahan asertif, dimana dia mengungkapkan semuanya dengan tegas dan terbuka tanpa memiliki keinginan untuk menyalahkan orang lain).
Ketika Pemasmur berseru kepada Tuhan, dia tidak langsung serta merta mendapatkan jawaban dan solusi, tapi dia tahu Tuhan Pasti Mendengar dan Tuhan pasti menjawab.
Di sebuah tulisan rangkuman singkat dari buku “The secret of Better Life” atau “Perjalanan Megenal Jiwa yang mendengar”, karangan S. Indrayana dan G. Goenawan dikatakan perjalanan jiwa yang bahagia itu salah satunya memenuhi kebutuhan untuk di dengar.
Pemulihan Daud, dimulai dari ketika dia menemukan tempat pengaduan yang tepat, yaitu Tuhan. Sehingga sekalipun dia marah, tetapi tidak sampai berdosa, dan menemukan ketenangan sehingga dia tidak kehilangan waktu yang berharga untuk tidur dalam rasa aman (ay.9), sehingga seperti invocatio kita, kemarahan harus berhenti sebelum matahari terbenam.
Siapapun kita bisa mengalami hal yang sama. Memiliki rasa marah, kecewa, frustrasi, merasa dikhianati, merasa di rendahkan dan sebagainya, Atau bisa sebaliknya posisi kita menghadapi orang yang sedang dikuasai kemarahan. Keadaan ini tidak dapat kita hindari tetapi kita belajar bagaimana kita menyikapinya. Bacaan pertama dalam kitab Wahyu 5:11-14, berisi penglihatan Yohanes ketika dia dibuang di pulau Patmos. Ada gulungan kitab yang tidak dapat di buka baik yang ada dibumi atau yang ada disorga. Reaksi Yohanes, dia menangis. Di tengah-tengah kesedihannya terjadilah sorak-sorai dan mengatakan agar anak domba itu membuka buku yang dimeterai tersebut.Pujian terus dikumandangkan oleh orang-orang yang ada disorga, dibumi, di bawah bumi dan di laut.
Pengakuan dan seruan tersebut, disambut oleh keempat mahluk berkata amin dan para tua-tua jatuh tersungkur dan menyembah. Pengakuan dan penyembahan. Teks ini memberikan sebuah gambaran yang begitu jelas tentang pergumulan akan umat dalam kehidupan keseharian kita. Namun ada kepastian bahwa didalam Anak domba Allah semua akan bias diatasi. Oleh karena itu kita perlu berseru kepadaNya. Seruan kepada Tuhan selalu diikuti penyembahan kepada Tuhan.
C. Penutup/Kesimpulan
- Ada sebuah ilustrasi, 2 botol minuman bersoda. Ketika di guncang-guncang dan di buka maka minuman botol itu akan muncrat dan bertumpah, isinya akan segera kurang dan membahasi kesikarnya. Tapi apabila setelah diguncang, didiamkan telebih dahulu sebelum di buka maka tidak ada yang tertumpah. Guncangan hidup yang kita alami membuat kita marah, sedih dan kecewa. Oleh sebab itu ambillah waktu tenang, supaya jangan sampai kita melakukan dosa karena kemarahan. Yang akan membuat semakin banyak orang yang terluka.
- Biarkan Allah bekerja dan berkarya, karena masalah kita tidak melampau besarnya kuasa Tuhan sekalipun sebesar Goliat, tapi Tuhan punya banyak cara menolong kita. Oleh sebab itu tetaplah hidup dalam pengakuan dan penyembahan yang setia kepada Tuhan.
- Jangan pelihara kemarahan dalam hidupmu, karena hal itu akan menjadi alat siblis untuk menghancurkan hidupmu, yang membuat kita kehilangan waktu untuk melihat sukacita yang lain.
- Tapi carilah Tuhan dalam keheningan, sekalipun dalam suasana hati yang panas, ceritakan pada Tuhan, maka Tuhan sedang mengerjakan pemulihan atas kita. Allah mendengar kita
Pdt. Sri Pinta Br Ginting
GBKP Runggun Cileungsi