Minggu 11 Agustus 2019, Khotbah Keluaran 7:8-13
Invocatio :
Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit (Lukas 9:1)
Bacaan :
Lukas 11:24-26
Thema :
Menang Dalam Ujian Karena Kuasa Tuhan
Tujuan pekerjaan dan rencana iblis adalah supaya manusia tidak mempermuliakan Allah. Untuk itulah iblis melakukan berbagai cara untuk semua manusia baik secara pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat, meninggalkan Tuhan dalam kehidupannya. Yang pertama dilakukan iblis membawa manusia hidup dalam dosa agar tidak menerima keselamatan yang sudah dipersiapkan Allah. Yang kedua agar manusia benar-benar merasakan beratnya melalui pertengkaran (konflik tiada henti), kemiskinan, penindasan, sakit-penyakit, rasisme, keserakahan, dan berbagai bentuk kejahatan yang lain. Untuk mengalahkan situasi itu semua, tidak ada jalan lain selain menghidupkan iman yang benar dengan memakai kekuatan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Terjadinya mujizat tidak secara otomatis sebagai bukti bahwa Tuhan sedang bekerja. Tongkat para ahli sihir Mesir juga berubah seperti ular, suatu tindakan yang dilaksanakan oleh kuasa setan. Mesir benar-benar kecanduan pada sihir, okultisme, spiritisme, dan ilmu tenung sebagai agama mereka. Akan tetapi, ketika tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka, Allah Israel membuktikan bahwa kuasaNya lebih besar daripada kuasa para dewa Mesir.
Awal pemberian tulah lebih mirip sebuah kontes kekuatan ajaib. Apa yang dilakukan oleh Musa dan Harun ternyata ditiru oleh para tukang sihir Mesir. Ketika Tuhan memberikan sebuah mujizat tentu ada tujuan Tuhan yang terselubung di sana. Pengutusan Musa sebagai “allah” (secara terbatas untuk Harun dan Firaun) dan penunjukan Harun sebagai nabinya (7:1; 4:16) merupakan tugas yang sangat berat bagi kedua hamba Allah ini. Mereka harus menghadapi bangsa Israel yang tegar tengkuk. Bangsa Israel cenderung meminta tanda ajaib sebagai bukti (bnd. 1 Kor. 1:22-23; Mrk. 8:12; Yoh. 2:18; 6:30). Mereka memiliki mentalitas “mujizat” artinya kalau tidak ada mujizat seolah-olah mereka yang diutus oleh Tuhan tersebut tidak benar adanya. Maka pentingnya sebuah mujizat sebagai konfirmasi kebenaran bahwa Tuhanlah yang mengutus Musa dan Harun. Itu tidak berarti bahwa tanpa mujizat maka tidak benar.
Tujuan lain dari mujizat adalah menunjukkan supremasi Allah atas segala sesuatu. Pada waktu Musa dan Harun menghadap Firaun pertama kali dan meminta dia untuk membebaskan bangsa Israel agar mereka dapat beribadah kepada TUHAN, Firaun meresponi hal itu dengan sebuah pertanyaan: “Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya” (5:2). Pertanyaan ini sangat wajar diucapkan Firaun, karena ia sudah mempercayai begitu banyak dewa. Apa keistimewaan TUHAN dibandingkan ilah-ilah yang lain? Firaun lalu meminta sebuah tanda kepada Musa dan Harun (ay. 9-10). Tidak puas dengan suatu tanda, kekerasan hari Firaun menyebabkan 10 tulah ajaib terjadi. Semua itu terjadi untuk menunjukkan siapakah TUHAN itu. Berulang kali TUHAN sendiri menyatakan kepada bangsa Israel dan Mesir bahwa Dialah Allah (6:2, 6, 7, 8, 29; 7:5, 17; 8:22; 9:14, 29; 10:2; 14:4, 18).
Kita perlu mengetahui bahwa semua tanda ajaib yang dilakukan Allah merupakan serangan terhadap Firaun dan dewa-dewa bangsa Mesir. Ada beberapa petunjuk untuk hal ini. Ucapan ilahi “Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir” (7:5) muncul beberapa kali dalam konteks yang beragam, tetapi ucapan ini memiliki pesan yang khusus di telinga Firaun. Menurut catatan sejarah Mesir ada beberapa Firaun yang mengambil sebutan untuk dirinya dengan nama-nama yang berhubungan dengan lengan atau tangan. Pengacungan tangan TUHAN menunjukkan bahwa tidak ada satu Firaun pun yang lengan/tangannya cukup kuat untuk melawan TUHAN. Mujizat tongkat menjadi ular (ay. 8-10) juga menyimpan pesan khusus, karena ular merupakan salah satu simbol kekuasaan dan kepercayaan Firaun.
Banyak orang Kristen tergila-gila dengan mujizat. Antusiasme yang berlebihan ini dapat menjerumuskan mereka pada beragam konsep yang sesat tentang mujizat. Alkitab secara jelas sudah memperingatkan bahwa guru palsu, nabi palsu, dan mesias palsu juga mampu mengadakan tanda ajaib dengan maksud untuk menyesatkan sebanyak mungkin orang (Mat. 24:24; Mrk. 13:22; 2 Tes.2:9-10; Why. 13:13-14).
Iblis bukan hanya mampu mengadakan tanda ajaib, tetapi ia juga berusaha meniru mujizat yang asli. Sejak permulaan jaman iblis memang sudah menjadi peniru dan penipu yang handal. Sebagai contoh: Allah menciptakan manusia seperti Allah (manusia adalah gambar dan rupa Allah, Kej. 1:26-27), iblis menawarkan manusia menjadi seperti Allah (manusia dapat membedakan yang baik dan yang jahat, Kej. 3:4-6). Tawaran ini jelas adalah tipuan belaka, karena hak untuk membedakan yang baik dan yang jahat hanya ada di tangan Allah (Kej. 1:4. 10, 12, 18, 21, 25, 31; 2:18).
Jadi sekarang bagaimana membedakan mujizat yang sejati dan palsu? Keluaran 7 dan 8 memberikan beberapa petunjuk berharga. Pertama, mujizat yang palsu tetap kalah dengan mujizat yang asli (ay. 11-12). Walaupun Musa dan para penyihir Mesir sama-sama mampu mengubah tongkat menjadi ular, tetapi tongkat Harun akhirnya menelan tongkat para penyihir tersebut. Kedua, mujizat palsu hanya bersifat negatif. Peniruan atas dua tulah pertama seharusnya tidak terlalu menggembirakan Firaun maupun bangsa Mesir. Para penyihir Mesir hanya bisa menambah masalah yang memang sudah parah. Bukannya mengubah darah kembali menjadi air yang dapat diminum, para pennyihir tersebut justru mengubah air sehat yang sudah langka menjadi darah. Tidak ada kebaikan apapun yang dihasilkan. Bangsa Mesir tetap harus menggali-gali di sekitar sungai untuk mendapatkan air segar (7:22). Para penyihir dapat mendatangkan katak, namun mereka tidak mampu mengusir katak-katak itu (8:7). Firaun harus meminta tolong kepada Musa untuk mengatasi masalah yang terjadi (7:24; 8:8-13). Apa yang dilakukan para penyihir hanya menambah masalah. Begitu pula dengan segala bentuk pertolongan dari kuasa kegelapan. Iblis tidak bisa membahagiakan manusia, karena ia dari semula memang pembunuh manusia (Yoh. 8:44; 10:10a). Ketiga, mujizat palsu bersifat terbatas. Tidak semua tanda ajaib yang dilakukan TUHAN dapat ditiru (8:18-19). Pada tulah ke-3 para penyihir Mesir sudah tidak mampu lagi. Mereka mengakui bahwa tanda-tanda ajaib itu merupakan “tangan Allah”. Dalam teks Ibrani kata yang digunakan bukan “tangan”, melainkan “jari”. Pemakaian kata “jari” menyiratkan betapa besarnya kuasa Allah. Perbuatan ajaib yang ditunjukkan di depan Firaun hanyalah hasil pekerjaan jari Allah (bnd. Mzm. 8:4). Para ahli sihir Mesir bahkan akhirnya terkena tulah juga. Dari sini terlihat bahwa ada banyak tanda ajaib yang iblis tidak berkuasa untuk melakukannya, misalnya membangkitkan orang mati (dalam arti yang sesungguhnya, bukan hanya memanipulasi tubuh orang mati). Keempat, mujizat palsu selalu bertentangan dengan hikmat Allah. Tanda-tanda ajaib dari penyihir Mesir dimaksudkan untuk melawan kuasa dan kehendak TUHAN. dalam 2 Timotius 3:7-9 Paulus mengutip Keluaran 7 dari tradisi Yahudi kuno. Ia menyebutkan bahwa dua orang penting dalam kumpulan penyihir Mesir adalah Yanes dan Yambres. Keduanya secara dekat dihubungkan dengan ketidakbenaran. Memang itulah ciri khas mujizat yang bukan berasal dari Allah: tidak ada kebenaran di dalamnya.
Secara umum dunia dipengaruhi oleh dua kekuatan yang mempengaruhi manusia yaitu : Kekuatan (power) Allah ataupun Kuasa Roh Kudus (Kisah Rasul 10:38), Matius 28:18), dan kuasa iblis atau disebut juga kuasa gelap (1 Timotius 4: 1, Matius 10:1, Lukas 10:17-20), I Yohanes 5:19) Apabila seseorang hidup didalam Tuhan Yesus, maka pastilah hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus (I Kor 3:16, Matius 10:20, Yoh. 7:37-39). Sebaliknya, jika seseorang diluar Tuhan Yesus, maka hidupnya dikuasai oleh Roh Jahat. (1 Yoh 5:19, Efesus 2:2, Kis. 5:3). Kepada kita diberi kebebasan untuk memilih (Bandingkan Yohannes 8:44 dan Yohanes 14:6). Praktek Okultisme sudah berumur sangat tua, sejak peradaban manusia pertama Adam dan Hawa, (Kejadian 3:1-7), hingga sampai sekarang di praktekkan bukan saja dari kalangan primitif tetapi juga dari kalangan intelektual (post modern) yang tinggal di kota-kota besar.
Bisa saja dalam perjalanan kehidupan kita banyak kita hadapi persoalan-persoalan hidup. Ada konflik keluarga, sosial, ekonomi, sistem masyarakat, penyakit, dll. Marilah kita rasakan ini sebagai ujian iman, berpengharapanlah kepada Tuhan dan meminta kekuatan kepadaNya, jangan meminta kekuatan kepada kuasa gelap. Di situlah kita rasakan nyata kuasa Tuhan, kita menang dalam ujian dan pengalaman itu jadi kekuatan kita dalam bersaksi karena Tuhan Yesus sumber keselamatan kita.
“Hanya dengan cara menolong iblis dapat merongrong. Jika tidak mau dirongrong maka jangan minta pertolongannya”
Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th
GBKP Rg. Cibinong