MINGGU 20 FEBRUARI 2022, LUKAS 6:27-37
Invocatio : “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?” (Mazmur 42:6)
Bacaan : Kejadian 45 : 3 - 16 (Tunggal)
Tema : “Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan”
Pendahuluan
Jemaat yang dikasihi Tuhan, satu lagu rohani ciptaan (+) Jeramin Silangit berjudul “Ula Subuki Sijahat Alu Sijahat.” Nyanyian ini mengajak kita agar tidak kalah terhadap kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kasih. Penggalan syairnya di antaranya:
Ula kal subuki si jahat alu perbahanen si jahat.
Tapi taluken si jahat alu keleng ate si bas Bapa nari.
Ula kal subuki si jahat alu perbahanen-perbahanen si jahat
Tapi taluken si jahat alu keleng ate si bas Bapa nari.
Kejahatan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Kejahatan bisa terjadi di rumah, di sekolah, tempat kerja, di jalanan, di lingkungan tempat tinggal, bahkan bisa terjadi di tempat pelayanan di gereja. Kejahatan bisa terjadi di pagi, siang, sore, petang dan malam hari. Kejahatan terjadi di waktu sunyi juga di saat ramai. Apa dan bagaimana sikap dan jawaban kita bila kejahatan dan kekerasan terjadi?
ISI
Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada mereka (ayat 27 – 31)
Tuhan Yesus tahu dan melihat bangsa Yahudi sedang dijajah oleh kerajaan Romawi. Sebagai manusia, Yesus adalah bagian dari bangsa Yahudi. Kejahatan dan kekerasan dari penjajah terhadap bangsa Yahudi yang terjajah pada saat itu adalah realita sehari-hari di mana-mana. Kekerasan terhadap orang Yahudi adalah sebagai pengingat agar mereka jangan mencoba untuk melawan dan memberontak. Melawan dan memberontak akan menerima nasib buruk yang begitu pahit yaitu kekerasan bahkan kematian. Kekerasan terhadap orang Yahudi bahkan terus mengalami peningkatan secara teratur. Selain tahu dan melihat tindakan kekerasan, Tuhan Yesus juga tahu dan melihat jawaban beragam dalam kelompok-kelompok orang Yahudi. Orang Zelot memilih untuk memakai kekerasan melawan penjajah Romawi. Orang Saduki memilih untuk bekerjasama (kompromi) dengan penjajah. Orang Esseni memilih menarik diri, menutup diri atau mengasingkan diri dari kehidupan nyata. Sementara orang Farisi menerapkan peraturan-peraturan agama secara berlebihan. Yesus tidak memilih atau mengikuti satupun. Sebaliknya Yesus mengajarkan sesuatu yang berbeda dari keempat kelompok yang ada. Yesus mengajarkan para muridNya, pertama: mengasihi musuh-musuhnya (ayat 27a). Mengasihi para musuh adalah sebuah perintah yang radikal. Mengasihi yang Yesus maksudkan bukan hanya soal perasaan sentimentil tetapi sebuah tindakan kasih yang dinamis, yang ditunjukkan dalam perbuatan dan tindakan aktif serta inisiatif yang mentransformasi (mengubahkan). Kedua: melawan kejahatan dengan berbuat baik dan mendoakan musuh (ayat 27b, 28). Selanjutnya Yesus memberikan 3 contoh tindakan orang yang lemah tak berdaya terhadap kekuasaan, ketidakadilan dan perbuatan yang tidak manusiawi. Pertama, memberikan pipi yang lainnya (ayat 29a) ; kedua, membiarkan untuk mengambil baju juga (ayat 29b); ketiga, memberikan kepada orang yang meminta dan tidak memintanya kembali (ayat 30). Yesus juga mengajarkan aturan emas yaitu berbuat apa yang kita mau agar orang lain perbuat untuk kita (ayat 31, bdk. Mat. 7:12). Aturan emas ini dilakukan bahkan ketika menghadapi orang yang nyata-nyata memusuhi kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat, menjumpai dan bisa mengalami kejahatan dan pelanggaran. Yang pertama, pastikanlah bahwa kita tidak menjadi pelaku kejahatan dan kekerasan terhadap keluarga, rekan, saudara seiman dan sesama. Bertobatlah bila kita menjadi orang yang berlaku jahat dan keras. Selanjutnya, bila kita dijahati dan dizalimi, marilah kita seperti Yusuf yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Kej. 45:3-16). Apa yang dilakukan oleh Yusuf secara sempurna telah dilakukan oleh Yesus. Mari mengasihi orang yang berbuat jahat bahkan memusuhi kita. Berbuat baiklah, lakukan perbuatan baik terhadap orang yang jahat terhadap kita. Jangan biarkan hati dan pikiran kita dikuasai oleh nafsu untuk melawan dan membalas kejahatan dengan kejahatan (Mzm. 42:6). Berkati dan doakanlah mereka yang jahat dan memusuhi kita. Yesus membalas dosa dan kejahatan manusia dengan kasih yang sempurna, kasih yang memberi diri. Mari mengikuti ajaran dan teladan Tuhan Yesus. Marilah dengan aktif melakukan tindakan dan perbuatan baik sekalipun kita dijahati dan dizalimi dalam hidup kita. Kita tidak boleh hanya diam, pasrah, menyerah pasif dan berharap kejahatan berhenti apalagi mengalahkan kejahatan. Dengan kasih yang dinamis, aktif dan dengan perbuatan baik yang nyata kita bisa mengatasi dan mengalahkan kejahatan. Ini yang telah dilakukan oleh Nelson Mandela juga yang dilakukan Ahok.
Orang percaya berbeda dengan orang berdosa (ayat 32 - 37)
Yesus sangat menekankan kasih terhadap semua bahkan terhadap musuh. Jikalau murid-muridNya mengasihi orang yang mengasihinya saja maka ia sama saja dengan orang berdosa. Jika murid-murid berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada mereka saja maka ia sama dengan orang berdosa. Dan jika orang percaya meminjamkan kepada orang yang dapat diharapkan untuk menerima kembali, maka ia tidak berbeda dengan orang-orang berdosa (ayat 32-34). Para murid harus mengasihi musuh, berbuat baik kepada musuh dan meminjamkan dengan tidak mengharapkan balasan. Maka upah murid-murid akan besar dan dengan jalan itulah mereka menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi. Murid-murid Yesus hendaknya murah hati sama seperti Bapanya murah hati (ayat 35-36). Murid-murid tidak boleh menghakimi supaya ia jangan dihakimi. Jangan menghukum supaya jangan ia dihukum. Para murid harus mengampuni supaya ia juga diampuni (ayat 37). Firman Tuhan berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2a).
Orang percaya beda dengan orang berdosa. Anak-anak Tuhan harus berbeda dengan anak-anak-anak dunia. Sekalipun tinggal di dunia, kita orang percaya tidak boleh sama dan tidak serupa dengan dunia. Ya, kita orang Kristen harus berani tampil beda dalam hal kebenaran. Jikalau manusia pada umumnya hanya mengasihi orang yang mengasihi dia, berbuat baik kepada orang yang berbuat baik, dan memberi kepada orang yang dapat memberi kembali atau mendapat imbalan kepadanya, tidak demikian dengan anak-anak Tuhan. Kita harus lebih dan melebihi mereka. Kita bahkan mengasihi musuh kita, berbuat baik terhadap mereka dan memberi dengan tidak mengharapkan imbalan. Hanya dengan mengasihi musuh dan berbuat baik terhadap mereka yang bisa mengatasi dan mengalahkan kejahatan dan kekerasan. Mengasihi dan berbuat baik terhadap musuhlah yang bisa menghasilkan hubungan yang diubahkan kepada yang benar dan lebih baik (transformasi) dan yang memungkinkan terjadinya pertobatan, rekonsiliasi, keadilan dan perdamaian.
Tema: “Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan”
Membalas kejahatan dengan kebaikan, gampang mengatakannya tetapi susah melakukannya. Secara kedagingan kita, kita lebih memilih membalas kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan. Gigi ganti gigi, mata ganti mata. Tetapi firman Tuhan tetap firman Tuhan. Dengan beriman dan taat kepada Tuhan Yesus, kita dimampukan melakukannya. Yesus adalah junjungan dan teladan agung kita. Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia tidak juga mendiamkan dan menyerah pasif terhadap kejahatan. Sebaliknya Yesus dengan aktif menghadapinya dan mengajarkan agar kita mengalahkannya dengan mengasihi dan berbuat baik. Ya, kejahatan tidak akan berkurang, reda dan hilang dengan kejahatan. Kejahatan justru akan semakin besar, meningkat dan meluas bila dilawan dengan kejahatan. Tetapi kejahatan dibalas dengan kebaikan maka kejahatan akan reda, berkurang dan berhenti. Api tidak bisa dipadamkan dengan adi dan BBM, api dipadamkan dengan air. Balaslah air tuba dengan air susu. Jangan sebaliknya membalas air susu dengan air tuba atau air comberan. Kita bisa membalas air tuba dengan air susu karena kita anak-anak Tuhan, bukan anak-anak Setan. Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tindakan setan dan hewan. Membalas kejahatan dengan kejahatan adalah insani. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah ilahi.
Penutup/ kesimpulan
Kejahatan adalah akibat dan buah dosa. Manusia berbuat jahat bagi sesama manusia, kepada ciptaan bahkan terhadap Allah. Kejahatan bisa terjadi kapan saja, kepada siapa saja, dan di mana saja. Kejahatan bisa dalam bentuk pikiran, perkataan dan tindakan. Kita tidak bisa menghilangkan kejahatan. Tetapi kita bisa memilih untuk tidak berbuat jahat. Kita juga bisa memilih sikap dan jawaban kita terhadap kejahatan yang ada. Jangan diam dan pasif atas kejahatan yang terjadi. Lawanlah kejahatan berdasarkan firman Tuhan Yesus. Lawan kejahatan bukan dengan kejahatan tapi dengan kasih dan perubatan baik. Di dalam dan bersama Tuhan Yesus dan firmanNyalah kita dimampukan melawan dan mengalahkan kejahatan. Amin.
Pdt. Juris Tarigan, MTh; GBKP RG Bogor