MINGGU 22 MEI 2022, KHOTBAH YAKOBUS 5:13-18 (MINGGU ROGATE : BERDOALAH)
Invocatio :
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Lukas 11:10)
Ogen :
Jeremia 33:1-9 (Tunggal)
Tema :
Doa Orang Benar Memiliki Kekuatan (Pertoton Kalak Bujur Ergegeh Kal)
Pendahuluan
Kepercayaan dalam suku primitif Karo adalah mempercayai satu kekuatan di luar manusia (transenden) yang dianggap mampu melindungi hidup manusia dan memberikan berkat. Kepercayaan kepada kekuatan yag transenden itu disampaikan melalui perantara/medium yang dinamakan “guru sibaso” dan medium “cibal-cibalen” (sesajen/sesembahan). Bisa dikatakan bahwa suku primitif Karo memiliki ritual penyembahan yang disampaikan melalui perantara/medium ataupun sesembahan sebagai doa pengampunan atau pengharapan terhadap kekuatan yang di luar dirinya tersebut agar tidak mendapat bala. Masyarakat primitif karo memahami dunia ini penuh dengan kuasa gaib yang luar biasa dan manusia kurang mampu mengatasinya.
Kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan memang percaya adanya kekuatan-kekuatan di luar manusia, tetapi kita lebih percaya akan kekuatan Tuhan kita yang luar biasa, karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di Surga dan di Bumi, sehingga semua kekuatan-kekuatan itu di bawah kaki-Nya, 2 Samuel 22:10 “Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki-Nya”, artinya semua kekuatan dan kekuasaan di luar manusia atau yang ditakuti manusia itu sudah di taklukkan Tuhan. Dengan demikian sebagai umat Tuhan, permintaan dan permohonan dapat kita sampaikan kepada Tuhan melalui Doa. Kita berdoa secara langsung kepada Tuhan kita tanpa memanggil dan melalui perantara. Pelaksanaan berdoa dan memberikan persembahan kepada Tuhan di dalam Perjanjian Lama memang harus melalui perantaraan Imam atau kaum Lewi, tetapi dalam peristiwa kematian Yesus di Kayu Salib, pembatas atau tabir Bait Suci terbelah menjadi dua, Markus 15:38 “ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” ini menunjukkan kita sudah bisa langsung berdoa, memohon dan memberikan persembahan kepada Tuhan. Pada minggu Rogate (Berdoalah) inilah kita diingatkan dan disegarkan kembali, bagaimana kita selaku umat percaya selalu menaruh pengharapan di dalam berdoa, yang kita Imani berdoa adalah kekuatan bagi kita untuk menapaki kehidupan yang penuh liku dan cobaan.
Isi
Kotbah: pesan dari kitab Jakobus ini dapat kita ketahui mengenai ajaran-ajaran moral kepada seluruh jemaat yang menyebar seluruh bumi. Tujuan dari surat ini tidak lain adalah mengingatkan jemaat dan mengajarkan supaya tetap memperlihatkan identitas selaku orang yang percaya kepada Tuhan, walaupun ketika itu jemaat-jemaat yang lain berada dan tinggal di tengah-tengah orang yang belum percaya kepada Tuhan, orang-orang congkak, tinggi hati, menyalahkan satu dengan yang lain, merasa benar dan berkelahi, tetapi mereka tetap harus memperlihatkan perilaku dan sifat orang Kristen yang percaya selalu tabah, kuat, berpengharapan dan berdoa.
Bagian kali ini Jakobus mengingatkan jemaat bagaimana jika mengalami penderitaan baiklah ia berdoa (ayat 13). Di dalam penderitaan, tidak ada yang lebih cocok dilakukan dibanding doa, seperti pepatah mengatakan “Tidak ada kata yang lebih indah selain Doa”. Ada beberapa kata doa dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan berdoa Tepilah artinya doa atau permohonan (Yun 2:7), inilah yang sering dipakai untuk kata doa. Palal artinya berdoa (1 Raj 18:28) dan paga artinya bersekutu dengan Allah (Yeh 7:16, Yes 53:12, 59:16). Disamping itu juga ada istilah zaaq artinya doa teriakan dan tangisan (Yun 1:5), halal yaitu doa pujian (Mzm 117:1, Kel 32;11) dan qara artinya doa seruan. Di dalam Perjanjian Baru beberapa istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan tentang doa yaitu: prosekumai artinya doa pribadi (Bdk Mat. 7:7, 14:7, 27:20, Luk. 23:23, Kis. 9:2) inilah yang sering dipakai dalam kata doa. ganupeto yaitu doa meminta pertolongan (Kis. 8:22. 21:39, 26:3, Luk. 21:36), proskuneo yaitu doa penyembahan, doa bersama dalam ibadah umum (Kis. 10:28, Mat. 14:33). Dalam Perjanjian Lama berdoa adalah perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan Allah. Kohler menemukan ada kira-kira 85 buah doa asli di dalam Perjanjian Lama dan 60 Mazmur lengkap dan 14 Mazmur yang secara tersirat yang dapat digolongkan pada doa, Pada jaman bapa leluhur doa cenderung dipahami sebagai simbol hubungan yang erat antara Allah dengan para leluhur (Kej 12:1-3, 15:2, 26:25, 28:20-22). Doa di dalam Perjanjian Baru dibangun menurut teladan yang telah dilakukan oleh Yesus di dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-14).
Ayat 14-15 dikatakan Jika ada yang sakit hendaklah memanggil para panatua jemaat dan mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Hal ini dikatakan Jakobus menunjukkan supaya adanya hubungan yang erat dan baik dengan Hamba Tuhan serta mengarahkan imannya kepada Tuhan bukan kepada penguasa-penguasa duniawi atau dengan kata lain dalam suku karo kepada Guru sibaso atau simeteh 30 wari. Serta bukan untuk mengkultuskan para Hamba Tuhan, begitu juga dengan minyak urapan, itu hanya media yang dipakai, intinya semuanya hanya dalam Nama Tuhan yang dipergunakan itu memiliki kekuatan, sehingga dengan pemahaman yang benar maka doa lahir dari iman.
Ayat 16-18 di dalam melakukan doa syarat yang harus dilakukan oleh pendoa adalah mengaku dosa-dosa kepada Tuhan. Datang kehadirat Tuhan harus dengan hati yang bersih dan tulus, dari hal inilah dapat dikatakan maka doa itu memiliki kekuatan, sehingga dikatakan doa orang benar sangat besar kuasanya, dapat kita bandingkan dengan tema kita. Hal lain yang dapat kita lihat juga Jakobus mengangkat seorang tokoh yaitu Elia, memang ia seorang nabi, tetapi di tekankan makai a juga adalah seorang manusia biasa, tujuannya adalah mendewasakan iman jemaat, jemaat bisa berdoa sendiri tidak ketergantungan, mengimani doa sendiri, bukan berarti doa Pendeta, Pertua dan Diaken lebih kuat dan bagus dibanding dengan yang lain, tapi catatan sebagai Hamba Tuhan juga harus dapat meyakinkan jemaat berdoa kepada Tuhan melalui kita, jangan sampai gara-gara kita jemaat kurang percaya untuk di doakan hamba Tuhan.
Kekuatan doa dari nabi Elia dijelaskan dalam kitab Jakobus, ketika nabi Elia berdoa supaya jangan turun hujan, maka hujanpun tidak turun selama 3 tahun 6 bulan, dan ketika nabi Elia berdoa setelah itu maka hujanpun turun ke bumi dan mengeluarkan buahnya. Ini bisa dilakukan oleh Elia karena dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan ia adalah orang benar di mata Tuhan. Kalau dibandingkan dalam suku karo ada Namanya Pawang udan (bisa memanggil hujan dan memberhentikan hujan), tetapi ini bukan doa yang benar, karena menggunakan kekuatan yang tidak dikehendaki Tuhan. Hamba Tuhan atau jemaat mungkin tidak bisa melakukan hal yang demikian, hendaklah kita jangan kecil hati, tetapi doa kita lebih kuat, dimana hujan turun kita berdoa itu adalah berkat, tidak turun hujan kita berdoa supaya kita kuat menjalaninya. Berdoa bukan berarti memerintah Tuhan memberikan apa saja yang kita inginkan, tetapi berdoa membiarkan Tuhan bekerja dalam hidup kita.
Ogen: Jeremia sebagai hamba Tuhan yang ikut mengalami penderitaan akibat dari dosa raja Yehuda dan rakyatnya yang tidak lagi mengindahkan peringatan Tuhan. Tetapi kadih Tuhan begitu besar sehingga melalui nabi Jeremia Tuhan berfirman akan mendatangkan kesehatan dan kesembuhan serta mensejahterakan bangsaNya jika berpaling serta berseru kepada Tuhan. Janji Tuhan juga akan mentahirkan segala dosa-dosa bangsaNya.
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa yang berdoa dan berseru kepada Allah dengan hati sungguh-sungguh serta merendahkan diri di hadapanNya akan didengarkan Tuhan. Perkara besar yang dilakukan oleh Allah kepada bangsaNya menunjukkan bagaimana Ia menunjukkan kuasa serta kasihNya melampaui segalanya.
Invocatio: Jesus menunjukkan bagaimana sikap dan kerendahan hati ketika berseru dan berdoa kepada Bapa. Dari hal ini juga Jesus mengajarkan berdoa yang sebenarnya dan penuh keyakinan dan pengharapan. Siapa yang meminta akan mendapat, siapa yang mencari akan menemukan dan siapa yang mengetuk akan dibukakan.
Aplikasi
Doa adalah memohon kepada Allah. Doa adalah hubungan atau berbicara dengan Tuhan. Doa merupakan pernyataan dari ketergantungan manusia kepada Allah dalam segala sesuatu dan dari doa itu akan mendatangkan kuasa Allah ke dalam kehidupan manusia. Berdoa berarti datang ke hadapan Allah untuk menyampaikan sesuatu. Doa tidak harus atau hanya dinaikkan saat di gereja atau ketika kebaktian saja. Doa penuh kekuatan dan kuasa, seperti dalam Kisah Para Rasul 4:31 “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani ” . Hal ini mengindikasikan bahwa doa itu berkuasa bukan tergantung panjang atau lamanya waktu berdoa, atau dimana tempat berdoa, namun kuasa doa tersebut tergantung dari sejauh mana hubungan pribadi antara sipendoa dengan Tuhan.
Doa adalah suatu bentuk perbuatan tertinggi manusia dalam hubungannya dengan Allah namun prakarsa doa adalah Allah itu sendiri. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan barangsiapa menyembah Allah haruslah menyembahnya di dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Berdoa adalah suatu keharusan bagi setiap orang yang percaya, ketika dalam kesempitan, putus asa, musibah, dan kecewa. Doa merupakan suatu perjuangan bersusah payah dan juga kegembiraan yang luar biasa. Setiap orang percaya harus berdoa, karena itu sebagai bukti kedewasaan rohani. Doa adalah sarana berkomunikasi orang percaya dengan Tuhan. Percakapan dengan Tuhan di dalam doa dapat menghasilkan jalan keluar dari persoalan kita. Doa dapat mengubah pribadi kita menjadi pribadi yang Tuhan inginkan.
Doa tidak terlepaskan atau berkaitan dengan permohonan dan persembahan, ini berarti bahwa ia memohon kepada Tuhan hal-hal yang kita butuhkan, memberikan diri sepenuhnya kepada bangsanya, karena itu merupakan persembahan yang terbaik, karena berdoa bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Doa-doa yang dijawab itu sesuai dengan iman sipendoa bukan karena tekanan suaranya yang kadang-kadang pelan atau kadang-kadang keras. Hamba adalah sebagai teladan seorang yang menunjukkan suatu sikap hamba yang mau taat dan rendah hati dalam setiap pelayanan. Dengan demikian seorang hamba itu harus dapat mendorong dan membawa jemaatnya untuk berdoa dan mengampuni.
Pdt. Julianus Barus, M. Th. - Rg. Bandung Pusat