• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 27 NOVEMBER 2022, KHOTBAH YESAYA 11:1-10

Invocatio        : Matius 1:23

Bacaan           : Matius 3:1-12

Thema            : Raja Damai Yang Akan Datang


  I. Pendahuluan

Gereja mengawali kalender gerejawi pada hari Minggu Adven I, bukan pada tanggal 1 Januari (Tahun Baru). Dari perspektif Tahun Liturgi, perayaan tanggal 1 Januari dihayati sebagai perayaan Yesus diberi nama. Menurut Hukum Taurat, setiap anak laki-laki Israel harus disunat dalam usia 8 hari setelah lahir. Di saat itulah anak-anak Israel diberi nama (bnd. Kej. 17:2; Im. 12:3; Luk. 2:22-23). Jadi, perayaan Tahun Baru 1 Januari didasarkan pada perayaan Yesus diberi nama. Tahun liturgi justru dimulai pada minggu Adven yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali dalam kemuliaanNya. Oleh karena itu, istilah Adven berkaitan dengan Parousia, yaitu kedatangan Kristus sebagai Hakim dan Raja pada akhir zaman. Gereja dengan sengaja menempatkan awal tahun Liturgi dalam perspektif Parousia (kedatangan Kristus yang kedua) agar iman umat bergerak secara eskatologis. Dengan iman yang eskatologis, selaku umat percaya, kita mengarahkan seluruh pandangan dan mata rohani yang tertuju kepada Yesus (bnd. Ibr. 12:2). Iman kepada Allah di dalam Kristus tertuju secara progresif kepada Yesus yang akan datang dalam kemuliaanNya setelah kita diselamatkan dan diperdamaikan dengan karya penebusanNya di kayu salib.

Dalam kalender Tahun Liturgi, Adven merupakan “tahun baru” (new year), “waktu baru” (new time), dan “kehidupan baru” (new life). Perayaan Adven mengundang umat untuk bangun dari berbagai pergumulan dan harapan semu, sehingga dapat disegarkan dalam anugerah dan pengharapan yang baru dari Allah. Umat perjanjian baru merupakan kelanjutan dari umat perjanjian lama. Umat Kristen dan Israel memiliki pengharapan yang sama, yaitu dunia yang baru karena dipulihkan, diberkati, dan dipedulikan Allah. Melalui diri Kristus, setiap umat ditawari suatu keberadaan hidup yang baru.

II. Isi

Keyakinan iman Kristen terhadap Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan bukanlah tanpa dasar teologis. Bahan bacaan Matius 3:1-12 menyaksikan bagaimana Yohanes Pembaptis menyampaikan firman Tuhan agar umat Israel bertobat. Teguran Yohanes Pembaptis tersebut juga ditujukan kepada orang Farisi dan Saduki yang menganggap dirinya sebagai pelayan-pelayan Allah yang telah memperoleh keselamatan. Inti dari seruan dan tegurannya adalah agar mereka membuktikan buah pertobatan daripada sekadar giat dalam ritual ibadah; juga agar mereka tidak menganggap keselamatan dari Allah diterima secara otomatis hanya karena mereka berasal dari keturunan Abraham. Karena siapa pun yang tidak menghasilkan buah pertobatan akan binasa (bnd. Mat. 3:10). Dalam konteks itulah, Yohanes membaptis mereka dengan air, yaitu agar mereka mengakui dosa dan bertobat, memperoleh pengampunan Allah. Namun yang sangat menarik, ia kemudian di hadapan orang banyak membuat suatu pernyataan “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat. 3:11). Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa akan segera muncul seorang yang lebih berkuasa daripadanya. Orang yang dimaksudkan oleh Yohanes Pembaptis sangatlah jelas, yaitu Yesus dari Nazaret, di Galilea.

Padahal tentang diri Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus menyebutnya sebagai seorang yang “lebih daripada nabi” (Mat. 11:9). Namun, di tepi Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis malah menyebut Yesus sebagai “yang lebih berkuasa daripadaku” (Mat. 3:11). Perkataan Yohanes Pembaptis tentang Yesus ini menunjukkan kedudukan Tuhan Yesus yang jauh lebih tinggi daripada nabi, bahkan melebihi dirinya sendiri. Dia lebih berkuasa dari segala yang ada, sehingga Yohanes Pembaptis pun menyatakan bahwa ia tidak layak melepaskan kasut-Nya. Alasan teologis tentang sikapnya yang memuliakan Kristus, yaitu, “Ia (Yesus) akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” sedangkan Yohanes Pembaptis sendiri hanya dapat membaptis mereka dengan air sebagai tanda pertobatan. Selain itu, hanya Kristus saja yang mampu menjadi Hakim yang ditentukan Allah untuk mengadili umat manusia. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berkata, “Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Mat. 3:12). Peran Kristus sebagai Hakim Allah di akhir zaman disaksikan secara figuratif, yaitu seperti seorang yang menampi bulir-bulir gandum dengan alat penampi agar Dia dapat memisahkan dan membuang kulit-kulit gandum. Lalu Dia akan mengumpulkan bulir-bulir gandum ke tempatnya, sedangkan sekam gandun itu akan dibakar-Nya. Demikian pula wewenang dan kuasa Kristus. Dia ditentukan oleh Allah sebagai penampi untuk memisahkan “yang benar” dengan “yang tidak benar”, “yang kudus” dengan “yang fasik”. Mereka yang benar di hadapan Allah akan dikaruniai keselamatan, sedangkan yang jahat dan fasik akan dibinasakan.

Pemberitaan Yohanes Pembaptis tentang Kristus yang memiliki segala kuasa dan memiliki wewenang untuk membaptis umat percaya dengan Roh Kudus dan api didasarkan pada nubuat Nabi Yesaya (bahan khotbah). Dalam Yesaya 11:1 ditegaskan bahwa identitas Mesias, orang yang diurapi Allah berasal dari keturunan Isai, ayah Raja Daud. Itulah sebabnya nubuat Nabi Yesaya tentang Mesias dimulai dengan pernyataan, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (Yes. 11:1). Barulah setelah itu, Nabi Yesaya menguraikan karakter utama yang dimiliki Sang Mesias pada ayat berikutnya, yaitu: seluruh hidup-Nya dikuasai oleh Roh Tuhan, memiliki roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan, dan roh takut akan Tuhan. Dengan karakter tersebut, Dia akan mampu menghakimi seluruh umat manusia dengan penuh keadilan. Dia menjadi pembela orang lemah dan tertindas. Di sisi lain, Sang Mesias akan bersikap tegas kepada orang fasik, sehingga dengan kuasa firman-Nya, “ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik” (Yes. 11:4).

Gambaran karakter Sang Mesias yang bernada “keras” tersebut perlu dipahami dalam peran utama-Nya sebagai Hakim Allah. Nubuat Nabi Yesaya tersebut tidak dimaksudkan bahwa Sang Mesias gemar menggunakan kekerasan sebagai pola kerja dan strategi pelayanan-Nya. Pemerintahan Sang Mesias sendiri pada akhirnya bermuara pada suatu kehidupan yang penuh syalom. Dalam Yesaya 11:6-9, digambarkan suatu keadaan yang tanpa permusuhan, dengan gambaran figuratif, “Serigala akan tinggal bersama domba, macan tutul akan berbaring di samping kambing, anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama, lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput, sunga akan makan jerami seperti lembu, anak yang menyusu bermain dekat liang ular tedung”. Pada intinya, pemerintahan Kerajaan Sang Mesias bertujuan agar, “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes. 11:9).

III. Refleksi

Nubuat Nabi Yesaya tersebut secara khusus menunjuk kepada diri Tuhan Yesus. Dalam hal ini, Yohanes Pembaptis juga menegaskan bahwa hanya Mesias saja yang berhak dan memiliki wewenang untuk membaptis dengan Roh Kudus dan api. Ketika Yesus meminta Yohanes untuk membaptis-Nya, Yohanes Pembaptis menyatakan, “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu” (Mat. 3:14). Jadi, Kristuslah yang telah ditentukan Allah menjadi Juruselamat, sekaligus Hakim-Nya yang akan mengadili umat manusia pada akhir zaman. Dalam khotbahnya, Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat. 3:12). Kedatangan Kerajaan surga berarti suatu peristiwa erkatologis saat Kristus akan menghakimi umat manusia. Sebelum Kerajaan Surga tersebut datang, manusia harus segera bertobat dengan menanggalkan kehidupan lamanya.

Percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim justru membuka ruang serta dimensi spiritualitas yang lebih luas bagi pemerintahan-Nya untuk menguasai kehidupan kita, sehingga sepenuhnya dikuasai oleh kasih dan keadilan-Nya. Makna iman kepada Kristus justru menjadi manifestasi dari spiritualitas umat percaya yang ditandai oleh sikap pertobatan, yaitu kesediaan untuk membuang segala bentuk superioritas diri, kesombongan rohani dan segala hawa nafsu duniawi. Dengan spiritualitas iman yang demikian kita dimampukan untuk berlaku adil terhadap kehadiran orang yang berbeda dengan kita.

Dalam masa Adven ini, kita dipanggil untuk makin membuka diri terhadap karya Kristus sehingga pemerintahan-Nya semakin menguasai dan mengendalikan seluruh kehidupan kita secara efektif. Melalui karya dan pemerintahan Kristus, kita dimampukan untuk menghadirkan syalom dalam setiap ruang kehidupan ini. Syalom Kristus tersebut akan menciptakan karya Allah yang membebaskan setiap tirani, belenggu dan kejahatan di atas muka bumi ini. Kita dipanggil untuk makin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan Hakim Allah yang akan mengadili setiap umat manusia. Selain itu, dengan sikap iman yang personal dan khusus kepada-Nya, kita juga dipanggil untuk menciptakan kerukunan dengan semua pihak tanpa pernah membedakan latar belakang budaya, agama, dan etnis. Melalui kehidupan kita, orang di sekitar kita, yaitu para anggota keluarga, sesama dalam pekerjaan dan pergaulan, anggota jemaat, dan masyarakat dapat melihat kehidupan kita sebagai cermin kehidupan Kristus. Kristus yang hadir bukan untuk menciptakan ancaman terhadap yang berbeda dengan diri-Nya sendiri, melainkan mendamaikan setiap sikap permusuhan dan menghadirkan jembatan kehidupan melalui pengurbanan nyawa-Nya di atas kayu salib.

Di sini, kita dapat melihat perbedaan Kristus dengan agama yang dilembagakan melalui agama Kristen. Hakikat Kristus selalu melampaui gereja-Nya. Tidak setiap gereja mengekspresikan kedirian Kristus secara tepat, karena itu mereka dipanggil untuk selalu berubah dan diubah oleh Kristus. Semakin kita berubah dan diubah oleh Kristus, semakin kita mampu bertindak penuh kasih dan adil. Kepastian keselamatan di dalam Kristus memastikan langkah hidup kita untuk menghadirkan keadilan dan damai sejahtera tanpa syarat. Jika demikian, apakah kita kini bersedia menjadi tangan Kristus untuk mengkomunikasikan kasih-Nya? Apakah kita bersedia menjadi mulut Kristus untuk memberitakan firman Allah dan membela keadilan bagi sesama yang tertindas? Apakah seluruh kehidupan kita tertuju hanya kepada-Nya? Di dalam Kristus, Allah telah menghadirkan Kerajaan-Nya yang adil dan penuh keselamatan. Kini melalui hidup kita, Allah memanggil kita untuk menghadirkan Kerajaan Kristus di tengah zaman yang merelatifkan kebenaran dan keadilan.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala-GBKP Rg. Cibinong

MINGGU 20 NOVEMBER 2022, KHOTBAH I KORINTUS 15:50-58 (AKHIR TAHUN GEREJAWI)

Invocatio         : Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula (Ibrani 3:14).

Bacaan            : Pengkhotbah 8:9-17

Tema               : Maut telah ditelan dalam Kemenangan


I. PENGANTAR

Manusia pada dasarnya tidak menyukai hal-hal yang tidak bisa diprediksi dan tidak pasti, karena hal itu membuatnya merasa tidak berdaya, cemas, dan takut. Khusus menyangkut kematian dan bagaimana atau kemana perginya orang mati, ada perbedaan kejelasan antara zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjian Baru.

Manusia zaman Perjanjian Lama memahami kematian adalah musuh manusia yang terbesar. Sebab dengan datangnya kematian semua menjadisia-sia, menjadi nol. Pemahaman ini dapat kita mengerti karena di zaman Perjanjian Lama, orang yang mati dipahami pergi ke dunia orang mati (syeol). Tentang sorga tidak banyak disebutkan. Berbeda dengan Perjanjian Baru, kehadiran Kristus dan karya-Nya membuat pemahaman dan harapan akan sorga semakin jelas dan pasti.

Hal ini dapat kita dalami melalui Firman Tuhan yang menjadi bahan invocatio, bacaan dan khotbah kita hari ini.

II. TAFSIRAN

A. Bacaan Pengkhotbah 8:9-17

Firman Tuhan dalam bacaan kita ini memperlihatkan bahwa pekerjaan Allah tidak dapat diselami manusia. Perbuatan manusia tidak dapat mempengaruhi apalagi menetapkan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh Allah. Allah adalah berdaulat, merdeka.

Dengan memakai kapasitas hikmatnya sebagai manusia, Pengkhotbah berusaha untuk melihat, menganalisa, dan menemukan pola atau petunjuk tertentu untuk memahami segala pekerjaan Allah di tengah dunia ini. Lalu, bagaimana hasilnya ? Pengkhotbah merupakan seorang yang sangat berhikmat. Namun bagaimanapun juga ia mencoba, ia menemukan dirinya begitu terbatas, dan tidak dapat menyelami segala pekerjaan yang Allah lakukan di tengah dunia ini karena antara Allah dan manusia ada jarak dan kesenjangan yang sangat jauh, Allah ada di sorga, manusia ada di bumi (bdk 5:1). Namun satu hal yang pasti adalah Allah tidaklah jahat, Allah tahu apa yang kerjakan-Nya. Allah memiliki hikmat, pertimbangan, rencana, serta pengetahuan yang jauh melampaui hikmat, pertimbangan, dan pengetahuan manusia. Untuk lebih mengenal dan mempercayai Allah, manusia perlu mengakui keterbatasan dirinya dan jangan cemburu apabila melihat orang jahat hidup lama dan “diberkati”. Yang pasti takutlah akan Allah, sebab orang takut akan Allah yang akan beroleh kebahagiaan (ay 12). Lalu, kebahagiaan yang bagaimanakah dan kebahagiaan dimanakah yang dimaksud? Penghkotbah memang tidak menjelaskannya, apakah kebahagiaan di bumi atau setelah tidak di bumi? Mengenai hal ini kita tertolong dengan apa yang ditulis oleh Pdt Emanuel G Singging dalam bukunya “Hidup di bawah Bayang-Bayang Maut”. Beliau menuliskan, “ Kehidupan disini ( bumi) tidaklah terpisah dengan kehidupan disana (setelah meninggalkan bumi). Jika hidup disini anda bersama Allah, maka hidup disana pun anda akan bersama Allah. Hal “sorga” itu bukan soal nanti dan disana, tetapi soal kini dan disini”.

B. Khotbah I Korintus 15: 50-58

Bagian ini merupakan penghujung dari pembahasan Paulus tentang kebangkitan orang-orang mati. Sebagian jemaat di Korintus menolak kebangkitan orang mati atau kebangkitan tubuh (15:12) karena mereka terpengaruh dengan pemikiran duniawi (15:32-33). Dari perspektif dualisme Yunani yang menganggap tubuh (materi) sebagai elemen yang buruk, kebangkitan tubuh memang sukar untuk dipahami, apalagi diterima. Mengapa sesuatu yang “buruk” kelak perlu dikembalikan lagi? Bagaimana tubuh seperti sekarang bisa cocok dengan dunia roh kelak?

Jawaban Paulus terhadap persoalan ini cukup panjang (dari 15:1). Jawaban yang lebih spesifik dan konkrit mulai diberikan di ayat 35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?”). Realitas sehari-hari menunjukkan bahwa perubahan wujud (“tubuh”) sangat dimungkinkan (15:37-38). Allah sudah menyediakan tubuh yang khusus untuk keberadaan yang khusus pula, termasuk kemuliaan yang khusus bagi masing-masing tubuh (15:39-41). Hal yang sama berlaku pada tubuh kita. Dari Adam, kita mewarisi tubuh alamiah yang bisa binasa; di dalam Kristus, kita akan mendapatkan tubuh rohaniah yang kekal (15:42-49).

Teks khotbah ini membawa uraian Paulus lebih maju selangkah. Ada pemikiran baru yang ditambahkan. Paulus menyadari kesulitan yang dihadapi oleh jemaat Korintus seputar kebangkitan tubuh. Memang sukar untuk membayangkan bahwa tubuh yang sekarang ini akan tetap ada sampai kita kelak berada di surga dengan dimensi rohaninya. Paulus “mengamini” pandangan mereka dengan berkata: “daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (ayat 50).

Ayat ini berbentuk paralelisme sinonim. Frasa “daging dan darah” sejajar dengan “yang binasa”, sedangkan “Kerajaan Allah” sama dengan “yang tidak binasa”. Yang ingin disampaikan adalah ini: tubuh kita yang sekarang, entah kita berada dalam keadaan hidup atau mati, memang tidak cocok untuk Kerajaan Allah. Tidak masuk akal apabila sesuatu yang dapat binasa bisa berada dan bertahan dalam suatu realitas yang tidak dapat binasa.

Kalau demikian, bagaimana tubuh kebangkitan dapat dimungkinkan? Di mata Paulus, kunci untuk persoalan ini merupakan sebuah rahasia (ayat 51) yang merujuk pada sesuatu yang dahulu masih tersembunyi tetapi di kemudian hari dibukakan. Pembukaan rahasia ini terletak pada karya Kristus (ayat 45-49). Tanpa Kristus, misteri ini tidak akan terbuka dan dipahami. Melalui kebangkitan Kristus, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan antara tubuh lama dan baru. Ada kesinambungan dengan yang lama, namun tidak mungkin persis sama.  

Bagaimana dan kapan perubahan tubuh terjadi? Transformasi ini ditandai dengan beberapa karakteristik, yakni:

  1. Terjadi melalui kuasa ilahi (ayat 51, 52). Bentuk pasif yang tanpa subjek eksplisit menyiratkan suatu pekerjaan ilahi.
  2. Terjadi dalam sekejap ( ayat 52). Kata ini merujuk pada sesuatu yang tidak bisa dipecahkan lagi, berarti waktu tersingkat yang dapat dibayangkan. Dalam ungkapan modern biasa disebut “dalam sekejap mata”.
  3. Terjadi pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali (ayat 52). Nafiri terakhir biasanya berkaitan dengan tradisi eskhatologis.
  4. Keempat, ada kesinambungan antara tubuh lama dan tubuh baru (ayat 53). Ayat ini menyediakan gambaran yang agak konkrit tentang transformasi tubuh. Tubuh yang lama tidak dimusnahkan, hanya diberi “pakaian yang baru” (lihat kata “mengenakan” ).
  5. Perubahan ini pasti terjadi (ayat 54-55). Apa yang akan terjadi sebenarnya sudah lama direncanakan oleh Allah. Momen itu akan menggenapi (ayat 54b). Pertanyaan retoris “Hai maut, di manakah kemenanganmu, hai maut di manakah sengatmu?” berasal dari Hosea 13:14. Dalam konteks asli, dunia orang mati (Sheol) dan kematian (maut) berkaitan dengan penghukuman bagi kejahatan Efraim. Dari perspektif kebangkitan Kristus, kejahatan dan maut telah dikalahkan. Apa yang sebelumnya merupakan berita penghukuman bagi umat Tuhan, sekarang justru berubah menjadi ejekan bagi maut sendiri.

Kristus sang Terang, menerangi kegelapan. Di dalam Kristus dan karyaNya yang sempurna membuat apa yang masih tersamar dalam Perjanjian Baru menjadi terang-benderang, termasuk tentang kematian dan segala yang berhubungan dengan kematian. Kristus adalah Raja Penguasa Bumi dan Sorga, Awal dan Akhir. Kematian tidak memadamkan cahaya terang. Kematian hanyalah mematikan lampu, karena fajar telah tiba.

C. Invocatio Ibrani 3:14

Bagian ini merupakan seruan bagi penerima surat yang sedang mengalami penderitaan karena sebagai pengikut Kristus untuk tetap setia kepada Kristus. Bagian yang telah diberi Kristus tidak akan hilang jika berpegang selamanya.                   

III. APLIKASI

Minggu akhir tahun gerejawi biasanya dipakai sebagai momen untuk mengenang saudara/saudari (jemaat) yang meninggal dalam satu tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan bahwa kita yang masih hidup juga pada saatnya akan mengalami hal itu.

Melalui khotbah kita hari ini, kita diingatkan untuk:

  1. Tetap takut akan Allah walaupun kadang cara kerja Allah tidak dapat kita mengerti.
  2. Kristus membuat keselamatan menjadi terang
  3. Apa yang telah dilakukan Kristus diresponi dengan tetap setia kepadaNya ( I Kor 15:58, Ibrani 3:14).

Pdt Pribadi S Meliala- Runggun Tambun

MINGGU 30 OKTOBER 2022, KHOTBAH YEREMIA 7:1-7 (MINGGU REFORMASI)

Invocatio: “Melakukan keadilan adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang jahat” (Ams. 21:15).

Bacaan   : Ibrani 10:19-25 (Tunggal)

Khotbah : Yeremia 7:1-7 (Tunggal)

Tema      : Memperbaharui Tingkah Laku (Ngubah lagu langkah)


 

Pengantar

Kita mungkin sering mendengar lagu yang pernah hits di tahun 2003, yang di populerkan oleh Peterpan yang berjudul “Topeng”. Sepenggal syairnya berkata “Buka dulu topengmu..” Topeng adalah sesuatu yang dipakai oleh manusia untuk menutupi keadaannya yang sebenarnya. Topeng juga dipakai sebagai penegas bahwa kehidupan manusia sering sekali dekat dengan kemunafikan. Munafik (KBBI) adalah menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk (kepura-puraan?berpura-pura percaya/setia,dsb). Inilah yang diangkatkan dalam teks yang menjadi bahan renungan kita.

Pendalaman Teks

Teks kita hari ini mengajak orang Yehuda untuk meninggalkan kemunafikan kehidupan beragama umat Allah, yang disampaikan oleh Yeremia di pintu gerbang rumah Tuhan. Yeremia memulai pelayanan sebagai nabi pada tahun ke-13 pemerintahan Raja Yosia dan ia ikut mendukung gerakan pembaharuan Yosia, Akan tetapi, ia segera menyadari bahwa gerakan itu tidak menghasilkan perubahan yang sungguh-sungguh; Yeremia mengingatkan bahwa jika tidak ada pertobatan nasional yang sejati, maka hukuman dan pemusnahan akan datang.

Menarik bahwa nubuatan yang berisi ajakan itu, dimulai dengan kata “dengar”, (Ay. 2) yang dalam Bahasa Ibrani, shema yang tidak hanya sebatas dengar (memperlihatkan telinga berfungsi dengan baik), tapi juga menyimak dan mendengarkan sehingga melahirkan sebuah tindakan dan respon.

Hal-hal yang harus di dengar (shema) adalah

  • 3: Perbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu

Perbaiki (Ibr: yatab, English: To be good, be well). Yeremia sangat jelas memperlihatkan kehidupan tingkah laku jemaat yang harus diperbaiki. Praktek mencuri, membunuh, berzinah dan membakar korban kepada Baal (ay. 9), adalah sikap/tingkah laku yang sering dilakukan dan terlihat. Bahkan karena frekeunsinya sering akhirnya menjadi sesuatu yang biasa. Kebiasaan yang kemudian menjadi kebenaran. Apalagi ketika mereka berada di Bait Allah, mereka menyembunyikan sikap dan sifat mereka yang buruk, sehingga mereka merasa tidak perlu bertobat. Yeremia mengingatkan itu kepada mereka. Bait Allah memang terbuka bagi siapa saja, mereka tidak dilarang untuk datang ke baik Allah. Tetapi ingatlah bahwa dalam ibadah yang kita lakukan ada bagian penting (pengakuan dan pengampunan dosa}. Artinya bait Allah terbuka bagi siapa saja. Tetapi janganlah menjadi orang yang munafik, yang menyembunyikan segala kesalahan dan dosa. Manusia memang biasa di bohongi tapi Tuhan melihat sampe kedalaman hati kita. Tuhan selalu menunggu kita, orang-orang yang mau mengambil keputusan untuk menggubah jalan hidup nya. Bukankah hal yang paling bijak untuk kita lakukan ketika kita melakukan kesalahan adalah bertobat. Bukan menyembunyikan sikap buruk kita dan kelihatan pura-pura baik. Tapi datang dengan hati yang tulus sebagaimana dalam pembacaan yang pertama di Ibrani 10:22, “marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah di basuh dengan air yang murni.”.

  • 4: Jangan percaya kepada perkataan dusta.Perkataan-perkataan yang tidak memberi faedah (ay. 8). Didalam sebuah artikel tribun-bali.com, menuliskan mengapa mendengar itu penting. Ternyata mendengar dengan baik membuat kita membantu kita untuk menentukan keputusan dan menghindari kesalahan. Nah, bisa kita bayangkan jika kita membiasakan mendengar hal-hal yang tak berfaedah, sebagaimana dikatakan dalam Ayub 15:13 “ sehingga engkau memalingkan hatimu menentang Allah, dan mulutmu mengeluarkan perkataan yang serupa”. Segala hal yang keputuskan dan yang akan kita katakana banyak sekali dipengaruhi oleh pendengaran kita. Oleh sebab hati-hati dengan apa yang kau dengar, dengan saling menasihati, semakin giat mendorong dan melakukan dalam kasih pekerjaan baik (bnd. Ibr. 10:24-25)
  • 6: Tidak menindas dan tidak mengikuti allah lain. Penindasan kepada orang asing, yatim dan janda dengan membiarkan berlalunya kejahatan-kejahatan tanpa mengindahkan hukum. Adanya kelompok-kelompok memiliki privilege yang kebal hukum. Yang tentunya akan membuat ada kelompok yang kehilangan haknya.

Ay. 3c dan ay.7: memperlihatkan janji Tuhan yaitu “Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Keputusan akan menentukan jalan arah hidup kita. Pertobatan dan melepaskan diri dari kemunafikan bukan berarti menjadi sempurna, tetapi bagaimana kita mengubah arah kehidupan kita, be good/be well. Sebagaimana juga yang ditekankan dalam invocatio kita (melakukan yang benar). Dan Tuhan akan diam dekat dengan orang-orang yang mau mengubah cara dan jalan hidupnya. Mereka sangat menyadari bahwa diam dalam bait Allah akan membuat mereka aman, tetapi mereka lupa bahwa Allah bukan memanggil orang-orang yang merasa dirinya baik dan sempurna (dengan hidup dalam kepura-puraan) tetapi Tuhan memanggil orang yang mengaku dan menyadari ketidaklayakan mereka untuk hidup dalam pengampunan (bnd. Liturgi perjamuan kudus,…” labo idilo Tuhan kalak si serta, tapi kalak perdosa idiloNa, kalak singakuken kesalahan ras perlatunggungna, sierkadiola ras jera atena”).

Penutup/ Aplikasi

  • Minggu Reformasi gereja mengingatkan kepada kita bahwa pembaharuan diri dari bapak-bapak reformator dengan back to bible, membuat tanggal 31 oktober 1517 menjadi hari bersejarah bagi gereja, yang kemudian mejadi hari reformasi gereja. Reformasi tidak hanya terjadi saat itu, tapi semangat reformasi harus terus menerus terjadi (ecclesia Reformata, ecclesia semper reformanda).Perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri.
  • Hidup dalam pertobatan adalah sebuah keputusan. Dan keputusan dipengaruhi dengan apa yang kita dengar dan setia melakukannya. Sehigga kita mampu mempersembahkan hidup kita menjadi panggung kemuliaan Tuhan.

 

Pdt Sripinta Ginting-Runggun Cileungsi

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD