MINGGU 10 DESEMBER 2023, KHOTBAH LUKAS 3:1-14

Invocation :

Imamat 16:30

Ogen :

Jeremia 18:1-11

Tema :

Jera I Bas Dosa Nari / Bertobat Dari Dosa

 

Pendahuluan

Dalam pandangan teologis serta mengacu kepada liturgi GBKP bahwa minggu adven kedua merupakan seruan atau panggilan untuk menanggalkan kegelisahan atau kekuatiran dan membuka jalan bagi Allah untuk maju lebih lanjut menghadapi realita kehidupan ini. Minggu adven kedua juga meneguhkan hati kita kepada Allah yang merupakan sumber pengharapan kita. Lebih jauh lagi Yohanes dalam berita Injil Lukas akan kembali mengingatkan kita untuk membuka jalan bagi Tuhan untuk masuk mengubah hidup kita.

Pendalaman teks

Melalui kalimat-kalimat pembukaan Injil Lukas, nampak jelas bahwa maksud penulis Lukas adalah memberitahu Teofilus tentang kebenaran dari segala sesuatu yang diajarkan kepadanya selama ini (band. Lukas 1:1). Tampaknya Teofilus adalah merupakan tokoh yang berpengaruh pada saat itu. Sekaligus juga Injil Lukas hendak menulis sebuah uraian untuk meyakinkan pihak-pihak yang meragukan keimanan Kristen pada masa itu. Khusus dalam Lukas 3:1-14, penulis hendak memberitakan kebenaran dan penghiburan kepada mereka yang sedang di dalam kegelisahan atau kekuatiran. Untuk lebih memahami secara detail, kita akan melihat lebih jauh maksud dari teks ini. Agar lebih memahami lebih dalam, kita akan membagi menjadi dua pokok pemikiran Lukas dalam pemberitaanya.

  1. Ayat 1-6 “Berita baptisan tobat demi pengampunan dosa dan mencari arah hidup yang segar

Pada bagian ini penulis Lukas menjelaskan bagaimana Yohanes memberikan sebuah pengajaran kepada orang banyak di dekat kawasan Yordan bahwa babtisan adalah sebagai tanda pertobatan. Orang-orang yang menerima baptisan akan mendapat pengampunan dosa (ayat 3). Baptisan ini disebut sebagai babtisan tobat (band. Mat 3:2-11 dan Mark 1:4-6). Artinya bahwa babtisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru di dalam menjalani kehidupan. Di dalam pembacaan pertama (ogen) Yeremia 18:1-11, juga dengan jelas Allah memberikan pesan kepada Yeremia, supaya bangsa Allah harus mengalami pertobatan dari tingkah laku yang jahat dan memperbaiki tingkah laku serta perbuatan. Bangsa Allah harus dibentuk kembali sesuai dengan fungsinya sebagai bangsa pilihan. 

Di balik pemahaman yang disampaikan oleh Yohanes juga ingin menegaskan bahwa, bertobat juga merupakan upaya untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin, dan membiarkan diri untuk dipimpin dan diteguhkan oleh kuasa Allah dalam pertolongan Roh Kudus. Perkataan Yohanes dikuatkan juga ketika dia mengutip perkataan Yesaya 40:3-5 yang menyuarakan penghiburan kepada umat Israel pada saat itu. Umat Allah diajak untuk membuka jalan bagi Tuhan yang akan menyelamatkan mereka dari ketertindasan fisik dan batin.

Dengan mensejajarkan konteks kitab Yesaya dan konteks Injil Lukas dapat dipastikan bahwa pertobatan yang dimaksudkan bukan hanya mengubah perbuatan kita, tetapi mengubah cara kita menyikapi setiap persoalan kehidupan, membuka jalan pikiran kita untuk dimasuki oleh kuasa Tuhan dan membiarkan diri dihibur oleh pertolongan Roh Kudus. Hal ini juga berkenaan dengan masa minggu adven yang merupakan minggu berita yang membawa penghiburan.

  1. Ayat 7-14 “Dampak pertobatan dalam kehidupan sehari-hari

Perjumaan dengan Allah di dalam pertobatan adalah untuk mengikat kembali hubungan yang sebelumnya mengalami keterpisahan antara manusia dan Allah. Keberdosaan kita manusia sangat menyakitkan dan mencemaskan kita. Sehingga dengan tegas Yohanes dalam berita Injil Lukas mengecam keras untuk menyadarkan kita akan pentingnya pertobatan. Invocation kita Imamat 16:30 menegaskan bahwa pentingnya diadakan pendamian dan pentahiran dari segala dosa manusia terhadap Allah. Namun, kata-kata tajam Yohanes sebenarnya untuk menguatkan kembali niat pertobatan bagi yang sudah mulai melangkah untuk mengubah hidupnya. Agar pertobatan lebih nyata dan realistis bagi kehidupan manusia, maka di dalam diskusi tanya jawab antara orang banyak dengan Yohanes. Yohanes berusaha untuk menjelaskan lebih realistis apa yang harus dilakukan ketika seseorang sudah menerima pertobatan.

Menurut Yohanes bahwa ciri-ciri orang yang bertobat adalah mau belajar mengubah diri, belajar memperhatikan sesama, belajar berlaku adil dan lurus. Dan keinginan untuk belajar ini jugalah yang menyatakan hadirnya Allah bagi dunia. Kemauan untuk belajar mengubah diri juga menghadirkan sikap-sikap moral yang menjinakkan kecenderungan serakah, main kuasa, curang, dan berbagai kenyataan buruk di dunia.  

Aplikasi

Memahami makna pertobatan, kita juga dapat belajar dari pertobatan Paulus. Salah satu contoh di dalam suratnya Gal 2:19, Paulus mengaku bahwa dirinya telah disalibkan dengan Kristus. Arti dari pengakuan ini merupakan titik-balik bahwa semua yang lampau telah berakhir, dan kini mulai dengan hal yang baru serta menyerahkan diri kepada tuan yang baru yaitu Yesus Kristus. Dengan memahami makna dari pertobatan yang disampaikan oleh Yohanes, juga melalui contoh pertobatan Paulus. Kita diajak untuk menyikapi hidup dengan pembongkaran dan Pembangunan moral-moral kehidupan kita. Pertobatan bukan hanya menyesali dan menolak kejahatan, tetapi juga tindakan mengasihi dan menerima Allah. Bertobat juga berarti menolak kebohongan-kebohongan serta kepalsuan. Pertobatan bukan hanya ketika kita mengaku di saat menerima pembabtisan. Tetapi pertobatan adalah keseharian kita yang selalu menghadirkan otoritas Allah.

Di sisi yang lain, pertobatan kita juga mengarahkan kita untuk tidak mengalah kepada ketidaksempurnaan kita dalam kehidupan ini. Sikap takut, diam, dan tak berbuat apapun adalah sikap yang harus dilawan dengan pengharapan. Pertumbuhan keadaan baru kita membangkitkan semangat berjuang, membuka dan menerangi pengharapan kita, serta mengarahkan hati kepada Allah yang berkuasa. Amin.

Pdt. Irwanta Tarigan, S.Th-GBKP Rg. Banjarmasin

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD