• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 05 MARET 2023, KHOTBAH LUKAS 18:31-34

Invocatio: “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu,  ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. (Masmur 25:6).

Ogen: Yunus 2:1-7

Khotbah: Lukas 18:31-34

Tema: TEGUHKAN HATI MENGHADAPI PENDERITAAN

 

I. KATA PENARUH

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan, Pandangan Etika Kristen mengatakan bahwa, pendangan kita terhadap sesuatu menentukan sikap kita terhadap sesuatu itu. Demikian juga halnya bahwa pengenalan kita akan Tuhan menentukan sikap kita terhadap Tuhan itu sendiri. Sama seperti seorang anak kecil, anak kecil tidak akan pernah takut mengikuti orang tua mereka ke manapun orang tua mereka pergi sekalipun melewati jurang yang dalam, jalan yang berduri dan bahkan semakin dilarang orang tua mereka, mereka semakin berkeras untuk ikut. Hal ini dilakukan mereka karena mereka sangat percaya kepada orang tua mereka bahwa orang tua mereka pasti akan menjaga dan melindungi mereka dari bahaya.

II. PENDALAMAN TEKS

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan, nas khotbah ini menceritakan tentang bagaimana Kristus memberitahu murid-murid-Nya mengenai penderitaan-penderitaan dan kematian-Nya yang semakin mendekat, dan kemuliaan yang akan menyertainya. Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus menyatakan bahwa Ia akan mengalami penderitaan dan maut (32). Tetapi tidak untuk selamanya Ia mati karena Ia akan bangkit pada hari ketiga (33). Semua yang terjadi itu sesungguhnya sudah dinubuatkan oleh para nabi pada zaman purba, dan digenapi pada masa itu (31). Ia sendiri sudah melihat dan mengetahui dengan pasti jauh-jauh hari sebelumnya sehingga Ia menganggap bahwa Ia perlu memperingatkan mereka agar murid-murid-Nya tidak terlalu terkejut dan takut akan hal-hal yang akan menimpa-Nya itu. Dalam hal ini dikatakan bahwa penderitaan Kristus sebagai memenuhi nubuat nabi-nabi. Atau dengan kata lain penderitaan-penderitaan yang harus dijalani-Nya, akan digenapi. Yesus mengatakan bahwa:

  1. Yesus akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
  2. Yesus akan diolok-olok.
  3. Yesus akan dihina.
  4. Yesus akan diludahi.
  5. Yesus akan disesah.
  6. Yesus akan dibunuh.
  7. Akan tetapi Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga.

Penghinaan dan pelecehan yang dilakukan terhadap Kristus dalam penderitaan-penderitaan-Nya sangat ditekankan di sini yang disebut dalam Bahasa Yunani hybristhēsetai artinya Ia akan dimaki-maki dan dihina, segala cercaan akan ditimpakan kepada-Nya. Ini adalah bagian dari penderitaan-Nya, yang melaluinya secara rohani Ia akan memenuhi keadilan yang disyaratkan Allah atas pelanggaran yang telah kita lakukan terhadap Dia melalui dosa kita. Dosa ini menyinggung kehormatan-Nya. Satu contoh khusus dari penghinaan yang dilakukan terhadap diri-Nya adalah bahwa Ia akan diludahi, yang secara khusus pula telah dinubuatkan sebelumnya (Yes. 50:6). Namun di sini, seperti biasanya, ketika Kristus berbicara mengenai penderitaan dan kematian-Nya, Ia menubuatkan kebangkitan-Nya, yang meniadakan ketakutan dan cela dari penderitaan-Nya bahwa pada hari ketiga Ia akan bangkit dari kematian.

Namun demikian murid-murid-Nya menjadi bingung oleh karenanya. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan mengenai Mesias dan kerajaan-Nya dan sungguh mematahkan harapan atas Guru mereka, meruntuhkan semua perkiraan mereka, sehingga mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu (ay. 34). Mereka sudah sangat kuat terikat dengan segala prasangka mereka sehingga mereka tidak mau memahaminya secara harfiah, dan mereka juga tidak dapat memahaminya dengan cara lain, dan karena itu mereka tidak mengerti semuanya sama sekali. Semuanya pasti menjadi misteri dan teka-teki bagi mereka karena bagi mereka, rasanya mustahil untuk menyesuaikan pikiran mereka dengan kemuliaan dan kehormatan Mesias serta maksud tujuan pendirian kerajaan-Nya. Perkataan ini tersembunyi bagi mereka dan sulit dipercaya kebenarannya serta tidak dapat mereka diterima karena dalam benak mereka, Yesus akan tampil sebagai Mesias yang mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini dan mengalahkan musuh bangsa Yahudi. Mereka tidak mampu melihat bahwa kemesiasan Yesus dinyatakan melalui penderitaan dan penyaliban-Nya.

Menurut pandangan mereka, mereka telah membaca Perjanjian Lama berulang kali, tetapi mereka tidak pernah menemukan apa pun yang akan digenapi dalam rupa penghinaan dan kematian Mesias ini. Perhatian mereka begitu terpaku dengan nubuat-nubuat yang berbicara mengenai kemuliaan-Nya sampai mereka mengabaikan nubuat-nubuat yang menyinggung mengenai penderitaan-Nya. Padahal hal inilah yang seharusnya lebih ditekankan oleh para ahli Taurat dan ahli-ahli hukum Taurat kepada mereka untuk diperhatikan dan yang seharusnya dimasukkan dalam dasar-dasar kepercayaan dan ajaran mereka, seperti halnya hal-hal yang lain. Akan tetapi, hal ini tidak sesuai dengan rancangan mereka, sehingga mereka mengabaikannya. Mereka hanya ingin mendengar yang hal-hal yang manis-manis saja dan tidak mau mendengar kebenaran. Seperti yang dikatakan Nabi Yesaya sebelumnya, “Sebab mereka adalah bangsa pemberontak, anak-anak yang enggan mendengar pengajaran Tuhan, yang mengatakan kepada para tukang tilik, “Jangan menilik” dan kepada pelihat, “janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis” (Yes. 30:10). Hal inilah yang membuat murid-murid sulit untuk mengerti akan penderitaan yang sampaikan Yesus kepada murid-muridnya.

Akan tetapi beda dengan Yunus dalam memahami dan menghadapi penderitaan. Yunus mengetahui kepada siapa dia harus berdoa. Yunus selalu mengenal Allah yang sejati. Dia tahu kepedulian Allah atas manusia, tetapi toh dia melarikan diri, akan tetapi ketika dia dalam kesulitan, pemahaman yang sama mengenai kasih Tuhan inilah yang memimpin dia kembali kepada Allah. Di dalam perut ikan sekalipun, ternyata ia masih hidup lalu berseru kepada Tuhan. Sekalipun ia merasa bahwa dirinya secara praktis sudah mati (ayat Yun 2:6), Tuhan mendengar doanya dan menyelamatkan nyawanya.

III. APLIKASI

Tema kita hari ini adalah TEGUHKAN HATI MENGHADAPI PENDERITAAN. Dalam KBBI teguh artinya kukuh kuat, erat kuat, kuat berpegang, tetap tidak berubah. Dengan kata lain tema ini mau mengajarkan kepada kita agar kita tidak pernah merubah hati kita untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam menghadapi penderitaan kita, melainkan tetap kuat berpegang kepada Tuhan sekalipun banyak tantangan atau penderitaan yang kita hadapi.

Jemaat Tuhan yang dikasihi Tuhan pengenalan murid-murid Yesus yang dangkal akan Tuhan Yesus membuat mereka tidak dapat memahami arti penderitaan yang akan dihadapi Yesus. Bagi murid-murid, Yesus yang akan tampil sebagai Mesias yang mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini dan mengalahkan musuh bangsa Yahudi sehingga sulit bagi mereka untuk memahami bahwa Yesus akan mengalami penderitaan apa lagi kematian. Para murid sudah lama bersama-sama dengan Tuhan Yesus, bahkan mereka banyak memperoleh pelajaran berharga dari apa yang Yesus perbuat dan ajarkan. Namun, mereka tetap tinggal 'buta' terhadap misi Tuhan Yesus. Bahkan, Lukas 9:45 menyebutkan, mereka tidak mengerti namun tidak berani bertanya. Jadi, mereka menyadari mereka 'buta' tetapi tidak berani meminta supaya Yesus 'mencelikkan' mata rohani mereka!

Oleh sebab itu melalui firman Tuhan hari ini hendaknyalah kita senantiasa mau berusaha mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh sehingga kita akan mampu meneguhkan hati kita dalam menghadapi penderitaan kita karena kita tahu dan mengenal bahwa Allah memiliki rancangan yang lebih indah buat kita sekalipun saat ini kita masih menderita. Sebagai orang percaya, hendaknya kita tidak pernah berputus asa dalam situasi yang sangat buruk sekalipun. Seperti Yunus, kita juga harus berseru kepada Allah memohon kemurahan dan pertolongan-Nya serta menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya. Sekalipun saat ini kita diperhadapkan dengan gelapnya jalan hidup yang harus kita hadapi, sekalipun saat ini seakan-akan semua jalan sudah tertutup dan sekalipun kita merasa kita sudah seperti terkepung karena beratnya persoalan hidup kita, akan tetapi jangan pernah berhenti berseru memohon pertolongan Tuhan agar Tuhan menolong dan membebaskan kita dari penderitaan kita.

Sama seperti yang disampaikan dalam Invocatio kita Masmur 25:6 bahwa Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah. Pemasmur mengarahkan seluruh perhatiannya kepada Tuhan, ia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Tuhan  agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5). Demikian juga dengan kita, hendaknya kita juga senantiasa yakin dan percaya bahwa kasih setia Tuhan akan selalu menyertai dan menolong kita menghadapi penderitaan kita. Amin.

MINGGU 26 FEBRUARI 2023, KHOTBAH LUKLAS 9:43b-45

(MINGGU INVOCAVIT: Berserulah kepadaKu/Erlebuh ia ku Aku)

Invocatio : “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas” (Yoel 2:32)

Bacaan : 2 Raja-Raja 20:1-6

Khotbah : Lukas 9:43b-45

Tema : “Yesus Memberitahukan Tentang KematianNya/Ituriken Jesus Kerna KematenNa”

 

 

 

I. PENDAHULUAN

Kita akan memasuki minggu sengsara II (Passion II) yang dinamai dengan Minggu Invocavit. Invocavit artinya “Berserulah kepadaKu” diambil dari Mazmur 91:15a “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab”. Tuhan setia mendengar seruan kita, Tuhan tidak pernah menutup telingaNya terhadap doa-doa kita. Ketika kita merenungkan derita dan sengsara Kristus, patutlah kita menyadari betapa berdosanya kita dan betapa besarnya kasih Tuhan bagi kita.

Bila kita memanggil Dia ketika kita mengalami kesesakan maka Dia akan menyertai kita, dan Dia akan meluputkan kita dari kesesakan itu. Dengan nama Invocavit diperlihatkan betapa Tuhan mengasihi umat yang percaya kepadaNya. Minggu Invocavit mengingatkan bahwa Tuhan pasti mendengar seruan orang yang meminta pertolonganNya. Dengan perkataan lain, nama minggu ini mengingatkan supaya kita percaya menyampaikan masalah kita kepadaNya, karena Dia pasti menjawab. Tuhan adalah sahabat yang senantiasa siap menemani kita ketika kita dihadang masalah dan penderitaan berat. Seberat apapun masalah yang kita hadapi, Dia mampu menolong kita.

Dalam keadaan menderita atau mengalami pergumulan berat manusia cenderung melupakan Allah dan menyalahkan Allah sebagai bentuk kekecewaannya. Tuhan mengijinkan semua itu terjadi karena Tuhan ingin mendidik kita menjadi pribadi yang kuat dan bertumbuh dalam iman karena sesungguhnya dalam kelemahanlah kuasa Allah menjadi nyata. Karena permasalahan yang kita alami seringkali kita lupa akan kebaikan dan berkat serta kasih yang Tuhan curahkan kepada kita. Kita hanya sibuk dengan pemikiran egois kita yang tidak beralasan. Kita terus mengeluh namun kita tidak mau menyerahkannya kepada Tuhan. Padahal saat kita berseru kepadaNya Tuhan pasti akan mendengar dan menjawab seruan kita.

 II. RENUNGAN

Nas khotbah kita ini menceritakan ketika Yesus yang sedang berbicara kepada para murid-Nya mengenai keadaan hidup-Nya yang akan terjadi. Yesus dengan jelas menegaskan bahwa: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Dari perkataan-Nya tersebut, Yesus bermaksud untuk menjelaskan bahwa diri-Nya sebagai anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Ia akan mengalami penderitaan sebagai bentuk ketaatan-Nya pada Bapa. Namun nampaknya, para murid tidak paham akan maksud dari perkataan Yesus sendiri.

Yesus Juruselamat kita adalah Allah yang telah menjadi manusia, di dalam Filipi 2:7 disebutkan bahwa Yesus telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Yesus adalah Allah tetapi juga manusia, namun Yesus bukanlah pribadi setengah Allah dan setengah manusia. Yesus benar-benar Allah: 100 % Allah sekaligus 100 % manusia. Kristologi Yesus sebagai Allah dan manusia hanya dapat dipahami dengan iman dan bukan logika. Dalam kesaksian kitab-kitab injil, Yesus sendiri menyebut diriNya ‘Anak Manusia’.

Dalam Lukas 9:44b dikatakan “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, untuk kedua kalinya Yesus memberitahukan tentang tujuan kedatanganNya sebagai manusia bahwa Ia akan mengalami penderitaan bahkan dibunuh namun akan dibangkitkan pada hari ketiga. Yesus menyebut dirinya sebagai Anak manusia, Dia menghubungkan identitasNya sebagai Anak manusia dengan misi penebusanNya yang digenapi melalui penderitaan. Yesus mengalami sengsara dan derita yang sangat menyakitkan secara manusia. “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, pernyataan Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa apa yang akan terjadi dan Ia sendiri rela untuk menghadapi kematianNya. Yesus bisa saja menolak penyaliban dengan kekuatan dan kuasaNya, namun Ia taat sampai mati sebab Ia adalah Anak manusia yang menanggung dosa umat manusia.

Lantas apa respon para murid atas pemberitahuan Yesus tentang penderitaanNya ini? Dalam kesaksian Lukas, para murid tidak mengerti dan mereka tidak berani mananyakan arti perkataan Yesus. Sedangkan menurut kesaksian Matius, hati para murid menjadi sedih sekali. Setelah sekian lama bersama Yesus ternyata tidak menjadi jaminan bahwa para murid memiliki iman yang bertumbuh. Para murid memang selalu mendengar pengajaran Yesus, mereka sering menyaksikan mujizat yang dilakukan Yesus. Tapi mereka belum beroleh pengertian dan pemahaman mengenai misi Yesus di tengah dunia.

Mereka tidak mengerti karena bagi mereka Yesus adalah Raja yang penuh kuasa karena mampu melakukan banyak mukjizat. Para murid mungkin berpikiran bahwa Yesus adalah calon raja penguasa Israel yang akan mengembalikan masa keemasan Israel seperti pada zaman Daud. Jadi, menurut mereka, tidak mungkin Yesus akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Yesus tahu isi hati murid-Nya. Ia pun membangunkan mereka dari mimpi tentang kerajaan duniawi. Harapan akan kerajaan duniawi membuat mereka tidak memahami maksud perkataan Yesus. Pengharapan yang salah itulah yang membutakan pikiran mereka. Pengharapan sejati pengikut Yesus adalah kehidupan kekal di surga. Untuk itu, mari kita terus belajar memahami maksud Tuhan dengan mendengarkan firman-Nya. Firman inilah yang akan membentuk pengharapan sehingga kita tidak lagi salah menilai tentang maksud dan tujuan Tuhan bagi kita.

Dalam hidup ini, kita pun juga seringkali dihadapkan dengan situasi seperti para murid. Kita bisa bilang dan berkata bahwa kita adalah pengikut Kristus, tapi kita seringkali tidak paham akan apa yang menjadi rencana dan kehendak-Nya. Apa yang menjadi maksud Tuhan seringkali kurang kita tanggapi dan tangkap dengan sungguh. Di sini, kita juga bisa melihat bahwa untuk sampai pada sebuah pemahaman dan pengertian yang dalam itu tidak serta merta mudah terlaksana. Ini juga menandakan bahwa hidup itu merupakan sebuah misteri, sulit untuk dimengerti dengan nalar kita. Misteri ini nyata hadir, melalui dan dialami Yesus. Bapa memiliki rencana keselamatan yang tertuang semua dalam diri Kristus yang akhirnya mati di salib dan bangkit.

Untuk itu mari kita pupuk iman dan pemahaman yang mendalam akan Yesus dalam hidup, agar kita semakin mantap dan menerima segala yang ada dalam hidup dengan sungguh. Yesus yang merupakan anak manusia diserahkan ke dalam tangan manusia melalui penderitaan dan bangkit. Maka, mari kita setia ikuti-Nya dengan sungguh-sungguh agar semakin dalam pula mengenal-Nya.

Dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-raja 20:1-6, disampaikan mengenai Raja Hizkia. Ketika Hizkia mendengar dari Yesaya bahwa ia tidak akan sembuh dan akan meninggal, maka "menagislah Hizkia" (3). Mendengar doa dan tangisan Hizkia, Tuhan pun berbelas kasihan dan memperpanjang usia Hizkia 15 tahun lagi (6). Lebih dari itu, Tuhan akan melepaskan Hizkia dari tangan raja Asyur (6), yang dikisahkan pada pasal 19. Dengan demikian, kita melihat bahwa Hizkia yang setia dan percaya penuh kepada Tuhan mendapatkan berkat-Nya.

Hal ini dapat kita lihat jelas dalam kehidupan Hizkia, yang mana Tuhan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi. Padahal sebelumnya Tuhan telah menetapkan bahwa Hizkia tidak akan sembuh lagi dan akan mati. Namun seruan doanya dan air mata yang tumpah karena kesedihannya mendengar berita itu melalui Yesaya di dengar oleh Tuhan. Maka sesuai dengan kehendakNya Tuhan mengubah rencanaNya atas hidup Hizkia.

Kita harus pahami, bahwa seruan dan doa Hizkia bukanlah seruan dan doa yang asal-asalan yang terucap. Namun ini adalah seruan dan doa yang tulus sebagaimana dirinya hidup di hadapan Tuhan. Antara hidup yang dijalani dengan seruan dan doa yang disampaikan kepada Tuhan itulah adanya. Tidak ada yang bertolak belakang antara seruan dan doa dengan kenyataan hidupnya. Disini kita dapat melihat bagaimana Tuhan begitu menghargai kesungguhan dari seruan orang yang tulus hidup dalam firman Tuhan. Di ayat 5b dikatakan, ‘telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu’. Semua ini tidak berarti bahwa air mata dalam doa mempunyai khasiat yang menyebabkan doa didengar atau membuat doa lebih manjur. Tetapi air mata, selama itu bukan air mata buaya atau air mata yang dibuat-buat, menunjukkan adanya pertobatan dari dosa dan kesungguhan dalam doa.

Kitab Yoel 2:32 yang menjadi Invocatio kita mengatakan “Dan barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas”. Tuhan tahu jika kita mengalami masalah dan Ia pasti bertindak pada waktu yang sesuai dengan kehendakNya. Ketika kita berdoa dan berseru, itu bukanlah dengan maksud untuk mengubah kehendak Tuhan, karena kehendak Tuhan harus terjadi. Tetapi, doa dan seruan kita adalah penyerahan diri kita kepada bimbinganNya, dan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendakNya. Jika kita berseru meminta tolong kepada Tuhan, Ia sebenarnya sudah siap menolong kita. Tetapi dengan berseru kepada Tuhan, kita akan mendengar suaraNya dan kita akan mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup kita.

III. APLIKASI

Sering kali kita tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan atas hidup kita. Pertanyaan “mengapa Tuhan?” mungkin sudah sering kali terlontar dalam doa-doa kita ketika mengalami situasi sulit. Banyak peristiwa yang terkadang tidak kita inginkan, tetapi justru terjadi. Sering kali pula ketika jawaban yang diharapkan tidak juga kunjung ditemukan, kita justru marah dan berpaling dari Tuhan. Dalam khotbah kita hari ini, para murid juga tidak begitu saja mengerti mengenai Kristus yang harus menderita. Sebagai seorang pemimpin besar, konsep bahwa Yesus harus menderita dan menyerahkan diri tidak ada dalam pikiran para murid. Mereka mengira bahwa Yesus seharusnya dipermuliakan sebagai utusan Tuhan, bukan menderita. Oleh sebab itu, kenyataan bahwa Yesus harus menderita dan wafat justru tidak dihiraukan dan ditolak. Dalam hidup ini, kita ingin segala sesuatu berjalan sesuai yang kita inginkan. Ketika ada peristiwa yang tidak kita inginkan, kerap kali kita tidak bisa menerimanya. Hal ini sama dengan yang dialami oleh para murid. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit akan nasib Sang Guru. Akan tetapi, justru di balik semua peristiwa pahit yang kita alami, ada kemuliaan Tuhan yang menunggu untuk dianugerahkan.

Tuhan tidaklah tuli, Ia pasti akan mendengarkan seruan umatNya. Ketika kita mengalami persoalan hidup, kita selalu berkata “why me God?” tanpa kita merenungkannya terlebih dahulu. Seharusnya terlebih dahulu kita renungkan apa yang sebenarnya Tuhan inginkan lewat berbagai persoalan yang kita alami. Tidak jarang kita merasa tidak ada jalan keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Ketika itu terjadi, yang bisa kita lakukan yaitu datang menghampiri Dia, berseru dan berdoa. Melalui seruan dan doa, kita dapat berbicara denganNya serta meluapkan segala perasaan yang ada dalam hati dan pikiran kita. Kadangkala kita tidak mengerti jalan Tuhan. Namun, hal yang perlu kita imani adalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Artinya, dalam kegelapan bahkan badai sekalipun, Tuhan menguatkan dan menyertai kita sehingga kita dapat bertahan.

Ketika kita berseru kepada Tuhan, berarti kita percaya bahwa Tuhan masih mau mendengarkan seruan kita. Kita juga tahu bahwa sesungguhnya Allah menyimak apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita berdoa, berarti kita juga melihat masih ada harapan ketika kita berserah kepadaNya dan masih ada suara Tuhan yang menghibur dan menjawab setiap kata dari seruan kita. Sampai kapanpun kita tidak dapat melepaskan Tuhan. Ketika kita berserah kepadaNya, berarti kita siap dan sabar untuk menantikan apa yang ingin Tuhan perbuat kepada kita. Kita harus sabar karena waktu dan caraNyalah yang terbaik untuk kita. Mari kita berbicara dan berseru kepadaNya agar kita beroleh ketenangan. Tuhan Yesus memberkati.

Akhir Januari penuh harapan

Pdt Irwanta Brahmana-Ketua BPMK GBKP Klasis Bekasi Denpasar

MINGGU,17 FEBRUARI 2023, KHOTBAH JESAYA 50:4-6

Minggu Passion I/ Estomihi: Jadilah Man Bangku Lingling Kecion

Invocatio :

“Namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel” (Kej. 49:24)

Bacaan :

Matius 16 : 21 - 24 (Responsoria)

Khotbah :

Jesaya 50 : 4 – 6 (Tunggal)

Tema :

“Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

 

Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, berbicara tentang penderitaan adalah sesuatu yang tidak populer, tidak menarik dan enak. Namun demikian, penderitaan dan kesengsaraan tidak pernah benar-benar hilang dari kehidupan manusia. Dimana saja, kapan saja dan siapa saja masih ditemukan, mengalami dan pernah merasakan yang namanya penderitaan. “Tidak ada kehidupan tanpa persoalan, dan tidak ada kedewasaan tanpa rintangan dan penderitaan.” Firman Tuhan dalam Alkitab begitu banyak berbicara penderitaan. Bahkan jalan keselamatan yang tempuh Tuhan kita Jesus Kristus adalah Via Dolorosa atau jalan penderitaan/ kesengsaraan. Karena itu, sekalipun topik penderitaan bukanlah isu yang seksi tetapi ternyata tema inti dalam iman Kristiani. Mari kita melihat dan semakin mendalami dan memahaminya melalui renungan Minggu Passion I ini.

     ISI

Tuhan Allah telah memberi lidah dan telinga kepada hamba TUHAN (ayat 4, 5a)

Nats khotbah kita ini disebut dengan nyanyian hamba TUHAN. Firman Tuhan dalam deutero Yesaya ini menunjukkan perbedaan mencolok (kontras) antara bangsa Yehuda dan sang hamba TUHAN. Bangsa Israel tidak mau taat kepada Allah, sementara sang hamba TUHAN sangat taat kepadaNya. Sang hamba TUHAN tahu bahwa TUHAN telah memberikan lidah seorang murid kepadanya. Dengan lidah itu ia diminta Tuhan untuk memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu (ayat 4a). Si hamba TUHAN menyadari bahwa setiap pagi Ia mempertajam pendengarannya (telinga) untuk mendengar seperti seorang murid. Hamba TUHAN mengaku bahwa Dia telah membuka telinganya (ayat 4b, 5a).    

Mari menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah pemberitan Allah bagi kita. Termasuk organ-organ tubuh kita seperti lidah dan telinga. Ingatlah bahwa setiap pemberianNya (organ tubuh dan kemampun/ talenta kita), Tuhan mau kita pakai sesuai maksud dan tujuanNya. Karena itu gunakanlah setiap pemberianNya sesuai dengan maksud dan tujuanNya. Lidah untuk berkata baik dan benar. Secara khusus memberi semangat baru bagi orang yang letih lesu, bimbang dan hilang pengharapan. Apakah lidah kita lebih banyak berkata benar, baik, mencerahkan, menyejukkan, menentramkan, menyemangati dan memberi harapan? Atau lidah kita justru lebih sering bohong, hoax, kasar, menyakiti, mengecilkan hati, merendahkan dan mematahkan semangat? Allah memberi kita telinga yang tajam untuk mendengar kehendakNya dan isi hatiNya. Pendengaran yang tajam akan suara Tuhan memampukan kita menyampaikan dan berbagi firman dengan baik untuk tumbuh bersama. Hati-hati dengan telinga/ pendengaran kita. Biarlah pendengaran kita tajam mendengar suara Tuhan, bukan sebaliknya kepada suara kedagingan kita, nafsu atau syahwat kita sendiri. Jangan kiranya pendengaran kita cepat dan tajam kepada suara iblis, sebaliknya lamban dan tumpul kepada suara Tuhan.

     Hamba TUHAN taat dan memberi diri (ayat 5b - 6)

Berbeda dengan bangsa Israel yang suka melawan dan memberontak, sebaliknya si hamba TUHAN hidup taat walau menderita dan dihina. Dia tidak memberontak dan tidak berpaling ke belakang. Hal ini ia tunjukkan dengan memberi punggungnya kepada yang memukulnya ( mengalami penderitaan). Ia memberi pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya (lambang penghinaan). Ia tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi. Si hamba TUHAN tetap taat dan berserah kepada Allah sekalipun mengalami penderitaan dan penghinaan. Apa yang dinubuatkan dalam nyanyian hamba TUHAN ini nyata sekali dalam diri Kristus Yesus. Yesus dengan terus terang mengatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga. Dia memberi diriNya menderita dan dihina, disiksa dengan kejam dan bengis bahkan sampai mati di kayu salib. Yesus taat melakukan kehendak Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia. Ia yang kudus rela memberi diri secara total untuk mengalami semua penderitaan untuk menebus dosa manusia. Yesus memberitahu syarat-syarat menjadi pengikut dan muridNya yaitu: harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia (Matius 16:21-24). Yesus memakai kata ‘harus’ dalam menyangkal diri dan memikul salib dama mengikut Dia. Harus artinya mutlak, tidak bisa tidak, tidak ada jalan lain.          

Sudahkah kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan Yesus? Taat dan setia di saat semua baik, lancar dan seperti yang kita harapkan semua kita bisa. Tetapi apakah kita tetap taat dan berserah kepada Kristus ketika keadaan susah, payah, tidak sesuai bayangan dan harapan kita? Apakah kita mampu tetap taat dan setia kala menghadapi dan mengalami penderitaan dan penghinaan? Jangan-jangan sebelum orang lain menjahati dan menghina kita, kita sudah lebih dulu menyakiti dan menghina orang lain. Kita mencari pembenaran dengan mengatakan, ‘Daripada disakiti dan dihina, lebih baik menyakiti dan mengina.’ Untuk menjadi murid Tuhan Yesus yang benar kita harus menyangkal diri, harus memikul salib dan mengikutNya. Mengikut Yesus berarti mengikuti apa yang telah Dia lakukan yang merupakan contoh dan teladan bangi kita. Mengikut Yesus berarti memikul salib. Ingat, tidak ada salib yang bergagang. Sesungguhnya salib bukanlah aksesoris belaka. Salib adalah lambang penderitaan dan penghinaan. Ketika kita melihat atau memakai salib, kita diingatkan untuk sedia menyangkal diri, rela menderita bahkan dihina karena iman dan kesetiaan mengikut Tuhan Yesus.    

Tema: “Tuhan Memberikan Pengertian Dalam Penderitaan”

Melalui Minggu Passion I ini kita diajar untuk melihat penderitaan dengan mata baru atau perspektif baru. Penderitaan tidak selamanya negatif, buruk dan merugikan. Penderitaan punya sisi positif, terang dan baik. Tema kita mengatakan bahwa Tuhan memberikan pengertian dalam penderitaan. Jikalau kita mau taat dan berserah kepada Tuhan Yesus, setia mengikut Dia, kita diajari dan diberi pengertian baru melalui penderitaan. Yesus Kristus telah lebih dahulu menunjukkannya. Kristus taat sampai puncak penderitaan yaitu mati di kayu salib, maka Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Demikian kita orang percaya para pengikutNya. Orang Karo bilang, “Kiniseran kite-kita ku si jore.” Ungkapan ini sejalan dengan kata mutiara, “No pain no gain; no gain without pain.” Kalau mau jore (sukses, berhasil) kita harus sedia menderita. Tanpa kesusahan dan penderitaan tidak akan kemuliaan dan kesuksesan. Ada banyak sekali pengertian yang Tuhan berikan dalam penderitaan. Melalui penderitaan, Tuhan mengajar kita bahwa kita adalah manusia, bukan Tuhan. Kita terbatas dan tidak sempurna karena itu kita perlu Tuhan. Melalui penderitaan kita dimatangkan dan didewasakan Tuhan. Otot-otot rohani kita dikuatkan dan dikokohkan seperti Yusuf yang mengalami banyak penderitaan (Kej. 49:24). Melalui penderitaan, kita bisa naik kelas/ level, berprestasi dan meraih kesuksesan. Orang yang pernah menderitalah yang akan mengalami kemenangan dan kejayaan. Leo Messi gagal juara dan menderita 5 kali final, dimana dia pernah menyatakan pensiun sebelum mengubah keputusannya. Kesempatan ke 6 kali baru juara. Penderitaan mengajari kita menyadari dan menghargai arti kehidupan. Melalui penderitaan, Tuhan memberi kita ‘Blessing in Disguise’ (berkat tersembunyi).    

Penutup

Kita tidak mencari dan meminta agar hidup menderita. Tetapi penderitaan pasti datang dan terjadi. Jangan sangkal, jangan abaikan, jangan lari dan mengindar, tetapi hadapi dan tanganilah dengan iman. Tuhan tidak membiarkan dan meninggalkan kita. Tuhan menjadi Estomihi (gunung batu tempat perlindungan kita). Selain tempat perlindungan, Tuhan juga memberi pengertian baru bagi kita melalui penderitaan. Dengan pengertian yang diberikan, kita dimampukan untuk tetap taat, setia dan berserah diri kepadaNya. Bukan keadaan tenang dan senang yang memberi pelajaran dan pengertian hidup bagi kita. Tetapi acap kali keadaan susah, banyak masalah, penderitaanlah yang memberi pelajaran hidup yang bagi kita. Tetaplah tegar dan mekar dimasa sukar. Nantikan dan dapatkanlah pelajaran dan pengertian melalui penderitaan kita. Selamat menderita karena iman kepada Kristus Yesus. amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh-GBKP RG Bogor

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD