KAMIS, 18 MEI 2023, YOHANES 14:1-6 (PERINGATAN KENAIKAN TUHAN YESUS KE SURGA)
Invocatio : Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi (Ibrani 1:3c)
Bacaan : 2 Raja-Raja 2:6-12a (Tunggal)
Tema : Yesus Menyiapkan Tempat Bagi Orang Percaya (Jesus Nikapken Ingan Man Kalak Si Tek)
PENGANTAR
Adakalanya, saat dimana kita menemukan diri kita diliputi dengan kegelisahan, dan akibatnya kita menjadi tidak tenang, kuatir, takut, jantung rasa deg-degan, tubuh seperti kram, tidak bisa tidur dan tidak dapat berpikir dengan baik. Bahkan terkadang kegelisahan itu begitu kuat sehingga kita ingin menyerah. Minggu ini, kita memperingati kenaikan Tuhan Yesus ke surga, kita diingatkan agar jangan takut dan gelisah ketika menghadapi berbagai pergumulan, terlebih karena perpisahan yang kita alami. Mengapa? Karena Tuhan mengetahui bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi takut dan gelisah ketika menghadapi berbagai permasalahan keluarga, kondisi keuangan, pergumulan di dalam dosa dan penyakit dapat mengakibatkan kita menjadi gelisah.
PENJELASAN TEKS
Teks kotbah dari Yohanes 14:1-6. Untuk lebih memahami teks kotbah ini, kita harus juga memperhatikan dari teks sebelumnya, yaitu Yohanes 13:1-38. Teks Yohanes 13:1-38 merupakan bagian percakapan Yesus dan murid-muridNya, setelah Ia membasuh kaki mereka dan mengadakan perjamuan makan dengan para murid-murid itu. Yesus menyampaikan kepada muridnya bahwa tidak lama lagi Ia akan meninggalkan muridNya, serta memberikan pengajaran untuk saling mengasihi sama seperti Ia telah mengasihi para murid, dan para murid juga saling mengasihi.
Selanjutnya, Yesus melihat kegelisahan di hati Simon Petrus dan juga murid-muridNya karena Yesus mengatakan tentang kepergianNya, meninggalkan murid-muridNya (Yohanes 13:33). Mereka tidak tau kemana Yesus akan pergi. Selain itu, kegelisahan terjadi, mungkin juga karena Yesus mengatakan kepada Simon Petrus bahwa : “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Yoh. 13:38). Dalam teks sebelumnya, Yohanes 13:21, dikatakan : “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku.” Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan pengertian mereka, sebagai orang Yahudi tentang Mesias, yaitu Mesias akan memimpin mereka mengalahkan Romawi. Dengan adanya kata-kata Yesus ini, membuat mereka bingung dan kecewa. Para murid telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, ternyata Yesus akan meninggalkan mereka.
Melihat kegelisahan hati para muridNya, Yesus melarang mereka untuk gelisah . Dalam Yohanes 14:1, Yesus mengatakan : “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.” Yesus hendak menguatkan hati Simon Petrus dan juga murid-muridNya. Yesus tidak menginginkan muridNya mengalami kegelisahan karena ketidak percayaan. Yesus meneguhkan para murid untuk tetap beriman kepada Allah. “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu.” Perkataan Yesus ini mengajarkan kepada murid-muridNya bahwa iman kepada Allah menjadi penawar kegelisahan. Percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan cara yang sangat baik untuk menjauhkan kegelisahan dari hati kita. Perintah Yesus ini haruslah tetap kita taati terus menerus dalam kehidupan setiap hari.
Setelah Yesus mengajarkan bahwa ketaatan beriman kepada Tuhan menjadi penawar kegelisahan hati, Yesus melanjutkannya dengan mengatakan : “ Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yohanes 14:2-3). Iman (kepercayaan kepada Allah) dihubungkan dengan kekekalan/kehidupan setelah kematian di sorga. Kata “Di rumah Bapa-Ku” menunjuk ke sorga, karena ke sanalah Yesus harus “pergi” untuk menyediakan tempat bagi kita (Mat.6:9). Sorga merupakan tempat kehidupan kekal bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Kepergian Yesus adalah untuk mempersiapkan suatu tempat di surga bagi murid-muridNya. Yesus akan datang kembali. KedatanganNya kembali sama pastinya dengan Yesus terangkat ke surga, demikian juga Dia akan kembali untuk menjemput murid-muridNya yang percaya kepadaNya, agar tinggal bersamaNya di sorga. Inilah yang menjadi pengharapan orang yang percaya kepadaNya.
Setelah Yesus berbicara tentang surga, kemudian Ia melanjutkannya dengan pembicaraan tentang “jalan ke surga”. Dalam Yohanes 14:4-5 dituliskan : “Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Di sini, Yesus mengatakan bahwa para murid tahu jalan ke sana, tetapi Tomas mengatakan bahwa ia tidak tau. Padahal Yesus telah mengatakan kepada murid-muridNya bahwa Dia akan pergi kepada Bapa yang telah mengutusNya, tetapi para murid belum mengerti juga apa yang terjadi. Saat itu para murid menjadi sangat bingung dengan perkataan Yesus. Salah satu dari murid Yesus, yaitu Tomas, menyatakan ketidaktahuannya. Tanpa rasa malu, Tomas mau bertanya kepada Yesus. Ketidaktahuan Tomas, yang ia nyatakan secara terus terang, mendapatkan jawab dari Yesus.
Yesus mengatakan kepada Tomas : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Yesus tidak semata mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Yesus mengajarkan jalan itu (Markus 12:14; Lukas 20:21), memimpin kita kepada jalan itu (Lukas 1:79) dan telah memberikan kepada kita jalan yang baru dan hidup (Ibrani 10:20). Yesus adalah jalan untuk datang kepada Bapa di surga.
Istilah “jalan Tuhan” bagi orang Yahudi adalah istilah yang paling sering mereka dengar dari kitab Musa. Ul. 5:32,33 : ”Janganlah engkau menyimpang ke kanan atau kekiri. Segenap jalan yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan Allahmu, haruslah kamu jalani.” Ul.31:29 : ”Sebab aku tahu sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Yesus berkata dengan tegas: Akulah jalan itu. Bila kita bertanya pada seseorang tentang alamat yang akan kita tuju, jalannya lewat mana, lalu orang itu berkata: jalan lurus dulu, disana ada perempatan, belok kanan, belok kiri lurus lagi, ada gang pertama, gang kedua nah itu alamatnya. Tetapi bila orang itu berbaik hati pada kita, dia sendiri mau antar kita ke alamat itu pasti kita tidak akan tersesat. Itulah yang Yesus lakukan. Yesus tidak hanya berkata harus begini harus begitu, tetapi Dia berkata: ikutlah Aku, Akulah jalan,
Istilah “Akulah kebenaran”. Pemazmur berkata : ”Tunjukkanlah kepadaku jalanMu ya Tuhan, supaya Aku hidup menurut kebenaranMu (Mazmur 86:11) Banyak orang yang telah menunjukkan kebenaran, tetapi tidak ada satupun orang yang berani berkata bahwa dirinya adalah kebenaran itu sendiri. Yesus adalah kebenaran. Banyak orang yang menceritakan tentang kebenaran, tetapi hanya Yesus yang mengatakan bahwa “Akulah kebenaran”. Kebenaran moral tidak bisa disampaikan hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan keteladanan hidup. Hal inilah yang dilakukan Yesus dalam masa hidup dan pelayananNya.
Yesus berkata:”Akulah hidup” Amsal 6:23 berkata : ”Karena perintah itu pelita dan ajaran itu cahaya dan teguran yang mendidik itu adalah jalan kehidupan.” Amsal 10:17 : ”Siapa mengindahkan pendidikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa yang mengabaikan teguran, tersesat.” Yang dicari oleh manusia adalah jalan menuju hidup. Segala cara akan ditempuh agar bisa hidup bukan hanya untuk hari ini tetapi juga untuk masa yang akan datang. Yesus juga mengatakan bahwa : “Akulah hidup”. Bahwa Yesuslah sumber dan pemberi kehidupan.
Bacaan : 2 Raja-Raja 2:6-12a.
Di dalam teks bacaan hari ini, diceritakan tentang perpisahan Elia dan Elisa. Elisa yang sangat setia megikuti Elia. Elisa mengetahui bahwa Elia akan meninggalkannya. Elia mengatakan kepada Elisa : “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu. Jawab Elisa : “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.” Elisa bukan hendak meminta harta, namun roh Elia sebagai seorang nabi dapat diterimanya. Permintaan Elisa untuk menerima dua bagian roh dari Elia tentu bukan hal yang mudah, sebagaimana dikatakan oleh Elia, “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi." Permintaan dari Elisa itu dikabulkan oleh Tuhan, dan Elisa menjadi penerus pelayanan Elia sebagai seorang nabi.
Invocatio : Ibrani 1:3c
Dalam teks Ibrani 1:3c ini disampaikan kepada kita “Dan setelah IA selesai mengadakan penyucian dosa, ia duduk di sebelah kanan Yang Maha besar.” Ini merupakan karya Yesus dalam kehidupanNya. Yesus mati disalibkan untuk menebus dosa manusia sehingga manusia menjadi layak dihadapan Tuhan. Ia tidak hanya mati di kayu salib, tetapi IA bangkit dari kematiannya, lalu naik ke surga.
Hubungan Invocatio, bacaan dan kotbah, menyampaikan kepada kita bahwa Yesus mengajarkan dan menetapkan hati murid-muridnya agar tidak gelisah meskipun mereka akan berpisah. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan iman kepada Yesus sehingga tidak goyah. Berbagai tantangan yang dihadapi dalam melayani Tuhan, janganlah gelisah dalam kehidupan setiap hari.
APLIKASI
Tema kotbah minggu kita hari ini adalah “Yesus Mempersiapkan Tempat Untuk Orang Yang percaya kepada Tuhan.” Perpisahan Yesus dengan para murid membuat mereka merasa gelisah. Karena itu, Yesus mengajarkan serta meneguhkan murid-muridNya agar mereka tidak gelisah, tetapi percaya kepada Allah. Iman kepada Tuhan dapat mengalahkan kegelisahan dalam hidup.
Beberapa point penting menjadi perenungan kita bersama :
- Banyak hal yang membuat kita gelisah dalam hidup ini: pekerjaan, kesehatan, anak-anak, dan sebagainya. Itupun yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus. Mereka telah mengikut Tuhan Yesus setiap hari selama sekitar tiga tahun. Namun tiba-tiba Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia akan pergi. Pernyataan itu membuat mereka gelisah.
- Tuhan Yesus tidak memberikan jaminan bahwa di dunia ini, murid-murid-Nya akan mengalami kehidupan yang serba lancar. Tetapi, mereka juga akan mengalami penganiayaan. Di tengah kegelisahan, mereka diajar untuk percaya, menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
- Tuhan mengingatkan agar kita tak perlu kuatir. 1 Petrus 5:7 ““Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”.
- Bagi orang yang setia beriman kepada-Nya, maka Tuhan menyediakan tempat baginya di surga. Oleh karena itu, kematian bagi orang percaya sesungguhnya bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena merupakan awal dari kehidupan yang baru.
- Semakin banyak kita mendengar/belajar firman Tuhan, maka iman kita akan semakin bertumbuh dan mampu menghadapi berbagai macam kegelisahan dalam hidup kita. Tekunlah mendengar dan belajar firman Tuhan karena itu akan menolong kita dalam menghadapi kegelisahan hidup. Seperti yang tertulis dalam Roma 10:17 “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendegaran oleh firman Kristus”.
- Tetaplah setia beriman kepada Tuhan. Karena Tuhan menyediakan tempat bagi orang yang percaya kepadaNya.
Pdt. Crismori V. Br Ginting-GBKP Sitelusada
MINGGU 14 MEI 2023, KHOTBAH YEREMIA 14:1-22 (ROGATE)
Invocatio :
Ratapan 3:41
Bacaan :
Filemen 1:5-7
Tema :
Tuhan Allah tempat Pengharapan
I. PENGANTAR
Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab diberi nama Perjanjian (Lama dan Baru). Tentu nama ini sesuai dengan isinya. Tulisan dalam Alkitab memang berisi janji Allah. Janji itu ada yang sudah digenapi, ada yang akan digenapi. Janji berhubungan erat dengan pengharapan. Ada janji, ada harapan. Harapan menjadi penyemangat yang melahirkan ketekunan. Sehubungan dengan pengharapan, ada ungkapan yang terkenal dari PM India Pandit J Nehru, “banyak yang hilang dalam hidupku, tapi satu yang tidak pernah kuijinkan hilang, yakni pengharapan. Pengharapan adalah modal terbesar dalam hidup.
II. TAFSIRAN
Mari kita lebih mendalami tema kita berdasarkan firman Tuhan:
A. Bacaan Pilemon ayat 4-7
Rasul Paulus memprakarsai pemulihan hubungan antara Filemon dengan Onesimus yang sudah retak sebelumnya sebagai tuan dan budak. Paulus sebagai Rasul memposisikan diri sebagai penengah. Dari kata yang dipergunakan, kita melihat strategi jitu Rasul Paulus untuk mendinginkan situasi.
Ayat 4 & 6. Kalimat ini memperlihatkan betapa mereka yang bertikai itu sangat berharga dimata Rasul Paulus. Di doakan, dalam pemahaman iman Kristen pastilah tentang yang baik, tentang mengasihi, menghormati dan menghargai. Tentu semua orang senang diperlakukan demikian
Ayat 5 & 7. Pujian akan kebaikan Filemon tentu mensugesti Filemon berbuat demikian juga kepada Onesimus. Kalimat ayat 5 ini mengandung pesan yang bernada teguran terselubung agar Filemon jangan hanya baik kepada semua orang kudus tapi juga kepada Onesimus. Mengedepankan Iman dan Kasih diyakini menjadi jalan paling tuntas untuk memperbaiki hubungan.
B. Khotbah Yeremia 14:19-22
Dalam ayat 1-7, Yeremia menyampaikan pesan Tuhan tentang hukuman musim kering yang hebat atas Yehuda. Tuhan tidak berkenan sekalipun ada perkabungan, kesedihan, jeritan, seruan, puasa, dan persembahan korban. Bahkan Yeremia dilarang berdoa untuk kebaikan umat-Nya (11), sebab Allah telah menolak mereka sebagai umat-Nya, Allah tidak berkenan atas hidup, ibadah, dan persembahan mereka.
Di balik hukuman dan penolakan Tuhan atas umat-Nya, ada teladan dari Yeremia. Ia memperjuangkan agar Tuhan tetap mengasihani umat-Nya dan mengampuni dosa mereka (13). Berbeda dari para nabi palsu yang memanfaatkan keadaan umat untuk kepentingan pribadi, mereka mengerjakan kepalsuan semata. Mereka justru melestarikan dosa. Akhirnya, mereka menuai hukuman dan penderitaan, baik untuk dirinya maupun keluarganya (14-18).
Keadaan Israel yang menyedihkan, dijadikan Yeremia menjadi bahan dan alasan untuk doa syafaatnya bagi mereka (ay. 19). Yeremia menangisi kehancuran negerinya. Allah memerintahkannya untuk berbuat demikian, supaya, dengan menunjukkan dirinya tersentuh, semoga dapat menyentuh hati mereka begitu melihat bencana-bencana yang akan menimpa mereka. Yeremia harus mengatakannya bukan hanya kepada dirinya sendiri, melainkan juga kepada mereka: Biarlah air mataku bercucuran (ay. 17). Demikianlah ia harus menunjukkan kepada mereka bahwa ia sudah melihat dengan pasti perang yang akan datang, dan suatu bencana kelaparan, yang bahkan lebih berat daripada apa yang sedang menimpa mereka pada saat itu. Bencana yang ini terjadi di pedesaan karena tidak ada hujan, sementara bencana nanti akan terjadi di perkotaan karena adanya pengepungan besar-besaran. Yeremia berbicara seolah-olah ia sudah melihat kesengsaraan-kesengsaraan yang menyertai serangan tentara Kasdim terhadap mereka: Anak dara, puteri bangsaku, yang aku kasihi seperti seorang ayah mengasihi puterinya, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan, yang jauh lebih besar dan lebih pedih daripada apa yang ditanggungnya selama ini. Sebab di padang tergeletak banyak orang yang mati terbunuh oleh pedang, dan di kota banyak orang terkapar dan sekarat karena kekurangan makanan (ayat 18). Sungguh pemandangan yang suram! “Baik nabi maupun imam, nabi-nabi palsu yang membuai mereka dengan kebohongan-kebohongan, dan imam-imam fasik yang menganiaya nabi-nabi yang benar, sekarang diusir dari negeri mereka, dan menjelajah sebagai tahanan dan tawanan, ke mana pun para penakluk mereka membawa mereka. Kedua mata sang nabi pasti bercucuran air mata siang dan malam melihat hal ini, supaya bangsa itu menjadi sadar, bukan hanya bahwa hari celaka ini pasti akan datang, dan pasti akan menjadi hari yang sungguh mengerikan, melainkan juga bahwa ia jauh dari menginginkannya, dan dengan senang hati ingin menyampaikan kepada mereka pesan-pesan damai seperti nabi-nabi palsu mereka, seandainya ia memang diberi perintah dari sorga untuk melakukannya. Perhatikanlah, karena Allah, meskipun menimpakan maut kepada para pendosa, tapi Allah tetap mengasihi mereka
Yeremia berdoa syafaat bagi mereka. Sebab siapa tahu Allah masih akan kembali dan menyesal. Selama ada hidup, masih ada harapan, dan ruang untuk berdoa. Dan, meskipun ada banyak di antara mereka yang tidak berdoa atau tidak menghargai doa-doa sang nabi, namun ada sebagian yang lebih terjamah hatinya, yang mau bergabung dengannya dalam ibadah-ibadahnya, dan memeteraikannya dengan mengucapkan Amin.
Sang nabi dengan rendah hati berbantah dengan Allah mengenai sengsaranya keadaan mereka pada saat itu (ay. 19). Keadaan itu sangat menyedihkan, sebab, mereka menyangka bahwa Allah sudah meneguhkan Yehuda sebagai milik-Nya, tetapi sekarang, sepertinya, Allah menolaknya sama sekali, dan mencampakkannya, tidak mau mengakui adanya hubungan apa pun dengannya dan tidak peduli terhadapnya. Mereka menyangka bahwa Sion adalah kekasih jiwa-Nya, tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Tetapi sekarang Ia bahkan muak terhadap Sion, muak bahkan terhadap ibadah-ibadah yang dipersembahkan di sana, oleh karena dosa-dosa.
Yeremia membuat pengakuan dosa dan berbicara dalam bahasa yang kolektif (kami) mewakili umat (ay. 20): “Kami mengetahui kefasikan kami, kefasikan yang berlimpah di negeri kami dan kesalahan nenek moyang kami, yang sudah kami tiru, dan karena itu untuknya kami pantas menderita. Kami tahu, kami mengakui, bahwa kami telah berdosa kepada-Mu, dan karena itu Engkau adil dalam segala hal yang ditimpakan ke atas kami. Akan tetapi, karena kami mengakui dosa-dosa kami, kami berharap akan mendapati Engkau setia dan adil dengan mengampuni dosa-dosa kami.”
Yeremia menyanggah murka Allah, dan dengan iman berseru mengingatkan kehormatan dan janji-Nya (ay. 21). Yang dimohonkannya adalah, “Janganlah Engkau menampik kami. Meskipun menghajar kami, janganlah Engkau menampik kami. Meskipun tangan-Mu berbalik melawan kami, janganlah hati-Mu demikian, jangan pula pikiran-Mu diasingkan dari kami.” Mereka mengakui bahwa pantaslah Allah menampik mereka, sebab mereka sudah membuat diri mereka sendiri najis di mata-Nya. Namun, ketika mereka berdoa, janganlah Engkau menampik kami, yang mereka maksud adalah, “Terimalah kami ke dalam perkenanan-Mu lagi. Janganlah Engkau merasa muak terhadap Sion (ay. 19). Janganlah dupa persembahan kami menjadi kekejian.”
C. Invocatio Ratapan 3:41
Murka Allah, mengakibatkan keruntuhan dan kesunyian. Namun ketengah situasi seperti itu, Allah, melalui nabi Yeremia tetap mengedepankan KasihNya sehingga ada berita penghiburan dan janji pemulihan. Hal itu akan terjadi melalui kesediaan “mengangkat hati” dan mengangkat tangan” kepada Allah di Sorga. Perbuatan ini dapat dimaknai sebagai bentuk ibadah (mengabdi) dan komunikasi untuk menjalin relasi yang intim dengan-Nya. Penduduk Yerusalem memang tidak bertemu atau melihat Allah secara langsung, tetapi mereka dapat merasakan bahkan melihat-Nya dengan mata iman. Jalan satu-satunya untuk terjadinya pemulihan kehidupan, adalah melalui pemulihan hubungan dengan Tuhan.
III. APLIKASI
Pointer renungan :
- Berpengharapanlah dalam iman kepada Tuhan. Perbaikan hubungan dengan Tuhan, menghasilkan perbaikan hidup. Situasi bisa saja tidak berubah, tapi iman kita memberi cara pandang yang baru terhadap situasi.
- Hubungan yang tidak baik dengan sesama dapat diperbaiki dengan terlebih dahulu memperbaiki hubungan dengan Tuhan dalam iman dan kasih
- Harapan hari ini lebih baik dari kemaren, hari esok lebih baik dari hari ini, akan terwujud dalam harapan kepada Tuhan. Dengan menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, memberi harapan keadaan akan menjadi lebih baik. Sebab Dialah pemilik hidup (Kisah Hendry Ford).
Pdt Pribadi S Meliala-Runggun Tambun
MINGGU 07 MEI 2023, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 16:24-31
Invocatio :
Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi Tuhan nyanyian pujian dan syukur:sebab ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya kepada Israel! dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji Tuhan, oleh karena dasar rumah tuhan telah diletakkan. (ezra 3:11)
Bacaan :
1 Kronika 16:8-11 (anthiponal)
Tema :
Bernyanyi memuji Allah
I. Pendahuluan
Minggu ini adalah minggu Paskah kelima yag disebut dalam kelender Gereja adalah minggu Kantate. Minggu Kantate sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya bernyanyilah. Minggu Kantate bertemakan nyanyian baru (domino canticum novum) yang artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan. Adapun minggu Kantate sendiri diambil dari Mazmur 98:1a dan 95. Menurut Rasid Rachman dalam bukunya Hari Raya Liturgi, minggu Kantate sendiri bertemakan tentah hal yang baru bahwa Yesus adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Jalan, kebenaran dan hidup sendiri sedang berbicara kepada kita akan pentingnya tentang bagaimana kita menempuh dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan. (Yoh. 14:1-14).
Pekerjaan-pekerjaan Allah yang tinggal di dalam orang percaya yang menjadi buah kesaksian tentang perbuatan dan karya kasihNya bagi kita. ( Rasid Rachman:Hari Raya Liturgi,2016,93). Sejalan dengan apa yang di katakan oleh Rasid Rachman di atas, maka selaku jemaat gereja kita di bawa untuk menjadi pelaku aktif dalam menghadapi tantangan dan sekaligus tetap beriman dalam pemeliharaanNya atas kita, yang menjadi nyanyian baru dalam hidup kita.
2. Pendalaman Nats khotbah, bacaan dan invocatio
- Kisah Para Rasul 16:24-31
Latarbelakang
Kitab Kisah para Rasul, seperti halnya Injil Lukas, di alamatkan kepada seorang yang bernama Teofilus ( 1:1). Sekalipun nama pengaranya tidak disebutkan dalam kedua kitab itu, kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern yang mendukung kedua kitab ini menunjuk kepada satu orang penulis yaitu Lukas, tabib yang kekasih (Kol.4:14). Roh Kudus mendorong Lukas menulis kepada Teofilus supaya mengisi keperluan dalam gereja orang Kristen bukan Yahudi akan kisah yang lengkap mengenai awal kekristenan dalam bukunya yang pertama ialah Injil tentang kehidupan Yesus dan buku yang kemudian ialah laporannya dalam Kisah Para Rasul tentang pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta perkembangan gereja yang berikutnya. Dan inilah yang menjadi tema besar dalak kitab Kisah Para Rasul yang tercatat di dalam Kis. 1:8).
Tujuan
Di dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan. Pertama, Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit keduania kafir kendastipun tantangan dan penganiayaan. Kedua, Dia mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan babtisan Roh Kudus sebagai persedian Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus.
Penggalian teks
Perbuatan Paulus mengusir roh tenung dari hamba perempuan itu berdampak pada kemarahan pemilik hamba perempuan itu yang kehilangan penghasilan mereka. Paulus dan Silaspun ditangkap dan diseret ke hadapan penguasa setempat (19). Dengan tuduhan bahwa keduanya telah mengacaukan kehidupan penduduk kota Filipi. Hal ini disebabkan banyak orang percaya akan ucapan-ucapan hamba perempuan yang dari setan itu dianggap berasal dari dewa oleh karena itu pelayanannya sebagai tukang tenung sangat dicari. Melalui Paulus Kristus menunjukkan kuasaNya atas roh jahat itu. (16). Apa yang telah dilakukan Paulus dan Silas atas hamba perempuan yang mempunyai roh tenung itu mengakibatkan mereka di lempar kepenjara setelah menerima siksaan terlebih dahulu (20-24). Menurut kebiasaan hukum penderaan Yahudi, hukuman yang mereka terima empatpuluh kurang satu pukulan (2Kor.11:24). Sementara hukum Romawi tergantung kepada hakimnya yang sering kali berakhir dengan siksaan yang kejam.
Penderitan dan penganiayaan tidak membuat Paulus dan Silas sedih dan putus asa. Di dalam penjara, justru mereka bernyanyi dan berdoa kepada Tuhan (25). Bernyanyi menolong mereka fokus pada realitas Allah yang kekal dan mulia, meskipun untuk sementara mereka diselimuti awan gelap penderitaan. Melalui doa dan nyanyian, Paulus dan Silas menyatakan kesaksian iman mereka bahwa Tuhan yang maha kuasa berdaulat atas segala sesuatu. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya peristiwa gempa bumi yang membuka semua belenggu para tahanan dan pinti penjara (26). Mereka tidak melarikan diri (28), tetapi bersaksi kepada kepala penjara sehingga ia dan seisi rumahnya menjadi percaya (30-34).
- 1 Tawarikh 16:8-11
Latarbelakang
Sejarah yang tercatat dalam 1 dan 2 tawarikh bersifat pra pembuangan; akan tetapi asal-usul dan sudut pandang kitab-kitab ini bersifat pascapembuangan. Ditulis pada parohan kedua abad ke-5 sM, suatu waktu sesudah Ezra dan sejumlah besar orang Yahudi buangan dari Babel dan Persia kembali ke Palestina (475 sM). Penyerbuan dan pembinasaan Yerusalem oleh raja nebudkadnezar (605-586 sM) bersama dengan pembuangan dari Babel selama 70 tahun telah menghancurkan sebagian besar pengharapan dan cita-cita orang Yahudi sebagai umat perjanjian; oleh karena itu, para buangan yang kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu dan Bait Suci memerlukan landasan rohani, yaitu: sebuah jati diri dengan sejarah penebusan yang lampau dan suatu pemahaman tentang sifat iman mereka kini dan harapan mereka akan masa depan sebagai umat perjanjian.
Kedua kitab Tawarikh dan Nehemia, semua di tulis untuk orang Yahudi yang kembali ke Palestina dari pembuangan. Kitab-kitab ini sangat mirip satu dengan yang lainnya dalam gaya, bahasa, sudut pandang dan maksud. Para sarjana pada umumnya beranggapan bahwa semua kitab ini adalah hasil karya satu orang penulis yang menurut Talmud dan ahli kitab Yahudi dan Kristen kuno adalah Ezra. (bnd. 2 Taw.36:22-23, Ezra 1:1-3).
Tujuan
Tawarikh ditulis untuk menghubungkan orang-orang Yahudi buangan yang kembali dengan nenek moyang dan sejarah penebusan mereka. Dengan demikian Tawarikh menggaris bawahi tiga pokok: 1. Pentingnya pelestarian warisan kebangsaan dan rohani bagi orang Yahudi, 2. Pentingnya hukum taurat, bait suci dan keimaman dalam hubungan mereka yang terus menerus dengan Allah, jauh lebih penting dari kesetian kepada raja duniawi. 3. Pengharapan akan janji Allah akan seseorang Mesias dari keturunan Daud untuk duduk di atas tahta selama-lamanya (1 Taw. 17:14).
Penggalian teks
Mazmur ini adalah gabungan dari mazmur 105:1-15;96:1-13;106:1,47-48. Cara Daud merayakan kemurahan Allah dan tindakan-tindakannya yang ajaib bagi Israel terdiri tas pujian dan ucapan syukur. Di bawah perjanjian baru semua orang percaya adalah imam Allah, dan sebagai imam seharusnya mereka mempersembahkan pelayanan rohani dalam bentuk pujian dan ucapan syukur kepada Allah. Tabut perjanjian adalah lambang kehadiran Allah atas umatNya, dan inilah tanda maka allah mengikat diriNya dengan perjanjian kekal kepada umatNya. Dan Tuhan menjanjikan pemeliharanNya atas umatNya.
- Ezra 3:11
Latarbelakang
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 tawarikh. Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuatNya melalui Yeremia (29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ketanah air mereka (1:1).
Setelah dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 sM), di mulailah pengembalian orang Yahudi ketanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka., Zerubabel ( yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci), Yesua (seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel),Hagai dan Zakharia ( dua nabi Allah yang menasehatkan umat untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci) dan Ezra ( yang memimpin rombongan yang kedua ke Yerusalem yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.
Tujuan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetian Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel.
Penggalian teks
Umat itu menyanyikan pujian mereka kepada Tuhan ketika mereka menyaksikan landasan Bait Suci telah diletakkan karena itu merupakan jawaban Allah kepada doa mereka serta kemurahnNya kepada mereka. Pujian Alkitabiah meninggikan Allah dan karyaNya serta menjadi unsur ibadah yang harus diikuti oleh seluruh umat.
Hubungan invocatio, bacaan dan khotbah:
Nyanyian baru adalah buah iman percaya kita akan kuasa dan pemeliharaan Allah atas umatNya. Dengan nyayian, kita melihat bagaimana nama Allah di tinggikan dan di agungkan dan dalam nyanyian ada kuasa Allah yang dinyatakan atas hidup umatNya. ( kita bisa membandingkan dengan 3 nyanyian dalam Alkitab, Nyanyian Mariam, nyayian Malaikat, nyayian Maria).
III. Aplikasi
Di dalam aplikasi sermon khotbah ini, saya membagi di dalam bentuk pointer:
Tema minggu, bernyanyi memuji Allah adalah satu respon iman kita akan kuasa dan pemeliharaanNya atas kita ditengah tantangan dan pergumulan hidup yang kita hadapi di dunia ini. Bernyanyi juga mampu menggerakkan hati kita dan memberi kekuatan baru bagi kita dalam perjalanan iman kita. untuk itu ada beberapa perenungan dalam Minggu Kantate ini:
- Nyanyian adalah respon iman percaya kita kepada Kristus di dalam menghadapi tantangan hidup. Artinya, kita tahu ditengah kelemahan kita nyayian adalah doa, dan bila kita bernyanyi kepada Allah maka Tuhanlah yang bekerja atas pergumulan hidup kita, sebab di dalam nyanyian ada kuasa.
- Nyayian adalah kesaksian iman orang Kristen, sebab di dalam nyanyian ada pemeliharaan Allah atas kita. tidak ada yang lebih di sukai Tuhan daripada pujian dan ucapan syukur yang sungguh keluar dari hati yang tulus.
- Dalam minggu ini kita diingatkan bahwa nyanyian adalah sarana persekutuan kita atas sesama kita, lingkungan dan Allah sang pencipta, itu sebabnya kita diajarkan bagaimana seharusnya bernyanyi dengan benar, sebab nyanyian yang kita nyanyikan adalah persembahan bagi Tuhan.
- Ilustrasi:
Pada tahun 1748 sebuah kapal dagang mengalami bencana dahsyat dalam pelayarannya ke Inggris. Ketika itu badai mengamuk kencang mengguncang seluruh awak kapal serta barang-barang bawaan mereka, semua orang yang berada di atas kapal tersebut panik dan banyak diantaranya pasrah menerima kematian sebab bencana topan diatas air laut itu tampaknya tidak memberi harapan pada kapal mereka untuk selamat dan segera akan menenggelamkan mereka ke dasar laut. Ditengah keadaan yang sulit, John Newton seorang pemuda asal Inggris yang juga berada diatas kapal tersebut menjadi sangat ketakutan. Ia menganggap dirinya seperti Yunus yang sedang berlayar membawa 'dosa' . Tak heran karena perdagangan budak kulit hitam dari Afrika adalah menjadi lahan bisnisnya selama ini. Ia kerap kali berlayar ke Afrika mencari pemuda-pemuda cakap dan menjual mereka ke Inggris untuk dijadikan budak. Di tengah malam dalam kapal yang berguncang keras tersebut akhirnya ia keluar lalu berdoa memohon kepada Allah agar menyelamatkannya.
Seperti mujizat, tak lama kemudian laut menjadi tenang seketika itu juga, dan kapal yang berada dalam bahaya itupun akhirnya selamat dari tengah badai topan yang mengamuk serta kembali berlayar dengan tenang. Peristiwa ini lalu menjadi awal titik balik pertobatan John Newton dari dunia perdagangan budak, perjudian dan dari seorang pemabuk berat. 6 tahun kemudian John Newton benar-benar memilih jalannya untuk menyerahkan diri menjadi pelayan Tuhan dengan meninggalkan dunianya yang lama dan belajar ilmu teologi Kristen untuk menjadi seorang Pendeta.
Perjumpaannya dengan kuasa Tuhan dalam badai kapal tersebut akhirnya melahirkan sebuah lagu sederhana namun sangat terkenal dari masa ke masa. Lagu indah sebagai luapan syukur hatinya atas anugerah Allah. Lagu indah yang telah menjadi penghiburan bagi banyak orang disaat sukar dan gentar.
Lagu “Amazing Grace” adalah salah satu lagu pujian yang diciptakan oleh John Newton pada tahun 1779, atas dasar kesaksiannya sebagai seorang yang pernah mengalami ajaibnya anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya diatas kapal yang hampir tenggelam.
Pdt. Walder Mazmur Ginting
Runggun Karawang