MINGGU 09 APRIL 2023, KHOTBAH LUKAS 24:1-7 (PASKAH I)
Invocatio :
“Bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” (1 Kor 15: 4)
Bacaan :
Bilangan 28: 16-25
Tema :
YESUS HIDUP (YESUS NGGELUH MULIHI)
Pengantar
Orang yang memiliki, takut kehilangan. Orang yang hidup, takut akan kematian. Apa yang akan terjadi di masa depan, tidak ada yang tahu. Inilah realitas hidup, penuh ketakutan dan ketidakpastian yang membawa sebagian bahkan banyak orang menjalani hidup kekhawatiran. Pandemi menurun, namun hari-hari ini kita diperhadapkan dengan pesimisme, kebencian, perang, resesi ekonomi, dan banyak persoalan lainnya yang menimbulkan kegelisahan. Paskah adalah sebuah titik terang yang menghadirkan pengharapan bagi semua orang yang percaya.
Penjelasan Teks Lukas 24: 1-7
- Para perempuan (Maria dari Magdala, Yohana, Maria Ibu Yakobus, dan perempuan lain juga) datang pagi-pagi benar ke kubur Yesus. Walaupun nama-nama perempuan yang datang disebutkan berbeda di tiap Injil, baik Injil Matius, Markus, bahkan Yohanes memberi keterangan waktu yang sama, diperkirakan antara jam 3-5 subuh. Pagi-pagi benar sudah menuju ke kubur Yesus, ada resiko bahaya karena mereka semua perempuan, tetapi mereka ingin secepatnya ke kubur Yesus setelah hari Sabat berlalu. Dengan persiapan matang dan semangat mereka hendak melakukan apa yang biasanya dilakukan bagi orang mati, membawa rempah-rempah untuk dipakaikan ke jasad yang ada dalam kubur itu. Tetapi persiapan ini justru menunjukkan bahwa mereka menganggap kematian Yesus sama seperti kematian lainnya, mereka tidak mengharapkan kebangkitan. Bagi mereka Yesus sudah mati dan tetap mati. Saat datang ke kubur, mereka berharap mendapati tubuh kaku orang mati. Sehingga mereka hanya termangu-mangu ketika mendapati mayat Tuhan Yesus tidak ada di situ. Berpikir secara biasa tidak akan mampu membuat kita mengerti peristiwa luar biasa. Semestinya, reaksi orang percaya mendapati kubur kosong adalah bersukacita karena Yesus sungguh bangkit, hidup kembali, seperti yang sudah berulang kali Ia katakan. Tetapi mereka hanya berdiri diam dalam kebingungan. Mungkin dukacita yang begitu dalam yang memenuhi pikiran mereka. Kematian yang mereka saksikan beberapa hari sebelumnya begitu mendominasi hati dan pikiran sehingga mereka kehilangan harapan tentang kebangkitan.
- Perkataan dua orang dengan pakaian berkilauan dalam kubur kosong itu, menyembunyikan sebuah teguran halus: Mengapa pengikut Yesus yang adalah circle terdekat-Nya tidak juga memahami atau tidak mengingat bahwa Yesus sudah berulang kali mengatakan bahwa IA akan mati dan bangkit pada hari yang ketiga. Mereka mencari Yesus di tempat yang keliru. IA bukan Allah yang mati, melainkan Allah yang hidup. Kita menyembah Allah yang hidup. Teks ini menyadarkan pembacanya untuk beriman dengan benar, jangan salah fokus, jangan salah dalam mencari Allah. Menghabiskan energi dan persiapan yang matang menjadi sia-sia saat kita keliru menempatkannya, karena kita akan tetap merasakan kehampaan walau sudah merasa berbuat yang terbaik.
Aplikasi
- Jadilah orang Kristen yang benar-benar memperhatikan perkataan Tuhan, mengingat dan menjadikan pedoman hidup. Janganlah kita biarkan hidup kita dikendalikan oleh pikiran yang dipenuhi dengan berbagai kesulitan, sehingga kita tidak punya cukup ruang untuk menghidupi Firman Tuhan. Seperti pengikut Yesus yang pikirannya dipenuhi bayangan peristiwa penyaliban dan kematian yang begitu mengerikan sehingga membuat mereka tidak bisa melihat titik terang kebangkitan Yesus sebagaimana sudah IA firmankan. Firman Tuhan, bukan ketakutan, yang seharusnya memenuhi hati dan pikiran kita. Sehingga kita dimampukan untuk hidup dalam dunia ini dengan penuh harapan, bukan hidup dalam kekhawatiran. Yesus sudah bangkit, IA hidup.
- Tidak ada yang biasa-biasa dari kebangkitan. Maka semestinya kita tidak memperingati Paskah ini dengan mindset biasa-biasa saja. Kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang luar biasa. Inilah kemenangan terbesar kita. Inilah yang menjadi puncak iman Kristen. Kristus bangkit, maka kebangkitan orang percaya pun menjadi sebuah keniscayaan. Maka menjadi penting bagi kita melihat kualitas kita sebagai orang beriman, apakah sudah sesuai dengan Firman Tuhan ataukah hanya sebagai identitas saja. Sungguh prihatin ketika orang Kristen melihat rangkaian Paskah sebagai rutinitas belaka, bahkan sebagai momen berlibur bersama keluarga tanpa memperhatikan rangkaian ibadah dan perayaan di gereja. Kalaupun ikut merayakan, yang diutamakan adalah perlombaan, sayembara, dll. Maka perlu kita benahi bagaimana kita memaknai pentingnya kebangkitan Kristus dalam kehidupan beriman. Sebagai perbandingan Paskah bagi orang Yahudi (bdk bacaan Bilangan 28: 16-25) dirayakan sebagai peringatan akan keluarnya orang Israel dari perbudakan di Mesir. Untuk memperingatinya, banyak aturan yang harus diikuti lengkap dengan hitung-hitungannya, dan semua ini sifatnya wajib (harus). Sekalipun berbeda makna Paskah Yahudi dengan Paskah Kristen, baiklah kita melihat bagaimana mereka menghargai perayaan-perayaan dengan detail yang tidak bisa sembarangan. Menjadi catatan bagi kita untuk lebih menghormati perayaan hari-hari besar dalam gereja kita.
- Kebangkitan Yesus memberi kepastian, menjawab keragu-raguan. Setiap tahun kita merayakan Paskah, setiap tahun juga kita kembali dikuatkan. IA sungguh-sungguh bangkit. IA hidup! Kebangkitan yang tadinya sebuah kemustahilan jadi sebuah kepastian dalam Yesus. Sama halnya dengan pergumulan-pergumulan hidup, yang terlihat tidak mungkin diperbaiki, tidak mungkin berhasil, dalam iman kepada Yesus Kristus, tidak ada yang mustahil. Paskah memberi kita pengharapan baru. Paskah memberi kita kepastian, dalam Tuhan ada rencana yang indah. Siaplah dengan rencana Tuhan yang luar biasa.
Penutup
Kita bersukacita karena Yesus Kristus menang, kematian sudah dikalahkan-Nya. Kemenangan Kristus atas maut adalah kemenangan kita. Karena kita punya kekuatan yang bisa diandalkan. Maka sekalipun kita tetap tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, kita punya Allah yang menjamin hidup kita dengan penyertaan-Nya. Persoalan akan datang dan pergi, tapi penyertaan Tuhan tidak akan berhenti. Kapanpun di mana pun, ditengah suka dan duka Tuhan menyertai. Bahkan kematian tidak bisa memisahkan kita dari Allah, karena IA sudah menang atasnya. Hiduplah dengan penuh pengharapan dan ucapan syukur karena Tuhan Yesus selalu ada bagi kita. Selamat Paskah!
Pdt. Yohana Samuelin M. Ginting, S.Si (Teol)
GBKP Runggun Cibubur
SABTU 08 APRIL 2023, KHOTBAH MATIUS 27:62-66 (SABTU PENGHARAPAN)
Invocatio: “Dan didalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada di dalam penjara (1 Petrus 3:19)
Ogen: Masmur 115:16-18 (Responsoria)
Tema: Yesus dalam dunia kematian/Jesus I Bas Doni Kematen
Pengantar:
Sabtu Pengharapan sering disebut juga dengan sabtu sunyi/sabtu sepi. Sabtu sunyi memperingati saat tubuh Yesus dibaringkan di dalam kubur setelah disalibkan pada hari jumat Agung. Ini adalah momen dimana Yesus masuk ke dalam dunia kematian. Yesus yang benar-benar Allah dan benar-benar manusia itu, harus melewati kisah yang sangat melelahkan sejak malam dimana Yesus makan bersama dengan para murid hingga penyaliban yang berakhir dengan kematian. Sabtu sunyi membawa kita untuk lebih dalam lagi memahami betapa besarnya kasih Tuhan buat kita. Dia berada dalam dunia kematian, hal yang paling menakutkan bagi manusia. Tapi ingatlah bahwa peristiwa ini bukan memperlihatkan ketidak berdayaanNya tapi keberadanNya di sana untuk memberikan pengharapan karena Yesus pun berjuang guna menyelamatkan kita dengan menaklukan dunia kematian. Sehingga kita simpulkan bahwa sabtu pengharapan adalah jembatan penghubung antara kematian (jumat agung) dengan kebangkitan (Paskah).
Penjelasan Teks
- Matius 27:62-66 menjelaskan bahwa, peristiwa ini terjadi pada hari persiapan. Lebih jelasnya dalam Mrk. 15:42, dikatakan bahwa saat itu terjadi ketika hari mulai malam, yaitu hari menjelang sabat, datanglah para imam-imam kepala
dan orang Farisi menghadap Pilatus. Kedatangan mereka hendak mengingatkan Pilatus karena mereka mengingat nubuatan yang pernah disampaikan oleh Yesus,”bahwa sesudah tiga hari Aku akan bangkit”, para pemimpin imam imam tidak mau mengambil resiko. Sehingga mereka menjumpai Pilatus dan mengingatkan hal itu. Ada ketakutan besar jika kabar kebangkitan itu benar- benar terjadi dan tersebar luas maka itu akan mendatangkan malapetaka bagi mereka.
Maka Pilatus mengeluarkan perintah dan memberikan “Penjaga-penjaga” bagi mereka.
Para imam dan orang Farisi berusaha melakukan tindakan pencegahan
dengan memeterai kubur itu, dengan menghubungkan batu penutup kubur dengan lubang kubur memakai tali seperti arahan Pilatus kepada mereka. Mereka juga menempatkan penjaga-penjaga Romawi di luar kubur itu, dan mereka memeterai kubur itu. Meterai itu mengandung ancaman kematian bagi siapa saja yang mungkin merusak kubur itu. Hal ini seperti kekuatan bagi mereka, karena mereka mencurigai bahwa kebangkitan Yesus ini adalah scenario yang diciptakan oleh para murid yang mungkin datang mencuri, lalu akan mengatakan bahwa IA telah bangkit. Dengan adanya materai dan penjagaan dari Pilatus ini seperti kunci mati sekaligus ancaman jika ada yang berani melanggar. Padahal para murid sendiri pun tidak mengingat pembicaraan Yesus yang sudah berulang kali mengatakan tentang kebangkitanNya pada hari ke tiga karena mereka hanya larut dalam keadaan berkabung yang sangat dalam.
Disebuah artikel dituliskan: Kesunyian pada titik tertentu dapat menjadi kesepatan bagi manusia untuk mencari, mendalami, memahami dan memaknai diri serta kehidupannya. Di dalam kesunyian, manusia, memiliki ruang untuk melakukan semua tanpa adanya gangguan dari luar. Namun kesunyian juga dapat berubah menjadi pengalaman yang menakutkan karena didalamnya manusia terasing dari segala hal yang biasa ada disekitarnya. Kesunyian itu pula yang ada dalam kehidupan para murid pasca kematian Yesus di kayu salib. Realitas yang mereka hadapi menghilangkan keyakinan dan ingatan mereka atas apa yang dikatakan dan dijanjikan oleh Yesus. Mereka ketakutan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Segala perjalanan hidup yang mereka jalani bersama selama 3 tahun menjadi perjalanan hidup yang sekali seumur hidup dan dipenuhi dengan banyak keajaiban/mukjizat. Sedih, takut, kecewa, kesepian, kebingungan dan putus asa, itulah yang mereka rasakan pada hari itu. Tapi sekalipun itu yang terjadi, semua akan berubah besok seiring dengan bergantinya hari.
Pilatus dan orang-orang Yahudi itu tidak menyadari bahwa tidak ada penjaga, tidak ada pengamanan, yang bisa mencegah mayat Yesus untuk dibangkitkan! Alih-alih mencegah penyebaran desas-desus palsu, seperti yang mereka inginkan, bahkan pengamanan kubur itu sebenarnya berfungsi untuk membuktikan kebenaran kebangkitan Yesus. Mereka menjadi saksi yang mematahkan berbagai asumsi-asumsi kebangkitan Yesus.
- Masmur 115:16-18, pembacaan yang pertama memperlihatkan suasana perayaan kemenangan setelah mengalahkan bangsa lain. Bangsa Israel sungguh mengakui dan menyadari perbedaan antara Allah yang mereka sembah dan allah bangsa lain. Israel melihat ilah bangs alai sebagai ilah yang memiliki segala yang seharusnya ada mulut, mata, telinga, hidung, tangan, kaki (ay.5-7), tetapi semua tidak berfungsi karena mereka tidak hidup. Walaupun dibuat dari bahan yang terbaik dan dibentuk sempurna, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya menjadi benda yang tak bergerak. Sedangkan Tuhan adalah Allah yang sanggup menolong, menjadi perisai dan yang juga memberkati bangsaNya (ay.9-14) jadi benarlah yang diserukan oleh pemasmur bahwa seharusnya kita hanya percaya kepada Tuhan karena Dia hidup serta sanggup menolong dan memberkati.Bahkan pertolongan Tuhan itu yang membuat kita tetap hidup. Kita yang seharusnya mati karena dosa, tapi beroleh kehidupan dengan kematian dan kebangkitan Yesus supaya kita hidup untuk mempermuliakan Tuhan.
Aplikasi/Kesimpulan
Injil Matius menekankan kesungguhan kematian Yesus, dan melawan sangkalan- sangkalan orang Yahudi terhadap kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu dari teks ini ada beberapa penekanan yang bisa kita dapat:
- Allah berkuasa dan kuasaNya nyata baik ketika Dia hidup bahkan dalam
kematian. Ilustrasi: Angka 8.
Jika dilihat dari berbagai arah baik dari atas atau dari bawah, dari depan atau belakang tidak berubah seperti angka yang lainnya.
Kematian tidak mampu membatasi kuasa Tuhan yang bekerja dala dunia ini. Kubur yang dijaga, justru memperkuat bahwa Yesus benar-benar bangkit. Oleh sebab itu sekalipun keadaan kita seperti para murid yang terpuruk dalam keadaan, ingatlah kita punya Tuhan yang berkuasa (bnd. Pembacaan pertama), yang tidak pernah kehilangan kuasaNya. Sabtu pengharapan ada diantara masa berkabung dan sukacita. Artinya berada diantara keputusasaan dan harapan.
Berarti sabtu sunyi tidak akan bertahan lama tetapi akan segera berganti. Karena kematian tidak melenyapkan kuasa Tuhan. Kematian memang pasti, tapi kebangkitan juga adalah kepastian. Oleh sebab itu tetap arahkan hati dan pikiran kepada Yesus ditengah kesunyian yang besar dalam hidup kita. Temukan suara Tuhan ditengah kesunyian hidup. Dan orang yang membawa orang lain keluar dari kesunyian hidupnya (invocatio).
- Tidak ada seorangpun yg dapat menghalangi rencana Allah
Pilatus dengan segala kuasanya, orang-orang Yahudi dengan segala rencananya bersatu padu dengan 1 tujuan, yaitu bagaimana caranya agar yesus tidak bangkit dan tidak dapat keluar dari kubur. Mereka ingin melihat, bagaimana kematian Yesus merupakan akhir dari pelayanan Yesus. Hari ini kita diingatkan bahwa tidak ada yg dapat menghalangi rencana Allah. Oleh sebab itu tetaplah percaya, tetaplah dekat dan bergantung kepada Tuhan.
Karena, rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Rencana Allah tidak dapat dihalangi oleh siapapun. Allah tetap mengerjakan rencananya.
Berjalanlah dengan tenang dan syukur sebagai orang percaya, karena, tidak ada yg dapat menghalangi rencana Allah.
Pdt Sripinta Ginting
Rg Cileungsi
JUMAT 07 APRIL 2023, KHOTBAH YOHANES 19:28-30 (JUMAT AGUNG)
Tema :
“Jesus Ndungi DahinNa” (“Yesus Menyelesaikan PekerjaanNya”)
Invocatio :
1 Pet. 2: 24
Bacaan :
Mzm. 22: 12-16
1. Pendahuluan
Jumat Agung adalah hari peringatan penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota, untuk menebus dosa manusia. Jumat agung salah satu hari yang disebut Pekan Suci, dimulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi dan Minggu Paskah. Ini adalah rentetan kisah yang memiliki makna kasih yang dalam dari seorang bapa kepada anaknya, yang rela menurunkan harga diriNya dan menunjukan cara untuk menunjukan kasih tanpa perkataan tapi langsung perbuatan, dengan mengorbankan nyawaNya untuk menebus dosa manusia. Jumat Agung adalah peristiwa penting dalam Kekristenan oleh sebab itu setiap kali memperingati Jumat Agung kita melakukan Perjamuan Kudus untuk mengenang peristiwa penyaliban dalam proses penebusan dosa manusia agar kembali berdamai dengan Allah dan sesama manusia.
2. Isi
Yesus adalah Anak Allah yang diutusNya untuk melakukan misiNya di dunia ini, dalam rangka penyelamatan manusia, seperti kita ketahui maka Yesus datang ke dunia ini dengan banyak keunikan, Dia di kandung oleh perawan, lahir di palungan kandang domba, dan dalam perjalanan pelayananNya banyak sekali tantangan dan goncangan yang Dia hadapi. Dalam perjalanan pelayananNya juga juga banyak melakukan muzijat dan menunjukan bahkan menegaskan bahwa IA adalah Anak Allah, sehingga ahli Taurat merasa terganggu, hingga berencana untuk menghukum Dia ke dalam hukuman mati yaitu penyaliban di bukit Golgota. Pada bagian ini Yesus menerima semua yang sudah diaturkan oleh Allah Bapa dalam rangka penyelesaian tugasNya di dunia, dalam rangka penyelamatan dunia yang sangat di kasihi oleh Allah tersebut bdk. Yoh 3:16.
Sehingga boleh kita lihat dalam Yohanes 19:28-30 adalah detik-detik akhir Yesus sebelum ia meninggal di atas kayu salib. Dalam teks ini ada dua perkataan Yesus yang menunjukan akhir dari perjalanan dalam rangka penebusan dosa manusia, ketika ia tahu bahwa sebentar lagi ia akan mati, supaya genap apa yang tertulis dalam Kitab Suci maka IA mengatakan “Aku haus”.maka prajurit memberikan anggur karena disitu ada suatu bekas penuh anggur asam, sesuai dengan kebiasaan pelaksanaan hukuman seperti pada saat itu, atau seperti yang diperkirakan beberapa orang anggur yang biasanya mereka berikan kepada orang-orang yang hendak binasa. Maka mereka memberikannya dengan mencucukkan bunga karang yang telah dicelupkan dalam anggur asam, lalu mereka menaruhnya ke sebatang hisop dan memasukkannya ke mulut Yesus. Itulah yang mereka berikan ketika Yesus mengatakan “Aku haus”.
Perkataan selanjutnya yaitu “sudah selesai” adalah ungkapan yang di katakan Yesus setelah selesai minum anggur asam dan sebelum IA meninggal. Sudah selesai dalam bahasa Yunani “Tetalestai” bahasa Indonesia “Sudah selesai” karo “enggo sai” “La nadingken tegun lolo” (enggo seh sura-sura/tangungjawab, perjuangan sudah selesai). yang menunjukan atau mengarah kepada kemenangan dengan sorak sorai, yang merampungkan segalanya dengan penuh penghiburan, mengapa begitu? Karena dengan sudah selesai maka segala kepahitan dari kejahatan dan tindakan permusuhan para penganiaya telah selesai dibayar lunas. Disamping itu makna dari kata sudah selesai juga adalah rancangan dan perintah BapaNya mengenai penderitaanNya kini telah tergenapi sehingga sudah tamatlah riwayat dosa dimana pelanggaran sudah diakhiri dengan datangnya kebenaran untuk selama-lamanya. Dimana Anak Domba Allah dikorbankan untuk menghapus dosa dunia. Dan akhirnya IA menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya kepada Allah Bapa.
Semua yang dilakukan Yesus hanya untuk kesembuhan dan hubungan baik kita kepada Sang Pencipta, seperti penegasan dalam Invocatio kita : 1 Petrus 2:24; tujuan dari kematian Yesus adalah agar kita dapat dipisahkan dari kesalahan, kuasa, dan pengaruh dosa. Melalui kematianNya, Yesus melenyapkan kesalahan dan hukuman bagi kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali kepada Allah dan menerima kasih karunia untuk hidup benar di hadapanNya. Petrus menggunakan kata sembuh dalam hubungan keselamatan dengan segala berkat Tuhan.
Bahan bacaan kita Mazmur 22:12-16 menekankan betapa beratnya perasaan Pemazmur dalam menghadapi musim kehidupan yang boleh Tuhan izinkan dalam peziarahan kehidupannya. Mazmur ini adalah Mazmur yang pertama dari Mazmur-Mazmur kesengsaraan, seruan pembukaan Mazmur ini juga digunakan Yesus ketika berada di kayu salib, dengan mengatakan “Eli Eli Lama Sabakhtani” ketika ia merasa ditinggalkan Allah Bapa.
3. Aplikasi
Peristiwa Jumat Agung, yaitu peristiwa pengorbanan yang melampaui segalanya dalam sejarah dunia, karena Jumat Agung menekankan kepada kita, tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih yang rela berkorban memberikan nyawanya untuk sahabatnya. Melalui peristiwa ini kita boleh berefleksi bahwa :
- Allah Sang Maha Kasih selalu merancangkan yang terbaik sekalipun IA harus berkorban untuk kepentingan dunia, dalam kehidupan kita sudahkah kita mau berkorban untuk kepentingan orang lain? Tanda kita sudah mendapatkan kasihNya?
- Sengsara yang diterima Yesus, di jalaniNya dengan setia, Dia tidak mengandalkan orang dalam sebagai IA Anak Allah, bisa saja IA memakai kekuasaanNya untuk tidak merasakan sengsara jalan salib, tetapi tidak itu yang dijalaniNya, tapi IA mau ikut dalam proses tanpa protes untuk misi penyelamatan manusia, dalam proses peziarahan kehidupan kita manakah yang lebih banyak kita lakukan, bersyukur setia akan rencana Tuhan dalam hidup atau protes pada Tuhan?
Melalui peristiwa Jumat Agung ini marilah kita semakin bersyukur dan menyadari dalam situasi apapun hidup kita, marilah kita tetap setia dan berharap hanya pada Tuhan saja. Yang kelihatannya kalah belum tentu kalah, karena Jumat Agung bukan kekalahan tapi awal dari kemenangan orang percaya. Kematian Yesus merupakan jalan untuk memperoleh kemenangan kekal.
Pdt. Prananta Jaya Manik
GBKP Bogor Barat