KHOTBAH MINGGU 10 MARET 2024, KHOTBAH YOHANES 16:25-33 (PASSION V)
Invocatio :
Yesaya 66:10
Ogen :
Mazmur 73:21-28 (Tunggal)
Tema :
MALEM ATE GIA JUMPA KINISERAN (Tetap bersukacita di tengah penderitaan)
Pengantar
Mungkin kita pernah mendengar istilah NDE (near death experience) atau pengalaman mendekati kematian. Bagi orang-orang yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian mungkin merasakan hidupnya saat ini merupakan second chance atau kesempatan kedua. Banyak kasus near death experience disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit fase terminal, di mana secara medis seseorang itu dinyatakan akan mati, bahkan sudah mati, tetapi ternyata masih hidup.
Dalam beberapa kasus mungkin orang yang mengalami pengalaman mendekati kematian akan merasakan trauma, diserang kekhawatiran dan ketakutan. Namun tidak sedikit orang yang justru malah bersyukur karena masih diberikan kesempatan kedua. Berbahagialah kita yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian dan justru bersyukur. Karena pastilah kita adalah orang-orang yang telah berubah, atau mengalami turning point dalam hidup. Kita merasa bahwa hidup ini sangatlah berharga, sehingga dengan kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan, kita memanfaatkannya semaksimal mungkin dan mengisinya dengan versi terbaik diri kita.
Dalam bahan khotbah kita pada kesempatan ini, murid-murid Yesus juga akan mengalami pengalaman mendekati kematian. Namun bedanya dengan kita saat ini, pengalaman mendekati kematian itu sudah terlebih dahulu diberitahukan Tuhan Yesus, walaupun banyak di antara murid Yesus yang tidak mengerti yang Tuhan Yesus katakan.
Uraian Bahan Khotbah
Yoh. 16:25-33, berdasarkan tafsiran LAI, termasuk ke dalam bagian kedua amanat perpisahan Yesus kepada murid-muridNya, dimulai dari pasal 15:1 - 16:33. Bagian ini dibagi ke dalam 4 bagian. Pertama, pasal 15:1-17 Yesus mengajarkan tentang pokok anggur yang benar. Kedua, dimulai dari pasal 15:18-25, Tuhan Yesus memberitakan tentang penganiayaan yang akan dialami oleh orang-orang percaya. Ketiga, dimulai dari pasal 15:26-16:15, Yesus memberitakan tentang pekerjaan Roh Penghibur yang menguatkan orang-orang percaya. Keempat, pasal 16:16-33, Yesus memberitakan tentang kemenanganNya atas kuasa dunia.
Alkitab TB-LAI memberikan judul perikop Yoh. 16:16-33, “Dukacita yang mendahului kemenangan.” Sedangkan Alkitab BIMK membagi perikop ini menjadi dua bagian dengan judul, “Kesusahan dan kegembiraan” (ay. 16-24) dan “Kemenangan atas dunia” (ay. 25-33). Dari judul perikop tersirat bahwa apa yang Yesus amanatkan kepada murid-muridNya mengandung dua unsur kehidupan yang bertolak belakang, kesusahan (dukacita) dan kegembiraan (kemenangan). Dalam perikop ini Yesus mengatakan kepada murid-muridNya bahwa diriNya tidak akan lama lagi berada di antara mereka. Sesaat lagi Yesus akan mengalami penderitaan dan kematian. Pada saat itu murid-murid Yesus akan tercerai-berai karena ketakutan (ay. 32). Orang-orang percaya akan mengalami dukacita. Pada ay. 20, orang-orang percaya akan menangis dan meratap di tengah-tengah kegembiraan dunia ini. Ini mengekspresikan beban penderitaan berat yang akan dialami murid-muridNya karena mengalami penganiayaan. Penderitaan berat ini lebih jelas digambarkan seperti seorang perempuan yang melahirkan. Near death experience dialami setiap ibu yang melahirkan anak-anaknya.
Penderitaan berat di sini, tidak hanya dialami murid-murid sesaat setelah peristiwa penangkapan, penyiksaan, penyaliban, dan kematian Yesus, tetapi juga dialami oleh orang-orang percaya sepanjang sejarah, di mana para pengikut Yesus dianiaya karena iman percayanya.
Namun setelah kesusahan, dukacita, ratapan dan tangisan, akan ada sukacita, kegembiraan, dan damai sejahtera. Keadaan ini dipastikan terjadi karena Yesus telah bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Yesus mengalahkan kuasa kematian, dengan demikian penderitaan seberat apapun tidak akan mampu mengalahkan kuasa keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus. Pada ay. 33, Yesus memberikan penguatan kepada murid-muridNya, jangan melarikan diri dari aniaya. Hadapilah penderitaan dengan ketabahan. Percayalah bahwa Tuhan pasti akan memberikan kebahagiaan sejati, karena orang-orang percaya sudah bersatu dengan Kristus dan Kristus sudah mengalahkan kuasa dunia ini.
Bacaan Alkitab Pertama (Ogen)
Pemazmur mengingatkan kita untuk tetap hidup berintegritas, jangan pernah cemburu dengan keberadaan orang fasik. Judul Mazmur 73 “Pergumulan orang yang tulus hati,” menggambarkan bagaimana Pemazmur sangat mengenal Allah yang ia sembah. Bahwa Allah itu baik terhadap orang yang tulus hatinya dan bersih hatinya. Tetapi nyaris saja, pemahamannya itu terganggu (ay. 2, “hampir saja kakiku terpelest, nyaris aku tergelincir”), ketika ia melihat orang-orang fasik yang mengalami kemakmuran, tidak mengalami kesakitan dan kesusahan. Pemazmur cemburu. Untunglah Pemazmur sadar. Dalam kesusahan hatinya, ia mendekatkan diri kepada Tuhan (ay. 16, ada kesempatan merenung; ay. 17, masuk ke dalam tempat kudus Allah) untuk memperhatikan kesudahan orang fasik. Kuasa Tuhan menghancurkan mereka (ay. 18).
Pelajaran menarik yang bisa kita teladani dari Pemazmur, ketika ia mengalami penderitaan, banyak hal yang ia tidak mengerti akan hidup ini (ay. 20-21), Pemazmur tetap ada di dekat Tuhan. Ia merasakan pertolongan Tuhan. Tuhan memegang dan menuntun tangannya. Pengertian yang baru kembali diberikan Tuhan kepadanya. Sebab sesungguhnya siapa yang jauh dari Tuhan, yang tidak setia kepada Tuhan akan binasa. Belajarlah untuk setia kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hatiNya.
Refleksi
Tema pada Minggu Passion ke-5 ini adalah, “Tetap bersukacita di tengah penderitaan.” Tema ini sesuai dengan Minggu Letare yang artinya “bersukacitalah!” (Invocatio : “Bersukacitalah, bersorak-sorailah, bergiranglah” -Yesaya 66:10). Mengapa kita harus tetap bersukacita di tengah penderitaan? Pertama-tama, firman Tuhan pada kesempatan ini mengajak kita untuk tetap mengimani apa yang Yesus katakan bahwa kuasa-kuasa dunia ini telah dikalahkan oleh kuasa Yesus dalam kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga. Kedua, penderitaan yang kita alami saat ini masih belum bisa dikatakan sebagai near death experience. Dalam hal ini kita patut bersyukur tetapi harus tetap waspada karena pengalaman mendekati kematian dapat sewaktu-waktu terjadi. Bukankah, penderitaan adalah konsekuensi logis dari pilihan beriman kepada Kristus? Ketiga, melalui penderitaan iman kita teruji, iman kita semakin kuat, semakin dimurnikan (band. 1 Petrus 1:6-7). Sebagaimana peribahasa Karo, “Kiniseran kite-kite ku si jore,” atau padanannya, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Hidup beriman di dalam Tuhan harus mau berproses, tidak bisa instan. Melalui berbagai macam penderitaan, pergumulan, tantangan, kita semakin merasakan kuasa Tuhan. Hingga akhirnya, kita mampu bersaksi tentang kasih setia Tuhan. Tetaplah bersukacita dalam penderitaan yang kita alami.
Oleh karena itu, ketika tema mengatakan “Tetap bersukacita di tengah penderitaan” bukan maksudnya kita tertawa-tawa (“cengil katawari paksa pe”), tetapi tetap mampu bersyukur, jangan tenggelam dalam kesusahan kita sendiri, tetap beraktivitas sehingga hidup kita tetap menjadi berkat bagi banyak orang.
Pdt. Larena br. Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)-Runggun Cikarang