SUPLEMEN PJJ TANGGAL 12-18 FEBRUARI 2023, EFESUS 1:22-23

Tema: Perpulungen Eme Kula Kristus

Jemaat Adalah Tubuh Kristus

(Konfesi GBKP BAB IX: Gereja)

Bahan: Efesus 1:22-23

 

I. Pendahuluan

Kitab Efesus adalah kitab yang ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara Roma karena iman dan ketaatannya dalam melayani Allah. Kitab ini berisi nasehat, perintah dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam kitab ini juga menekankan rencana Tuhan agar seluruh alam, baik yang di Surga maupun di Bumi menjadi satu, serta Kristus sebagai kepala, khususnya kesatuan antara orang yahudi dengan orang non yahudi (Ef 2:11-22). Dalam kitab ini juga Paulus mengingatkan agar berhati-hati dengan ajaran sesat yang beredar di kalangan masyarakat, salah satunya yang dikatakan adalah ajaran Gnostik, bahasa Yunani disebut dengan Gnosis yang artinya pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud di sini bukanlah pengetahuan dalam arti ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang merupakan praksis hidup. Ajaran gnostic berusaha meracuni pemikiran manusia supaya tidak percaya kepada Tuhan dan menyelewengkan kebenaran. Paulus menuliskan betapa berbahayanya ajaran dan pengajar gnostik karena bisa mengancam iman, mengacaukan serta pecah belah kesatuan jemaat, penyakitnya suka mencari soal-soal dan bersilat kata yang menyebabkan dengki, fitnah, curiga, percekcokan (1 Tim 6:4-5), sehingga ajaran gnostik ini disebut seperti penyakit kanker karena bersifat menjalar (2 Tim 2:17).

II. Pendalaman Teks

Ayat 22, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai kepala dari segala yang ada” Paulus telah mendengar dan mengetahui persis apa yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus, sehingga surat yang dikirim ke jemaat efesus adalah surat edaran yang menunjukkan bahwa adanya permasalahan jemaat yang bukan hanya di Efesus tetapi juga di Laodikia, Hierapolis dan Kolose. Permasalahan yang terjadi adalah terganggunya iman jemaat dengan adanya ajaran-ajaran sesat yang membuat kurang percayanya jemaat akan kuasa Tuhan serta adanya kebangkitan dari kematian seperti Yesus yang bangkit dari kematian, sehingga Paulus menekankan sebelumnya bagaimana kekuasaan Tuhan bukan hanya di dunia ini tetapi juga di dunia akan datang, dalam ayat 21 “jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan……bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang”.

Semua kekuasaan yang ada di dunia telah diletakkan di bawah kaki Kristus. Kata di bawah kaki mengandung makna letak, dengan demikian dari kata di bawah kaki, berarti letaknya ada di bawah, jadi kalau sesuatu itu letaknya ada di bawah berarti ada juga sesuatu itu letaknya di atas. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa kuasa Tuhan itulah letaknya di atas, dengan kata lain tidak ada kuasa yang lebih tinggi di dunia ini kecuali kuasa Kristus, Yesus pernah mengatakan bahwa segala kuasa yang ada di surga dan di bumi telah diberikan dalam nama-Ku (Matius 28:18). Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa Kristus kepala dari segala yang ada, kata Kepala mengandung makna Posisi, dalam tubuh manusia organ yang paling tinggi posisinya adalah kepala, berarti Kristus adalah kepala jemaat atau gereja, yang posisinya lebih tinggi dari apapun. Posisi Kristus sebagai kepala jemaat atau gereja memiliki kekuasaan dan otoritas, serta tidak dapat diambil alih posisi itu oleh siapapun. Setiap orang yang ada di gereja, apapun jabatan dan posisinya harus tunduk kepada Kristus sebagai kepala gereja.  

Ayat 23, “Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” istilah “Tubuh Kristus” merupakan kiasan yang digunakan dalam Perjanjian Baru bagi gereja. Tubuh Kristus dalam teologi kekristenan memiliki 2 makna tersendiri, Pertama: Merujuk ke pernyataan Yesus tentang perjamuan terakhir, Inilah tubuhKu…(Luk 22:19-20), Kedua: Merujuk pada Gereja (1 Kor 12:12-14). Dari kedua makna tubuh Kristus ini memiliki makna yang sama dimana gereja atau jemaat yang dijadikan sebagai tubuh Kristus harus menjaga kesatuan dan keutuhannya, apalagi tubuh Kristus itu sendiri telah diberikan dan dikorbankan bagi gereja atau jemaat haruslah menghargai pemberian itu atau menghormatinya dengan cara hidup dalam keinginan Tuhan bukan keinginan tubuh atau dunia. Bagi segmen yang lebih luas dari kekristenan termasuk juga dari beberapa denominasi Protestan istilah tersebut dapat merujuk kepada gereja Kristen sebagai suatu komunitas orang-orang beriman yang memiliki perbedaan. Dalam ayat 22 sebelumnya Paulus telah mengatakan bahwa Kristus adalah kepala gereja atau jemaat. Dikatakan tubuh berarti memiliki banyak organ atau anggota tetapi dipersatukan di dalam tubuh, demikian juga jemaat memiliki banyak latar belang, pola pikir serta keberadaan yang berbeda tetapi dipersatukan dalam Nama dan Kasih Kristus,

Dalam hubungan Kristus dengan gereja-Nya, Paulus membuat perbandingan seperti hubungan kepala dengan tubuh, dimana tubuh tidak dapat hidup sendirian tanpa kepala, begitu juga kepala membutuhkan tubuh untuk melakukan apa yang dipikirkan oleh kepala untuk menyatakan dan mengekspresikan kasih karunia-Nya di dunia ini yaitu melalui gereja atau jemaat itu sendiri. Gereja atau jemaat itu adalah kepenuhan Kristus sendiri, artinya melalui gereja atau jemaatlah Kristus menunjukkan kuasa-Nya atas segalanya, serta mencukupi semua kekurangan-kekurangan anggota-Nya “…yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu”.

Dalam 1 Kor 12 menjelaskan anggota tubuh dan fungsinya, jika itu berjalan sesuai dengan letak dan fungsinya masing-masing maka betapa indahnya kehidupan itu, tetapi jika anggota tubuh itu melakukan berdasarkan kehendaknya sendiri bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh kepala atau bertindak sebelum berpikir, maka betapa susahnya hidup ini, contoh: jika kepala (otak) menyuruh tubuh duduk, tetapi kaki tidak mau berhenti dan terus bergerak, dimana kaki mengabaikan perintah kepala dan tidak bisa dikontrol. Demikian juga gereja atau jemaat akan susah menjalani kehidupan dan pelayanannya sehari-hari jika mengabaikan perintah Kristus sebagai kepalanya. Mengabaikan perintah dan larangan-Nya bisa mendatangkan kesengsaraan dan kesesatan, terlebih pada masa sekarang ini yang serba maju dan berkembang, termasuk juga dalam hal berkembangnya pengajaran-pengajaran sekuler disekitar kita, semakin sulit bagi kita untuk memilah dan mengikuti arahan Tuhan yang sesungguhnya, sama seperti Paulus yang sudah mengingatkan Efesus agar berhati-hati dengan ajaran sesat. Secara duniawi tubuh/daging (Yun: Sarx) kita ini lemah dan sering jatuh ke dalam dosa, karena keinginan daging serta dunia memiliki kekuatan yang besar mempengaruhi tubuh, tetapi semuanya itu bisa dikalahkan dengan cara penyerahan diri kepada Tuhan serta meminta Roh Kudus untuk memimpin dan menunjuk arah jalan kehidupan (Roma 8:5-9).

III. Aplikasi

Tema: Jemaat Adalah Tubuh Kristus, Istilah "Tubuh Kristus" merupakan kiasan yang digunakan dalam Perjanjian Baru bagi Gereja (semua orang yang telah diselamatkan). Gereja dijuluki "satu tubuh di dalam Kristus", di dalam Rom 12:5 mengatakan "satu tubuh" di dalam mengatakan 1 Kor 10:17 "tubuh Kristus". Ketika Kristus ke dunia kita, Ia mengenakan tubuh jasmani yang telah "disediakan" bagi-Nya (Ibrani 10:5; Filipi 2:7). Melalui tubuh jasmani-Nya, Yesus menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani - terutama melalui kematian-Nya di atas salib sebagai kurban (Roma 5:8). Setelah kenaikan-Nya ke surga secara jasmani, Kristus melanjutkan karya-Nya di dunia melalui mereka yang telah Ia tebus. Gereja yang sekarang menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani. Dengan cara ini, Gereja berfungsi sebagai "tubuh Kristus" yang memiliki kesatuan, tidak terpecah dan tetap melakukan sesuai perintah-Nya, dengan kata lain dalam gereja "Jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1 Korintus 12:25). Siapapun dia dan apapun jabatannya di dalam gereja harus tunduk kepada Kristus sebagai kepala gereja.

Dalam konfesi GBKP BAB IX tentang Gereja menyatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil menjadi milik Allah dan Yesus Kristus menjadi kepalanya (1 Pet 2:9; Ef 1:22), terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus menjadi “Garam” dan “Terang” dunia (Mat 16:18). Dari isi konfesi yang telah dinyatakan Bagaimanakah selama ini kita menempatkan Kristus sebagai kepala dalam kehidupan pribadi maupun berjemaat? Ketika kita lebih mementingkan aktivitas rohani daripada membangun karakter jemaat sesuai firman Tuhan, Kristus sedang tidak diutamakan, dan ketika pengharapan Injil digantikan oleh pengharapan atas kekuatan sendiri, berarti Kristus telah digeser dari tempat-Nya. Tanpa kepala, tubuh mati. Tanpa Kristus, tidaklah mungkin komunitas orang percaya dapat tetap hidup berkenan kepada Allah.

Selain dari pengertian Kristus sebagai kepala gereja, ternyata dalam konfesi GBKP juga dinyatakan bahwa gereja melakukan Tri Tugas demi mewujudkan jemaat yang missioner, memproklamasikan nilai-nilai kerajaan Allah melalui cinta kasih, keberpihakan kepada yang miskin, lemah dan terpinggirkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan (Luk 4:18-19). Kalau memang seperti ini konfesi GBKP, Hal serupa gereja katolik juga dalam Lumen Gentium (Konstitusi dogmatis tentang gereja, salah satu dokumen utama konsili vatikan kedua) Pasal 1 menyatakan: kita hidup sebagai satu dengan Kristus dan dengan satu sama lain bahkan di tengah-tengah kemiskinan, ketidakadilan dan kekacauan yang kita alami. Dari penjelasan ini baik Protestan (GBKP sendiri) dan Katolik memiliki pemahaman dan pengertian yang sama bagaimana gereja melakukan keberpihakannya terhadap yang lemah untuk mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah, apakah memang gereja sudah melakukannya? Hal ini sebagai perenungan dan harus dilakukan dengan cara menyatukan pemahaman, tindakan, serta kekuatan melalui PGI maupun DGD.

JIKA TUBUH TIDAK LAGI TAAT PADA KEPALA,
KEMUNGKINAN TUBUH SUDAH TERLEPAS DARI KEPALA

                                                                Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 05-11 FEBRUARI 2023, AMSAL 3:19-22

Tema: Kepentaren Mereken Kegeluhen

Hikmat Memberikan Kehidupan

(Evaluasi Sasaran Pelayanan GBKP Tahun 2023)

Bahan: Amsal 3:19-22

 

I. Pendahuluan

Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani disebut dengan Mashal, Kitab Amsal ini juga disebut dengan Hikmat, karena di dalam kitab ini diingatkan dan diajarkan bagaimana ungkapan dan pikiran orang yang berhikmat, perumpamaan-perumpamaan kehidupan serta pribahasa yang berhikmat. Kitab ini yang diyakini ditulis oleh Salomo dan mengajarkan bagaimana sikap dan kehidupan orang yang beriman, apakah itu diwujudkan dalam keluarga, pekerjaan, perbuatan serta lainnya, khusus di dalam bahan PJJ kita kali ini diingatkan mengenai hikmat. Tujuan dari pembahasan ini adalah bagaimana orang tua mengajarkan anak-anak mereka agar hidup mereka berhikmat serta bagaimana anak menerima untuk melakukannya.

II. Pendalaman Teks

Ayat 19-20, “Dengan hikmat Tuhan telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertianNya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” dalam ayat ini menunjukkan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi beserta seluruh isinya dibentuk dan diletakkan Tuhan pada tempatnya masing-masing tanpa ada yang kontra serta bertabrakan satu dengan yang lain, bahkan semua yang diciptakan Tuhan indah dilihat mata serta memberikan keteduhan dan ketenangan. Dengan hikmat Tuhan meletakkan dasar bumi, kata hikmat dalam bahasa Ibrani disebut dengan “Hokmah” dalam bahasa Yunani disebut dengan “Sophia”, kedua kata ini memiliki arti cara seseorang menyelesaikan masalah dengan benar, baik dan tepat atau memiliki pandangan yang benar dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hikmat hampir serupa dengan Bijaksana, hanya saja bedanya Hikmat lebih fokus kearah batin, sedangkan bijaksana lebih kea rah berpikir. Walaupun sedikit berbeda tetapi memiliki Sumber yang sama yaitu Tuhan, untuk mendapatkan hikmat dan bijaksana dari Tuhan, maka manusia itu harus benar-benar hidup dalam kehendak Tuhan serta yang dilakukan dalam hidupnya semata-semata hanya untuk kemuliaan Tuhan.

Bumi atau alam yang diciptakan Tuhan memiliki tujuan sebagai tempat kehidupan manusia, sehingga Tuhan melengkapi kebutuhan manusia itu dengan cara menciptakan mahluk dan tumbuhan yang lain. Dengan demikian manusia diberikan Tuhan tanggung jawab untuk menguasai dan mengelola bumi ini. Berbicara mengenai bumi, ilmu pengetahuan sudah menelitinya bahwa planet-planet yang ada hanya bumi yang cocok tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya, walaupun di planet lain ada kehidupan contohnya mars, namun sampai saat ini belum ada manusia yang bermigran ke planet tersebut. Hal ini sesuai sekali dengan awalnya Tuhan menciptakan bumi ini yaitu dengan hikmat-Nya. Selain itu lebih dari 70% permukaan bumi ditutupi oleh air dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau, hal ini juga sesuai dengan ayat 20 “dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” Tuhan dengan hikmat-Nya mencipta dan membuat bentuknya dari semua ciptaan itu sesuai dengan keberadaannya masing-masing, manusia di darat, ikan di laut, burung di udara, serta air sifatnya mengalir. Dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpancaran, dari kenyataan bumi seperti ini maka besar sekali tanggung jawab manusia untuk menjaganya karena hal ini berkaitan dengan kehidupan. Bumi ini lebih luas samudera dibanding daratan, jika manusia dengan sembarangan mengelola bumi atau alam ini, apalagi hanya menggunakan ilmu pengetahuan manusia tanpa dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan, maka semua ciptaan itu dapat beralih fungsi, dimana air yang pada dasarnya memberikan kehidupan, tetapi karena kerakusan manusia dan mementingkan diri sendiri, air itu menjadi mala petaka bagi manusia karena terjadi bencana alam, banjir dan longsor bukan hanya mengorbankan materi tetapi juga memakan korban. William Shakespeare mengatakan “Di alam tidak ada cacat selain pikiran, tidak ada yang bisa dipanggil untuk berubah bentuk kecuali yang tidak baik” pengertian dari kalimat ini adalah dunia yang diciptakan Tuhan ini sempurna adanya, Tuhan adalah perancang yang luar biasa, semuanya sesuai dengan tempat, letak dan bentuknya masing-masing, sebaliknya karena pengetahuan manusia ada yang berubah yaitu bentuk organ tubuh manusia yang dirubah bentuknya (lidah seperti lidah ular, mata seperti mata alien dan sebaginya), alam yang indah menjadi gersang, hutan lebat jadi gundul, air yang mengalir menjadi gelombang besar.

Ayat 21-22, “Hai anakku janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu dan perhiasan bagi lehermu” kata hai anakku mengandung makna adanya status yang jelas, dengan adanya status yang jelas ini membuat kasih sayang dan perhatian itu juga menjadi jelas. Selanjutnya hal ini diingatkan dan diajarkan orang tua kepada anaknya supaya pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari mata, kata pertimbangan menurut KBBI adalah pendapat tentang baik dan buruk. Dari pengertian ini berarti dalam perjalanan kehidupan manusia pasti membutuhkan pertimbangan dalam hal berpikir untuk mengambil keputusan, sehingga dari permohonan dengan kata “hai anakku” dalam mengambil keputusan itu harus dengan “pertimbangan” yang baik, memikirkan orang lain dan tidak mengambil keuntungan pribadi. Begitu juga dengan kata “kebijaksanaan” artinya pandai dan cermat serta teliti ketika menghadapi kesulitan dan sebagainya. Dari dua kata yang diungkapkan berarti di dalam mengambil keputusan haruslah dengan pertimbangan yang baik dan dengan bijaksana.

Bagaimana kalau pertimbangan dan kebijaksanaan itu dekat di mata dan dipelihara? Ayat 22 “maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu dan perhiasan bagi lehermu” berarti pertimbangan dan kebijaksanan dapat memberikan kehidupan bagi kita, serta indah untuk dilihat dan dinikmati seperti “perhiasan bagi lehermu” selain itu juga yang namanya perhiasan berarti mahal, demikianlah kehidupan itu sangatlah mahal karena Tuhan yang memberikan. Bagaimana kalau pertimbangan dan kebijaksanaan itu jauh dari mata atau tidak dipelihara? Jika hal ini terjadi otomatis tidak ada lagi kedamaian di dalam kehidupan ini karena setiap orang pasti berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginan pribadi masing-masing, dunia akan dikuasai tanpa mengelola dengan pertimbangan memikirkan pengaruhnya terhadap ciptaan yang lain, bahkan ada ciptaan itu yang akhirnya punah, berarti kehidupan akan rusak dan kacau. Kemajuan pengetahuan serta teknologi saat ini memang memiliki dampak yang positip bagi kehidupan, tetapi di lain sisi jika tidak dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan akan berdampak negatip karena bukan lagi memberikan kemajuan tapi ancaman, dengan kata lain pengetahuan serta teknologi tidak lagi menjadi perhiasan di leher, tetapi sudah menjadi ancaman leher.

 III. Aplikasi

Temata: Hikmat Memberikan Kehidupan, yang dimaksud dengan tema kita ini adalah hikmat atau kebijaksanaan itu dapat memberikan kehidupan bagi orang yang memilikinya, kehidupan yang dimaksud disini selain dari kehidupan jasmani termasuk juga kehidupan rohani, karena hikmat yang memberikan kehidupan itu adalah hikmat Allah. Hikmat Allah maksudnya penempatan kata dan sikap yang tepat sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk disampaikan, dengan kata lain bukan hanya sejauh mengetahui apa yang baik dan salah, tetapi juga melakukannya dalam kehidupan. Ciri-ciri yang tampak orang yang berhikmat: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak dan tidak munafik, dalam Alkitab Raja Salomo adalah raja yang dikenal berhikmat dan bijaksana. Salomo tidak meminta kekayaan, umur Panjang atau kemenangan, melainkan kebijaksanaan, 1 Raja2 4:29 “Dan Allah memberikan kepada salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasitr di tepi laut” atas permintaannya itu akhirnya salomo dijadikan Tuhan sebagai orang yang paling bijaksana, menjadikan dirinya kaya, dihormati dan mulia. Dari contoh raja salomo ini dapat kita ketahui bahwa memang hikmat itu memberikan kehidupan, karena dia mampu memimpin rakyatnya dengan baik serta memberikan kedamaian yang mana rakyat benar-benar merasakan kehidupan, bukan hanya itu dari permasalahan yang harus diselesaikannya salomo mengambil keputusan dengan hikmat dan bijaksana sehingga terbuktilah mana yang benar dan salah, dimana seorang ibu mendapatkan anaknya, serta anak itu mendapatkan kehidupan (1 Raja2 3:16-28).

Kemajuan IPTEK sekarang ini sangatlah pesat sekali di setiap negara, bahkan berlomba menemukan senjata dan nuklir yang terbaik menunjukkan siapa yang paling kuat dan berkuasa, serta untuk uji coba itu semuanya akan dilakukan kepada di alam bahkan hewan, ini semua akan merusak tatanan kehidupan dan ekosistem alam, inilah akibatnya kalau ilmu pengetahuan tidak dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan sub tema kita: Evaluasi Tema Pelayanan GBKP Tahun 2022 “Kreatif Merawat Lingkungan” walaupun tahun pelayanan ini sudah lewat, bukan berarti kita berhenti merawat lingkungan kita, tetapi merawat sampai selamanya. Masalah ingkungan sekarang ini sudah mendunia, Tuhan sudah mengatakan jangan sampai pertimbangan dan kebijaksanaan itu jauh dari mata atau tidak dipelihara, berarti dengan adanya masalah lingkungan saat ini harus pertimbangkan dengan baik dan jangan menutup mata akan hal ini.

Hidup memang penuh dengan perjuangan dan dalam perjuangan tersebut, hikmat merupakan kompas sebagai penunjuk arah dan pengetahuan sebagai Jala menangkap impian serta cita-cita.

                                                                                                            Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 29 JANUARI-04 FEBRUARI 2023, KEJADIAN 2:1-8

Tema: Dibata Nepa Manusia Guna Ngusahai Doni

(Allah Menciptakan Manusia Untuk Mengusahai Dunia)

Bahan: Kejadian 2:1-8

 

1. Pendahuluan

Kitab Kejadian merupakan kitab yang pertama di dalam Perjanjian Lama. Nama kitab ini sesuai dengan artinya awal dari penciptaan. Bahasa Ibrani “beresyit” artinya “Pada mulanya” asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu. Dengan demikian juga kitab kejadian dikatakan kitab permulaan. Penulis kitab Kejadian ini hendak melaporkan kesaksian tentang imannyaterhadap Allah sang pencipta, kesaksian di dalam Alkitab mengatakan bahwa Musa sebagai penulisnya kitab Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat Bilangan dan Ulangan) 1 Raja2 2:3, Dan 9:11-13, Luk 16:29,31, Kis 26:22, begitu juga para penulis Yahudi kuno dan Bapa gereja mengatakan Musa yang menuliskannya. Khusus pada pembahasan kita Kejadian 2:1-8 mengenai penciptaan segala sesuatunya dan terakhir adalah manusia untuk mengusahai dunia.

2. Pendalaman Teks

Ayat 1-4, “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya” di dalam ayat ini dijelaskan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi beserta isinya Tuhanlah yang menjadikanna. Di dalam menjadikan semuanya itu ternyata Tuhan hanya membutuhkan 6 hari lamanya, dari hal ini ternyata perhitungan lamanya hari itu bagi Tuhan berbeda dengan manusia, Mazmur 90:4 “sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam” setelah semuanya itu selesai diciptakan maka Tuhan berhenti dan menguduskannya pada hari yang ketujuh, ayat 3 “Lalu Allah memberkati hari ke tujuh itu dan menguduskannya”. Hari ketujuh itu dikuduskan Tuhan karena tujuannya adalah untuk beribadah, persekutuan dan penyembahan, selain itu juga Allah menginginkan manusia itu juga dapat memulihkan tenaga dan menenangkan pikirannya dari selama ini sibuk serta capek bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana Allah memerintahkan umat-Nya untuk beristirahat pada setiap hari ke tujuh, serta tanah merekapun juga harus memiliki tahun istirahat, Imamat 25:5 “enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, tetapi pada tahun ke tujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja”. Dengan ayat ini para ilmuwan modern telah mendukung praktik serupa, membiarkan lahan tidak ditanami sama sekali secara berkala agar nutrisi dalam tanah itu terisi kembali dan kesuburannya dipulihkan.

Ayat 5-8, “Belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan…..sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu” dijelaskan disini walaupun bumi sudah ada tetapi tumbuhan belum timbul karena hujan belum diturunkan Allah, ternyata hujan atau air merupakan sumber kehidupan dan pendukung untuk kehidupan baik tumbuhan, hewan dan manusia (75% tubuh manusia mengadung air). KJ 403 “hujan berkat kan tercuarah itulah janji kudus” dengan syair lagu ini menunjukkan bahwa hujan itu adalah berkat karena dapat memberikan kehidupan. Rancangan Tuhan sungguh baik karena setelah semuanya diciptakan Ia merancang siapa yang mengusahainya atau mengkelolanya, ayat 7 “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya….” Dalam hal inilah terkandung nilai keistimewaan manusia jika dibanding dengan ciaptaan yang lain. Manusia itu diciptakan lewat unsur tambahan dimana Allah menghembuskan nafas kehidupan ibr “nefes hayya” serta memiliki kualitas yaitu segambar (Ibr tselem) dan serupa (Ibr demut) dengan Allah.

Tuhan mencipta (Ibr Bara) semua yang ada dijadikan dari Kuasa kata-kata atau firman-Nya, apa yang keluar dari mulut Tuhan selalu menjadi kenyataan. Berbeda dengan penciptaan manusia, dimana manusia diciptakan lebih serius dan penuh perencanaan serta manusia itu diciptakan dengan memakai bahan yaitu debu, hal ini dapat kita lihat di dalam Kej 1:26 “marilah kita menciptakan manusia” dan Kej 2:7 “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” kedua ayat ini bukanlah berbeda apalagi kontradiksi, tetapi kej 2:7 ini secara mendetail lebih menerangkan bagaimana manusia itu diciptakan, dengan kata lain kedua ayat ini saling melengkapi.

Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia dari ciptaan yang lainnya. Keistimewaan dari segala aspek menjadikan manusia memiliki derajat yang paling tinggi dari semua ciptaan lainnya. Aspek mendasar dari kesaksian Alkitab tentang hakikat manusia adalah Gambar Allah (Imago Dei). Manusia sebagai mahluk sosial, manusia sebagai mahluk rasional dan berbudaya dimampukan untuk memperbaiki (Merestorasi) hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama serta hubungan dengan Alam bagaimana Allah memberikan perintah yang jelas mengenai bagaimana seharusnya orang Israel merawat tanah yang diberikan-Nya kepada mereka (Keluaran 23:10-11; Imamat25:1-7).

 3. Aplikasi

Alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sangat sempurna. Untuk mengatur kelangsungan kehidupan makhluk-Nya di muka bumi, Tuhan memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memakmurkan dan mengolahnya dengan cara yang baik sehingga tak terjadi bencana di muka bumi. Memakmurkan bumi pada hakikatnya adalah pengelolaan lingkungan secara benar dengan cara melaksanakan pelestarian alam agar tidak punah dan dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang. Apabila manusia mampu memakmurkan dan memelihara alam dengan baik, maka alam pun akan bersahabat dengan kita. Maka dari itu masalah lingkungan yang kini kerap terjadi merupakan masalah kita bersama. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar, meluas dan serius.

Persoalan lingkungan hidup adalah persoalan global dan bersifat universal, sebab berbicara tentang lingkungan hidup berarti berbicara tentang persoalan yang dihadapi seluruh umat manusia. Persoalan lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai peristiwa yang harus terjadi sebagai proses dinamika alam itu sendiri. Kedua, karena ulah dan perbuatan tangan manusia sendiri, sehingga menimbulkan bencana. Dari sekian banyak persoalan tentang kerusakan alam, ternyata peran manusia sangat besar dalam membuat kerusakan tersebut, akibatnya manusia yang menanggung akibatnya.

Dari hal ini perlu pelestarian alam dan pengelolaan alam dengan baik yaitu dengan mengendalikan dan mengelola pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Keberlanjutan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan dukungan alam lestari. Maka dari itu melestarikan alam menjadi kegiatan yang sangat penting untuk saat ini hingga nanti. Manusia berkewajiban mengolah dan menjaga potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengolah potensi alam yang diberikan Allah kepada manusia merupakan berkat yang harus dipertanggungjawabkan. Manusia selaku mahluk yang istimewa yang dijadikan Tuhan, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengusahai bukan hanya menguasai. Kata mengusahai mengandung makna disamping mengelola ada sifat untuk menjaga, merawat dan tidak merusak. Jangan hanya mengeksploitasi Alam, tetapi juga merestorasi.

Tema GBKP tahun 2022 Kreatif merawat lingkungan, walaupun tahun itu sudah berlalu bukan berarti kita berhenti merawat lingkungan kita. Tema GBKP Tahun 2023 Jemaat menjadi pelaku aktif pelayanan, kalau dikolaborasikan kedua tema tahunan ini bisa kita buat: Jemaat menjadi pelaku aktif dan kreatif merawat lingkungan karena itu adalah pelayanan.                                                

Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD