SUPLEMEN PJJ TANGGAL 06-12 NOVEMBER 2022, PENGERANA 9:4-10

CIREM DINGEN SIANG LAH AYONDU KATAWARI PE

SENYUM DAN BERSUKA CITALAH DI SETIAP WAKTU

Pengerana / Pengkhotbah 9:4-10

 

PENDAHULUAN

Kebahagaan dan suka cita merupakan hal yang sangat didamba-dambakan setiap insan. Apapun yang dilakukan oleh manusia semua bermuara pada harapan akan hidup bahagia. Misalnya seorang yang bekerja dengan keras, mendapatkan harta jabatan atau kedudukan tujuannya agar melalui kekayaan dan jabatan tersebut dia beroleh kebahagiaan. Seorang yang mencoba mencapai prestasi baik dalam pendidikan, karir dan di dalam talenta itupun pasti tujuannya agar dia bahagia. Bahkan manusia rela menghabiskan sejumlah uang, melakukan perjalanan wisata, melakukan hobby dan sebagainya agar kebahagiaan yang diinginkan dapat tercapai. Namun demikian, ternyata kekayaan, kedudukan, setiap pencapaian dan setiap yang dilakukan atas dasar pencarian kebahagiaan tidak mampu memberikan kebahagiaan sejati. Bagai mana sesungguhnya agar kebahagiaan sejati dapat tercapai? Berikut kita belajar dari pengalaman pengkhotbah.

PENDALAMAN TEKS

Kitab Pengkhotbah merupakan padanan kitab ibrani Qohelet yang memuliki arti “seorang yang mengumpulkan” tidak diketahui siapa yang menulis kitab ini, namun yang jelas dia adalah seorang guru, filsuf atau pengkhotbah. Melalui kitab pengkhotbah, penulis menyampaikan pokok-pokok pikirannya tentang makna hidup serta upaya menemukan makna hidup.

Bacaan kita pada saat ini secara khusus mengarahkan pembaca ke dalam tiga hal pokok. Pertama di ayat 4-6 menuntun pembaca untuk lebih menghargai hidup yang Tuhan anugerahkan. Dikatakan dalam ayat 4 bahwa: “Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing hidup lebih baik dari singa mati”. Singa, sering digambarkan sebagai sosok hewan yang memiliki wibawa, hewan yang memiliki kuasa dan kekuatan. Namun jika singa sudah mati, maka singa tersebut tidak lebih berharga dari seekor anjing, dia tidak lagi dihargai, dihormati. Wibawanya secara otomatis akan hilang seiring dengan kematiannya. Dan dia tidak akan disegani ataupun ditakuti lagi. Demikianlah berharganya setiap orang yang memiliki hidup, mereka lebih memiliki peluang untuk menjadi lebih berharga dari sebelumnya. Sementara mereka yang sudah tiada, tidak mengerti apa-apa. Bahkan kenangan kebaikan bahkan segala perbuatan-perbuatannya lambat laun akan hilang dimakan waktu.

Kedua penulis mencoba mengajak pembaca untuk menikmati kehidupan dan menjaga diri agar tetap didalam kebaikan. Hal tersebut dapat kita lihat di ayat 7 dan 8. Salah satu cara menikmati hidup yang penulis contohkan adalah dengan memakan roti dan meminum anggur dengan hati yang senang, menikmati hidup dengan isteri. Makanan dan minuman adalah simbol dari hasil jerih payah dan keringat manusia. Melalui dua hal tersebut penulis mengajak pembaca untuk senantiasa dapat menikmati hasil jerih lelahnya. Kemudian isteri adalah sosok pribadi yang Tuhan ciptakan guna melengkapi hidup manusia di dalam kesempurnaan. Sehingga melaluia ayat ini penulis mengingatkan manusia untuk senantiasa menikmati setiap kesempurnaan yang Tuhan anugerahkan. Karena menikmati dan mensyukuri kesempurnaan merupakan cara terbaik untuk membuat kita bahagia.

Ketiga penulis juga di dalam ayat 10 mendorong pembaca untuk mengerjakan segala sesuatu yang dijumpai tangannya agar dikerjakan dengan sekuat tenaga. Pekerjaan yang dijumpai tangan adalah setiap yang kita temukan di dalam karya dan kerja setiap saat. Dan penulis mengatakan bahwa setiap karya dan kerja harus dilakukan dengan sekuat tenaga, dengan segenap kemampuan. Artinya penulis mendorong pembaca untuk melakukan yang terbaik dengan segenap daya dan upaya terhadap pekerjaan yang dan karyanya, bukan dengan serampangan atau asal pekerjaan selesai. Mengerjakan sesuatu dengan sekuat tenaga juga bebicara tentang cara manusia untuk menikmati pekerjaan. Hanya dengan menikmati pekerjaan, manusia dapat bekerja keras. Tanpa itu maka manusia menjadi mudah bosan dan tertekan. Ujung-ujungnya tidak dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal.

APLIKASI

Sesungguhnya Tuhan telah memperlengkapi manusia dengan kemampuan di dalam hidupnya agar manusia merasakan kebahagiaan. Namun sayangnya terkadan, manusia lupa menggunakan kemampuan yang Allah telah berikan sehingga kebahagiaan menjadi sebuah fatamorgana atau aharapan semu yang tidak pernah dicapai oleh manusia.

Belajar dari uraian di atas, maka kita membutuhkan setidaknya tiga cara untuk bahagia: pertama menghargai kehidupan yang telah Tuhan anugerahkan, menikmati setiap proses yang dialami sepanjang perjalanan hidup dan menikmati pekerjaan yang Tuhan berikan. Tidak penting apapun pekerjaannya, yang penting pekerjaan tersebut seturut dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian, Niscaya Tuhan memberikan kebahagiaan sejati bagi kita.

Pdt. Jerri Ardani Brahmana

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD