SUPLEMEN PJJ TANGGAL 12-18 FEBRUARI 2023, EFESUS 1:22-23
Tema: Perpulungen Eme Kula Kristus
Jemaat Adalah Tubuh Kristus
(Konfesi GBKP BAB IX: Gereja)
Bahan: Efesus 1:22-23
I. Pendahuluan
Kitab Efesus adalah kitab yang ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara Roma karena iman dan ketaatannya dalam melayani Allah. Kitab ini berisi nasehat, perintah dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam kitab ini juga menekankan rencana Tuhan agar seluruh alam, baik yang di Surga maupun di Bumi menjadi satu, serta Kristus sebagai kepala, khususnya kesatuan antara orang yahudi dengan orang non yahudi (Ef 2:11-22). Dalam kitab ini juga Paulus mengingatkan agar berhati-hati dengan ajaran sesat yang beredar di kalangan masyarakat, salah satunya yang dikatakan adalah ajaran Gnostik, bahasa Yunani disebut dengan Gnosis yang artinya pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud di sini bukanlah pengetahuan dalam arti ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang merupakan praksis hidup. Ajaran gnostic berusaha meracuni pemikiran manusia supaya tidak percaya kepada Tuhan dan menyelewengkan kebenaran. Paulus menuliskan betapa berbahayanya ajaran dan pengajar gnostik karena bisa mengancam iman, mengacaukan serta pecah belah kesatuan jemaat, penyakitnya suka mencari soal-soal dan bersilat kata yang menyebabkan dengki, fitnah, curiga, percekcokan (1 Tim 6:4-5), sehingga ajaran gnostik ini disebut seperti penyakit kanker karena bersifat menjalar (2 Tim 2:17).
II. Pendalaman Teks
Ayat 22, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai kepala dari segala yang ada” Paulus telah mendengar dan mengetahui persis apa yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus, sehingga surat yang dikirim ke jemaat efesus adalah surat edaran yang menunjukkan bahwa adanya permasalahan jemaat yang bukan hanya di Efesus tetapi juga di Laodikia, Hierapolis dan Kolose. Permasalahan yang terjadi adalah terganggunya iman jemaat dengan adanya ajaran-ajaran sesat yang membuat kurang percayanya jemaat akan kuasa Tuhan serta adanya kebangkitan dari kematian seperti Yesus yang bangkit dari kematian, sehingga Paulus menekankan sebelumnya bagaimana kekuasaan Tuhan bukan hanya di dunia ini tetapi juga di dunia akan datang, dalam ayat 21 “jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan……bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang”.
Semua kekuasaan yang ada di dunia telah diletakkan di bawah kaki Kristus. Kata di bawah kaki mengandung makna letak, dengan demikian dari kata di bawah kaki, berarti letaknya ada di bawah, jadi kalau sesuatu itu letaknya ada di bawah berarti ada juga sesuatu itu letaknya di atas. Dari pengertian ini menunjukkan bahwa kuasa Tuhan itulah letaknya di atas, dengan kata lain tidak ada kuasa yang lebih tinggi di dunia ini kecuali kuasa Kristus, Yesus pernah mengatakan bahwa segala kuasa yang ada di surga dan di bumi telah diberikan dalam nama-Ku (Matius 28:18). Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa Kristus kepala dari segala yang ada, kata Kepala mengandung makna Posisi, dalam tubuh manusia organ yang paling tinggi posisinya adalah kepala, berarti Kristus adalah kepala jemaat atau gereja, yang posisinya lebih tinggi dari apapun. Posisi Kristus sebagai kepala jemaat atau gereja memiliki kekuasaan dan otoritas, serta tidak dapat diambil alih posisi itu oleh siapapun. Setiap orang yang ada di gereja, apapun jabatan dan posisinya harus tunduk kepada Kristus sebagai kepala gereja.
Ayat 23, “Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu” istilah “Tubuh Kristus” merupakan kiasan yang digunakan dalam Perjanjian Baru bagi gereja. Tubuh Kristus dalam teologi kekristenan memiliki 2 makna tersendiri, Pertama: Merujuk ke pernyataan Yesus tentang perjamuan terakhir, Inilah tubuhKu…(Luk 22:19-20), Kedua: Merujuk pada Gereja (1 Kor 12:12-14). Dari kedua makna tubuh Kristus ini memiliki makna yang sama dimana gereja atau jemaat yang dijadikan sebagai tubuh Kristus harus menjaga kesatuan dan keutuhannya, apalagi tubuh Kristus itu sendiri telah diberikan dan dikorbankan bagi gereja atau jemaat haruslah menghargai pemberian itu atau menghormatinya dengan cara hidup dalam keinginan Tuhan bukan keinginan tubuh atau dunia. Bagi segmen yang lebih luas dari kekristenan termasuk juga dari beberapa denominasi Protestan istilah tersebut dapat merujuk kepada gereja Kristen sebagai suatu komunitas orang-orang beriman yang memiliki perbedaan. Dalam ayat 22 sebelumnya Paulus telah mengatakan bahwa Kristus adalah kepala gereja atau jemaat. Dikatakan tubuh berarti memiliki banyak organ atau anggota tetapi dipersatukan di dalam tubuh, demikian juga jemaat memiliki banyak latar belang, pola pikir serta keberadaan yang berbeda tetapi dipersatukan dalam Nama dan Kasih Kristus,
Dalam hubungan Kristus dengan gereja-Nya, Paulus membuat perbandingan seperti hubungan kepala dengan tubuh, dimana tubuh tidak dapat hidup sendirian tanpa kepala, begitu juga kepala membutuhkan tubuh untuk melakukan apa yang dipikirkan oleh kepala untuk menyatakan dan mengekspresikan kasih karunia-Nya di dunia ini yaitu melalui gereja atau jemaat itu sendiri. Gereja atau jemaat itu adalah kepenuhan Kristus sendiri, artinya melalui gereja atau jemaatlah Kristus menunjukkan kuasa-Nya atas segalanya, serta mencukupi semua kekurangan-kekurangan anggota-Nya “…yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu”.
Dalam 1 Kor 12 menjelaskan anggota tubuh dan fungsinya, jika itu berjalan sesuai dengan letak dan fungsinya masing-masing maka betapa indahnya kehidupan itu, tetapi jika anggota tubuh itu melakukan berdasarkan kehendaknya sendiri bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh kepala atau bertindak sebelum berpikir, maka betapa susahnya hidup ini, contoh: jika kepala (otak) menyuruh tubuh duduk, tetapi kaki tidak mau berhenti dan terus bergerak, dimana kaki mengabaikan perintah kepala dan tidak bisa dikontrol. Demikian juga gereja atau jemaat akan susah menjalani kehidupan dan pelayanannya sehari-hari jika mengabaikan perintah Kristus sebagai kepalanya. Mengabaikan perintah dan larangan-Nya bisa mendatangkan kesengsaraan dan kesesatan, terlebih pada masa sekarang ini yang serba maju dan berkembang, termasuk juga dalam hal berkembangnya pengajaran-pengajaran sekuler disekitar kita, semakin sulit bagi kita untuk memilah dan mengikuti arahan Tuhan yang sesungguhnya, sama seperti Paulus yang sudah mengingatkan Efesus agar berhati-hati dengan ajaran sesat. Secara duniawi tubuh/daging (Yun: Sarx) kita ini lemah dan sering jatuh ke dalam dosa, karena keinginan daging serta dunia memiliki kekuatan yang besar mempengaruhi tubuh, tetapi semuanya itu bisa dikalahkan dengan cara penyerahan diri kepada Tuhan serta meminta Roh Kudus untuk memimpin dan menunjuk arah jalan kehidupan (Roma 8:5-9).
III. Aplikasi
Tema: Jemaat Adalah Tubuh Kristus, Istilah "Tubuh Kristus" merupakan kiasan yang digunakan dalam Perjanjian Baru bagi Gereja (semua orang yang telah diselamatkan). Gereja dijuluki "satu tubuh di dalam Kristus", di dalam Rom 12:5 mengatakan "satu tubuh" di dalam mengatakan 1 Kor 10:17 "tubuh Kristus". Ketika Kristus ke dunia kita, Ia mengenakan tubuh jasmani yang telah "disediakan" bagi-Nya (Ibrani 10:5; Filipi 2:7). Melalui tubuh jasmani-Nya, Yesus menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani - terutama melalui kematian-Nya di atas salib sebagai kurban (Roma 5:8). Setelah kenaikan-Nya ke surga secara jasmani, Kristus melanjutkan karya-Nya di dunia melalui mereka yang telah Ia tebus. Gereja yang sekarang menunjukkan kasih Allah secara jelas, nyata, dan dengan berani. Dengan cara ini, Gereja berfungsi sebagai "tubuh Kristus" yang memiliki kesatuan, tidak terpecah dan tetap melakukan sesuai perintah-Nya, dengan kata lain dalam gereja "Jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1 Korintus 12:25). Siapapun dia dan apapun jabatannya di dalam gereja harus tunduk kepada Kristus sebagai kepala gereja.
Dalam konfesi GBKP BAB IX tentang Gereja menyatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil menjadi milik Allah dan Yesus Kristus menjadi kepalanya (1 Pet 2:9; Ef 1:22), terus menerus diperbaharui oleh Roh Kudus menjadi “Garam” dan “Terang” dunia (Mat 16:18). Dari isi konfesi yang telah dinyatakan Bagaimanakah selama ini kita menempatkan Kristus sebagai kepala dalam kehidupan pribadi maupun berjemaat? Ketika kita lebih mementingkan aktivitas rohani daripada membangun karakter jemaat sesuai firman Tuhan, Kristus sedang tidak diutamakan, dan ketika pengharapan Injil digantikan oleh pengharapan atas kekuatan sendiri, berarti Kristus telah digeser dari tempat-Nya. Tanpa kepala, tubuh mati. Tanpa Kristus, tidaklah mungkin komunitas orang percaya dapat tetap hidup berkenan kepada Allah.
Selain dari pengertian Kristus sebagai kepala gereja, ternyata dalam konfesi GBKP juga dinyatakan bahwa gereja melakukan Tri Tugas demi mewujudkan jemaat yang missioner, memproklamasikan nilai-nilai kerajaan Allah melalui cinta kasih, keberpihakan kepada yang miskin, lemah dan terpinggirkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan (Luk 4:18-19). Kalau memang seperti ini konfesi GBKP, Hal serupa gereja katolik juga dalam Lumen Gentium (Konstitusi dogmatis tentang gereja, salah satu dokumen utama konsili vatikan kedua) Pasal 1 menyatakan: kita hidup sebagai satu dengan Kristus dan dengan satu sama lain bahkan di tengah-tengah kemiskinan, ketidakadilan dan kekacauan yang kita alami. Dari penjelasan ini baik Protestan (GBKP sendiri) dan Katolik memiliki pemahaman dan pengertian yang sama bagaimana gereja melakukan keberpihakannya terhadap yang lemah untuk mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah, apakah memang gereja sudah melakukannya? Hal ini sebagai perenungan dan harus dilakukan dengan cara menyatukan pemahaman, tindakan, serta kekuatan melalui PGI maupun DGD.
JIKA TUBUH TIDAK LAGI TAAT PADA KEPALA,
KEMUNGKINAN TUBUH SUDAH TERLEPAS DARI KEPALA
Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat