SUPLEMEN PJJ TANGGAL 05-11 FEBRUARI 2023, AMSAL 3:19-22

Tema: Kepentaren Mereken Kegeluhen

Hikmat Memberikan Kehidupan

(Evaluasi Sasaran Pelayanan GBKP Tahun 2023)

Bahan: Amsal 3:19-22

 

I. Pendahuluan

Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani disebut dengan Mashal, Kitab Amsal ini juga disebut dengan Hikmat, karena di dalam kitab ini diingatkan dan diajarkan bagaimana ungkapan dan pikiran orang yang berhikmat, perumpamaan-perumpamaan kehidupan serta pribahasa yang berhikmat. Kitab ini yang diyakini ditulis oleh Salomo dan mengajarkan bagaimana sikap dan kehidupan orang yang beriman, apakah itu diwujudkan dalam keluarga, pekerjaan, perbuatan serta lainnya, khusus di dalam bahan PJJ kita kali ini diingatkan mengenai hikmat. Tujuan dari pembahasan ini adalah bagaimana orang tua mengajarkan anak-anak mereka agar hidup mereka berhikmat serta bagaimana anak menerima untuk melakukannya.

II. Pendalaman Teks

Ayat 19-20, “Dengan hikmat Tuhan telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertianNya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” dalam ayat ini menunjukkan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi beserta seluruh isinya dibentuk dan diletakkan Tuhan pada tempatnya masing-masing tanpa ada yang kontra serta bertabrakan satu dengan yang lain, bahkan semua yang diciptakan Tuhan indah dilihat mata serta memberikan keteduhan dan ketenangan. Dengan hikmat Tuhan meletakkan dasar bumi, kata hikmat dalam bahasa Ibrani disebut dengan “Hokmah” dalam bahasa Yunani disebut dengan “Sophia”, kedua kata ini memiliki arti cara seseorang menyelesaikan masalah dengan benar, baik dan tepat atau memiliki pandangan yang benar dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hikmat hampir serupa dengan Bijaksana, hanya saja bedanya Hikmat lebih fokus kearah batin, sedangkan bijaksana lebih kea rah berpikir. Walaupun sedikit berbeda tetapi memiliki Sumber yang sama yaitu Tuhan, untuk mendapatkan hikmat dan bijaksana dari Tuhan, maka manusia itu harus benar-benar hidup dalam kehendak Tuhan serta yang dilakukan dalam hidupnya semata-semata hanya untuk kemuliaan Tuhan.

Bumi atau alam yang diciptakan Tuhan memiliki tujuan sebagai tempat kehidupan manusia, sehingga Tuhan melengkapi kebutuhan manusia itu dengan cara menciptakan mahluk dan tumbuhan yang lain. Dengan demikian manusia diberikan Tuhan tanggung jawab untuk menguasai dan mengelola bumi ini. Berbicara mengenai bumi, ilmu pengetahuan sudah menelitinya bahwa planet-planet yang ada hanya bumi yang cocok tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya, walaupun di planet lain ada kehidupan contohnya mars, namun sampai saat ini belum ada manusia yang bermigran ke planet tersebut. Hal ini sesuai sekali dengan awalnya Tuhan menciptakan bumi ini yaitu dengan hikmat-Nya. Selain itu lebih dari 70% permukaan bumi ditutupi oleh air dan sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau, hal ini juga sesuai dengan ayat 20 “dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun” Tuhan dengan hikmat-Nya mencipta dan membuat bentuknya dari semua ciptaan itu sesuai dengan keberadaannya masing-masing, manusia di darat, ikan di laut, burung di udara, serta air sifatnya mengalir. Dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpancaran, dari kenyataan bumi seperti ini maka besar sekali tanggung jawab manusia untuk menjaganya karena hal ini berkaitan dengan kehidupan. Bumi ini lebih luas samudera dibanding daratan, jika manusia dengan sembarangan mengelola bumi atau alam ini, apalagi hanya menggunakan ilmu pengetahuan manusia tanpa dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan, maka semua ciptaan itu dapat beralih fungsi, dimana air yang pada dasarnya memberikan kehidupan, tetapi karena kerakusan manusia dan mementingkan diri sendiri, air itu menjadi mala petaka bagi manusia karena terjadi bencana alam, banjir dan longsor bukan hanya mengorbankan materi tetapi juga memakan korban. William Shakespeare mengatakan “Di alam tidak ada cacat selain pikiran, tidak ada yang bisa dipanggil untuk berubah bentuk kecuali yang tidak baik” pengertian dari kalimat ini adalah dunia yang diciptakan Tuhan ini sempurna adanya, Tuhan adalah perancang yang luar biasa, semuanya sesuai dengan tempat, letak dan bentuknya masing-masing, sebaliknya karena pengetahuan manusia ada yang berubah yaitu bentuk organ tubuh manusia yang dirubah bentuknya (lidah seperti lidah ular, mata seperti mata alien dan sebaginya), alam yang indah menjadi gersang, hutan lebat jadi gundul, air yang mengalir menjadi gelombang besar.

Ayat 21-22, “Hai anakku janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu dan perhiasan bagi lehermu” kata hai anakku mengandung makna adanya status yang jelas, dengan adanya status yang jelas ini membuat kasih sayang dan perhatian itu juga menjadi jelas. Selanjutnya hal ini diingatkan dan diajarkan orang tua kepada anaknya supaya pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari mata, kata pertimbangan menurut KBBI adalah pendapat tentang baik dan buruk. Dari pengertian ini berarti dalam perjalanan kehidupan manusia pasti membutuhkan pertimbangan dalam hal berpikir untuk mengambil keputusan, sehingga dari permohonan dengan kata “hai anakku” dalam mengambil keputusan itu harus dengan “pertimbangan” yang baik, memikirkan orang lain dan tidak mengambil keuntungan pribadi. Begitu juga dengan kata “kebijaksanaan” artinya pandai dan cermat serta teliti ketika menghadapi kesulitan dan sebagainya. Dari dua kata yang diungkapkan berarti di dalam mengambil keputusan haruslah dengan pertimbangan yang baik dan dengan bijaksana.

Bagaimana kalau pertimbangan dan kebijaksanaan itu dekat di mata dan dipelihara? Ayat 22 “maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu dan perhiasan bagi lehermu” berarti pertimbangan dan kebijaksanan dapat memberikan kehidupan bagi kita, serta indah untuk dilihat dan dinikmati seperti “perhiasan bagi lehermu” selain itu juga yang namanya perhiasan berarti mahal, demikianlah kehidupan itu sangatlah mahal karena Tuhan yang memberikan. Bagaimana kalau pertimbangan dan kebijaksanaan itu jauh dari mata atau tidak dipelihara? Jika hal ini terjadi otomatis tidak ada lagi kedamaian di dalam kehidupan ini karena setiap orang pasti berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginan pribadi masing-masing, dunia akan dikuasai tanpa mengelola dengan pertimbangan memikirkan pengaruhnya terhadap ciptaan yang lain, bahkan ada ciptaan itu yang akhirnya punah, berarti kehidupan akan rusak dan kacau. Kemajuan pengetahuan serta teknologi saat ini memang memiliki dampak yang positip bagi kehidupan, tetapi di lain sisi jika tidak dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan akan berdampak negatip karena bukan lagi memberikan kemajuan tapi ancaman, dengan kata lain pengetahuan serta teknologi tidak lagi menjadi perhiasan di leher, tetapi sudah menjadi ancaman leher.

 III. Aplikasi

Temata: Hikmat Memberikan Kehidupan, yang dimaksud dengan tema kita ini adalah hikmat atau kebijaksanaan itu dapat memberikan kehidupan bagi orang yang memilikinya, kehidupan yang dimaksud disini selain dari kehidupan jasmani termasuk juga kehidupan rohani, karena hikmat yang memberikan kehidupan itu adalah hikmat Allah. Hikmat Allah maksudnya penempatan kata dan sikap yang tepat sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk disampaikan, dengan kata lain bukan hanya sejauh mengetahui apa yang baik dan salah, tetapi juga melakukannya dalam kehidupan. Ciri-ciri yang tampak orang yang berhikmat: pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, tidak memihak dan tidak munafik, dalam Alkitab Raja Salomo adalah raja yang dikenal berhikmat dan bijaksana. Salomo tidak meminta kekayaan, umur Panjang atau kemenangan, melainkan kebijaksanaan, 1 Raja2 4:29 “Dan Allah memberikan kepada salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasitr di tepi laut” atas permintaannya itu akhirnya salomo dijadikan Tuhan sebagai orang yang paling bijaksana, menjadikan dirinya kaya, dihormati dan mulia. Dari contoh raja salomo ini dapat kita ketahui bahwa memang hikmat itu memberikan kehidupan, karena dia mampu memimpin rakyatnya dengan baik serta memberikan kedamaian yang mana rakyat benar-benar merasakan kehidupan, bukan hanya itu dari permasalahan yang harus diselesaikannya salomo mengambil keputusan dengan hikmat dan bijaksana sehingga terbuktilah mana yang benar dan salah, dimana seorang ibu mendapatkan anaknya, serta anak itu mendapatkan kehidupan (1 Raja2 3:16-28).

Kemajuan IPTEK sekarang ini sangatlah pesat sekali di setiap negara, bahkan berlomba menemukan senjata dan nuklir yang terbaik menunjukkan siapa yang paling kuat dan berkuasa, serta untuk uji coba itu semuanya akan dilakukan kepada di alam bahkan hewan, ini semua akan merusak tatanan kehidupan dan ekosistem alam, inilah akibatnya kalau ilmu pengetahuan tidak dibarengi dengan hikmat dan kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan sub tema kita: Evaluasi Tema Pelayanan GBKP Tahun 2022 “Kreatif Merawat Lingkungan” walaupun tahun pelayanan ini sudah lewat, bukan berarti kita berhenti merawat lingkungan kita, tetapi merawat sampai selamanya. Masalah ingkungan sekarang ini sudah mendunia, Tuhan sudah mengatakan jangan sampai pertimbangan dan kebijaksanaan itu jauh dari mata atau tidak dipelihara, berarti dengan adanya masalah lingkungan saat ini harus pertimbangkan dengan baik dan jangan menutup mata akan hal ini.

Hidup memang penuh dengan perjuangan dan dalam perjuangan tersebut, hikmat merupakan kompas sebagai penunjuk arah dan pengetahuan sebagai Jala menangkap impian serta cita-cita.

                                                                                                            Pdt Julianus Barus-GBKP Bandung Pusat

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 29 JANUARI-04 FEBRUARI 2023, KEJADIAN 2:1-8

Tema: Dibata Nepa Manusia Guna Ngusahai Doni

(Allah Menciptakan Manusia Untuk Mengusahai Dunia)

Bahan: Kejadian 2:1-8

 

1. Pendahuluan

Kitab Kejadian merupakan kitab yang pertama di dalam Perjanjian Lama. Nama kitab ini sesuai dengan artinya awal dari penciptaan. Bahasa Ibrani “beresyit” artinya “Pada mulanya” asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu. Dengan demikian juga kitab kejadian dikatakan kitab permulaan. Penulis kitab Kejadian ini hendak melaporkan kesaksian tentang imannyaterhadap Allah sang pencipta, kesaksian di dalam Alkitab mengatakan bahwa Musa sebagai penulisnya kitab Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat Bilangan dan Ulangan) 1 Raja2 2:3, Dan 9:11-13, Luk 16:29,31, Kis 26:22, begitu juga para penulis Yahudi kuno dan Bapa gereja mengatakan Musa yang menuliskannya. Khusus pada pembahasan kita Kejadian 2:1-8 mengenai penciptaan segala sesuatunya dan terakhir adalah manusia untuk mengusahai dunia.

2. Pendalaman Teks

Ayat 1-4, “Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya” di dalam ayat ini dijelaskan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi beserta isinya Tuhanlah yang menjadikanna. Di dalam menjadikan semuanya itu ternyata Tuhan hanya membutuhkan 6 hari lamanya, dari hal ini ternyata perhitungan lamanya hari itu bagi Tuhan berbeda dengan manusia, Mazmur 90:4 “sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam” setelah semuanya itu selesai diciptakan maka Tuhan berhenti dan menguduskannya pada hari yang ketujuh, ayat 3 “Lalu Allah memberkati hari ke tujuh itu dan menguduskannya”. Hari ketujuh itu dikuduskan Tuhan karena tujuannya adalah untuk beribadah, persekutuan dan penyembahan, selain itu juga Allah menginginkan manusia itu juga dapat memulihkan tenaga dan menenangkan pikirannya dari selama ini sibuk serta capek bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana Allah memerintahkan umat-Nya untuk beristirahat pada setiap hari ke tujuh, serta tanah merekapun juga harus memiliki tahun istirahat, Imamat 25:5 “enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, tetapi pada tahun ke tujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja”. Dengan ayat ini para ilmuwan modern telah mendukung praktik serupa, membiarkan lahan tidak ditanami sama sekali secara berkala agar nutrisi dalam tanah itu terisi kembali dan kesuburannya dipulihkan.

Ayat 5-8, “Belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan…..sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu” dijelaskan disini walaupun bumi sudah ada tetapi tumbuhan belum timbul karena hujan belum diturunkan Allah, ternyata hujan atau air merupakan sumber kehidupan dan pendukung untuk kehidupan baik tumbuhan, hewan dan manusia (75% tubuh manusia mengadung air). KJ 403 “hujan berkat kan tercuarah itulah janji kudus” dengan syair lagu ini menunjukkan bahwa hujan itu adalah berkat karena dapat memberikan kehidupan. Rancangan Tuhan sungguh baik karena setelah semuanya diciptakan Ia merancang siapa yang mengusahainya atau mengkelolanya, ayat 7 “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya….” Dalam hal inilah terkandung nilai keistimewaan manusia jika dibanding dengan ciaptaan yang lain. Manusia itu diciptakan lewat unsur tambahan dimana Allah menghembuskan nafas kehidupan ibr “nefes hayya” serta memiliki kualitas yaitu segambar (Ibr tselem) dan serupa (Ibr demut) dengan Allah.

Tuhan mencipta (Ibr Bara) semua yang ada dijadikan dari Kuasa kata-kata atau firman-Nya, apa yang keluar dari mulut Tuhan selalu menjadi kenyataan. Berbeda dengan penciptaan manusia, dimana manusia diciptakan lebih serius dan penuh perencanaan serta manusia itu diciptakan dengan memakai bahan yaitu debu, hal ini dapat kita lihat di dalam Kej 1:26 “marilah kita menciptakan manusia” dan Kej 2:7 “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” kedua ayat ini bukanlah berbeda apalagi kontradiksi, tetapi kej 2:7 ini secara mendetail lebih menerangkan bagaimana manusia itu diciptakan, dengan kata lain kedua ayat ini saling melengkapi.

Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia dari ciptaan yang lainnya. Keistimewaan dari segala aspek menjadikan manusia memiliki derajat yang paling tinggi dari semua ciptaan lainnya. Aspek mendasar dari kesaksian Alkitab tentang hakikat manusia adalah Gambar Allah (Imago Dei). Manusia sebagai mahluk sosial, manusia sebagai mahluk rasional dan berbudaya dimampukan untuk memperbaiki (Merestorasi) hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama serta hubungan dengan Alam bagaimana Allah memberikan perintah yang jelas mengenai bagaimana seharusnya orang Israel merawat tanah yang diberikan-Nya kepada mereka (Keluaran 23:10-11; Imamat25:1-7).

 3. Aplikasi

Alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sangat sempurna. Untuk mengatur kelangsungan kehidupan makhluk-Nya di muka bumi, Tuhan memberikan kepercayaan kepada manusia untuk memakmurkan dan mengolahnya dengan cara yang baik sehingga tak terjadi bencana di muka bumi. Memakmurkan bumi pada hakikatnya adalah pengelolaan lingkungan secara benar dengan cara melaksanakan pelestarian alam agar tidak punah dan dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang. Apabila manusia mampu memakmurkan dan memelihara alam dengan baik, maka alam pun akan bersahabat dengan kita. Maka dari itu masalah lingkungan yang kini kerap terjadi merupakan masalah kita bersama. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar, meluas dan serius.

Persoalan lingkungan hidup adalah persoalan global dan bersifat universal, sebab berbicara tentang lingkungan hidup berarti berbicara tentang persoalan yang dihadapi seluruh umat manusia. Persoalan lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai peristiwa yang harus terjadi sebagai proses dinamika alam itu sendiri. Kedua, karena ulah dan perbuatan tangan manusia sendiri, sehingga menimbulkan bencana. Dari sekian banyak persoalan tentang kerusakan alam, ternyata peran manusia sangat besar dalam membuat kerusakan tersebut, akibatnya manusia yang menanggung akibatnya.

Dari hal ini perlu pelestarian alam dan pengelolaan alam dengan baik yaitu dengan mengendalikan dan mengelola pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Keberlanjutan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan dukungan alam lestari. Maka dari itu melestarikan alam menjadi kegiatan yang sangat penting untuk saat ini hingga nanti. Manusia berkewajiban mengolah dan menjaga potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengolah potensi alam yang diberikan Allah kepada manusia merupakan berkat yang harus dipertanggungjawabkan. Manusia selaku mahluk yang istimewa yang dijadikan Tuhan, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengusahai bukan hanya menguasai. Kata mengusahai mengandung makna disamping mengelola ada sifat untuk menjaga, merawat dan tidak merusak. Jangan hanya mengeksploitasi Alam, tetapi juga merestorasi.

Tema GBKP tahun 2022 Kreatif merawat lingkungan, walaupun tahun itu sudah berlalu bukan berarti kita berhenti merawat lingkungan kita. Tema GBKP Tahun 2023 Jemaat menjadi pelaku aktif pelayanan, kalau dikolaborasikan kedua tema tahunan ini bisa kita buat: Jemaat menjadi pelaku aktif dan kreatif merawat lingkungan karena itu adalah pelayanan.                                                

Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 06-12 NOVEMBER 2022, PENGERANA 9:4-10

CIREM DINGEN SIANG LAH AYONDU KATAWARI PE

SENYUM DAN BERSUKA CITALAH DI SETIAP WAKTU

Pengerana / Pengkhotbah 9:4-10

 

PENDAHULUAN

Kebahagaan dan suka cita merupakan hal yang sangat didamba-dambakan setiap insan. Apapun yang dilakukan oleh manusia semua bermuara pada harapan akan hidup bahagia. Misalnya seorang yang bekerja dengan keras, mendapatkan harta jabatan atau kedudukan tujuannya agar melalui kekayaan dan jabatan tersebut dia beroleh kebahagiaan. Seorang yang mencoba mencapai prestasi baik dalam pendidikan, karir dan di dalam talenta itupun pasti tujuannya agar dia bahagia. Bahkan manusia rela menghabiskan sejumlah uang, melakukan perjalanan wisata, melakukan hobby dan sebagainya agar kebahagiaan yang diinginkan dapat tercapai. Namun demikian, ternyata kekayaan, kedudukan, setiap pencapaian dan setiap yang dilakukan atas dasar pencarian kebahagiaan tidak mampu memberikan kebahagiaan sejati. Bagai mana sesungguhnya agar kebahagiaan sejati dapat tercapai? Berikut kita belajar dari pengalaman pengkhotbah.

PENDALAMAN TEKS

Kitab Pengkhotbah merupakan padanan kitab ibrani Qohelet yang memuliki arti “seorang yang mengumpulkan” tidak diketahui siapa yang menulis kitab ini, namun yang jelas dia adalah seorang guru, filsuf atau pengkhotbah. Melalui kitab pengkhotbah, penulis menyampaikan pokok-pokok pikirannya tentang makna hidup serta upaya menemukan makna hidup.

Bacaan kita pada saat ini secara khusus mengarahkan pembaca ke dalam tiga hal pokok. Pertama di ayat 4-6 menuntun pembaca untuk lebih menghargai hidup yang Tuhan anugerahkan. Dikatakan dalam ayat 4 bahwa: “Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing hidup lebih baik dari singa mati”. Singa, sering digambarkan sebagai sosok hewan yang memiliki wibawa, hewan yang memiliki kuasa dan kekuatan. Namun jika singa sudah mati, maka singa tersebut tidak lebih berharga dari seekor anjing, dia tidak lagi dihargai, dihormati. Wibawanya secara otomatis akan hilang seiring dengan kematiannya. Dan dia tidak akan disegani ataupun ditakuti lagi. Demikianlah berharganya setiap orang yang memiliki hidup, mereka lebih memiliki peluang untuk menjadi lebih berharga dari sebelumnya. Sementara mereka yang sudah tiada, tidak mengerti apa-apa. Bahkan kenangan kebaikan bahkan segala perbuatan-perbuatannya lambat laun akan hilang dimakan waktu.

Kedua penulis mencoba mengajak pembaca untuk menikmati kehidupan dan menjaga diri agar tetap didalam kebaikan. Hal tersebut dapat kita lihat di ayat 7 dan 8. Salah satu cara menikmati hidup yang penulis contohkan adalah dengan memakan roti dan meminum anggur dengan hati yang senang, menikmati hidup dengan isteri. Makanan dan minuman adalah simbol dari hasil jerih payah dan keringat manusia. Melalui dua hal tersebut penulis mengajak pembaca untuk senantiasa dapat menikmati hasil jerih lelahnya. Kemudian isteri adalah sosok pribadi yang Tuhan ciptakan guna melengkapi hidup manusia di dalam kesempurnaan. Sehingga melaluia ayat ini penulis mengingatkan manusia untuk senantiasa menikmati setiap kesempurnaan yang Tuhan anugerahkan. Karena menikmati dan mensyukuri kesempurnaan merupakan cara terbaik untuk membuat kita bahagia.

Ketiga penulis juga di dalam ayat 10 mendorong pembaca untuk mengerjakan segala sesuatu yang dijumpai tangannya agar dikerjakan dengan sekuat tenaga. Pekerjaan yang dijumpai tangan adalah setiap yang kita temukan di dalam karya dan kerja setiap saat. Dan penulis mengatakan bahwa setiap karya dan kerja harus dilakukan dengan sekuat tenaga, dengan segenap kemampuan. Artinya penulis mendorong pembaca untuk melakukan yang terbaik dengan segenap daya dan upaya terhadap pekerjaan yang dan karyanya, bukan dengan serampangan atau asal pekerjaan selesai. Mengerjakan sesuatu dengan sekuat tenaga juga bebicara tentang cara manusia untuk menikmati pekerjaan. Hanya dengan menikmati pekerjaan, manusia dapat bekerja keras. Tanpa itu maka manusia menjadi mudah bosan dan tertekan. Ujung-ujungnya tidak dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal.

APLIKASI

Sesungguhnya Tuhan telah memperlengkapi manusia dengan kemampuan di dalam hidupnya agar manusia merasakan kebahagiaan. Namun sayangnya terkadan, manusia lupa menggunakan kemampuan yang Allah telah berikan sehingga kebahagiaan menjadi sebuah fatamorgana atau aharapan semu yang tidak pernah dicapai oleh manusia.

Belajar dari uraian di atas, maka kita membutuhkan setidaknya tiga cara untuk bahagia: pertama menghargai kehidupan yang telah Tuhan anugerahkan, menikmati setiap proses yang dialami sepanjang perjalanan hidup dan menikmati pekerjaan yang Tuhan berikan. Tidak penting apapun pekerjaannya, yang penting pekerjaan tersebut seturut dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian, Niscaya Tuhan memberikan kebahagiaan sejati bagi kita.

Pdt. Jerri Ardani Brahmana

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD