SUPLEMEN PJJ TANGGAL 02-08 JULI 2023, AMSAL 30:7-9
BEREKEN KAI SIKUPERLUKEN
Amsal 30 : 7-9
(GBP/ Tata Nilai : Keugaharian)
Bicara tentang kehidupan manusia membutuhkan banyak aspek yang harus di bicarakan. Salah satunya adalah KEBUTUHAN HIDUP. Apa sebenarnya kebutuhan hidup bagi manusia? Secara umum, kebutuhan manusia Membutuhkan PANGAN, SANDANG, PAPAN,TERSIER. Dengan kata lain, kebutuhan itu dibutuhkan atau yang diperlukan demi keberlangsungan hidup manusia. Kebutuhah yang dimaksudkan dapat berupa barang dan jasa. Yang menjadi renungan bagi kita, bagaimana manusia mengelola hidupnya ditengah banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi? Di kendalikan kebutuhan atau manusia itu sendiri yang mengendalikan kebutuhan hidupnya. Apalagi zaman sekarang ini ditandai banyaknya ragam kebutuhan manusia, sehingga penting yang namanya proritas atau yang dibutuhkan.
Amsal pasal 30, disebut sebagai kitab Agur. Karena di dalam satu pasal ini merupakan Perkataan Agur Bin Yake dari masa. Yang dikenal dari tulisannya, ia adalah seorang perenung yang sangat teliti terhadap detil-detil objek pengamatanya. Ia dapat bercerita dari jala hewan, kehidupan sosial, hingga sifat manusia. Satu-satunya alasan di mana ia mengatakan dirinya bodoh disebabkan “ pengetahuan esensial”, dii yang jujur mengakui bahwa “ pengetahuan sang Pencipta” teramat dalam, sehingga manusia hanya bisa mengerti permukaan yang Nampak, namun di balik yang Nampak mengandung misteri yang amat dalam. Dan dari tulisannya, kelihatan Agur Bin Yake seorang yang rendah hati, ia bukan seorang yang bodoh ( ay 2). Ada kutipan pemikiran yang mengatakan “ orang yang berpura-pura bodoh itu tidak sama dengan bodoh. Jangan salah paham. Orang-orang yang berpura-pura bodoh, dia harus pintar dulu, sementara menjadi bodoh tidak harus pintar, untuk sampai di level bisa pura-pura bodoh itu tidak mudah”.
Di ayat 7, Agur Bin Yake, terang-terangan menyampaikan permohonan kepada Allah. Dan ini sangat penting baginya ada dalam kehidupannya:
- Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan.
- Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
- BIARKANLAH AKU MENIKMATI MAKANAN YANG MENJADI BAGIANKU.
Ayat 9 supaya, kalau aku kenyang, aku tidak akan menyangkal-Mu, dan berkata : Siapa Allah itu? karena kelaparan bisa orang menyangkal Allah. Dan ini permohonan yang tidak bisa di abaikan. Apalagi di ayat 2, Agur Bin Yake, sebab aku ini lebih bodoh daripada orang lain, pengertian manusia tidak ada padaku. Dari perkataan Agur Bin Yake, malah memperlihatkan caranya memikirkan tentang miskin dan kaya itu, dilematis. Sebab kedua nya bisa mengakibatkan persoalan bagi manusia. Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.
Ke tiga hal di atas, menjadi perenungan penting bagi Orang Kristen, apalagi pada hal yang ketiga, BERIKANLAH AKU MENIKMATI MAKANAN YANG MENJADI BAGIANKU. Berarti ada juga makanan yang bukan bagian kita?. Ada ucapan yang mengatakan, kalau memang dibutuhkan yang haram itu pun harum nya. Ini tidak benar, sebab kehidupan orang percaya, hidup berkenan di hadapan Allah. Artinya iman Kristen, menolak semua yang tidak berkenan bagi Allah meskipun itu sudah merupakan keinginan kita.
Salah satu kalimat yang termaktud dalam doa Bapa kami berbunyi demikian “ berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Isi doa ini tidak lain adalah permohonan agar kita hidup dengan sederhana, tidak berfoya-foya”. Dan Yesus yang mengajarkan doa demikian kepada Murid-MuridNya.
Bila diperhadapkan kepada kita pilihan makanan, ukuran mana yang akan kita pilih cukup dan lebih?, hal ini sudah kita bahas di bagian sebelumnya, dalam Doa Bapa Kami jelas yang kita pilih adalah cukup. Pengertian cukup “ bias” , tidak kurang dan tidak berlebihan.
* Cukup dan berbagi untuk keberlanjutan kehidupan. Ada satu pelajaran kehidupan yang kami dapat waktu anak-anak, ketika mengambil nasi dari periuk, jika di lihat ibu, banyak diambil, padahal masih ada 5 piring ( sesuai jumlah yang mau makan) lagi belum diisi. Maka ibu mengingatkan “ ukurken ka si arah pudi”, ingat yang lain. Artinya kita harus mengingat yang lain, karena kecukupan itu ketika berbagi. Dan menerapkan hal ini tidak lah mudah, di tengah budaya konsumerisme. Kemajuan zaman menawarkan sesuatu yang lebih, apalagi adanya trend dan mode. Apalagi ada sebutan ketinggalan zaman. Keinginan atas produk-produk yang terbaru, padahal yang ada masih layak.
* Gaya hidup yang secukupnya. Filipi 4 : 11 “ kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”. Belajar mencukupkan, ditengah hiruk pikuk gaya hidup komsumtif dan individualis, membutuhkan proses yang didasari bahwa arti kesejahteraan dan kebahagiaan, bahwa sesungguhnya itu datang dari sikap manusia yang mampu mengendalikan diri dengan berkata cukup dan memperlakukan sesama seperti diri sendiri dengan meneladani gaya hidup Yesus yang membuktikan bahwa kesederhanaan memiliki makna yang mendalam. Gaya hidup sederhana juga merupakan panggilan untuk solider dengan mereka yang termarginalkan, terpinggirkan, terisoler karena berbagai persoalan hidup.