SUPLEMEN PJJ TANGGAL 13-19 OKTOBER 2024, ROMA 15:1-6

MPERDIATEKEN RAS NGUKURI SI MEREKEN KINIULIN

Roma 15:1-6

Pengantar

Seorang penulis buku etika Kristen, Malcolm Brownlee pernah menulis dalam bukunya bahwa ada dua penghambat besar kebebasan orang Kristen yaitu hukum dan penilaian orang lain. Dalam hal ini dia mau mengatakan bahwa di balik kebebasan orang Kristen untuk melakukan sesuatu, ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukannya. Perlu mempertimbangkan membangun atau tidak kebebasan tersebut. Sama halnya dengan tema PJJ kita kali ini, memperhatikan dan memikirkan hal-hal yang berguna.

Pendalaman Teks

Melalui judul perikop dalam Roma 15 (TB), kita sudah dapat memberikan asumsi bahwa ada dua kelompok pada saat Paulus menuliskan suratnya tersebut. Paulus memberikan sebutan orang yang lemah dan orang yang kuat. Yang menjadi pertanyaan kita adalah: apa yang dimaksudkan Paulus dengan sebutan dua kelompok tersebut? Dengan melihat dari pasal 14, kita menemukan bahwa dua kelompok tersebut sedang berada pada pemahaman yang berbeda tentang makanan. Ada orang yang yakin bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja (14:2). Kejadian yang serupa juga dialami Paulus dalam jemaat Korintus. Di dalam 1 Kor 8:1-13, ada kenyataan bahwa di kota tersebut memiliki kuil-kuil yang biasa dipakai untuk tempat penyembahan berhala dan persembahan yang biasa dipersembahkan adalah seekor binatang. Dan kebanyakan daging yang di jual di pasar tersebut pernah dipersembahkan kepada berhala. Hal ini karena imam-imam kuil pada saat itu tidak memiliki penghasilan yang tetap, sehingga dengan menjual daging-daging binatang yang telah dipersembahkan kepada kuil berhala adalah salah satu penghasilan mereka. Situasi tersebut menjadi pertanyaan bagi orang-orang percaya di kota itu. apakah mereka boleh membeli daging yang di pasar tersebut atau haruskah mereka hanya makan sayur-sayusan saja? Ada yang beranggapan tidak salah memakan daging tersebut, karena bagi mereka berhala-berhala itu tidak ada (mereka inilah disebut yang kuat). Dan ada juga anggapan bahwa memakan daging tersebut adalah perbuatan najis, karena bagi mereka daging tersebut sudah termasuk persembahan kepada berhala (mereka ini yang disebut yang lemah). Kita dapat meyimpulkan bahwa dua kelompok yang dimaksudkan oleh Paulus dalam Roma 15 ini adalah orang-orang yang pemahaman imannya kuat dan orang-orang yang pemahaman imannya masih lemah.

Kalimat yang dipakai Paulus di Roma 15:1 “kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”. Lebih jelas di dalam terjemahan bahasa karo dikatakan ola dirinta ngenca siukuri. Ajakan Paulus adalah memfokuskan perhatiannya bukan kepada yang berguna untuk kepribadian diri sendiri tetapi yang berguna untuk orang lain dan jemaat Kristen. Di ayat 2-3 Paulus mengembangkan prinsip hidup mencari kesenangan demi sebuah kebaikan, di sini Paulus memberikan pemahaman bahwa hal-hal yang berguna tersebut adalah membangun dan bukan untuk melemahkan. Orang Kristen harus berpikir lebih jauh untuk memikirkan hal-hal yang berguna sebelum bertindak sesuatu. Orang Kristen juga harus bijak memahami situasi bahwa tidak semua orang yang ada di sekitarnya tergolong orang-orang yang memiliki pemahaman yang kuat akan imannya. Di ayat 4-6 Paulus kembali memberikan motivasi bahwa apa yang tertuang di dalam Firman Tuhan adalah sebuah hukum dan pengajaran untuk menyatukan dan saling memperhatikan satu dengan yang lain.

Penerapan

Mperdiateken ras ngukuri si mereken kiniulin jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah memperhatikan dan memikirkan hal-hal yang baik bagi orang lain dan sekitar. Kita menyadari bahwa di sekitar kita yang penuh dengan keberagaman dan latar belakang yang berbeda-beda. Tentunya situasi ini sering menimbulkan sesuatu pendapat atau pengertian yang berbeda-beda pula. Secara pengetahuan keimanan mungkin kita memiliki sebuah standart kebenaran yang menurut kita itulah sebuah kebenaran. Secara etika, kebenaran kita itu akan menjadi sebuah kebenaran jika kita bijak mengaplikasikannya dan tidak menjatuhkan atau menghakimi orang lain. Kita juga mungkin memiliki kebebasan dengan standart keimanan kita, tetapi apakah kebebasan kita itu membangun atau menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Paulus mau menajak kita melalui firman Tuhan untuk selalu bertindak sesuatu yang membangun dan berguna. Di 1 Kor 10:23 juga dikatakan “segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.” Di orang karo juga ada istilah mengatakan “sik-sik lebe maka itindes” yang artinya bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus dipertimbangkan dengan matang. Sehingga tindakan kita yang menurut kebenaran kita tidak menjadi batu sandungan orang lain dan melemahkan mereka. Melalui perkataan kita seharusnya dipakai untuk memotivasi bukan untuk menghamiki dan menjatuhkan dan tindakan kita bukan untuk mau menunjukkan kita orang hebat dan paling benar tetapi tindakan kita mencerminkan kasih yang tulus. (ITS)

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 06-12 OKTOBER 2024, KUAN-KUANEN 3:3-4

BUJUR BAS PERBAHANEN

Kuan-kuanen 3:3-4

(Tata Nilai Kesetiaan)

 

Pendahuluan

Perbuatan baik adalah harapan setiap individu, agama dan juga kelompok masyarakat. Namun dalam realita kehidupan kita, tidak selamanya perbuatan baik menurut versi kita atau versi kelompok kita baik di mata individu atau kelompok yang lain. Fenomena ini adalah realita yang tidak dapat kita hindari dalam peradaban umat manusia yang memiliki latar belakang budaya, suku, Pendidikan, agama yang berbeda-beda. Maka dari itu, kita membutuhkan pertimbangan tentang apa yang benar, apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Melalui pembaharuan hidup yang kita terima dalam penebusan Kristus, menolong kita untuk berpikir dengan lebih terang tentang kehendak Allah dan bagaiamana tetap setia memegang teguh etika dan nilai-nilai kehidupan Kristiani dalam masyarakat yang majemuk.

Pendalaman Teks

Kitab Kuan-kuanen/Amsal merupakan jenis kitab Hikmat dalam Perjanjian Lama. Dalam konteks Kuan-kuanen/Amsal 3:3-4, berbicara tentang hikmat akan kemampuan/keterampilan praktis dalam merealisasikan iman, pengetahuan, pengertian dalam tindakan kehidupan sehari-hari. Bandingkan dengan apa yang dikatakan dalam Amsal 2:9 bahwa orang yang takut akan Tuhan (orang berhikmat), dia akan mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran bahkan setiap jalan yang baik.

  • Ayat 3: Ada dua harapan yang ingin disampaikan oleh firman Tuhan melalui ayat 3:
  1. “Tetaplah erkemalangen man Dibata/takut akan Tuhan”. Pengajaran hikmat yang disampaikan penulis kitab Amsal selalu mengacu kepada pengertian “Takut akan Tuhan” (band 1:7). Dengan kalimat takut akan Tuhan, memberikan pemahaman bagaimana cara hidup kita yang sejati serta bagaimana memahami dan menjauhi kejahatan, hingga kita mampu berbuat baik kepada semua orang. Dengan memegang prinsip “tetaplah kam erkemalangen man Dibata.” Maka kebaikan dan kesetiaan akan tetap ada di dalam diri kita.
  2. “Burakenlah e ibas kerahungndu dingen suratken ibas pusuhndu/kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.” Harapan kedua ini memberikan sebuah pesan tentang kesetiaan akan pengajaran-pengajaran yang baik melalui pengajaran iman yang telah kita terima. Cara hidup yang benar patut selalu dipegang teguh, harus tetap melekat pada diri kita dan selalu diingat ke mana pun kita melangkah.
  • Ayat 4: merupakan sebuah penguatan ataupun motivasi hidup yang berhikmat dan takut akan Tuhan, serta kesetiaan akan kebenaran Allah akan melahirkan respons positif dari Allah dan manusia. Firman Tuhan dalam ayat 4 ini juga mau mengatakan bahwa hidup dalam kebenaran atau kebaikan harus sejalan menurut Allah dan manusia.

Aplikasi

 Melalui apa yang disampaikan oleh kitab Amsal/kuan-kuanen memberikan pesan apa yang harus kita lakukan sebagai umat manusia khususnya sebagai orang Kristen.

  1. Kita membutuhkan hikmat dari Tuhan untuk mengajari kita agar mampu hidup benar kepada semua orang dalam situasi yang majemuk. Kita tidak memilih-milih tempat dan orang untuk melakukan kebaikan.
  2. Cara untuk hidup dalam hikmat Tuhan adalah dengan tetap setia memegang prinsip hidup “takut akan Tuhan” yang artinya selalu setia dan patuh akan pengajaran dan perintahNya. Seperti yang tertuang dalam paduan tata nilai kesetiaan dalam GBP GBKP bahwa kita harus berpegang teguh pada janji dan komitmen.
  3. Bukti kesetian kita juga terlihat dari mengedepankan kebenaran Allah daripada kebenaran manusia.
  4. Kesetiaan akan kebenaran Allah juga tercermin dari berprilaku dan bertindak sesuai dengan perkataan. Menjadi seseorang yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab.  

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 23-29 JUNI 2024, TITUS 3:8b-11

Bahan Alkitab :

Titus 3:8b-11

Tema :

Tutus i bas si mehuli dingen erguna

 

"Ada kekuatan yang jauh lebih besar dalam bersikap baik daripada melawan kejahatan dengan kemarahan." Dari kata bijak ini kita dapat melihat bahwa sebuah perbuatan baik memiliki pengaruh dan kekuatan untuk melawan kejahatan. Dengan perbuatan baik pelaku kejahatan bisa diingatkan dan juga bisa berubah menjadi orang yang baik. Tetapi sebaliknya jika kejahatan dibalas dengan amarah dan juga kejahatan kemungkinan kita berdua akan menjadi korbanya. Jadi jelas perbuatan baik itu sangat penting dan bisa membawa pengaruh kearah kehidupan yang lebih baik. Bahan PJJ kita hari ini dengan Tema: Tutus I bas si mehuli dingen erguna” mau mengingatkan kita di dalam berbuat baik bukan hanya sesaat tetapi hendak kita lakukan dengan setia. Berbuat baik mungkin sudah kita lakukan tetapi apakah kita konsisten didalam berbuat baik? itu yang perlu dipertanyakan bagi kita.

Bahan PJJ kita diangat dari Kitab Titus. Kitab Titus ditulis oleh Paulus. Kitab ini sering juga dinamakan kitab pastoral atau pengembalaan. Surat-surat Pastoral adalah surat yang dituliskan sebagai bentuk penggembalaan. Maka dapat dikatakan bahwa surat-surat pastoral merupakan surat penggembalaan kepada jemaat Tuhan. Tujuan penulisan  menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5); membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1); membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11). LAI meberikan judul prikop bahan PJJ kita “ Pesan pesan penutup” Dalam pesan penutup ini Paulus kembali mengingatkan kembali akan apa yang telah dituliskan dan disampaikan didalam suratnya. Ada beberapa hal yang diingatkan Paulus kembali yaitu: Ayat 8 dimulai dengan perkataan ini benar dan Paulus mau Titus menguatkan jemaat. Perkataan yang dimaksud adalah di ayat 4-7 bahwa Yesus telah menyelamatkan dan menebus semua orang yang percaya dan berhak menerima hidup yang kekal. Pemahaman ini dan perkataan inilah yang benar. Harus disampaikan kepada jemaat supaya mereka menjadi teguh dan tidak goyah sebab bisa saja mereka goyah dan ragu serta bimbang akibat adanya pengajaran yang palsu dan penderitaan. Dan bukan hanya meneguhkan tetapi harus dibarengi dengan tindakan nyata yaitu sungguh sungguh melakukan pekerjaan yang baik yang berguna bagi manusia. Apa perbuatn baik tersebut? Tentu kalau kita lihat pada pasal selanjutnya kita akan menemukan secara khusus di dalam Titus 2:1-10 yaitu antara lain memberitakan ajaran yang sehat, orang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat bijak sana dalamiman dan kasih, Perempuan yang tua hidup beribadah, jangan memfitnah jangan menjadi hamba anggur mengajar hal yang baikdan mendidik perempuan muda mengasihgi suami dan anak taat kepada suami. Orang muda menguasai diri, jujur, jangan curang tulus dan setia. Demikian jjga hamba taat kepada tuanya. Semua perbuatan baik ini dilakukan karena jemaat sudah diselamatkan tentu dengan menunjukan ini jemaat melaksanakan tugasnya untuk bersaksi dan memperkenalkan Kristus sang Juruselamat. Kemudian di ayat 9-11 ada juga hal yang harus dihindari yaitu mencari persoalan yang dicari cari dan yang bodah, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum taurat. Hal ini bisa saja terjadi sebab ditengah jemaat ada juga orang Yahudi yang masih memegang pengajaran dan konsep yang lama. Perdebatan danperselisihan tidak akan meny elesaikan masalah. Yang penting menunjukan kwalitas hidup sebagai yang telah didelamatkan. Kemudian disuruh juga menasehati dan menjauhi bidat (Genostik) setelah dinasehati. Dijauhi sebab kalau tidak bisa membawa dampak dan membuat jemaat goyah dan bimbang. Mereka itu semua sesat dan akan mendapatkan hukuman karena perbuatanya. Jadi jelas Paulus menasehati Titus agar tetap melakukan yang baik dan juga menjauhi diri dari hal yang tidak baik. Dari bahan PJJ ini kita dapat melihat ada beberapa hal jadi bahan renungan kita yaitu:

  1. Kita adalah anak anak Tuhan yang telah ditebus, kita ditebus bukan karena kebaikan yang kita miliki. Tapi Tuhan menebus kita dengan kasih dan kebaikanya. Setelah ditebus kita memiliki status yang baru bukan lagi orang yang berdosa tetapi menjadi anak anak Allah.Dan kita akan menerima hidupyang kekal yang dijanjikan oleh Tuhan pada saat kedatangan Tuhan kembali.Mari kita sadari bahwa kita adalah anak anak Tuhan yang telah ditebus ini yang dingatkan Paulus dengan mengatakan perkataan ini benar. Ini berguna menguatkan jemaat pada masa itu mungkin mereka bisa saja bimbang karena adanya pengajaran yang sesat dan juga adanya penderitaan yang mereka hadapi.
  2. Sebagai anak anak yang telah ditebus selain memegang keprcayaan kepada Tuhan kita juga maka menunjukan sikap atau karakter sebagai anak anak Tuhan dengan setia dan teguh sikap ini jelas seperti apa yang tertulis di dalam Titus 2: 1:10 ini adalah perbuatan baikyang harus dilakukan sebagai orang tua hidup kudus, terhormat menjadi teladan, sebagai ibu hidup beribadah, jangan memfitnah jangan menjadi hamba anggur mengajar hal yang baikdan mendidik perempuan muda mengasihgi suami dan anak taat kepada suami.Sebagai ibu muda mengasihi keluarga dan menghormati suami dan sebagai orang muda jujur, jangan curang dan menguasai diri. Itu dari diri sendiri. Kemudian juga dari luar menghindari pengajaran palsu, perdebatan bahkan menjauhi bidah supaya tetap di dalam iman percaya.
  3. Tetaplah berbuat baik jika ada tantangan, tetaplah berbuat baik walau ketika kita berbuat baik tidak dipuji bahkan ada yang menghujat, Tetaplah berbuat baik walau tidak ada orang yeng berterima kasih. Sebab dengan perbuatan baik kita sedang bersaksi dan juga mau mengubah yang tidak baik sekaligus menyaksikan sipa Yesus yang telah menebus kita.
  4. Berbuat baik tidak melulu dengan hal hal besar lakjukanlah dengan hal hal kecil seperti sapaan, senyuman, doa terhadap teman. Dengan kata kata yang menguatkan dan memotifasi dan jika kita memiliki tenaga dan materi kita bisa juga gunakan. Selamat melakukan perbuatan yang baik secara konsisten Tuhan memberkati.

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD