SUPLEMEN PJJ TANGGAL 02-08 JUNI 2024, NEHEMIA 10:28-31

Bahan Alkitab :

Nehemia 10:28-31

Tema :

Keluarga Si Matuhi Perentah Tuhan

Keluarga adalah sebuah lembaga yang umurnya hampir sama dengan dunia ini. Ketika Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta isinya Tuhan juga menciptakan lembaga keluarga. Ia menciptakan Adam dan Hawa dan memberkati mereka. Tuhan juga memberikan tugas kepada mereka untuk menjaga dan memmelihara dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Tapi seiring waktu terjadi ketidak taatan kepada Tuhan dari angota keluarga tersebut manusia berbuat dosa. Dampak dari ketidaktaatan dan dosa tersebut hidup manusia menjadi menderita.Tema PJJ kita saat ini mengingatkan kembali agar keluarga keluarga kita menjadi keluarga yang taat kepada Tuhan.

Pendalaman Teks

Kitab Nehemia (disingkat Nehemia; akronim Neh.) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kitab-kitab sejarah pada Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kitab Nehemia berisi tentang riwayat Nehemia yang dipercaya ditulis oleh dirinya sendiri dalam bentuk menyerupai autobiografi. Menurut tradisi, kitab ini ditulis antara tahun 431 SM – 430 SM. Kitab ini mengungkapkan kehidupan bangsa Israel di Yerusalem setelah pulang dari pembuangan Babel. Di bawah kepemimpinan Nehemia sebagai "bupati" (pakhat), bangsa Israel berhasil membangun kembali tata agama dan politik, membangun kembali tembok kota yang mengelilingi Yerusalem dan mengadakan upacara pembaruan perjanjian antara umat Israel dan TUHAN. Bahan PJJ kita diberi judul oleh LAI “ Piagam Perjanjian”. Nehemia telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem yang runtuh, mereka sudah menetap. Pada pasal 8 mereka membacakan hukum taurat dalam Hari Raya Pondok Daun dan pasal 9 mereka melakukan puasa dan mengaku dosa. Dan mengadakan pembaharuan perjanjian dengan Tuhan sebab mereka sudah melihat bagaimana kehidupan nenek moyang mereka sampai mereka ketika tidak patuh dan hidup seturut dengan kehendaknya masing masing. Awal Pasal 10 mereka semua membubuhu matreai dalam perjanjian tersebut pemimpin termasuk Nehemia, para Lewi, dan pemimpin pemimpin bangsa. Termasuk ayat 28 dituliskaan semua orang yang ada dengan tugas dan tanggung jawab baik laki laki dan perempuan yang sudah cukup dewasa. Mereka bersumph kutuk mereka setia melaksanakan segala ketetapan yang diberikan dengan perantaraan Musa.Mereka juga tidak akan melakukan perkawinan campur , mereka juga tidak akan membeli sesuatu pada hari sabat dan mereka juga membiarkan tanah mereka dan hasilnya pada tahun ketujuh. Mereka kembali berjanji mau menjalankan semua perintah Tuhan ini dampak dari bagaimana juga Tuhan menolong mereka kembali dari pembungan dan bisa membangun tembok Yerusalem. Kesadaran bahwa melawan dan tidak taat hanya mendatangkan penderitaan tetapi sebaliknya akan mendatangkan damai sejahtera. Dari bahan PJJ ini kita dapat melihat beberapa hal yaitu:

  1. Kita mungkin pernah melihat orang disekitar kita atau pengalaman kita sendiri bagaimana hidup kalau tidak mematuhi aturan terhusus jika tidak taat kepada Tuhan. Sama seperti pengalaman bangsa Israel yang karena ketidak taatanya maka dibuang ke babel. Pembuangan tersebut menyebabkan penderitaan bagi mereka. Hal itu juga mungkin pernah jadi dalam kehidupan kita karena tidak taat dan patuh kita menderita.
  2. Tuhan menolong mereka dan tidak membiarkan mereka selamanya menderita. Tuhan memakai nehemia memimpin dan membawa mereka kembali dari pembuangan. Dan atas pimpinan Nehemia mereka kembali tinggal di Yeusalem. Mereka bisa tinggal dan membangun tembok kembali karena mereka juga mau mendengarkan dan taat kepada Tuhan atas pimpinan Nehemia.
  3. Setelah mereka menyaksikan dan mengalami pertolongan Tuhan akhirnya mereka mengaku dosa dan juga berjanji setia untuk memeatuhi semua ketetapann yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa. Jadi jelas pengalaman membawa kita akan kenal kepada Tuhan dan pengalaman juga mengajari kita untuk mementukan sikap hidup kita kedepannya. Ketaatan akan membawa damai sejahtera tetapi ketidaktaatan akan membawa penderitann.
  4. Kita melihat semua bangsa Israel berjanji seti yangb sudah dewasa dan semua keluarganya. Kita juga hendaknya demikian sebagai keluarga keluarga yang telah ditebus oleh Yesus hendaklah kita semua hidup setia, saling mengingatkan, saling meneguhkan, saling menegor satu dengan yang lainya. Jika ada anggota keluarga, pjj, moria, mamre, gereja kita tidak setia itu adalah ancaman bagi semuanya bukan hanya ancaman bagi dirinya sendiri.

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 05-11 MEI 2024, I TESALONIKA 2:8-12

NATS     :

I TESALONIKA 2:8-12

TEMA    :

SERAYAN SI MEHULI BUJUR DINGEN LA SALAH

 

PENGANTAR

Ketika mengerjakan salah satu tugas sekolahnya, seorang anak mengatakan: “Ah, tidak perlu terlalu rapi, yang penting tugasnya sudah diserahkan kepada guru di sekolah. Toh, belum tentu tugas itu dibaca juga.” Mungkin kalimat seperti ini terucap ketika sang anak mengerjakan tugas yang banyak hingga larut malam sehingga bagi dia yang penting tugas dikumpulkan, dan itu sudah cukup. Prinsip si anak tersebut adalah prinsip “apa adanya”. Artinya, dalam mengerjakan segala sesuatu tidak perlu mencurahkan segala tenaga dan pikiran; sekadarnya saja, yang penting selesai; ada bukti sudah mengerjakan tugas. Namun ada sebuah prinsip lain, yaitu “lakukan yang terbaik”. Artinya, mencurahkan semua potensi dan upaya maksimal untuk melakukan dan memberikan yang terbaik, dengan harapan apa yang dilakukan dapat bermanfaat.

Prinsip melakukan yang terbaik inilah yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam bacan kita hari ini. Paulus menunjukkan dirinya layak dengan melayani jemaat Tesalonika sungguh-sungguh. Ia benar-benar menyampaikan firman Tuhan bukan untuk menyukakan mereka, melainkan Allah. Ia menyampaikannya dengan ramah bagaikan seorang ibu yang membagi hidupnya untuk anak-anaknya. Ia menjaga hidupnya sedemikian sehingga menjadi saksi Injil yang tiada bercacat. Dengan sikap seorang bapa ia menasihati mereka untuk setia hidup sesuai dengan kehendak Allah. Sungguh hidup Paulus menunjukkan kelayakannya untuk menjadi saksi Kristus. Karena kita berkarya untuk Tuhan, maka kita melakukan yang terbaik. Prinsip ini yang harus dipegang dan diterapkan baik di dalam pelayanan gereja, di dunia kerja, dan dalam segala hal serta karya yang kita lakukan. Berkarya bagi Tuhan dengan segenap hati berarti berkarya dengan segenap perasaan; berkarya dengan segenap kemampuan yang kita miliki; berkarya dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan yang terbaik.

PENJELASAN TEKS

Jemaat di Tesalonika merupakan salah satu jemaat yang ada di Makedonia. Paulus sangat memuji jemaat Tesalonika; misalnya dalam 2Kor. 8:1 dikatakan :”kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.” Yang berarti keteladanan jemaat-jemaat di Makedonia nyata pada jemaat Tesalonika. Jemaat ini merupakan jemaat yang  istimewa: yamg memiliki kerinduan untuk hidup mengikuti teladan Tuhan (ay.6), dan berusaha menjadi teladan bagi semua orang (ay.7). Keteladanan jemaat di Tesalonika tersiar ke banyak tempat. Rasul Paulus sangat bangga sebab teladan iman, pengharapan dan kasih jemaat Tesalonika berhasil meninggalkan kesan-kesan baik pada diri banyak orang, perilaku mereka pun berdampak baik pada orang lain. 

Di lain pihak pelayanan dan pemberitaan dari Rasul Paulus disambut dengan baik bahkan banyaak diantara mereka yang menjadi percaya ketika mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain tidak adanya “penyesatan” dalam pengajarannya; dimana Paulus memberitakan injil dengan maksud yang murni tanpa ada tipu daya dalam dirinya (bdk. Ay. 3). Disamping itu motivasi Rasul Paulus dalam memberitakan Injil adalah untuk menyukakan hati Tuhan, dan tidak bertujuan untuk mencari kepentingan diri sendiri maupun untuk mendapatkan pujian (bdk. Ay. 5). Selain itu Rasul Paulus melayani jemaat di Tesalonika dengan sepenuh hati serta berlaku ramah pada semua orang (bdk. Ay.7).

Dalam pelayanan yang dilakukan Rasul Paulus kita dapat melihat teladan yang baik antara lain:

  1. Paulus punya integritas diri; dimana segala sesuatu yang dia lakukan dalam pelayanan memiliki kesesuaian luar dan dalam. Pelayanannya bebas dari pencitraan dan kepura-puraan. Dlam pelayanannya sendiri, Rasul Paulus juga mengalami kondisi dimana dia dituduh sebagai orang yang mencari keuntungan sendiri. Karena itu dia berulangkali menegaskan dengan menggunakan kata: “sebab kamu ingat, kamu adalah saksi, kamu tahu….” Dimana ia memberikan penjelasan kepada jemaat sehinggaa jemaat mengerti apa yang sebenarnya yaang terjadi dalam pelayanan Rasul Paulus sendiri. Tak cukup sampai disitu, Rasul Paulus juga memanggil Allah sebagai saksi untuk menunjukkan betapa dalam dirinya sungguh-sungguh terdapat ketulusan dan integritas dalam melayani jemaat.
  2. Keteladanan; dimana untuk menjelaskan keteladanan ini Rasul Paulus menggunakan tiga kata keterangan untuk menggambarkan hidupnya: yaitu saleh, adil dan tak bercacat ( ayat 10b). Secara hurufiah tiga kata ini dapat diterjemahkan dengan kudus, benar, dan tak bercacat. Apakah dengan penegasan tiga kata tersebut lantas berarti Rasul Paulus sudah memiliki hidup dan pelayanan yang sempurna? Tentu saja tidak diartikan demikian. Tiga kata keterangan di ayat 10 ini merupakan ungkapan-ungkapan umum untuk menunjukkan kualitas hidup seseorang yang terbilang sangat baik. Tak bercacat bukan berarti tidak ada dosa dan kelemahan dalam hidup. Tig kata ini justru ingin menunjukkan besarnya upaya yang dilakukan untuk menunjukkan keteladanan sehingga tidak memberi celah bagi orang lain untuk menegur atau menjatuhkan (bdk. Flp. 2:15).
  3. Kehadiran; Rasul Paulus bersikap seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawat orang yang dilayaninya dengan penuh kasih ( bdk ay.7-8). Kasih membuat ia melayani bukan hanya dengan kata-kata saja, melainkan melalui seluruh hidupnya. Selain hadir seperti layaknya seorang ibu, Rasul Paulus juga ada seperti seorang ayah yang dengan tekun menasihati anak-anaknya satu per satu (bdk. Ay.11-12). Dari kualitas kehadiran yang demikian,Rasul Paulus memiliki kerinduan yang besar-dan selalu mencari kesempatan-untuk melayani jemaat. Dia bukan hanya menunggu kesempatan baik untuk melayani, melainkan ia memakai setiap kesempatan untuk melayani.

   APLIKASI

  1. Tidak dapat disangkal bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Teteapi bukan berarati kita menggunakan ketidaksempurnaan sebagai alasan kita tidak dengan sungguh dan sepenuh hati melayani Tuhan. Biarlah pelayanan kita bertujuan untuk menyenangkan hati Allah. Ketika pekerjaan dan pelayanan ditujukan untuk menyenangkan hati Tuhan, maka seorang pelayan yang baik akan bekerja dengan integritas diri, penuh ketulusan hati dan kasih. Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar kita memakai setiap kesempatan untuk melayani. Pelayanan tidak boleh dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan atau agar kita dihargai oleh para pejabat gereja, melainkan agar hidup kita menyenangkan hati Allah. Oleh karena itu, jangan melayani hanya saat kita memiliki waktu luang, melainkan luangkanlah waktu untuk melayani. Janganlah kita melayani hanya saat keadaan kondusif, melainkan manfaatkanlah setiap kesempatan untuk melayani. Janganlah melayani hanya melalui kata-kata saja, melainkan kita harus melayani melalui seluruh hidup kita. Pelayanan apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
  2. Mari menjadi jemaat Tesalonika zaman now, yakni jemat yang missioner dan dapat mulai dari keluarga kita. Mari belajar menunjukkan teladan kehidupan yang baik sehingga sukacita dan nilai-nilai Injil yang luhur tidak dinikmati keluarga kita sendiri saja, tetapi tumpah dan memancar keluar sehingga dikenal dan dinikmati keluarga-keluarga lain dan banyak orang. Seperti halnya dari jemaat Tesalonika, Injil memancar di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya karena teladan-teladan yang dimiliki dan dibagikan keluarga umat Tuhan di Tesalonika. Mari kita belajar menunjukkan teladan yang baik sehingga semakin banyak orang dan keluarga lain (suku, bangsa dan agama apapun juga) juga menikmati Kasih Allah Bapa, hikmat penyelamatan Kristus dan kedamaian hati-pikiran dalam urapan Roh Kudus.
  3. Biarlah kita memiliki hati yang mau diajar. Tanpa disadari, dosa telah membuat manusia itu menjadi makhluk yang egois. Hatinya dikeraskan untuk menerima pengajaran, terlebih lagi menerima Firman Tuhan. Merasa diri benar dan layak itulah yang sering dialami oleh manusia berdosa. Tetapi hal ini tidak boleh dibiarkan terus dimiliki oleh manusia, terutama oleh anak Tuhan. Anak Tuhan harus belajar untuk membuka hatinya terhadap Firman Tuhan, dan membiarkan Firman Tuhan itu berbicara dalam hidupnya. Firman Tuhan itu sebagai dasar dia berpikir, bertindak, dan berkata-kata. Terlebih lagi dia mau terus-menerus memperbaharui hidupnya dengan Firman Tuhan, hari lepas hari. Hati yang mau diajar juga membiarkan dirinya dibina, mau menyadari kesalahan, dan bersedia untuk memperbaiki dirinya sesuai kebenaran Firman Tuhan. Bukan hanya dipimpin dan dibina dalam hal spiritualitas, tetapi juga mau dibina dalam hal keahlian atau skill. Tidak merasa diri hebat, bijak, ataupun cerdas, tetapi setiap hari terus memperbaharui hidupnya.

 

Pdt. Eden P br Tarigan-Runggun Bumi Anggrek

SUPLEMEN PJJ TANGGAL 28 APRIL-04 MEI 2024, I KORINTI 1:10-17

NATS  :

I KORINTI 1: 10-17

TEMA  :

ERSADA UKUR RAS ERSADA SURA-SURA

 

 

Pengantar

Ada sebuah slogan iklan di televisi yang berbunyi : ‘berbeda itu indah..” ketika slogan ini diucapkan terdengar indah sekali dan membuat perasaan adem di hati. Tetapi kira-kira apakah slogan yang indah ini juga sudah terasa keindahannya dalam hidup kita bersama dan juga dalam kehidupan berjemaat? Pada kenyataannya kita cenderung mau menerima teman-teman yang pandangannya sama seperti kita, yang kita anggap ‘kelas/levelnya” sama seperti kita, yang hobbinya seperti kita. Dalam banyak kesempatan kita merasa sulit menerima teman yang berbeda pandangan, beda prisnsip dan beda segala-galanya. Karena itu melalui firman Tuhan dalam PJJ kita kita diajak untuk bersedia saling menerima sehingga kesatuan hati dan visi ke depan dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan kita.

Penjelasan teks

Ayat 10 adalah dasar pijak Rasul Paulus dalam menyampaikan nasihat kepada jemaat di Korintus. Pertama-tama dalam menyampaikan nasehat, nasehat itu didasarkan dalam nama Yesus Kristus dimana nasehat ini sekaligus memperlihatkan gambaran pemikiran Paulus tentang model hidup berjemaat. Dalam hal ini kita dapat melihat dalam menyampaikan nasihat, Paulus mendasarkan dirinya pada kehendak Tuhan dan apa yang berkenan bagiNya.

Model hidup berjemaat yang dimaksud Paulus adalah:

  1. Seia sekata; dimana secara harfiah kata seia sekata dalam bahasa Yunani berarti mengatakan hal yang sama. Tetapi dalam konteks jemaat Korintus ungkapan ini berhuibungan dengan membuat pengakuan tentang sebuah hal yang sama (agreement). Untuk itu yang harus dihindari adalah perpecahan (chismata) yang memang menunjakkan pada perbedaan pendapat. Dalam hal ini perbedaan tersebut digambarkan seperti kain yang sobek, dimana pada kain yang sobek terdapat bekas, maka demikian pula dalam jemaat yang mengalami perpecahan akan meninggalkan bekas yang kurang baik bagi pertumbuhan jemaat ke depan.
  2. Sehati -sepikir ; en to auto noi kai en te aute gnome yang secara harafiah dapat diartikan sebagai berada dalam pemikiran yang sama. Kata Noi berkaitan dengan pemahaman pikiran dan penalaran, sedangkan kata gnome berhubungan dengan pendapat, keputusan dan persetujuan. Karena itu arti dari ungkapan ini adalah jemaat Korintus tidak memiliki perbedaan pemahaman ketika membuat keputusan mengenai imannya kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini sehati sepikir dirangkum dalam kata erat bersatu /katertismenoi yang berarti kompak. Kata erat bersatu menunjukkan kepada kecocokan, kekompakan yang memperlihatkan adanya kesempurnaan yang seharusnya memperlihatkan bagaimana kehidupan jemaat yang berpusat pada Kristus.

Alasan Rasul Paulus merasa perlu untuk menasihati jemaat di Korintus dalam ay. 11 yaitu karena pada saat itu dia tidak berada di tengah-tengah jemaat Korintus sehingga informasi tentang perpecahan jemaat diperolehnya dari keluarga Kloe. Mengenai keluarga Kloe sendiri sebenarnya tidak terlalu dijelaskan dalam surat Paulus. Kata perselisihan disini memakai kata erides (Yun.) yang memang berarti perbedaan, pertengkaran dan perselisihan sehingga memperlihatkan adanya perbedaan pikiran di tengah-tengah jemaat. Dalam ayat 12 sendiri kita dapat dengan semakin jelas melihat perbeedaan pendapat yang memicu perselisihan dalam jemaat dimana mereka punya pikiran yang berbeda dalam melihat hubungan/ relasi mereka dengan para pekabar Injil yang memberitakan Injil disana dan juga dengan Kristus. Relasi khusus dengan pekabar Injil tertentu tampaknya membuat mereka membeda-bedakan diri mereka dan mempertajam jarak kelompok satu dengan yang lain. Pengelompokan ini terjadi di seluruh jemaat dan berdampak buruk pada relasi sesama jemaat. Nasihat Paulus menunjukkan bahwa Paulus sama sekali tidak setuju dengan pengkotak-kotakan yang demikian. Ayat 13 menjadi dasar argumen Paulus terhadap perselisihan itu dimana dia memberikan pertanyaan retoris dia menunjukkaan jemaat adalah satu dan jemaat yang satu itu berpusat pada Kristus tanpa bisa dibagi-bagi menurut oknum pemberita Injil tertentu. Dia mengangkat analogi tentang tubuh Kristus disini dimana sebagaimana sebuah tubuh adalah sebuah kesatuan maka ia tidak dapat dibagi-bagi. Karena itu Kristus pun merupakan milik semua jemaat. Ini merupakan teguran keras Paulus kepada jemaat yang merasa bahwa hanya kelompoknya yang merupakan milik Kristus sementara yang lain bukan milik Kristus. Sebaliknya ini juga kritik bagi mereka yang merasa mereka menjadi bagian dari kelompok penginjil tertentu dan bukan milik Kristus. Karena itulah Paulus melanjutkan nasehatnya dengan membuat perbandingan antara Kristus dan dirinya sendiri (dan dia tidak membandingkan dirinya dengan penginjil lain) untuk menghindari konflik yang mungkin terjadi dalam pelayanan. Dengan demikian Rasul Paulus berharap masalah yang terjadi di jemaat Korintus dapat diselesaikan dengan jalan berdamai. Paulus menekankan bahwa jemaat sudah tahu Kristuslah yang mati untuk mereka dan dari situ ia juga berbicara tentang baptisan karena baptisan dipakai sebgai sebuah titik tolah relasi antara umat dengan Tuhan. Sesungguhnya tidak penting siapa yang membaptis, tapi yang terpenting adalah dibaptis dalam nama siapa. Dalam ay. 13 Paulus menegaskan pentingnya jemaat memahami hal ini sehingga mereka berada dalam pemahanan yang sama. Ay.14-16 merupakan penegasan tambahan dari Rasul paulus untuk memperjelas apa yang disampaikan dalam ay.13. dimana dia menunjukkan jika ada orang yang memberatkan ‘orang” yang membaptis diri mereka maka Paulus bersyukur bahwa hanya ada segelintir orang perintis saja yang dibaptis oleh Paulus sendiri. Dalam ay. 16 sendiri Paulus menambahkan dia pun tidak yakin lagi apakah masih ada orang lain yang dibaptisnya. Walaupun sebenarnya banyak orang yang dibaptis oleh Paulus tetapi ia dengan sengaja menekankan demikian untuk menggarisbawahi pentingnya otoritas / kuasa Tuhan yang mengijinkan semua itu dapat dilakukan (ay.17). Semua pelayanan yang Paulus lakukan pun bukan berdasar dari dalam dirinya seperti misalnya hikmat, kebijaksanaan maupun pengetahuan. kalau ada orang yang beranggapan semua pelayanan ini dapat dilakukan karena mengedepankan kehebatan manusia maka ia akan meniadakan kuasa Tuhan dan karya salibNya akan menjadi tidak berarti.

   APLIKASI

  1. Paulus mengajarkan kepada kita bahwa iman kepada Tuhan harus dibagun atas daras karya yang telah Kristus lakukan untuk hidup kita bukan berdasarkan apa yang sudah dilakukan para pemberita injil atau tokoh pelayan gereja. Seluruh jemaat adalah milik Kristus dan tidak terbagi-bagi menurut para pelayan yang telah, pernah atau sedang melakukan pelayanan di gereja. Di tengah perbedaan golongan, jemaat seharusnya tetap seia sekata, erat bersatu dan sehati sepikir dalam Yesus Kristus; agar lebih tangguh dalam menjalani pelayanan. Bagaimana cara bersatu di tengah perbedaan? Kuncinya: jadikan Yesus sebagai “Pusat Kehidupan”. Dalam hal ini kita perlu mawas akan adanya ‘kultus individu”
  2. Setiap pelayan gereja/ orang yang mengambil bagian pelayanan di gereja harus fokus pada penugasannya. Hal ini dapat terwujud bila seorang pelayan menyadari bahwa dia tidak harus melakukan semua pelayanan sendiri. Lakukanlah apa yagn penting untuk membangun gereja maupun membangun kehidupan iman jemaat. Seperti halnya paulus membaptis jemaat, tetapi disamppingn itu dia memfokuskan diri pada apa yang menjadi talentanya yaitu memberitakan injil ke berbagai tempat dan menulis surat-surat yang menguatkan iman jemaat. Dengan demikian, semua orang mendapat tempat dan setiap talenta juga memiliki ruang untuk dapat diberdayakan. Hal ini tentu membuat kita menyadari kita tidak hidup sendiri dan keberagaman itu melengkapi kebersamaam kita.
  3. Biarlah setiap kita hidup dalam kerendahan hati sehingga kita tidak mengedepankan kekuatan, jasa maupun pengetahuan kita sendiri. Janganlah hendaknya kita sebagai anggota tubuh Kristus apalagi sebagai seorang pelayan membuat kuasa salib Kristus menjadi tidak tampak karena kita lebih membesar-besarkan karya maupun keceerdasan kita.
  4. Dalam membangun kesehatian dan kesatuan alangkah pentingnya kita mendasarkan diri pada kehendak dan firman Tuhan ketika kita saling melengkapi, saling menasihati dan saling melayani. Dengan demikian kita beranjak dari motivasi yang benar dan bukan berdasarkan motivasi lain seperti kehendak diri sendiri, maupun kepentingan-kepentingan lain yang tidak membangun kesatuan jemaat.

Pdt. Eden Perianenta br Tarigan-Runggun Bumi Anggrek

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD