MINGGU 17 MARET 2024, KHOTBAH IBRANI 5:7-10 (MINGGU PASSION VI)
Invocatio :
Ulangan 32:36
Ogen :
Mikha 7:7-9
T e m a :
Erpengendes Man Dibata Ibas Kiniseran/Berserah Kepada Allah dalam Penderitaan
I. Teks Invocatio: Ulangan 32:36
Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya; apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.
I.1. Penjelasan teks Invocatio:
Allah akan menjatuhkan musuh-musuh Israel dan mengasihi umat-Nya sendiri, meskipun Israel telah membangkitkan murka-Nya, TUHAN akan memberi keadilan kepada umat-Nya. Artinya, Tuhan akan memberi keadilan kepada mereka melawan musuh-musuh mereka, membela perkara mereka, dan mematahkan kuk penindasan yang di bawahnya mereka sudah lama mengerang, sebab Ia merasa sayang kepada hamba-hamba-Nya. Ia tidak mengubah pikiran-Nya, tetapi mengubah jalan-Nya, dan berperang bagi mereka, sama seperti Ia telah berperang melawan mereka, apabila dilihat-Nya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap.
I.2. Ide Sentral Teks (IST) Invocatio:
Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya karena kelemahan umatNya. IA memelihara Israel, umat kesayanganNya.
II. Teks Ogen : Mikha 7:7-9
Pengharapan baru bagi Sion
7:7 Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!
7:8 Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku.
7:9 Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepada-Nya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilan-Nya.
II.1. Penjelasan Teks Ogen:
Konteks Kitab Mikha, Israel berada dalam kondisi kemerosotan akhlak yang sangat parah.
1). Orang benar sulit ditemukan ditengah-tengah Israel.
Begitu sulit menemukan orang benar sampai diumpamakan seperti sulitnya mencari buah saat musim panen sudah berlalu (ayat 1).
Kebohongan dan tipu daya sudah menjadi gaya hidup umat Allah, orang yang memiliki integritas dan hati yang tulus hampir musnah (ayat 2).
2). Kejahatan merajalela di mana-mana.
Para penegak hukum, penguasa, dan hakim bekerja sama untuk keuntungan pribadi (ayat 3).
Rakyat yang mengalami kejahatan tidak lagi mempunyai harapan untuk mendapatkan keadilan dan keamanan.
3). Teman dekat tidak lagi dapat dipercaya, bahkan istri atau suami sendiri pun tidak bisa saling percaya lagi (ayat 5). Hubungan keluarga rusak, penuh kebencian dan permusuhan di antara anggota keluarga (ayat 6).
Dalam kondisi yang demikian parah, Mikha menjadi teladan yang luar biasa dalam iman.
Mikha tidak mengeluh dan putus asa. Mikha tidak pesimis dan kehilangan pengharapan dalam hidup. Mikha justru berseru kepada Allah. Dia percaya dan berharap penuh kepada Allah (ayat 7).
Kaum sisa yang benar di Yehuda sedang menghadapi hari-hari gelap karena hukuman Allah atas dosa-dosa bangsa itu; akan tetapi, Mikha tetap memberitakan kata-kata pengharapan yang membangkitkan iman bagi mereka dan memandang lebih jauh dari kemenangan sementara musuh-musuh mereka kepada hari pemulihan mereka yang mulia oleh Allah.
Kalimat: "Aku akan bangun pula" adalah suatu pernyataan iman yang setaraf dengan pernyataan iman Ayub (Ayat 8)
Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (Ayat 9)
II.2. Ide Sentral Teks (IST) Ogen:
Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.
III. Teks Khotbah : Ibrani 5:7-10
5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
5:10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
III.1. Penjelasan teks Khotbah:
Penulis kitab Ibrani menjelaskan bahwa Kristus adalah Imam Besar kita untuk selamanya, yang senantiasa menjadi Pengantara kita di hadapan takhta Allah (7:25). Sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, hanya Dia yang dapat menggantikan tempat kita dan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menghapus dosa "satu kali untuk selama-lamanya" (10:10). Tak seorang pun dapat mengambil "kehormatan itu bagi dirinya sendiri" (5:4).
Yesus mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah" (5:8) dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut (5:7), semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita (Ibrani 4:15), karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami.
Ayat 7, Ayat ini mungkin menunjuk kepada kehebatan doa Yesus di Taman Getsemani. Doa Yesus "didengarkan" bukan dalam pengertian bahwa Allah menyingkirkan semua hal yang berhubungan dengan kematian, tetapi dalam pengertian bahwa Ia menerima pertolongan Allah untuk mengalami segala penderitaan yang sudah ditetapkan bagi-Nya.
Ayat 8, Kristus belajar dari pengalaman segala penderitaan dan pengorbanan yang sering kali merupakan akibat dari ketaatan yang setia kepada Allah di dalam dunia yang bejat ini (bd. Ibr 12:2; Yes 50:4-6; Fili 2:8). Ia menjadi Juruselamat dan Imam Besar yang sempurna karena penderitaan dan kematian-Nya dijalani tanpa dosa. Oleh karena itu, Kristus memenuhi syarat dalam segala hal (ayat Ibr 5:1-6) untuk menyediakan keselamatan kekal bagi kita (ayat Ibr 5:9;
Ayat 9, Keselamatan abadi yang diperoleh melalui penderitaan Yesus (ayat Ibr 5:8) tersedia hanya bagi mereka yang taat kepada-Nya melalui iman. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang taat (Yoh 8:31; Rom 1:5; 16:26; Yak 2:17-26).
Ayat 10, Melkisedek adalah tokoh PL yang misterius. Ia muncul dalam Kej 14:1-24 sebagai imam Allah dari Salem (mungkin Yerusalem, Ibr 7:1; Kej 14:18; Mazm 110:1-4) sebelum zaman keimaman Lewi. Keimaman Kristus sejenis dengan keimaman Melkisedek.
III.2. Ide Sentral Teks (IST) Khotbah:
Yesus Kristus adalah Imam Besar yang menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya; IA menjadi pengantara kita dihadapan takhta Allah.
VI. KHOTBAH
Saudara-saudara,…
Ketika kita berada dalam kesulitan yang membuat kita menderita, reaksi spontan yang muncul dari kita ialah mengeluh, marah dan putus asa. Di sisi lain, ketika kita diperhadapkan dengan pilihan: percaya kepada Allah dalam kesuksesan atau kesukaran, mungkin sebagian kita berkata lebih mudah mempercayai Allah saat kita sehat, sukse sdan berkelimpahan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak orang yang mengingkari imannya ketika mengalami penderitaan.
Pada Minggu Passion yang ke enam ini, kita diajak untuk memahami bagaimana keadilan Allah. Kebenaran dan keadilan Allah memang sangat bertolak belakang dengan pikiran dan logika manusia. Realita kehidupan manusia sering terpatri kepada pemahaman “menang” atau “kalah”. Tetapi kebenaran dan keadilan bukan sebatas siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Saudara-saudara,..
Jika kita melihat bagaimana Kondisi yang kita alami pada masa sekarang ini. Ada beberapa contoh yang perlu kita renungkan kembali bagaimana tingkah polah manusia yang selalu berupaya untuk melakukan sesuatu yang jahat bagi orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
Beberapa contoh misalnya:
- - Ketika kita membeli sesuatu berupa barang di toko, kita dapat tertipu dengan mudah apabila kita tidak tahu harga pasaran.
- - Kita tidak lagi merasa aman di tempat umum atau di jalan karena banyaknya aksi kejahatan (copet, jambret, begal dsb).
- - Dalam beberapa kasus kita melihat betapa lemahnya penegakan hukum di negeri ini (“tumpul keatas namun tajam kebawah”)
- - Tingkat kejahatan KKN saat ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan zaman orde baru (sudah tidak ada lagi urat malunya melakukan KKN, sudah dianggap biasa dan lumrah)
- - Hukum justru dimanfaatkan oleh para penegak hukum untuk menambah penghasilan (Lagu Maju Tak Gentar di plesetkan, Maju tak gentaaaar, membela yang bayaaar)…
- - Berbagai kasus pembunuhan: anak membunuh ibunya sendiri, Orangtua membunuh anaknya, pembantu membunuh majikannya dan jug sebaliknya dan banyak lagi lainnya.
Melihat situasi yang terjadi diatas, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah di tengah kesulitan hidup yang kita alami saat ini, kita dapat memulai hari dengan harapan yang teguh pada Allah yang menyelamatkan kita? Sebagaimana firman Tuhan yang menjadi bacaan kita yang pertama dari kitab Mikha 7:7-9, Allah adalah Penyelamat dan terang yang memberi keadilan.
Meskipun saat ini sangat sulit menemukan orang benar, kejahatan semakin merajalela dimana-mana, bahkan teman sendiri tidak dapat lagi dipercaya, kita perlu belajar dari Nabi Mikha yang sadar bahwa ia manusia yang tidak luput dari kesalahan dan patut menerima kemarahan Tuhan, tetapi disisi lain dia berserah kepada Tuhan dan percaya akan keadilan Tuhan pasti dia peroleh pada waktunya, Tuhan akan membela perkaranya dan menyelamatkannya. Tuhan akan menolong setiap orang yang berharap padaNya.
Saudara-saudara,…
Dalam bacaan teks Khotbah, kita belajar banyak tentang penderitaan dan makna penderitaan itu bagi kita. Jalan penderitaan ternyata banyak gunanya. Melaluinya kita bisa belajar bersikap taat, menjadi lebih peka, dan mengerti pergumulan orang lain.
Adakalanya ketika kita menghadapi berbagai pencobaan dan doa kita yang sungguh-sungguh tampaknya tidak didengar. Pada saat-saat semacam itu, kita harus ingat bahwa Yesus telah diuji dengan cara yang sama dan bahwa Allah akan memberikan kasih karunia yang cukup kepada kita untuk mengalami penderitaan yang diizinkan-Nya dalam kehidupan kita
Sebab itu, apabila kita harus menghadapi penderitaan, mari kita mohon kekuatan Allah untuk tidak menolaknya, menghindarinya, atau meminta perlakuan khusus. Imam Besar kita memerhatikan dan menemani kita untuk melaluinya. Imam Besar kita yakni Yesus Kristus, yang menjadi pengantara kita dihadapan Allah, Dialah Pokok Keselamatan yang abadi bagi semua orang.
Kita perlu meneladani Yesus Kristus, yang mendisiplinkan diri-Nya untuk belajar taat selama hidup di bumi. Sekalipun status-Nya "Anak Allah", dan Bapa-Nya sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, tetapi semua hak istimewa itu Dia lupakan. Dia menolak diperlakukan khusus. Yesus Bukannya menempuh jalan aman dan nyaman, Dia justru memilih jalan penderitaan, bahkan disalibkan. Meskipun hanya manusia terhina yang pernah menempuh jalan itu. Di jalan salib, Yesus mengalami begitu banyak rasa sakit, godaan, dan pencobaan. Namun, setelah misi-Nya menyelamatkan manusia tercapai, Dia sendiri bisa menjadi Imam Besar yang berempati. Dia mengerti pergumulan kita, karena Dia pernah mengalami segala derita yang kita alami. Tidak seorang pun dapat menjadi hamba Tuhan tanpa melalui jalan ketaatan
Tema kita di Minggu Passion ke enam ini, ialah Berserah kepada Allah Dalam penderitaan…
Tema ini membimbing kita supaya seberat apapun pergumulan yang harus kita hadapi, bagaimanapun keadaan sekeliling kita, apapun respons mereka terhadap kita, berserahlah kepada Tuhan, tumpahkan segala keluh kesah kita kepadaNya, belajar setia seperti Yesus yang telah setia kepada BapaNya. Dengan demikian apa yang hendak di sampaikan dalam teks invocatio, menjelaskan kepada kita bahwa Allah akan menyatakan kemurahan hatiNya, kepedulianNya terhadap umatNya oleh karena kelemahan umatNya. IA memelihara kita semua umat kesayanganNya. Pada akhirnya keadilanNya akan dinyatakan bagi kita (Minggu Yudika). Terpujilah nama Tuhan. A m I n.
Pdt Philipus Tarigan-GBKP Rg Cililitan
KHOTBAH MINGGU 10 MARET 2024, KHOTBAH YOHANES 16:25-33 (PASSION V)
Invocatio :
Yesaya 66:10
Ogen :
Mazmur 73:21-28 (Tunggal)
Tema :
MALEM ATE GIA JUMPA KINISERAN (Tetap bersukacita di tengah penderitaan)
Pengantar
Mungkin kita pernah mendengar istilah NDE (near death experience) atau pengalaman mendekati kematian. Bagi orang-orang yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian mungkin merasakan hidupnya saat ini merupakan second chance atau kesempatan kedua. Banyak kasus near death experience disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit fase terminal, di mana secara medis seseorang itu dinyatakan akan mati, bahkan sudah mati, tetapi ternyata masih hidup.
Dalam beberapa kasus mungkin orang yang mengalami pengalaman mendekati kematian akan merasakan trauma, diserang kekhawatiran dan ketakutan. Namun tidak sedikit orang yang justru malah bersyukur karena masih diberikan kesempatan kedua. Berbahagialah kita yang pernah mengalami pengalaman mendekati kematian dan justru bersyukur. Karena pastilah kita adalah orang-orang yang telah berubah, atau mengalami turning point dalam hidup. Kita merasa bahwa hidup ini sangatlah berharga, sehingga dengan kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan, kita memanfaatkannya semaksimal mungkin dan mengisinya dengan versi terbaik diri kita.
Dalam bahan khotbah kita pada kesempatan ini, murid-murid Yesus juga akan mengalami pengalaman mendekati kematian. Namun bedanya dengan kita saat ini, pengalaman mendekati kematian itu sudah terlebih dahulu diberitahukan Tuhan Yesus, walaupun banyak di antara murid Yesus yang tidak mengerti yang Tuhan Yesus katakan.
Uraian Bahan Khotbah
Yoh. 16:25-33, berdasarkan tafsiran LAI, termasuk ke dalam bagian kedua amanat perpisahan Yesus kepada murid-muridNya, dimulai dari pasal 15:1 - 16:33. Bagian ini dibagi ke dalam 4 bagian. Pertama, pasal 15:1-17 Yesus mengajarkan tentang pokok anggur yang benar. Kedua, dimulai dari pasal 15:18-25, Tuhan Yesus memberitakan tentang penganiayaan yang akan dialami oleh orang-orang percaya. Ketiga, dimulai dari pasal 15:26-16:15, Yesus memberitakan tentang pekerjaan Roh Penghibur yang menguatkan orang-orang percaya. Keempat, pasal 16:16-33, Yesus memberitakan tentang kemenanganNya atas kuasa dunia.
Alkitab TB-LAI memberikan judul perikop Yoh. 16:16-33, “Dukacita yang mendahului kemenangan.” Sedangkan Alkitab BIMK membagi perikop ini menjadi dua bagian dengan judul, “Kesusahan dan kegembiraan” (ay. 16-24) dan “Kemenangan atas dunia” (ay. 25-33). Dari judul perikop tersirat bahwa apa yang Yesus amanatkan kepada murid-muridNya mengandung dua unsur kehidupan yang bertolak belakang, kesusahan (dukacita) dan kegembiraan (kemenangan). Dalam perikop ini Yesus mengatakan kepada murid-muridNya bahwa diriNya tidak akan lama lagi berada di antara mereka. Sesaat lagi Yesus akan mengalami penderitaan dan kematian. Pada saat itu murid-murid Yesus akan tercerai-berai karena ketakutan (ay. 32). Orang-orang percaya akan mengalami dukacita. Pada ay. 20, orang-orang percaya akan menangis dan meratap di tengah-tengah kegembiraan dunia ini. Ini mengekspresikan beban penderitaan berat yang akan dialami murid-muridNya karena mengalami penganiayaan. Penderitaan berat ini lebih jelas digambarkan seperti seorang perempuan yang melahirkan. Near death experience dialami setiap ibu yang melahirkan anak-anaknya.
Penderitaan berat di sini, tidak hanya dialami murid-murid sesaat setelah peristiwa penangkapan, penyiksaan, penyaliban, dan kematian Yesus, tetapi juga dialami oleh orang-orang percaya sepanjang sejarah, di mana para pengikut Yesus dianiaya karena iman percayanya.
Namun setelah kesusahan, dukacita, ratapan dan tangisan, akan ada sukacita, kegembiraan, dan damai sejahtera. Keadaan ini dipastikan terjadi karena Yesus telah bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Yesus mengalahkan kuasa kematian, dengan demikian penderitaan seberat apapun tidak akan mampu mengalahkan kuasa keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus. Pada ay. 33, Yesus memberikan penguatan kepada murid-muridNya, jangan melarikan diri dari aniaya. Hadapilah penderitaan dengan ketabahan. Percayalah bahwa Tuhan pasti akan memberikan kebahagiaan sejati, karena orang-orang percaya sudah bersatu dengan Kristus dan Kristus sudah mengalahkan kuasa dunia ini.
Bacaan Alkitab Pertama (Ogen)
Pemazmur mengingatkan kita untuk tetap hidup berintegritas, jangan pernah cemburu dengan keberadaan orang fasik. Judul Mazmur 73 “Pergumulan orang yang tulus hati,” menggambarkan bagaimana Pemazmur sangat mengenal Allah yang ia sembah. Bahwa Allah itu baik terhadap orang yang tulus hatinya dan bersih hatinya. Tetapi nyaris saja, pemahamannya itu terganggu (ay. 2, “hampir saja kakiku terpelest, nyaris aku tergelincir”), ketika ia melihat orang-orang fasik yang mengalami kemakmuran, tidak mengalami kesakitan dan kesusahan. Pemazmur cemburu. Untunglah Pemazmur sadar. Dalam kesusahan hatinya, ia mendekatkan diri kepada Tuhan (ay. 16, ada kesempatan merenung; ay. 17, masuk ke dalam tempat kudus Allah) untuk memperhatikan kesudahan orang fasik. Kuasa Tuhan menghancurkan mereka (ay. 18).
Pelajaran menarik yang bisa kita teladani dari Pemazmur, ketika ia mengalami penderitaan, banyak hal yang ia tidak mengerti akan hidup ini (ay. 20-21), Pemazmur tetap ada di dekat Tuhan. Ia merasakan pertolongan Tuhan. Tuhan memegang dan menuntun tangannya. Pengertian yang baru kembali diberikan Tuhan kepadanya. Sebab sesungguhnya siapa yang jauh dari Tuhan, yang tidak setia kepada Tuhan akan binasa. Belajarlah untuk setia kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang menyenangkan hatiNya.
Refleksi
Tema pada Minggu Passion ke-5 ini adalah, “Tetap bersukacita di tengah penderitaan.” Tema ini sesuai dengan Minggu Letare yang artinya “bersukacitalah!” (Invocatio : “Bersukacitalah, bersorak-sorailah, bergiranglah” -Yesaya 66:10). Mengapa kita harus tetap bersukacita di tengah penderitaan? Pertama-tama, firman Tuhan pada kesempatan ini mengajak kita untuk tetap mengimani apa yang Yesus katakan bahwa kuasa-kuasa dunia ini telah dikalahkan oleh kuasa Yesus dalam kebangkitan dan kenaikanNya ke sorga. Kedua, penderitaan yang kita alami saat ini masih belum bisa dikatakan sebagai near death experience. Dalam hal ini kita patut bersyukur tetapi harus tetap waspada karena pengalaman mendekati kematian dapat sewaktu-waktu terjadi. Bukankah, penderitaan adalah konsekuensi logis dari pilihan beriman kepada Kristus? Ketiga, melalui penderitaan iman kita teruji, iman kita semakin kuat, semakin dimurnikan (band. 1 Petrus 1:6-7). Sebagaimana peribahasa Karo, “Kiniseran kite-kite ku si jore,” atau padanannya, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Hidup beriman di dalam Tuhan harus mau berproses, tidak bisa instan. Melalui berbagai macam penderitaan, pergumulan, tantangan, kita semakin merasakan kuasa Tuhan. Hingga akhirnya, kita mampu bersaksi tentang kasih setia Tuhan. Tetaplah bersukacita dalam penderitaan yang kita alami.
Oleh karena itu, ketika tema mengatakan “Tetap bersukacita di tengah penderitaan” bukan maksudnya kita tertawa-tawa (“cengil katawari paksa pe”), tetapi tetap mampu bersyukur, jangan tenggelam dalam kesusahan kita sendiri, tetap beraktivitas sehingga hidup kita tetap menjadi berkat bagi banyak orang.
Pdt. Larena br. Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)-Runggun Cikarang
MINGGU 03 MARET 2024, KHOTBAH MAZMUR 25:15-22
Invocatio :
Yang kukehendaki ialah mengenal h Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, i di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. (Pilipi.3:10)
Ogen :
Lukas 22:39-46 (anthiponal)
Tema :
Menghadap ke Tuhan menunggu pertolonganNya
I. Pengantar
Pernahkah kita mengalami situasi sulit yang membuat kita gelisah, tidak nafsu makan, takut, kuatir sampai susah tidur? Berbicara mengenai kesulitan masing-masing orang tentu memiliki pengalaman hidup berbeda. Kehilangan uang 500 ribu mungkin hal yang biasa bagi seorang jutawan, namun bisa jadi kesulitan yang cukup besar bagi seorang ibu yang sudah beberapa kali menunggu pembayaran uang sekolah anaknya. Tidak ada takaran yang dapat mengukur berat ringannya kesulitan yang dihadapi, semua bergantung pada kondisi masing-masing orang.
Minggu ini kita memasuki minggu passion IV atau minggu okuli yang artinya mataku menatap kepada Tuhan. Minggu ini membawa kita bagaimana menjalani hidup yang penuh dengan penderitaan dan kesulitan dengan tetap berpengharapan kepada Tuhan.
II. Isi
Dalam Mazmur 25[1]:15-22, Daud menggambarkan dengan jelas kesulitan hidup yang sedang dia dan bangsa Israel alami saat itu. Dapat kita simpulkan bahwa mazmur ini lahir dari pergumulan seseorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Dia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Tuhan menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.[2] Adapun sikap pe mazmur yang merupakan sikap imannya mencakup 3 hal:
- Seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan.
- Ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tidak mungkin dipermalukan oleh musuhnya.
- Ia menanti-nantikan Tuhan dan pertolongannya sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umatNya.
Dari sikap iman demikian. Di dalam kesulitan pribadi yang dialami, pemazmur meminta kepada Tuhan akan tuntunan dalam perjalanan hidupnya dan umatNya. Allah yang digambarkan di sini i barat navigator dalam sebuah perjalanan, jika kita melihat di ayat 16, gambaran pe mazmur saat itu hidup dalam kesendirian dan tertindas. Berada dalam kondisi terdesak dan dihimpit banyak persoalan (17) di benci oleh musuh (18) dan sedang bersiap untuk dipermalukan (19). Ini tentu bukan kondisi yang mudah dihadapi. Tetapi orang yang berpengharapan dan beribadah dengan sungguh-sungguh diingatkan akan janji pertolongan dan pembebasan oleh Tuhan tidak hanya bersifat pribadi saja tetapi juga berlaku pada seluruh umat Tuhan. Tuhan berjanji tidak pernah meninggalkan orang yang setia kepadaNya. Di dalam Lukas 22:39-46, Yesus berdoa dan bergumul atas penderitaan akibat dosa manusia yang akan ditanggungNya di kayu salib. Yesus berdoa dan bergumul bukan berarti Dia lemah tetapi segala alam semesta merengkuh akibat keputusan Allah memberi diri demi kasihNya kepada dunia ini (bnd. Yoh. 3:16). Sejalan dengan itu Paulus juga mengingatkan jemaat di Pilipi agar tetap bersatu dengan Kristus walaupun banyak pergumulan yang harus dihadapi. Kita bisa membandingkan bagaimana ketulusan dan kesetian Paulus dalam menjalani proses penderitaan. Saat Paulus menuliskan surat kepada jemaat Pilipipun dia sedang dalam penjara di Roma karena memberitakan Injil Kristus.
Hubungan invocatio,bacaan dan khotbah: hanya orang yang menatap kepada Kristus serta tetap setia dalam pengharapan serta tetap beriman kepadaNya memperoleh kekuatan.
III. Kesimpulan
- Penderitaan merupakan bagian dalam hidup manusia. Beragam bentuk penderitaan dan beragam pula tanggapan manusia untuk menghadapinya. Melihat bagaimana beratnya pergumulan yang di hadapi oleh Daud, saya menyimpulkan bahwa Allah yang dibutuhkan olehnya adalah Allah yang hadir dan membela perkaranya.
- Kita diajak untuk tetap berdoa dan percaya bahwa ada jawaban atas doa orang yang percaya, meskipun kondisi yang kita hadapi sangat sulit. Sebab Allah kita Allah yang telah memberi diriNya untuk kita.
- Terus berkarya dan berguna meskipun banyak orang yang tidak menyukai kita. Terus berproses dan tetap setia dan janji Tuhan pasti digenapi atas masa depan kita.
[1] Mazmur ini di susun menurut alfabet Ibrani. Dan judul mazmur ini Doa mohon ampun dan perlindungan.
[2] Ada dua hal yang melatarbelakangi nat s ini, pertama keadaan sebelum Daud menjadi Raja, saul berencana membunuhnya dan kedua setelah dia jadi raja menggantikan Saul, anaknya Absalom berencana ingin membunuhnya dan menggantikan dia menjadi raja.(bnd. 25:22)
Pdt. Walder Mazmur Ginting-Runggun Karawang