MINGGU 16 JULI 2023, KHOTBAH YEREMIA 31:1-6 (MINGGU MERDANG)

Invocatio:

“Kemalasan  mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar” (Amsal 19:15).

Bacaan: 2 Tesalonika 3:6-10 (Tunggal)

Tema: Nuan segelah Rulih (Menanam Supaya Menuai)

 

Pendahuluan

Minggu ini kalender gereja kita memakai liturgi minggu “merdang”  atau minggu menabur. Istilah merdang sangat familiar bagi masyarakat karo yang sebagian besar adalah petani. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, maka istilah merdang tidak hanya menggambarkan kegiatan para petani, tetapi   relevan juga bagi semua pekerjaan. Dengan pengertian, merdang adalah usaha untuk “Memulai” suatu pekerjaan dalam berbagai bentuk, baik petani, pedagang off line dan online, ASN, yotuber, dsb. Dan pasti dalam memulai pasti memerlukan sebuah persiapen yang baik dan tetap mengingat peranan Tuhan dalam memberkati setiap hal yang kita kerjakan.

Pendalaman Teks

Kitab Yeremia ditujukan kepada umat Israel yang sedang berada di pembuangan (Yer. 1:3). Kehadiran Yeremia sebagai seorang nabi Israel tentu saja memiliki fungsi sebagai perpanjangan lidah Allah dalam menegur dan memperingatkan umat Israel supaya tetap setia dan taat menyembah Allah. Ketaatan kepada Allah ini mulai tercampur dikarenakan umat Israel yang mengalami pembuangan mulai banyak bersinggungan dengan praktik agama lain dan kesetiaannya kepada Allah mulai luntur.

Memang ada beberapa tema utama yang selalu menjadi sorotan kitab Yeremia antara lain: paham Yeremia tentang Allah, tegurannya kepada penyembahan berhala yang dilakukan oleh umat Israel, permasalahan moral dan etika Israel, tantangan nabi-nabi palsu yang membelokkan iman Israel dari Allah. Selain itu, harapan pemulihan Israel juga menjadi bagian yang tidak kalah banyaknya dalam kitab ini. Demikian juga dalam pasal 31 ini, harapan pemulihan umat Allah sedang kembali disuarakan oleh Yeremia.

Menariknya pemulihan umat Israel itu dimulai dengan pemulihan hubungan dengan Tuhan. Hal itu dengan jelas dikatakan dalam ay.1, Allah menyatakan DiriNya  menjadi Allah segala kaum keluarga  Israel dan mereka akan menjadi umatKu (Yer. 31:1). Mengapa demikian? Patut diduga bahwa karena lamanya waktu pembuangan dan percampuran penyembahan kepada ilah-ilah lain sehingga umat Israel lupa bahwa Allah yang memanggil nenek-moyang mereka keluar dari tanah perbudakan adalah Allah yang patut disembah.

Setelah deklarasi tentang diri Allah maka pemulihan Israel sebagai suatu bangsa dilanjutkan lagi dengan kasih Allah yang kekal bagi umat pilihan ini (ay 2-3). Artinya selain menyatukan berbagai suku Israel, Allah adalah setia dalam kasih-Nya kepada umat pilihan. Dan kasih-Nya itu tetap sama, baik kepada nenek-moyang mereka maupun generasi Israel dimana Yeremia hidup. Berdasarkan sifat kasih Allah yang kekal itulah maka Allah seterusnya akan membangun kembali umat Israel yang tercerai-berai dalam pembuangan itu (ay. 4). Bahkan Allah menjanjikan bahwa Israel akan kembali ke tanah perjanjian dan menjalankan aktivitas sebagaimana mereka sebelum mengalami pembuangan yaitu dengan bercocok tanam (ay. 5) dan juga menyembah Allah di gunung Allah yaitu Sion (ay. 6).

Jadi dari teks  terlihat jelas bahwa waktu dan  kesempatan untuk memulai sebuah usaha/pekerjaan (merdang) ada karena pemberian Tuhan. Tuhan tidak hanya memberi waktu dan kesempatan tetapi juga memberkati sehingga memberikan hasil (ay.5, ….yang membuat yang akan memetik….). Jika sampai hari ini kita masih bisa memulai pekerjaan/usaha kita setiap hari, itu hanya karena kebaikan Tuhan oleh sebab itu pakai kesempatan dan waktu itu dengan baik dengan melakukan yang terbaik.  Melakukan yang terbaik, berarti menjauhkan diri dari sikap bermalas-malasan, tidak mampu memanagemen waktu dengan baik (bnd. Ams. 19:15, invocatio). Maka orang yang seperti itu akan menderita kelaparan. Bahkan dalam Amsal 18:9, mengatakan bahwa orang yang bermalas-malasan adalah perusak.  Seorang pemalas biasanya suka menunda-nunda pekerjaan atau tugas sehingga pekerjaannya kian menumpuk.  Prinsip mereka:  "Besok masih ada waktu, sekarang santai dulu saja!"  Orang yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada. Itulah sebabnya firman Tuhan menasihatkan agar kita mau belajar dari kebiasaan semut.  "...pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:  biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.  Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?  Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?  'Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk berbaring' - maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekuarangn seperti orang bersenjata."  (Amsal 6:6-11).

Bahkan Paulus  dalam pembacaaan yang pertama (2 Tesalonika 3:6-10) juga sangat keras menegor jemaat Tesalonika yang tidak melakukan pekerjaannya. Mereka yang tidak melakukan pekerjaannya adalah anggota jemaat yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja dengan alasan hari Tuhan sudah dekat. Masa-masa penantian itu dijalani dengan tidak bekerja  yang kemudian menyalahgunakan kemurahan gereja dan menerima bantuan dari saudara seiman yang bekerja secara biasa. 

1) Paulus mengatakan bahwa orang semacam itu harus didisiplin dengan menjauhkan diri dan jangan bergaul dengan mereka (ay.6 )

2) Paulus menganjurkan bahwa pertolongan harus diberikan kepada mereka yang betul-betul memerlukannya, ia tidak pernah mengajarkan bahwa orang percaya harus memberi uang atau makanan kepada orang sehat yang menolak untuk bekerja tetap.

Terlebih jika kita mendalami Firman Tuhan bagi kita saat ini yang mengatakan “Jika seorang yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan”.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat yang ada di Tesalonika bahwa  apapun yang akan terjadi di esok hari tidak akan menyurutkan niat kita untuk bekerja. Walaupun besok Tuhan datang, hari ini tetaplah kita bekerja.

Maka dari itu, Rasul Paulus memperlihatkan tiruan dan contoh bagi mereka walaupun sesungguhnya dia sebagai pekerja yang memberitakan Injil Kristus selayaknya hidup dari pekerjaannya. Paulus tetap berusaha dan berjerih payah siang dan malam untuk kehidupannya, itu dilakukannya untuk menjadi contoh dan tiruan bagi jemaat Tuhan untuk meniru dirinya dalam semangat kerja keras dalam bekerja.

Sebagaimana yang dituliskan oleh Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Berkarya” mengatakan di Israel seorang pekerja disebut sebagai “Malakah” asal kata dari “Malakh” yang artinya pesuruh Allah. Yang walaupun mulanya sebutan ini diberikan kepada orang-orang yang bekerja membangun bait Allah, namun kata “malakah” itu menjadi sebutan bagi setiap pekerjaan apapun. Dengan demikian apapun yang menjadi pekerjaan kita itu adalah panggilan Tuhan, bahwa kita adalah hamba Tuhan yang bekerja bagiNya di dunia ini. Maka selayaknya kita kita memiliki semangat kerja yang tinggi sebab hal itu adalah panggilan iman kita. Melalui pekerjaan yang kita lakukan, dari situ jugalah kita mendapatkan berkat penyertaan Tuhan. 

Aplikasi

Dari tiga nats kita hari ada beberapa penekanan yang penting yaitu:

  1. Bekerja dan bekarya adalah kesempatan untuk memulai sesuatu (pekerjaan) yang merupakan  pemberian Tuhan yang harus dimanfaatkan dengan baik.
  2. Orang yang bekerja dengan baik (berkualitas/tidak asal-asalan) adalah orang yang akan menuai hasil yang diberkati Tuhan.
  3. Ketika menerima hasil, pakai dan kelola dengan baik untuk kemulian Tuhan.

Pdt Sri Pinta Ginting-Rg Cileungsi

MINGGU 09 JULI 2023, KHOTBAH KISAH PARA RASUL 12:1-5

Thema :

Tutus Ertoto Kerna Serayan (Tekun mendoakan Pelayan Tuhan)

Invocatio : Kolose 4:3

Bacaan :Masmur 35:14-18

 

I. Pendahuluan

Pelayan Tuhan (Serayan) adalah orang-orang yang terpanggil dan mau di proses serta memberikan dirinya menjadi alat Tuhan atau perpanjangan tangan Tuhan untuk melanjutkan misi Allah di dunia, jika kita sebutkan mereka adalah Pendeta, Vicaris, Detaser, Pertua/ Diaken, Pertua/Diaken Emeritus dan semua yang ikut serta dalam pelayanan memberitakan kabar baik di GBKP. Seperti kita ketahui Pelayan Tuhan adalah manusia biasa yang tidak memiliki kuat kuasa, mereka tidak mampu melakukan pekerjaan yang mulia, jika bukan Kuasa Tuhan, melalui Roh Kudus yang ada padanya, oleh sebab itulah maka disamping mereka yang selalui setia mendokan kita, ketika kita belum bangun di pagi hari, mereka sudah bangun mendoakan kita, kita sudah tidur malam hari, mereka belum tidur mendoakan kita, sudah menjadi kewajiban untuk kita jemaat mengingat dan mendoakan mereka, karena mereka juga manusia yang perlu didukung dalam doa, dan seperti kita ketahui doa adalah salah satu cara untuk kita bisa bercerita dan menguatkan orang lain serta bukti nyata kita mengasihi mereka, sehingga kita membawa mereka dalam doa kita.   

II. Isi

Kis 12:1-5menekankan bahwa pengikut Kristus mengalami penderitaan, kita ketahui bahwa raja Herodes yang menjadi raja atas berbagai wilayah di Palestina, dibesarkan di Roma dan bersahabat dengan Gayus, yang mengikuti kaisar Tiberius. orang Yahudi menerima Herodes sebagai pemimpin karena neneknya yaitu Mariamne seorang Hasmonea/Makabe (Patriot Yahudi), mereka Yudaiseme yang ketat, ada angapan karena alasan Politik.

Herodes mulai bertindak keras terhadap pengikut Kristus untuk mendapat dukungan dari orang Yahudi, karena orang Yahudi tidak suka dengan keberadaan pengikut Kristus, ada pun tindakan Herodes pada saat itu ialah; kebaktian di jemaat tidak diperbolehkan, selalu dikejar-kejar hingga akhirnya ia menyuruh membunuh Yakobus saudara Yohanes dengan pedang karena dialah yang mempimpin jemaat mula-mula, Herodes beranggapan bahwa mereka sebagai ancaman dalam kepemerintahannya dan ternyata orang-orang Yahudi sangat menyukai tindakan Herodes tersebut, karena mereka menganggap bahwa ajaran Jesus menumbuhkan sekte yang sesat karena berbeda dengan agama Yahudi,sehingga ia merancangkan lagi untuk menghukum Petrus, dengan perintah Herodes maka Petrus ditangkap.

Waktu penangkapan Petrus ketepatan pada saat hari raya roti tidak beragi ini mengacu pada hari raya Paskah yang mana mereka merayakan pembebesan dari perbudakan Mesir. maka Petrus di penjarakan terlebih dahulu sebelum di adili dan di jatuhi hukuman mati di depan orang banyak.

Herodes sangat teliti dan berhati-hati sehingga ia membuat penjagaan yang sangat ketat terhadap Petrus. Ia membuat penjagaan ada 4 regu, yang berarti empat regu penjaga, atau enam belas orang, ditambah lagi Petrus tidur diantara dua orang prajurit, dan ia terbelenggu dengan dua rantai, dan Prajurit-prajurit selalu berkawal dimuka pintu. ini mengacu kepada tingkat kekwatiran Herodes akan kemungkinan Petrus melarikan diri.

 Ayat 5 menekankan ada tindakan jemaat yang membuhkan hasil yang begitu hebat, tindakan jemaat itu adalah “tekun mendoakan Petrus kepada Allah” jemaat sadar ketika mereka sudah tidak punya kekuatan bahkan tak satupun yang dapat membela masalahnya, mereka dengan tekun (bersungguh-sungguh, kekeh, berusaha, tulus, rajin, tidak mudah meyerah) untuk memintak ke pada Allah untuk membela perkara mereka dan memberikan kuasa kepada Petrus. Buah dari doa yang mereka hanturkan untuk membela Pelayan mereka, membuahkan hasil karena jika kita berdoa dengan tekun dan penuh kepercayaan maka kita akan menerimanya (Mat.21:22). buah dari ketekunan mereka yaitu Petrus terlepas dari penjara dengan pertololongan Tuhan melalui malaikatNya. (7-11).

Bacaan Masmur 35:14-18 adalah doa yang dihanturkan oleh Pemazmur untuk meminta pertolongan kepada Tuhan karena situasi yang begitu berat yang menyakitkan dirinya secara pribadi, orang-orang sekitar pelayanannya, mereka berbuat jahat, dan kejahatan itu sudah menjadi makanan sehari-hari, mereka membalaskan kebaikan dengan kejahatan. Tetapi karena Daud paham bahwa dalam situasi begitupun Allah tetap turut bekerja dalam pelayanannya maka ia mampu untuk berdamai dengan dirinya dan mau berdamai dengan musuhnya, sehingga ia mampu mendokan mereka semua (14) yang dilakukan Daud adalah penyerahan diri, ketika ia tidak mampu menjangkau dan mengarahkan mereka ke arah yang lebih baik dengan segala usaha yang ia lakukan, maka ia sadar yang lebih berkuasa yaitu Tuhan, biar Tuhan yang bekerja atas segala tingkah laku mereka, dan Daud lihat bahwa tindakan Allah lebih besar dari pada tindakan musuh-musuhnya. Sehingga dengan keyakinan yang teguh (18) Daud menyanyikan syukur serta memuji-muji kepada Allah di tengah-tengah rakyat yang besar. Boleh kita lihat pelayan yang tangguh adalah pelayan yang mampu mendokan seluruh yang dipimpinnya sekalipun ia merasa kecewa dan menyakitkan perasaannya sendiri.

Invocatio, Kolose 4:3 Paulus sangat menekankan kepada jemaat untuk selalu berdoa, apapun keadaan doa jangan pernah ditinggalkan dalam kehidupan. Paulus yang sedang ada dalam penjara dikarenakan memberitakan kabar sukacita, tidak pernah berhenti bersukacita walau dalam kondisi dan situasi apapun dia, bahkan ketika dia ada dalam ketertindasan ia masih mampu untuk memberikan nasihat dalam bentuk tulisan. Nyatalah penekanan pesan Paulus kepada Seluruh Jemaat agar jemaat mendoakan Paulus karena itu adalah penambah semangat dan kekuatan untuk melanjutkan misi Allah didunia ini.

  III. Aplikasi

Minggu notoken serayan adalah minggu yang mengingatkan kepada kita bahwa serayan Tuhan juga adalah manusia biasa yang sangat butuh dukungan dari jemaat terlebih dukungan doa, kita ketahui seperti yang dikatakan Bapa Gereja kita Martin Luther “Doa adalah nafas bagi orang percaya” yang artinya doa menjadi kehidupan bagi orang percaya, yang melaluinya kita berelasi dan memenuhi kebutuhan akan Allah sumber kehidupan kita. Yang bisa disederhanakan sebenarnya jika kita berhenti berdoa sama saja kita sudah mati hubungan dengan Allah pencipta kita tersebut, sehingga dari pengertian ini hendaklah kita sebagai umat yang percaya boleh dan mampu saling mendokan, terlebih diminggu kali ini, jemaat diajak untuk mendoakan serayan kita. Karena dengan kita mendoakan orang lain sama halnya kita juga mengutkan diri kita di dalam doa kita tersebut.

Bahan khotbah kita sangat menekankan kepada kita doa itu siapa saja boleh menghanturkannya, dan ketika doa itu dihanturkan dengan tulus dan keyakinan yang bulat maka doa itu akan berkuasa, seperti yang kita lihat ketika jemaat berdoa untuk keadaan yang sedang dihadapi oleh Petrus maka nyata muzijat itu terjadi untuk membebaskan Petrus yang adalah serayan Tuhan.

Begitu juga dengan bacaan kita khusus kita sebagai pelayan Tuhan, diingatkan melalui Daud seberapa berat tantangan kita dalam wilayah pelayanan kita, jangan pernah ragukan kuasa Tuhan, karena ia selalu ada beserta dengan kita (1 Kor. 10:13) dan jika kita sudah memahami prinsip tersebut maka kita akan mampu berdamai dengan keadaan apapun di konteks pelayanan kita masing-masing, lebih mampu menjadi pendoa bagi seluruh jemaat kita dan mampu menunjukan kasih Kristus itu sekalipun kita mengalami ketertindasan dalam segala hal. Dan yang harus kita renungka dalam pelayanan kita, yang kita kerjakan bukan untuk kita, sehingga tidak ada kata sakit hati atau jenuh ketika yang kita lakukan belum maksimal, atau mungkin belum tercapai, karena yang kita lakukan untuk Tuhan, tugas kita mengerjakannya semaksimal mungkin selebihnya biar Tuhan yang bekerja.

Sebagai serayan Tuhan jangan pernah malu untuk meminta didoakan jemaat karena jemaat adalah orang-orang yang memberikan semangat yang luar biasa kepada kita, sama dengan Paulus yang selalu rindu didoakan jemaat agar dia mampu melakukan misi Allah di dunia ini, sama halnya juga dengan kita, kita tidak mampu melakukan apapun jika tidak ada kesatuan hati dalam persekutuan kita melalui doa.

Sehingga tema kita yang menekankan kepada kita untuk tekun berdoa untuk pelayan Tuhan adalah sebagai kewajiban kita sebagai orang Kristen karena itulah buah dari iman orang percaya saling mendoakan satu dengan yang lainnya. Arti kata tekun, tidak main-main yang menekankan adanya keseriusan dan bukan hanya sekali saja, atau bahkan karena paksaan. Berdoa yang dimaksutkan kali ini adalah mendokan secara rutin, iklas dan penuh dengan pengharapan, sehingga melalui itu semua pelayanan boleh berjalan dengan baik.

Selamat menjadi pendoa bagi kita semua, doa salah satu dukungan kita kepada serayan Tuhan. Soli Deo Gloria .

Vic Steven Brahmana

MINGGU 02 JULI 2023, KHOTBAH IMAMAT 23:15-22

Invocatio  :          

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. (Hab 3:17-18)

Bacaan :

Matius 6:24-34 (Tunggal)

Tema   :

Persembahen si merim man Tuhan/ Persembahan yang harum kepada Tuhan

 

Pendahuluan

Minggu ini diberi nama minggu ke-empat setelah Trinitatis, tepatnya minggu kerja rani. Minggu kerja rani/Pesta panen merupakan sebuah rangkaian syukur dalam peribadatan gerejawi. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) merupakan gereja yang melekat dengan budaya khususnya budaya Karo, dapat dilihat dari setiap perjalanan pelayanannya.

Dalam budaya karo pesta panen dilaksanakan masing-masing desa dan dirayakan setiap tahunnya, lebih tepatnya kegiatan tersebut dinamai Kerja Tahun. Pada acara kerja tahun tidak terlepas didalamnya rangkaian pupursage (saling memaafkan), saling mengunjungi, mempersembahkan hasil panen, memasak, menari, bernyanyi, dll. Kegiatan tersebut tujuannya tidak lain ialah tanda ucapan syukur.

Mengucap syukur atas berkat yang Tuhan berikan merupakan satu kewajiban orang percaya, begitu banyak berkat yang Tuhan telah berikan seperti nafas kehidupan, memberkati usaha, pekerjaan, memberikan kesehatan yang prima, serta banyak berkat Tuhan lainnya yang telah kita terima hingga saat ini. Sebagaimana orang israel pun turut merasakan penyertaan Tuhan dalam setiap perjalanan kehidupannya termasuk dalam masa-masa sukar, masa perjalanan menuju tanah perjanjian selama 40 tahun, meski demikian Allah tetap menujukkan kasih setiaNya tak berubah untuk mengasihi bangsa pilihanNya.

ISI

Menurut KBBI kata “Mempersembahkan” berarti memberi penghormatan. tentunya untuk memberi “penghormatan” wajib memberikan yang terbaik oleh si pemberi. Dalam perjalanan kehidupan dapat dilihat masih banyak orang yang sulit untuk memberi, baik itu kepada Tuhan ataupun kepada sesama. Akar persoalan dari ketidaksiapan untuk memberi ialah kurangnya rasa syukur pada diri. Menurut Wood, menyatakan kebersyukuran adalah sebagai bentuk ciri pribadi yang berpikir positif, mempresentasikan hidup menjadi lebih positif.[1] Bagi seligman dan Peterson bahwa Gratitude atau syukur ialah suatu perasaan terima kasih dan memberikan ketenangan hati dan kedamaian.[2]

Kaitan diatas merupakan sebuah aktualisasi diri kepada Tuhan sang pemberi kehidupan, hikmat dan kedamaian. Dapat dilihat pada perjalanan kehidupan Habakuk, jika dipikirkan mungkin saja dapat membuat Habakuk tidak merasa bersyukur, namun Habakuk memilih untuk tetap mengucap syukur karena ia sadar bahwa Tuhan adalah kekuatan baginya dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Sebagaimana Habakuk mengungkapkan perasaannya, Hab 3:17-18, “meskipun pohon ara tak berbunga, pohon anggur tak berbuah, hasil pohon zaitun pun mengecewakan, ladang pun tak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau (hilang) dari kandang, sapi pun tidak ada didalam kandang (hilang), namun habakuk tetap memilih untuk mengucap syukur didalam Tuhan, beria-ria didalam Allah yang menyelamatkannya”. Ketegaran habakuk patut dicontoh sebagai orang Kristen, meskipun berbagai persoalan yang dihadapinya, persoalan rumit sekalipun tidak menjadikan habakuk lemah, karena ia memilih untuk berfikir positif dan mengimani bahwa Tuhan adalah kekuatan baginya. Habakuk menyadari bahwa keselamatan yang ia terima dari Allah ialah yang utama, sehingga hatinya bersorak-sorai dengan riang gembira dan mengucap syukur karena Allah menyelamatkannya. Perjalanan kehidupan Habakuk mengajarkan bahwa Hidup adalah pilihan, Ketika kita tetap berfikir positif akan menghasilkan kehidupan yang positif.

Berfikir negative akan menimbulkan rasa khawatir, ketika rasa khawatir lebih melingkupi se- isi pikiran, maka akan berdampak pada tindakan serta keputusan yang dipilih. Oleh karena itu Matius 6:24-34 mengingatkan agar tidak perlu khawatir akan kehidupan ini, sebagai orang percaya harus yakin bahwa Tuhan pasti memelihara. Janji penyertaan Tuhan tegas dikatakan pada Mat 6:25-26, jangan kuatir akan hidup ini bahwa penyertaan Tuhan sungguh ada, masa yang akan datang pun Tuhan sudah jaminkan, sebagaimana burung di udara pun Tuhan pelihara.

Meski burung di udara tidak menabur, tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal di lumbung, itu pun Tuhan pelihara bukankah kita lebih dari pada burung-burung itu ?, kita dapat berfikir dengan baik, bekerja dan menabung. namun perlu disadari bahwa burung pun ‘berusaha’ untuk mengambil makanannya yang Tuhan sediakan di alam, artinya perlu juga usaha, bukan berarti diam tidak berbuat apa-apa dan mengatakan bahwa Tuhan akan cukupkan, tentu itu keliru. Makanan yang telah disediakan di depan meja pun jika tidak disulangkan ke mulut maka makanan itu pun tidak dapat dinikmati.

Kekhawatiran tidak hanya berdampak pada kesehatan Psikis/mental,spitirual, tetapi juga fisik. Berada dalam situasi yang membuat cemas tentu berpengaruh pada pikiran, hormon dan juga metabolisme. Sebagaimana dikatakan oleh Mat 6: 27 bahwa tidak ada seorangpun dapat memperpanjang hidup(usia)nya dengan sikap kuatir, yang ada hanya menimbulkan sakit secara psikis dan mental berdampak pada fisik dan berujung pada kematian.

Pada tulisan kitab Musa yang ketiga yaitu kitab Imamat yang ditulis dari tahun 1405-1445 SM, mengingatkan bahwa banyak peristiwa Allah berfirman dan menyatakan langsung kepada Musa, pesan tersebut tertuju untuk bangsa Israel (umat pilihannya). Pada kitab imamat menegaskan sebagaimana Perdamaian bangsa israel dengan Allah(Im 1-16) dan bagaimana cara hidup dihadapan Allah(Im 17-27). Salah satu cara hidup yang diajarkan dalam kitab Immat ialah Bersyukur dan memberikan persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Im 23: 15-19 memberikan persembahan bukanlah memberikan yang sisa, namun memberikan yang unggul dan terbaik. Bentuk persembahan berupa roti unjukan dengan tepung berkwalitas baik (ay17),

Tujuh ekor domba berumur setahun dan tidak bercela, seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan (Ay18) dengan domba dan lembu yang segar sebagai sebagai korban bakar menghasilkan bau sedap yang menyenangkan bagi Tuhan. Selain dari pada itu untuk korban penghapusan Dosa dengan mempersembahkan seekor kambing jantan dan untuk korban keselamatan mempersembahkan dua ekor domba usia setahunan(Ay 19). Dalam tradisi jahudi semua itu dipersembahkan kepada Tuhan yang dilakukan oleh Imam sebagai tanda ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan dan pengampunan Tuhan.

Aplikasi

Minggu Kerja Rani ialah minggu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan, dari begitu banyak berkat Tuhan yang kita terima baik dari pekerjaan/usaha, kesehatan, keluarga, dan banyak hal lainnya yang telah kita terima. Jika dilihat kembali makna kerja tahun pada budaya Karo tidak terlepas dari kegiatan purpursage atau saling memaafkan satu dengan yang lain dan dilanjutkan menikmati dengan makan, minum, bernyanyi dan menari bersama merupakan sebuah ungkapan syukur atas berkat yang telah Tuhan berikan.

Pada ibadah pesta panen ini sebagai ungkapan perdamaian antara manusia dengan Tuhan, Perlu diingat maka Yesus Kristus yang telah mengorbankan dirinya untuk memperdamaikan manusia dengan Allah, maka tidaklah patut kita memberikan yang sisa kepada Tuhan, karena Allah memberikan yang terbaik bagi kita, yaitu anakNya yang tunggal yaitu’Yesus Kritus’ dikorbankan untuk penebusan dosa dan keselamatan bagi kita, maka berikanlah yang terbaik dari begitu banyak berkat yang telah diterima.

Memberi kepada Tuhan tidak membuat kita kekurangan, justru kekhawtiran akan hari esok mengurangi pengharapan kepada Tuhan sang pemberi berkat.

Penting untuk direfleksikan bersama, Bukankah selama ini kita lebih senang menabung kekhawtiran akan hari esok sehingga menjebak diri sendiri dengan pikiran yang tidak merdeka dibandingkan menabung ketenangan, memberikan yang terbaik bagi Tuhan, mengucap syukur dan berpengharapan yakin teguh akan masa depan yang Tuhan pasti pelihara ?

Tuhan Yesus memberkati, Soli Deo Gloria

Vic Ekitwyn Kemit

 

[1] Wood, T. Julia. Communication in our lives. USA: WadsworthCangage Learning. 2009. H.72.

[2] Christopher Peterson & Martin E.P. Seligman. Character Strengths and Virtues: A Handbook and Classification. New York: Oxford Press. 2004. H. 555

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD