MINGGU 28 JANUARI 2024, MATIUS 12:22-30
Invocatio :
Yesus berkata kepadanya “ Ada pula tertulis : Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu!” (Matius 4:7)
Bacaan I :
Yesaya 52: 13-15 (Responsoria)
Tema :
Yesus Mengalami Pencobaan dan Penderitaan
I. Pengantar
Setiap manusia di dunia ini tidak ada seorangpun yang mengharapkan pencobaan dan penderitaan menimpa hidupnya. Namun demikian tidak ada seorang pun juga yang dapat menghindarkan dirinya dari pencobaan dan penderitaan. Tuhan tidak pernah menjanjikan kepada manusia bahwa jika kita mengikut Dia maka hidup kita akan bebas dari pencobaan dan penderitaan. Bahkan Yesus bekata “barangsiapa mengikuti Aku, ia harus memikul salib (Mat. 16:24). Yesus telah memberikan teladan yang patut kita tiru di dalam menghadapi pencobaan dan penderitaan, Yesus tetap setia kepada Allah walau menghadapi begitu banyak pencobaan dan penderitaan dalam hidupNya di dunia ini.
Pencobaan yang dialami Yesus di padang gurun mengajarkan kepada kita bahwa kita semua dapat mengalami ujian dan pencobaan dalam hidup kita. Namun, kita harus mempercayai bahwa Tuhan akan membimbing dan memimpin kita melewati setiap ujian. Kita harus menjalani hidup kita dengan teguh dan memegang erat pada Firman Allah, serta mempercayai bahwa Tuhan akan melindungi dan memberikan keamanan bagi kita. Dan hal yang perlu kita ingat adalah jangan mencobai Tuhan Allah seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam invocation kita Matius 4:7.
II. Isi
a. Kotbah
Mukjizat penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan setan mengundang dua macam respons dari dua golongan yang berbeda. Pertama, respons takjub dari orang banyak yang menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan orang tersebut, sehingga muncul pernyataan bahwa sepertinya Yesus adalah Anak Daud. Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus sepertinya adalah Mesias yang dinantikan. Kondisi ini mengancam kedudukan orang-orang Farisi yang secara politik dan agama berkuasa pada masa itu. Sebaliknya respons kedua datang dari orang Farisi. Oleh karena iri dan merasa terancam mereka mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Orang Farisi yang seharusnya lebih tahu bahwa setan hanya dapat diusir dalam nama Tuhan, justru tidak melihatnya seperti orang banyak. Tuduhan orang-orang Farisi itu bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul tidak diucapkan langsung kepada Yesus. Tuduhan itu pastinya diucapkan dalam lingkup pendengaran orang banyak. Yesus tidak mendengar perkataan mereka, tetapi Ia membaca pikiran mereka. Yesus tahu apa yang dipikirkan orang Farisi dan segera memberikan jawaban melalui beberapa ilustrasi yang logis untuk menyatakan siapa Diri- Nya dan siapa orang Farisi. Ia memakai ilustrasi tentang kerajaan, kota, dan rumah tangga yang terpecah-pecah pasti akan hancur .
Demikian pula bila mereka mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa setan pula, berarti kerajaan setan terpecah-pecah dan akan hancur. Kemudian Yesus menanyakan apakah mereka juga ingin mengatakan bahwa pengikut mereka juga mengusir setan dengan kuasa setan? Pasti mereka akan menjawabnya tidak. Dengan demikian hanya tinggal satu kemungkinan, yakni kuasa Roh Allah, karena hanya ada dua kerajaan yakni kerajaan setan dan Kerajaan Allah. Ilustrasi kedua Yesus mejelaskan dengan perumpamaan singkat tentang rumah orang yang kuat yang sedang dijarah. Ini akan mustahil terjadi kecuali ia diikat dahulu. Orang yang kuat dalam cerita itu jelas melambangkan Iblis. Rumahnya mungkin mengacu kepada kerajaannya, yaitu, dunia yang berada di bawah kekuasaannya. Harta bendanya melambangkan orang-orang yang di dalamnya setan-setan itu menetap. Perumpamaan itu menunjukkan bahwa Yesus telah menginvasi kekuasaan Iblis dan merampok dia dengan mengambil para korbannya. Tuhan sedang mendapatkan kembali kehidupan orang-orang yang sudah dikuasai oleh para setan. Yesus memperingatkan para pendengar-Nya, "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku." Siapa yang tidak menjadi pendukung pekerjaan yang sedang Allah kerjakan, dia sedang menjadi pengacau yang akan Allah taklukkan. Siapa yang tidak mengumpulkan bersama Allah, dia sedang menceraiberaikan bersama dengan Iblis.
b. Bacaan I
Dalam nas ini diperlihatkan tentang jalan penderitaan yang harus ditanggung oleh Hamba yang diutus oleh Tuhan, hamba Allah ini harus direndahkan dan dihina sebelum ia ditinggikan dan dimuliakan. Hamba yang menderita ini adalah nubuatan yang telah digenapi oleh Yesus Kristus yang datang ke dunia ini, Dia melakukan apa yang diperintahkan oleh BapaNya sehingga dalam pelayananNya banyak orang yang menyanjungNya, tetapi setelah disanjung dan ditinggikan, hamba Tuhan itu menderita, tetapi setelah penderitaanNya Dia membuat banyak bangsa-bangsa yang tercengang, sebab apa yang tidak pernah didengar dan dilihat dapat dilakukan oleh hamba Tuhan yang menderita itu.
Dalam misi pelayanan Yesus yang datang ke dunia memperlihatkan apa yang disampaikan oleh nas ini yaitu “hambaKu akan berhasil”, kata berhasil disini adalah penuh hikmat dan bijaksana, bahwa Yesus memperlihatkan pelayanan sebagai hamba yang setia kepada apa yang disuruhkan oleh BapaNya yang di sorga dan menyatakan banyak pengajaran tentang kerajaan sorga. Hal membuat banyak orang mengikuti Yesus karena hikmatNya tentang kerajaan sorga. Tetapi di balik pelayanan Yesus yang penuh dengan hikmat yang membuat banyak orang untuk mengikutiNya, ada situasi yang tiba-tiba membuat banyak orang yang tertegun karena “begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi”. Hal ini menjelaskan betapa perihnya penderitaan yang dialami oleh hamba Tuhan yang menderita itu, sampai-sampai rupanya menjadi buruk dan tidak seperti manusia lagi. Hal inilah yang dialami oleh Tuhan Yesus dalam penderitaanNya, Dia yang diludahi, ditampar, dipukuli, dicambuk dan dimahkotai duri. Ada penghinaan yang berat bercampur dengan penyiksaan yang hebat yang sampai puncaknya ke penyaliban. Maka dapatlah kita mengerti jika dikatakan buruk rupanya dan bukan seperti manusia lagi yaitu apa yang diperbuat kepada Tuhan Yesus seperti bukan perlakuan layaknya kepada seorang manusia apalagi perlakuan yang layak bagi Dia yang datang dari sorga. Tetapi setelah penderitaan hamba Tuhan itu membuat banyak orang yang tercengang. Hal ini membuat raja-raja dan bangsa-bangsa terdiam dan tercengang, sebab tidak ada peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan manusia seperti yang dilakukan oleh Yesus. Bahwa Anak Allah yang kudus yang datang dari sorga harus menderita karena dosa umatNya. Hanya dengan melihat Yesus yang tersalib, kita hanya bisa terdiam,tidak perlu untuk diceritakan kita akan melihat kasih Allah terpancar dari salib Yesus. Kasih Allah yang dinyatakan dalam dunia ini melalui Yesus menjadi hamba yang menderita membawa kabar baik bagi dunia ini. Melalui kematian Tuhan Yesus apa yang belum pernah diceritakan dan didengar tentang Allah akan menjadi kabar baik bagi dunia ini.
III. Aplikasi
- Orang-orang Farisi lagi-lagi membenci Yesus, mereka mencoba mencari-cari kesalahan Yesus, mereka mencari segala daya upaya untuk menjatuhkan Yesus di depan umum. Mereka yang sebenarnya orang yang dikenal sebagai pengajar-pengajar Alkitab, guru-guru agama Yahudi yang sebenarnya memiliki pemahaman yang baik tentang Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama namun sulit bagi mereka untuk mengakui bahwa Yesus adalah Mesias. Hati mereka dipenuhi oleh iri dan dengki. Orang-orang Farisi itu bahkan menuduh Tuhan Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, yaitu penghulu setan. Saat kebenaran dinyatakan, sudah semestinya kita bertobat dan tidak bersikap seperti orang Farisi. Kita diajak untuk berani melakukan introspeksi diri. Kita perlu menerima kebenaran dengan hati terbuka dan merenungkan firman-Nya atas diri kita. Dengan begitu, kita tidak membiarkan diri dibutakan oleh kemanusiaan kita, tetapi kita mau tunduk dan mengikuti kebenaran Tuhan.
- Kita diingatkan agar menjauhan diri dari sikap hidup orang-orang Farisi karena pohon yang baik akan dapat dilihat dari buahnya. Marilaha menghasilkan perkataan dan perbuatan yang baik. Janganlah kiranya kita berlaku saleh di dalam gereja tetapi kita berbuat salah dalam pelayanan, pekerjaan dan kehidupan kita sehari-hari.
- Orang Yahudi tidak tahu bahwa Sang Mesias harus menderita? Karena mereka hanya mendengar dan mengajar apa yang mereka ingin dengar. Mereka ingin kejayaan dari Sang Raja keturunan Daud. Itulah sebabnya mereka tidak melihat penggenapan janji Sang Mesias ketika melihat penderitaan Kristus. Mereka hanya melihat seseorang yang bukan seperti manusia. Seseorang hina yang gagal menjadi Mesias sesuai ekspektasi mereka. Mereka tidak tahu bahwa Yesus sedang menjadi Mesias sesuai dengan ekspektasi Allah Bapa di sorga. Demikian juga untuk zaman kita sekarang, Juru Selamat yang menderita, bahkan mati, adalah pemimpin agama yang paling tidak berkuasa. Jika Yesus benar-benar Sang Mesias, mengapa Dia harus mati? Mengapa Dia harus menderita seperti itu? Tetapi bagi orang-orang yang melihat bahwa tangan-Nya dipaku karena kasih-Nya kepada kita, penderitaan yang Dia rela jalani justru membuktikan bahwa Dialah Sang Mesias itu. Kasih-Nya diberikan kepada kita tanpa ditahan sedikit pun. Di saat semua orang lain melihat hal yang memalukan, kita melihat kemuliaan Kristus sekaligus betapa memalukannya dosa kita. Ketika semua orang melihat kelemahan, kita melihat kuasa pengampunan Allah mengalir melalui penderitaan-Nya, sekaligus melihat betapa berat akibat dosa yang telah diperbuat oleh manusia. Ketika semua orang melihat penipu yang gagal, kita melihat Juru Selamat sejati, Sang Mesias yang penuh kerelaan berkorban, rela memikul salib yang seharusnya dipakai untuk menggantung kita semua. Kita mampu melihat kemuliaan-Nya yang terpancar dari semua penderitaan-Nya. Kita mampu melihat kasih Allah dinyatakan melalui penderitaan-Nya. Inilah anugerah Tuhan, yang tanpanya kita akan menghujat dan menghina Dia, sama seperti orang-orang Farisi.
Pdt Rahel br Tarigan
Runggun Denpasar