Khotbah Minggu 07 Mei 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 07 MEI 2017

(Minggu Jubilate: “Bersoraklah”)

Invocatio   :Sebab segala sesuatu adalah dari Dia,dan oleh Dia dan kepada Dia:Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36).

Bacaan          : Yohanes 10:1-10

Khotbah       : Yesaya 40:9-11

Tema             : Pujilah Tuhan dan serukanlah kebaikan-Nya

 

I.           Pendahuluan

                Kitab Yesaya 40 merupakan kumpulan nubuat tentang pemulihan bangsa Israel, yang Allah lakukan terhadap umatNya, setelah mereka selesai mengalami masa pembuangan di Babel karena dosa-dosa mereka. Berita penghiburan ini, sekaligus menjadi berita pengampunan dan pembebasan  kepada bangsa Israel yang telah menderita 40 tahun lamanya dibawah kekuasaan Babel.

                Di tengah-tengah pergumulan umat Israel di pembuangan, nubuat tentang penghiburan dan pengampunan dari Allah menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya, Tuhan tetap memandang orang-orang yang mengalami malapetaka hukuman itu sebagai umatNya sendiri (Yes 51:16) dan Tuhan adalah tetap Allah mereka (Yes 51:15;40:9). Tuhan tetap mengasihi mereka sebagai umatNya. Penghiburan dan pengampunan itu sekaligus menjadi seruan kepada umat Tuhan supaya mereka mau menyiapkan hati mereka menyambut hari pembebasan yang segera akan tiba.

 

II.      Pendalaman Teks Bacaan: Yohanes 10:1-10

                Dalam mewujudkan rencana penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus Injil Yohanes menggambarkan Yesus sebagai 2 hal yaitu:

1.       Yesus sebagai gembala yang baik: Kandang domba di Palestina hanya memiliki satu pintu saja yang dikawal oleh gembalanya. Jika ada yang masuk tidak melalui pintu itu/ tidak melalui pintu yang benar, memanjat tembok ia adalah seorang pencuri atau perampok. Mereka adalah gembala-gembala yang jahat, yang menggembalakan dirinya sendiri, mereka adalah gembala atau peminpin yang buruk (Yeh.34:1-4). Sebaliknya siapa yang melalui pintu ia adalah gembala domba yang baik, ini terlihat dari sikapnya sebagai penjaga yang membukakan pintu bagi dia, domba-dombanya mendengar suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya keluar.

2.       Yesus digambarkan sebagai pintu: Akulah pintu, barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (ay 9). Hal ini menegaskan kepada kita hanya melalui Yesus lah kita memperoleh keselamatan dan padang rumput yang abadi yaitu makanan rohani. Untuk memperoleh hidup yang disedikan oleh Bapa hanyalah melalui satu pintu, yaitu Yesus sendiri, tidak ada jalan atau pintu yang lain. Dunia menawarkan ada banyak pintu untuk kesenangan hidup, tapi Yesus berkata “Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”(Yoh 14:6). Hal ini membuat kita tidak lagi ragu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

3.        

III.   Pendalaman Nats Khotbah: Yesaya 40:9-11

“Hai Sion, pembawa kabar baik”. Kata Sion menunjuk kepada benteng kota Yerusalem, dan seluruh bukit utara diberi nama Sion, dan Sion sendiri terletak di istana raja Daud dan terlebih-lebih bait suci. Kota Yerusalem dalam kepercayaan Israel disebut sebagai kota pilihan Allah sendiri, sebagai kota suci. Yerusalem dinyatakan sebagai tempat atau kota ÿang telah dipilih Tuhan”(1Raja 8:44;11:13). Antara Allah dan kota Yerusalem terdapat hubungan yang sangat erat, Yerusalem dimaknai sebagai pembawa pesan sukacita. “Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut”. Pembawa kabar baik itu diperintahkan untuk menyaringkan suaranya kuat-kuat agar orang-orang dapat mendengarnya.

“Lihat, itu Tuhan Allah (ay 10). Ungkapan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri yang akan datang menolong mereka yang sedang dalam pembuangan, Dia tidak menyuruh orang lain, Dia sendirilah lah yang bergerak, Allah telah datang untuk menyelamatkan mereka. Allah hadir sebagai pahlawan yang perkasa yang membawa rampasannya dalam kemenangan. Dengan kekuatan dan tanganNya Ia berkuasa. Dalam membebaskan bangsaNya dari tengah-tengah bangsa yang sedang berkuasa melalui tanda-tanda mujizat dan kekuatan yang besar. Allah hadir bagi bangsaNya dan memberikan kemenangan.

“Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunnya dengan tanganNya”. Tuhan itu digambarkan sebagi seorang gembala (Mzm 23, Mzm 80:2). Dengan tanganNya yang teracung, Ia telah mengumpulkan umatNya yang tersebar di babel,sama seperti peristiwa Tuhan menghimpun bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.Sikap Allah yang digambarkan sebagai gembala menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang tanpa terkecuali tua muda yang kuat dan lemah,Ia menuntun kita menurut jalanNya.Bangsa Israel yang telah terpisah-pisah dikumpulkanNya dan sebagai gembala Ia berdiri di depan menuntun dan menunjukkan jalan pulang ke Yerusalem.Dia telah memulihkan keadaan bangsa Israel,bekas-bekas luka penderitaan selama pembuangan telah lenyap,Karena Dia menggendong dengan hati-hati,memberi kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat.

IV.Renungan

                Konteks kehidupan bangsa Israel di tanah pembuangan masih  relevan dengan kehidupan yang kita alami saat ini. Adanya kekerasan, ketakutan, teror, ketidakadilan, perbudakan narkoba, kemiskinan, peminpin yang tidak mengayomi rakyatnya dan seterusnya. Siapakah yang bisa kita andalkan untuk menghadapi situasi seperti itu? Didalam Mazmur 121:1-2 “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung, darimanakah pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Allah sendiri datang menolong dan membebaskan umatNya. Betapapun dalam pelanggaran dan dosa bangsa Israel, tapi Allah tetap mengasihi mereka, Allah memulihkan bekas-bekas luka penderitaan dan Dia menggendong kita dengan hati-hati, menuntun kita seperti gembala yang mengiringi gembalanya. Tidak ada pertolongan lain yang bisa diandalkan hanya Allah melalui Yesus Kristus yang sanggup memberikan pemulihan dari setiap situasi kehidupan.

                Dalam konteks keberadaan kita sebagai orang yang sudah diampuni, dipulihkan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Kita menjalani kehidupan ini dengan penuh sukacita, kehidupan kita senantiasa memancarkan dan menyuarakan kasih Allah. Keberadaan kita senantiasa membawa sukacita bukan ketakutan. Serukanlah kedatanganNya, sambutlah Ia dengan segala kerelaan dan jadilah kita sebagai pancaran kasihNya melalui kepedulian kita terhadap sesama dan dunia ini.

                               

 

 

                                                                                                                                Pdt. Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                GBKP Bandung Barat

Khotbah Minggu 23 April 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 23 APRIL 2017

MINGGU SETELAH PASKAH (QUASIMODOGENITI= Seperti anak yang baru lahir)

Invocatio:  Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Masmur 1:1).

Bacaan     : 1 Petrus 1:3-9 (tunggal)

Khotbah  : Mazmur 16:1-11

Tema        : Tuhan Senantiasa dekat Denganku (Dibata Tetap Rembak Ras Aku)

 

I.        Pendahuluan

·         Mazmur ini diberi judul “Miktam”, yang diterjemahkan sebagian orang sebagai mazmur emas, yang sangat berharga dan harus kita hargai lebih daripada emas. Di sini Daud berlari ke dalam perlindungan Allah dengan keyakinan mendalam dan hati riang (ay. 1): “Jagalah aku, ya Allah! Dari maut, dan terutama dari dosa-dosa yang terus menerus menggempurku. Sebab pada-Mu, dan hanya pada-Mu saja, aku berlindung.” Orang-orang dengan iman menyerahkan diri ke dalam pemeliharaan ilahi dan berserah kepada bimbingan ilahi memiliki alasan untuk mengharap-harapkan berkat penyerahan dirinya itu.

II.     Pendalaman Nats

·         Mazmur 16 ini mau menceritakan tentang suka cita orang yang setia. Nyanyian dalam Mazmur ini menggambarkan kepercayaan yang merupakan pengakuan segenap hati tentang suka cita yang lahir karena iman dan kesetiaan. Penulis Mazmur ini hidup pada zaman ketika kemurtadan dan penyembahan berhala begitu meluas. Dengan latar belakang inilah dia membedakan kebahagiannya dengan keadaan menyedihkan yang menimpa para penyembah berhala.

·         Dalam ayat 1-4, ini menunjukkan sukacita dalam ibadah. Kata “Jagalah aku ya Allah”, ini bukanlah doa untuk memohon kelepasan dari musuh melainkan agar kebahagiaan  yang dimilikinya berlanjut terus. Kesukaan pemazmur adalah orang-orang Kudus (orang-orang yang tidak menyembah berhala), sementara kepercayaannya adalah kepada Allah. Tapi bagi orang-orang yang berbakti kepada allah lain kesedihannya berlipat ganda.

·         Dalam ayat 5-8 menunjukkan suka cita dalam iman. Kata “Ya Tuhan Engkaulah bagian warisanku dan pialaku” merupakan gambaran yang merujuk pada bagian tanah yang diundikan, di mana suku Lewi tidak mendapat bagian khusus. Bersama dengan gambaran tentang piala kebahagiaan pemazmur berarti pusaka yang benar-benar menyenangkan hati, sebab Allah adalah harta yang paling dipilihnya. Sehingga keadaannya tidak akan goyah karena pimpinan Allah yang terus-menerus. Karena Warisan dan Piala adalah Tuhan itu sendiri (bnd. Mazmur 73:26; Ulangan 18:1). Karena persekutuan dengan Tuhan  adalah sumber berkat dan kebahagiaan yang sejati.

·         Dalam ayat 9-11 menunjukkan tentang suka cita dalam pengharapan. Kata “Sebab itu hatiku  dan jiwaku bersorak-sorai “ menunjukkan bahwa berdasarkan sukacitanya yang sekarang, pemazmur sungguh-sungguh memiliki dasar pengharapan yang penuh sukacita.

·         Jadi kitab Mazmur ini mau menggambarkan bahwa terlepas dari Allah bagi pemazmur  tidak lagi dapat melihat makna di dalam hidup ini dan tidak ada kebahagiaan. Menurut Pemazmur tidak ada sesuatupun di dalam hidupnya yang baik jikalau kehadiran Tuhan dan penyertaan-Nya tidak ada. Sama seperti yang diungkapkan Paulus dalam Filipi 1:21 yang berbunyi Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.

·         Melalui Mazmur ini juga kita diajak untuk memahami bahwa orang percaya harus mencari dan menghargai persekutuan intim dengan Allah di atas segala sesuatu. Kehadiran Tuhan senantiasa  di sebelah kanan kita membawa bimbingan-Nya (ay. 7,11), perlindungan (ay. 8), suka cita (ay. 9), kebangkitan (ay. 10) dan nikmat senantiasa (ay. 11).

·         Pemazmur juga menyatakan bahwa hubungan pribadi dengan Tuhan Allah akan memberikan kepastian kepada orang percaya  mengenai kehidupan di masa depan dengan Allah dan keyakinan bahwa Ia tidak akan menyerahkan mereka ke “dunia orang mati” dalam bahasa Ibrani disebut “Sheol” (bnd. Mzm. 73:26).

·         Sehingga dalam bacaan 1 Petrus 1:3-9 menyatakan bahwa orang-orang yang mau lahir baru yakni hidup benar di hadapan Tuhan mereka akan menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa (tidak dapat dihancurkan), yang tidak dapat cemar (senantiasa segar) dan yang tersimpan (selalu dijaga) di sorga bagi mereka. Jadi sukacita Kristiani adalah sukacita yang tidak dipengaruhi oleh situasi, karena penderitaan yang dihadapinya tersebut adalah untuk membuktikan kemurnian iman.

III.               APLIKASI

·         Tema  kita adalah  TUHAN SENANTIASA DEKAT DENGAN KU. Dalam bahasa Karo “dekat” adalah “rembak”. Dalam KBBI kata “dekat” adalah akrab, rapat jika dihubungkan dengan hubungan persahabatan, persaudaraan, dan sebagainya. Berarti Tuhan Senantiasa Dekat Denganku berarti Tuhan  memilik hubungan yang akrab atau rapat dengan kita.

·         Akan tetapi untuk membuat hubungan kita akrab atau dekat dengan Tuhan tidak semudah yang kita bayangkan. Melalui nats kita ini kita diajak untuk tetap setia kepada Tuhan meskipun banyak rintangan-rintangan yang kita hadapi. Tidak mau meninggalkan Tuhan dan beralih ke allah-alah lain.

·         Tetaplah setia kepada Tuhan dan imanilah bahwa persoalan-persoalan yang kita hadapi adalah untuk menguji dan mengasah iman percaya kita. Oleh sebab itu jangan fokus kepada masalah yang menghampiri kita tapi fokuslah kepada Tuhan yang senantiasa menolong kita menghadapinya. Senantiasalah tinggal di dalam Tuhan karena jikalau kita tinggal di dalam Tuhan dan Firman Tuhan tinggal di dalam diri kita maka kita dapat “meminta apapun yang kita kehendaki dan kita akan menerimanya” (bnd. Yohanes 15:7). Seperti yang dikatakan dalam Invocatio: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” (Masmur 1:1). Amin

Sumber:

1.      Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan

2.      Alkitab edisi Study

3.      Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3

4.      Tafsiran Alkitab Wyckliffe Volume 2

5.      Kamus Besar Bahasa Indonesia

6.       Kamus Karo On Line

 

Pdt. Jaya Abadi Tarigan, S.Th

GBKP Bandung Pusat

Khotbah Jumat Agung 14 April 2017

Khotbah Jumat Agung 14  April 2017

 

Invocatio : “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.”Yohanes 10:17-18

Ogen         : Yesaya 53:1-9

Kotbah      : Markus 15:22-41

Tema         : Pengorbanan Yesus Memberikan kemenangan bagi kita (manusia)

 

I.          Pendahuluan

Kata pengorbanan sering kita dengar. Apa arti pengorbanan? Pengorbanan adalah engorbanan adalah suatu tindakan atas kesadaran moral yang tulus dan ikhlas atau juga bisa diartikan sebagai kerelaan seseorang akan suatu hal yang biasanya ditunjukan pada seseorang yang mempunyai tujuan atau makna dari tindakannya itu, dalam bentuk pertolongan dan tidak berharap imbalan dari suatu tindakan atau kerelaan, ikhlas semata-mata karna Tuhan. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.

Orang-orang yang berkorban biasanya adalah orang-orang yang melakukannya dengan ikhlas semata-mata karna Tuhan. Dan orang-orang yang berkorban berfikir bahwa pengorbanannya yang sedikit ataupun banyak akan berguna dan berarti sekali untuk orang yang menerima pengorbanannya itu, walau kadang ia harus rela mengorbankan jiwa dan raganya.

Pengorbanan untuk saat ini jarang sekali dilakukan oleh masyarakat, karena di zaman ini masyarakat cenderung memikirkan dirinya sendiri, tanpa memikirkan orang lain, sebenarnya pengorbanan adalah perbuatan sangat mulia karena dari pengorbanan itu bisa membantu seseorang mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pengorbanan adalah suatu tindakan yang mulia. Peringatan Jumat agung ini akan kita bahas tentang pengorbanan Yesus yang mulia dan membebaskan manusia dari dosa.

 

II.       Pendalaman Teks

a.    Invocatio: Yohanes 10:17-18 “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku  untuk menerimanya kembali.  Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku   sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku”. Nats ini menyatakan Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.

Dalam ayat 14-15 hubungan antara Gembala yang Baik dan domba-Nya disamakan dengan hubungan antara Allah Bapa dan Anak. Tetapi dalam ayat ini hubungan kasih antara Allah Bapa dan Anak diuraikan lebih lanjut, dan dikaitkan dengan ketaatan Anak yang sempurna.

Pernyataan ini agak aneh. Kita berpikir bahwa kasih Allah Bapa terhadap Anak adalah kasih tanpa syarat, sama seperti Dia mengasihi kita tanpa syarat, dan tidak berdasarkan perbuatan kita. Namun dalam ayat ini kita membaca bahwa Allah Bapa mengasihi Tuhan Yesus karena Dia taat dalam hal pengorbanan di kayu salib, dan kebangkitan. Sebenarnya pernyataan ini mirip pernyataan dalam Filipi 2:8-9, yaitu bahwa "Ia... taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama...."

Dalam ayat ini kebangkitan Tuhan Yesus adalah tujuan dari pada kematian-Nya. Dia memberikan nyawa-Nya untuk menerimanya kembali. Kematian-Nya bukan merupakan kekalahan, melainkan sebagian dari kemenangan-Nya. Yesus menderita dan mati “untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Karena kematian dan kebangkitan-Nya, semua orang yang menerima tawaran keselamatan-Nya akan memperoleh pengampunan dan kehidupan kekal (Yohanes 3:16).

 

b.  Yesaya 53:1-9 (Ogen)

Permasalahan yang dihadapi oleh orang Israel ialah mereka berdosa pada Tuhan dan ada di pembuangan Babilon selama 70 tahun  sebagai konsekuensinya. Namun, Tuhan menyelamatkan mereka dan memproklamasikan diri-Nya di hadapan bangsa-bangsa, terutama bangsa penjajah dengan nubuatyang disampaikan Yesaya. Inilah kabar baik bagi bangsa ini, juga bagi bangsa-bangsa lain.

Bagaimana cara Tuhan menyelamatkan mereka? Ia mengirimkan hamba-Nya dengan cara yang tidak diharapkan (53:1). Hamba ini muda ('taruk', Yes 53:2). Hamba ini akhirnya berhasil, disanjung dan dimuliakan (52:13). Rupanya tidak cakap, kurang dari yang diharapkan (52:14; 53:2b). Ia dihina dan dihindari orang dan penuh kesengsaraan (53:3) Namun ia akan membuat para bangsa dan pemimpinnya tercengang (52:15).
Sang Hamba mengemban tugas penebusan, dengan menanggung penyakit, memikul kesengsaraan dan pemberontakan kita (53:4, 6). Ia dihukum karena pemberontakan, kejahatan dan dosa kita supaya kita selamat dan sembuh (53:5, 12). Tanpa membela diri, Dia menjadi kurban dan mati bagi kita (53:7, 8b-9, 12). Kematian-Nya adalah kehendak Tuhan agar kita diselamatkan (53:10).

Rencana Tuhan terhadap sang Hamba ini ialah agar dia berhasil (52:13). Oleh karena itu melalui kematian-Nya, Tuhan memberikan kehidupan, kebenaran, dan hikmat kepada banyak orang (53:11). Sang Hamba pasti berhasil (53:12).

Nubuat Sang Hamba yang terakhir di Yesaya ini memberikan kepada orang Israel harapan bahwa mereka akan diselamatkan melalui Mesias yang dinantikan. Dialah yang akan memberikan kelepasan bagi orang Israel dari jajahan bangsa asing dan juga dari kungkungan dosa.

c.       Markus 15:22-41 (Khotbah)

Mesias itu ialah Yesus. Dialah hamba yang menderita, karena dosa, pemberontakan, kejahatan semua manusia, termasuk Israel. Dia yang suci, benar, tidak berdosa, dibuat berdosa karena kita, supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Allah (2Kor 5:21). Dia telah menanggung dosa kita di kayu salib supaya kita yang percaya dan mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran (1Ptr 2:24). Dialah sang Hamba yang sejati. Percayalah kepada-Nya.

Dalam nats kotbah ini memperlihatkan bagaimana proses kesengsaraan Yesus sampai mereka membawa Yesus ke Golgota. Mereka memberi anggur dan mur tapi Yesus menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Yesus. Dia disalibkan bersama 2 orang penyamun. Salah satu ucapan yang tidak asing lagi di telinga orang percaya setiap kali mengenang peristiwa Jumat Agung adalah kutipan dari Mzm. 22:2..."Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku". Dalam bahasa aslinya (bhs. Ibrani) berbunyi demikian:  "Eloi, Eloi, Lama Asabakhtani. Rahoq misyuati deber sya'anati". 

Ini adalah sebuah erangan dari seorang yang sedang mengalami tekanan. Ia membutuhkan orang lain, namun tidak ada yang datang untuk menolongnya. Bapa yang merupakan gambaran dari pribadi yang mengayomi, pun keberadaannya terasa jauh. Begitu jauh sehingga ia harus berteriak. 

Keadaan seperti inilah yang terjadi ketika Yesus tiba di bukit itu. Ia sangat lelah dan membutuhkan orang lain untuk mendampingi diriNya dalam menghadapi beratnya penderitaan itu. Namun apa yang diharapkan tidak seperti itu kenyataannya. Semua orang yang dahulu mencariNya, tak satu pun yang berani mendekat. Tidakkah beberapa hari sebelumnya, mereka dengan sangat antusias mengiring Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem, mereka menghampar pakaiannya di jalan, menjadi permadani bagi Tuhan Yesus memasuki Yerusalem. Bukan hanya itu, mereka meneriakkan yel-yel kemenangan: "Hosana bagi  Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi (Mat. 21:9)". Sungguh amat menyakitkan hati, orang yang sangat besar jumlahnya (Mat. 21:8) yang mengelu-elukan Dia,kini berbalik menjadi lawan, sambil berteriak: "Ia harus disalibkan (Mat. 27:23)". Dan di bukit Golgota tempat Ia disalibkan, setiap orang yang lewat menghujat Dia sambil menggelengkan kepala. Mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jika Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu (Mat. 27:40)". Orang yang lewat menghujat dia. Imam-imam kepala dan ahli Taurat mengolok-olok Dia.

Murid-murid-Nya pun tidak ada yang datang menolong, semua lari mengamankan dirinya. Bahkan sehari sebelumnya, hanya dalam hitungan jam, di depan mataNya, seorang yang selama ini merasa diri lebih superior dari murid yang lainnya, dibarengi dengan kata-kata kutuk dan sumpah serapah; berkata: "Aku tidak kenal orang itu (Mat. 26:74)". Ia tidak lain Simon yang disebut Petrus. Tidakkah ini sebuah pengkhianatan yang langsung menusuk dalam sampai ke pusat kehidupan, sebuah tindakan dan perlakuan yang sama kejamnya dari pada yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.

Sungguh berat dan sungguh menyakitkan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Derita badani yang dibarengi dengan derita psikis; dicambuk, diperlakukan tidak adil dan sewenang-wenang, difitnah, dinista, diludahi dan dikutuki, siapa pun juga yang mengalaminya akan berteriak: "Eloi, Eloi, Lama sabakhtani".

 

III.         Aplikasi

Mesias atau Juruselamat yang dinubuatkan telah dinyatakan oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Hal ini dilakukan-Nya adalah karena Kasih karuniaNya yang sangat besar bagi umat manusia yang berdosa. Penderitaan dan sakit yang harusnya manusia yang tanggung telah digantikan oleh Yesus. sesungguhnya semua yang dideritaNya adalah tumbal dari segala dosa dan pelanggaran kita. Ia berteriak demikian karena kita. Di kayu salib itulah dipertontonkan betapa dahsyatnya hukuman atas dosa, dan siapa pun kita tidak akan mampu menanggungnya. Karena itu, Dia yang tidak berdosa telah dijadikan dosa karena kita. Yesaya telah menubuatkan hal hal tersebut ketika ia menyampaikan firman ini: 

"Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kita pun Dia tidak masuk hitunga. Tetapi sesunguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungNya dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh (Yes. 53:3-5)".

Salib itu adalah bukti cinta kasih Allah kepada kita. Salib itu berisi tiga kata dari Tuhan, yakni: "Aku mengasihi engkau (manusia)/I Love You ". Ia mengatakan kata-kata itu tanpa mempersoalkan keadaan kita. Sekalipun kita adalah salah satu dari orang yang tersalib bersamaNya, seorang penjahat, tapi tetap YESUS berkata: "I Love You". Bukankah ini yang Ia ucapkan: "Hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Luk. 23:43)". Karena itu, merayakan Jumat Agung tidak lain kita merayakan cinta Kasih Allah, yang telah mengorbankan AnakNya sendiri menjadi tebusan atas dosa-dosa kita Jadi apa tanggung jawab dan respons kita terhadap Kasih Yesus??? Sebagai pengikut Yesus Kristus harus dapat menyadari bahwa pengorbanan Yesus memberikan kemenangan kepada umat manusia yang percaya padaNya dengan mewujudkan hidup dalam kasih karunia yaitu dengan mengalami Tuhan setiap hari secara nyata. Dengan demikian, kita tidak meragukan sama sekali atas keberadaan Tuhan dalam hidup ini. Bagaimana menjadi manusia  hidup berjalan dengan Tuhan. Baik dalam suka maupun duka. Kita harus  berani mengiring Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh walau banyakorang mengolok-ngolok atau menghina iman percaya kita pada Yesus tidak goyah. Orang yang menerima pengorbanan/kasih karunia-Nya adalah orang yang rela menyerahkan hidup sepenuhnya bagi Tuhan. Tuhan Yesus datang ke dunia hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Ia taat dan menderita sampai mati di kayu Salib. Jadi sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita hidup dalam kemenangan dengan taat pada kehendak Tuhan, rela menderita dan mengalami Tuhan (merasakan Tuhan selalu menyertai dan memelihara) sepanjang hidup kita.


Selamat merayakan Jumat Agung, Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Crismori Veronika Br Ginting, S.Pd, S.Th

GBKP Yogyakarta

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD