Khotbah Minggu 01 Oktober 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 01 OKTOBER 2017.

(Minggu Berdoa Untuk Pelayan Tuhan )

Invocatio    :     Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami. (Kolose 4 : 3a).

Bacaan       :     Mazmur 72 : 1 – 7 (Responsoria).

Khotbah      :    Efesus 6 : 18 - 24.

Tema          :    “Pelayan kuat oleh Doa Jemaat” (Serayan Megegeh ibas Toto Perpulungen)

  1. Firman Tuhan pada Minggu ini diawali dengan suatu pertanyaan yang sangat sederna, namun sangat penting sekali; “Mana lebih sering kita berdoa untuk para pelayan atau mengkritiknya,membicarakannya kesana kemari???. Mungkin kita merasa bahwa Pelayan tidak perlu didoakan oleh jemaat tapi sebaliknya Pelayanlah yang harus mendoakan jemaatnya.

Minggu ini adalah Minggu Berdoa untuk Pelayan, pertanyaan selanjutnya mengapa pelayan (Baca: Pendeta) perlu didoakan? 

Para pelayan perlu diprioritaskan karena posisinya yang strategis merupakan sasaran utama peperangan Setan. John Vaughan dari International Mega Church Research Centre dan Southwest Baptist University dalam penerbangannya dari Detroit ke Boston memperhatikan orang yang duduk dihadapannya menundukkan kepala dan menggerakkan bibirnya seperti berdoa. Setelah selesai, John bertanya, "Saudara Kristen ?" Orang tersebut tidak mengetahui bahwa John seorang gembala dan menjawab, "Oh, bukan. Saudara salah duga. Saya bukan Kristen, tetapi saya pengikut setan!" John bertanya apa yang didoakannya sebagai pengikut setan. Orang itu bertanya,"Saudara ingin tahu?" Dan ketika John mengiakan, pengikut setan itu menjawab,"Perhatian utama saya terarah pada kejatuhan para pendeta Kristen dan keluarga mereka yang tinggal di New England." Bayangkan jika pengikut setan setiap hari berdoa (mengutuk) pendeta, maka umat Kristen pun perlu juga berdoa untuk pendeta mereka agar tidak dikalahkan setan. 

  1. Peperangan orang Kristen melawan kekuatan iblis menuntut kesungguhan dalam doa, yakni doa setiap waktu doa yang tak putus-putusnya.

Kata “berdoa setiap waktu” berarti juga “Kesempatan” yaitu suatu waktu tertentu saat terjadinya suatu pristiwa atau mungkin lebih jelas diterjemahkan:”Untuk itu berdoalah setiap kali kalian melakukan sesuatu” , sedangkan kata “tak putus-putusnya” berarti juga “dalam setiap kegigihan dan permohonan”. Kegigihan=ketekunan=ketabahan.

Paulus meminta supaya berdoa “bagi orang-orang kudus”=”Bagi semua umat”.

Paulus tidak ingin mereka membatasi doa hanya untuk dia sendiri, meskipun dia memang menyebut dirinya pada ayat berikutnya.

  1. Juga untuk aku” , beberapa kali Paulus meminta jemaat berdoa baginya.

“Selanjutnya, saudara-saudara,  berdoalah untuk kami , supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu”. 2 Tes 3:1

“Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untu pemberitaan kami, ..." Kolose 4:3a

Ibrani 13:18, "Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik."

  1. Beberapa alasan mengapa pelayan perlu didoakan 
  • “agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia injil”(ay.20) // “supaya Firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan” 2 Tes 3:1. // supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami.
  • Bacaan:Maz 72. “Kiranya ia(Raja Baca Pelayan) mengadili umatnya dengan keadilan, kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dsbnya.

Pelayan perlu didoakan agar tetap tertuju mata dan hatinya kepada pemberitaan keselamatan, “maju tak gentar membela yang benar”.

Pelayan perlu didoakan karena seorang Pelayan mempunyai tanggung jawab yang lebih banyak. 

Dalam Yakobus 3:1 tertulis Saudara-saudaraku, janganlah banyak di antara kamu mau menjadi guru, sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 

 

  1. Pada bagian Penutup suratnya kepada jemaat Efesus ini, Paulus mengutus Tikhikus, hamba yang setia dan kawan pelayanan dalam Tuhan (Bd.Kolose 4:7). Paulus sangat rindu akan jemaat Efesus, ingin mengetahui keadaan jemaat dan juga agar jemaat mengetahui keadaannya. Pada bagian akhir Paulus berdoa serta “melepas berkat” bagi jemaat. “Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.

 

CATATAN :

Salah satu “keunikan” atau juga beleh disebut “teologi” Paulus dalam setiap suratnya dimulai dan diakhiri dengan Doa/Berkat “ karih karunia....”

Rm 1:7 ; 16:24 // 1 Kor 1:3 ; 16:24 // 2 Kor 1:2 ; 13:13 // Gal 1:3 ; 6:16 // Ef 1:2 ; 6:24 // Flp 1:2 ; 4:23 // Kol 1:2 ; 4:18 // 1 Tes 1:1 ; 5:28 // 2 Tes 1:2 ; 3:18 // 1 Tim 1:2 ; 6:21 // 2 Tim 1:2 ;4:22 // Tit 1:4 ; 3:15 // Flm 1:3 ; 1:25.

Pdt.Iswan Ginting Manik

GBKP Pondok Gede

  1. 0812-7020-9020

Khotbah Minggu 20 Agustus 2017

KHOTBAH MINGGU TANGGAL 20 AGUSTUS 2017

(MINGGU X KENCA TRINITAS/MINGGU MAMRE GBKP)

Invocatio        : “Biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali , kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya, sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini. Jawab mereka: Perbuatlah seperti yang kau katakan itu.” (Kejadian 18:5b)

Bacaan           : Rut 2 : 14 – 19 (Tunggal)

Khotbah         : Lukas 10 : 30 – 37 (Tunggal)

Tema              : “Melayani Suatu Kehormatan”(Ngelai E Sada Kehamaten)

  1. PENDAHULUAN

Ibu Teresia dari Kalkuta sebuah teladan pembawa dan cermin kasih Allah. Dia menerima panggilan Allah untuk melayaniNya dalam diri orang-orang termiskin. Dengan cara yang sederhana yaitu merawat orang yang sakit dan yang hampir mati yang ditemuinya di sepanjang jalan di Kalkuta. Ia melayani Yesus dalam diri kaum miskin. Merawatnya, memberi makan dan pakaian dan mengunjunginya. Kita melihat dalam diri Ibu Teresia bahwa ia tumbuh dalam cinta kepada Yesus. Ia berkata : “untuk melakukan hal ini kita harus terus mencintai dan mencintai, memberi dan memberi, hingga cinta itu melukai diri kita”. Itulah jalan yang dilakukan Tuhan Yesus.

  1. PENDALAMAN TEKS

Ada dua episode penting dari teks ini, keduanya memiliki struktur pertanyaan, dan pernyataan dengan pola yang hampir sama. Diawali dengan sebuah pertanyaan ujian dari seorang ahli taurat di ayat 25 tentang “yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal”, diikuti kemudian dengan pertanyaan balik Yesus kepadanya tentang “hukum yang pertama dan terutama” dalam hukum Yahudi. Setelah menjawab dengan benar pertanyaan Yesus itu, dilanjutkan kemudian dengan episode kedua, yaitu pertanyaan ahli taurat kepada Yesus tentang “siapakah sesamanya”, dan tanggapan Yesus diungkapkan melalui perumpamaan ini. Perumpamaan ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan Yesus kepada ahli taurat untuk menarik kesimpulan tentang “siapakah sesama” yang dimaksud. Dengan kata lain, melalui perumpamaan ini,Yesus membiarkan ahli taurat untuk menjawab sendiri pertanyaannya sebelumnya kepada Yesus tentang siapakah sesamanya itu. Dan Yesus menutup dialog mereka itu dengan mengatakan “pergilah dan perbuatlah demikian” (Ay. 37b).

Dua pihak yang sebenarnya memiliki hubungan yang sangat tidak harmonis, ditampilkan sekaligus dalam kisah ini, yaitu orang Yahudi (dalam hal ini imam dan orang Lewi), dan orang Samaria (dalam hal ini penolong orang yang dirampok tersebut). Dan orang yang bertanya adalah orang Yahudi (ahli Taurat, unsur pimpinan dalam masyarakat/agama Yahudi).

Pada zaman Yesus, terutama pada zaman pembaca tulisan Lukas, jalan ke Yerikho merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Pada abad pertama, jalan ke Yerikho terkenal sebagai jalan atau tempat yang paling berbahaya. Jaraknya cukup jauh, sekitar 17 mil (lebih dari 27 km). Tidak hanya itu sepanjang jalan adalah hutan belantara (wilderness) dan gua-gua dimana orang dapat bersembunyi tidak ada perlindungan bagi siapapun yang melewati jalan itu, tidak ada tenaga keamanan di jalan pada saat itu. Gerombolan perampok tinggal di gua-gua tersebut dan siapapun melewati jalan itu adalah sasaran empuk mereka, dan umumnya si korban ditinggalkan begitu saja dalam kondisi terluka parah. Konteks geografis seperti inilah yang dipakai Yesus dalam perumpamannya untuk menggambarkan peristiwa perampokan dan bagaimana orang Yahudi maupun orang Samaria menunjukkan “perhatian” (care) terhadap si korban. Ada beberapa alasan iman tidak mau membantu orang yang nyaris mati itu. Seandainya ia membantu, secara otomatis ia menjadi najis. Untuk menjadi tahir kembali, ia harus menjalani upacara khusus selama seminggu dan tidak boleh mengikuti kegiatan keagamaan bersama umat lain (ay. 31-32).

Tindakan belas kasihan orang Samaria yang diceritakan dalam ayat 33-35 sungguh ironis. Sebab dimata bangsa Yahudi , orang Samaria bukan “sesama”. Namun justru orang Samarialah membuktikan dirinya sebagai sesama bagi orang yang dirampok. Ia lebih memahami kehendak Allah daripada para wakil resmi agama Yahudi.

Siapakah siantara ketiga orang ini “..sesama manusia...”, ahli hukum tidak menjawab, “Orang Samaria itu!,” melainkan “dia yang menunjukkan belas kasihan”.(ay. 36-37).

Rut adalah seorang wanita Moab, menantu Naomi. Dalam pemeliharaan Allah, Rut menjumpai Boas, seorang sanak saudara Elimelekh yang kaya raya. Boas menawarkan jelai yang baru disangrai sampai dia kenyang , dan masih ada sisanya bahkan cukup untuk diberikan kepada Naomi setelah dia pulang (2:18). Boas memerintahkan dia untuk memungut juga di antara berkas-berkas,sedangkan hukum hanya menyebut di pinggir ladang. Boas         bahkan memerintahkan pekerja-pekerjanya utuk “sengaja menarik sedikit-sedikit dari onggokan jelai itu untuk dia”, sehingga Rut bisa mendapat lebih banyak. Tanggapan Boas dengan kemurahan hati jauh melebihi tuntutan hukum.

  • APLIKASI

Perumpamaan ini menekankan bahwa dalam iman dan ketaatan yang menyelamatkan terkandung belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan. Panggilan untuk mengasihi Allah adalah panggilan untuk mengasihi orang lain. Orang percaya seharusnya mewujudnyatakan kepedulian atau perhatian bagi siapapun yang membutuhkan, yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat apapun. Kasih, kepedulian, perhatian, kepekaan dan empati kepada mereka yang membutuhkan haruslah menempati tempat yang penting dalam kehidupan orang percaya.

  1. Hidup baru dan kasih karunia yang Kristus karuniakan bagi mereka yang menerima Dia akan menghasilkan kasih, rahmat dan belas kasihan bagi mereka yang tertekan dan menderita. Semua orang percaya bertanggung jawab untuk bertindak menurut kasih Roh Kudus yang ada dalam diri mereka dan tidak mengeraskan hati mereka.
  2. Mereka yang menyebut dirinya Kristen namun hatinya tidak peka terhadap penderitaan dan keperluan orang lain, menyatakan dengan jelas bahwa di dalam diri mereka tidak terdapat hidup kekal

Khotbah Minggu 27 Agustus 2017

BAHAN KHOTBAH MINGGU 27 AGUSTUS 2017

Invocatio         :          Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu

karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah ( 2 Timotius 1 : 8 ).

Bacaan            :          Lukas 22:24-30

Khotbah          :          Roma 12 : 3-8

Tema               :          Ambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan gereja

  1. PENDAHULUAN

Salah satu pengertian yang digemari Paulus ialah mengenai Gereja sebagai satu tubuh (1 Kor 12:12-27). Anggota-anggota tubuh tidak saling bertengkar, tidak saling iri atau mempersoalkan yang mana yang lebih penting. Tiap bagian tubuh melaksanakan tugasnya masing-masing. Tiap-tiap anggota mempunyai tugas yang harus dilaksanakan; dan hanya dengan melaksanakan tugasnya masing-masinglah maka tubuh Gereja itu berfungsi sebagaimana mestinya.[1]

Paulus berkeinginan supaya jemaat di Roma hidup secara rukun dan bisa menguasai diri supaya tidak berpikir tentang hal-hal yang lebih tinggi. Selayaknya tangan dan kaki memiliki fungsi yang berbeda dan mereka menjalankan tugas masing-masing tanpa harus tangan berpikir untuk menjadi kaki lalu melakukan tugas dari kaki, begitupun kaki yang berpikir untuk menjadi tangan dan melakukan tugas dari tangan.

  1. PEMBAHASAN

Latar belakang dari penulisan bagian ini oleh Paulus ialah penekanan pada soal bagaimana respons umat yang telah dibaharui, dilahir barukan atau diselamatkan, itu berarti bahwa umat yang dibaharui atau sudah diselamatkan bukan berarti bersikap masa bodoh, tidak tahu apa yang harus dibuat. Ada tindakan-tindakan pembaharuan hidup yang harus dinyatakan oleh umat Tuhan sebagai bentuk tanggung jawab iman. Paulus dalam hal ini mnasihatkan jemaat yang ada di Roma untuk memikirkan apa yang layak dipikirkan sebagai orang yang beriman pada Tuhan. Yakni berpikir dalam kapasitas sebagai umat yang sudah diselamatkan. Sebagai satu tubuh, kita memiliki banyak anggota yang masing-masing punya tanggung jawab yang berbeda-beda. Perbedaan itu bukan untuk menciptakan perpecahan tetapi saling mengisi dan saling membutuhkan satu sama lain.

Bagian bacaan ini hingga pasal 12:21 berisikan himbauan umum yang menyangkut dengan kehidupan gereja. Pembukaannya segera membangkitkan perhatian : Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang diantara kamu : janganlah kamu menilai dirimu lebih tinggi daripada apa yang patut kamu pikirkan , tetapi hendaklah kamu menilai diri dengan tepat, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. Dapat diprediksi seperti inilah keadaan gereja di Roma, sehingga yang seorang menganggap dirinya lebih tinggi dari yang lain. Dapat dikaitkan juga dengan dengan tema yang lemah dan yang kuat (pasal 15), hanya saja dalam bacaan ini, Paulus menggunakan istilah-istilah yang lebih umum.: karunia-karunia yang berbeda tak boleh menyebabkan penilaian yang berbeda Dalam ayat 4-8 Paulus beralih kepada karunia-karunia karismatis, dan di sini kita harus memperhatikan tekanannya. Setiap orang harus mempergunakan karunianya tapi bukan untuk meninggalkan diri sendiri melebihi orang lain. Hal ini secara logis diikuti oleh perintah untuk mengasihi, karena bila manusia yang menganggap dirinya lebih daripada yang lain dibuat agar melihat bahwa perbedaan-perbedaan di antara mereka itu dihubungkan oleh perbedaan karunia-karunia yang dianugerahkan, maka mereka akan kembali berbalik pada satu sama lain di dalam kasih.[2]

Setiap orang memiliki karunia yang berbeda-beda. Dari karunia-karunia yang dituliskan Paulus dalam bacaaan ini, tidak ada orang memiliki kesemuanya itu sekaligus karena itu penilaian atau pengevaluasian terhadap diri sendiri itu sangat diperlukan. Paulus menegaskan supaya terlebih dalulu jemaat menilai dirinya sendiri dan jangan menilai orang lain sehingga mengakibatkan adanya rasa cemburu atau iri yang mengakibatkan jemaat tidak bisa melihat karunia apa yang ada padanya.

III. REFLEKSI

Setiap karunia yang ada pada tiap-tiap orang, apakah itu karunia untuk bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, dll, diharapkan supaya digunakan untuk kemuliaan Tuhan, supaya gereja Tuhan semakin bertumbuh dalam pekerjaan pelayananNya di dunia ini. Karunia atau talenta adalah berkat Tuhan yang tidak hanya disimpan tetapi harus dikembangkan. Diberdayakan atau disalurkan seperti ketika memiliki sesuatu harus juga dibagikan. Itu harus dilakukan dengan tulus ikhlas. Jika ada orang dengan karunia memimpin, kenapa harus disimpan jika itu dibutuhkan? Ketika kita menggunakan karunia yang ada pada kita, kita juga akan menerima berkat Tuhan, justru akan merugikan diri kita sendiri jika karuna itu hanya disimpan saja.

Bacaan ini mengajak kita sebagai satu tubuh dalam Kristus yaitu satu persekutuan gereja yang Tuhan pakai untuk pekerjaan pelayanan didunia ini, kita diingatkan bahwa kita ini adalah umat yang diberkati walaupun memiliki karunia yang berbeda-beda tetapi itu bukan menjadi penghalang bagi kita untuk berlomba-lomba secara aktif tanpa hitung-hitungan untung dan ruginya melibatkan diri dalam pelayanan gereja. Melibatkan diri dalam berbagai pekerjaan gereja seperti : Menjadi Song leader, Organis, pendoa syafaat, pengisi pujian, menjamu tamu gereja, mengunjungi yang sakit, memberi dari kepunyaan kita untuk mendukung pelayanan di gereja, memberi waktu untuk terlibat ber PI, dll.

Untuk giat dalam pekerjaan Tuhan ada banyak macammya sesuai dengan karunia-karunia yang kita miliki. Jika kita tidak pandai bernyanyi, mengapa kita memaksakan diri untuk menyanyi lalu akhirnya kita sadar bahwa kita tidak bisa lalu akhirnya kita meninggalkan pelayan kepada Tuhan. Mungkin kita bisa bermain music dan mengajarkan sesama untuk bisa bermain music lalu diaplikasikan dalam setiap kegiatan gereja. Tinggal dari kita sendiri menggunakan hikmat dari Tuhan lalu mengolah karunia-karunia yang kita punya.

Ketika kita menjalankankan tanggung jawab pelayanan diakonia gereja, turut serta dalam kunjungan sesama yang sakit, memberi perhatian kepada saudara kita yang berkekurangan, menopang para pekerja gereja serta tanggung jawab pelayanan gereja yang bersaksi, bersekutu dan melayani, di sinilah kita melihat karunia yang ada pada kita yaitu aktif dalam partisipasi kegiatan gerejawi.

Setiap kita yang memberi diri bagi pekerjaan Tuhan sesuai karunia atau talenta yang Tuhan berikan kepada kita, maka kita sudah mengakui pemberian Tuhan yang lebih dahulu dilakukan-Nya pada kita dan kita menghargai atas apa yang sudah diberikannya itu. Kita belajar mensyukuri semua anugerah Tuhan bagi kita sebagai gereja. Di kehidupan kita yang hanya sementara, alangkah baiknya kita jadikan kesempatan untuk melayani Tuhan. Jangan kita sia-siakan apa yang sudah Tuhan beri kepada kita, karena itu hidup kita harus bisa jadi berkat. Biarlah Tuhan pakai hidup kita selagi kita masih kuat hingga pada saat kita sudah tidak berdaya lagi, hidup kita ini sudah jadi berkat. Amin                                                                                                                                                                          

       Pdt. Karvintaria br Ginting, STh

GBKP Rg.Klender-KlasisJakarta Kalimantan

                   HP : 08126359640

 

[1] Wiliam Barclay., Pemahaman Alkitab Setiap hari Surat Roma. Hal. 237

[2] Willi Marxen., Pengantar Perjanjian Baru. Hal. 109-110

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD