Khotbah Minggu 17 Desember 2017

Khotbah Minggu 17 Desember 2017.

Invocatio     : “Allahmu telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena Tuhan Allahmu mengasihi engkau”. (Ulangan.23:5b).

Ogen           : I Tesalonika 5:16-24.

Khotbah      : Mazmur 126:1-6.

Tema           : “Tetaplah bersabar, Allah akan memulihkan”

Pembukaan.

Saudara dan saudari yang terkasih di dalam Kristus Setiap orang hampir tidak pernah luput dari berbagai persoalan kehidupan, baik yang ringan sampai yang berat. Ketika menghadapi masalah yang sangat berat, seseorang dapat dilanda keputus-asaan dan tidak tahu harus berbuat apa. Sehingga tidak sedikit orang yang mengambil jalan yang salah untuk mengatasi masalah mereka, dengan minum-minuman keras, narkoba, ada juga yang mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Menurut berita di media cetak dan elektronik, jumlah orang yang bunuh diri semakin meningkat.

Dalam pembacaan Alkitab kita adalah sebuah kisah kesengsaraan yang dialami oleh bangsa Israel, ketika dibuang ke negeri asing, berakhir.  Mereka yang pastinya hidup menderita di tanah pembuangan, sekarang boleh pulang ke rumah mereka sendiri di Tanah Perjanjian.  Kata mereka: “Ini seperti orang yang sedang bermimpi” (ayat 1). Ibaratnya seperti bangsa Indonesia yang dijajah oleh belanda 350 tahun lamanya sekarang sudah merdeka, bangsa kita bersorak sorai. Pemazmur menyatakan bahwa ini adalah berkat pertolongan Tuhan sehingga mereka meng-ekspresikan dengan tertawa .. bersorak-sorai .. bersukacita .. karena Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita” (ayat 2-3).

Akan tetapi, ayat 4 menjelaskan bahwa ketika mereka berjalan pulang hingga sampai di Tanah Perjanjian itu, mereka sekarang berjumpa dengan ‘kesengsaraan yang lain lagi’. Perjalanan pulang ke Israel dari Babel waktu itu sungguh tidak mudah. Dan sesampainya di ‘rumah’, apa yang mereka lihat? Kondisi ‘rumah’ yang sudah hancur berantakan.

Dan itulah arti sesungguhnya dari kehidupan kita: Berjalan melewati kesengsaraan demi kesengsaraan sambil terus berseru dan berjuang: “memulihkan keadaan: Tuhan pulihkanlah keadaan kami”.

Ayat 5-6 merupakan kunci bagi kita untuk terus menemukan nikmatnya sebuah kesengsaraan yang kita hadapi hari ini. Kata orang “pasti ada hikmahnya di balik semua penderitaan kita hari ini”.

Refleksi

Beberapa prinsip yang bisa kita gunakan untuk mengaminkan tema kita hari ini,

  1. Memiliki impian dan Pengharapan. Musuh dan lawan dari keputus asaan adalah impian dan harapan. Setiap orang harus memiliki impian dan harapan dalam hidupnya. Karena itulah yang membuat dia mampu bertahan dan berjalan terus ditengah-tengah kesulitan. Dikala anda kehilangan impian dan harapan, maka anda harus terlebih dahulu untuk kembali memiliki impian dan harapan tersebut. Impian dan harapan dimulai dengan pikiran. Isi pikiran anda dengan hal-hal yang baik, yang indha, yang mulia. Impian adalah hal-hal yang indah, yang mulia, yang besar yang kita inginkan. Pikirkanlah itu kembali. Jangan memikirkan tentang kegagalan atau ketidak mungkinan. Tetapai mulailah berpikir tentang hal-hal yang besar. Tuhan adalah sumber kita untuk dapat memikirkan hal-hal yang besar, yang indah, yang mulia. Tumbuhkan keyakinan dalam hatimu, bahwa Tuhan sanggup dan bis menolong anda untuk mewujudkan impian dan harapan anda tersebut. Karena Dia adalah Tuhan yang hidup, Maha Kuasa, dan tidak pernah berdusta.
  2. Bersukacita Bagaimana kita dapat menghadapi penderitaan adalah dengan menjaga sukacita. Mungkin anda bertanya bagaimana bersukacita sementara saya sedang menderita? Bersukacita adalah pilihan kita, tidak dipengaruhi oleh situasi dan keadaan kita. Kesedihan boleh saja mewarnai perjalanan Iman, tapi  pastikan dalam keadaan yang berat sekalipun kita tidak kehilangan pengharapan dan keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong.
  3. Menabur Kebaikan Ada hukum yang bersifat universal yaitu Hukum Tabur Tuai; apa yang kita tabur akan kita tuai. Dengan perkataan lain, apa yang kita harapkan untuk kita tuai maka kita harus menaburnya terlebih dahulu. Seorang petani yang mengharapkan dirinya akan menuai buah mangga, maka dia terlebih dahulu menanam biji mangga. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Bila kita mengharapkan kebaikan datang dalam hidup kita, ada pertolongan yang kita terima, atau kita mengharapkan keberhasilan dalam hidup kita, maka kita harus terlebih dahulu menaburkan benih-benih kebaikan tersebut dalam diri orang lain. Kita harus mau menolong orang lain terlebih dahulu, maka kita pun akan mendapatkan pertolongan orang lain. 

Rg. GBKP Cililitan

Pdt. Togu P. Munthe

Khotbah Minggu 24 Desember 2017

Khotbah Minggu 24 Desember 2017

Invocatio : “Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan” (Ibrani 9: 15a).

Bacaan: ll Sam 7: 8- 16

Khotbah : Lukas 1: 26- 38

Tema : Tuhan memberikan berkat kepadamu.

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus.

Dalam nas khotbah kita pada minggu adven yg ke lV ini bagaimana maria dipilih Tuhan menjadi berkat bagi manusia. Allah menyuruh malekat Gabriel mendatangi maria dan mengucapkan kata salam kepada Maria.

Maria yg masih perawan bertunangan dengan Jusup terkejut mendengar kata2 dari malekat Gabriel, dan menimbang apa arti kata2 malekat itu didalam hatinya. Kata maleikat Gabriel kepada Maria : Jangan takut, hai maria karena engkau beroleh kasih karunia Allah.Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki2 dan engkau akan memberi nama Yesus.Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Maha tinggi. Maria terkejut akan perintah maleikat itu karena dia belum bersuami, dalam hatinya berkata bagaimana mungkin dia melahirkan karena dia belum bersuami, tapi diteguhkan lagi oleh malekat kepada maria supaya teguh hati maria menerima pesan maleikat itu,bahwa Roh Kudus akan turun atas maria dan Kuasa Allah yg Maha tinggi akan menaungi maria. Sebagai perbandingan ,malekat mengatakan bahwa Elisabet pun sedang mengandung enam bulan pada masa tuanya yg disebut mandul. Sebab tidak ada yg mustahil bagi Allah. Setelah itu maria betul2 menyadari bahwa dia menerima berkat yg luar biasa dari Tuhan, kemudian maria berkata: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah,jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Maria pasrah dan percaya kepada Tuhan akan Kuasa Tuhan yg luar biasa. Kalau secara akal manusia saja maka hal itu sesuatu yg tidak mungkin terjadi didalam dirinya, terlebih dia belum punya suami.Maria tidak lagi banyak pertimbangan dalam hal itu,apakah Jusuf nanti menceraikan dia atau tidak,  kalau dia hamil tanpa digauli oleh Jusup ,hanya percaya dan pasrah betul2 bahwa Tuhan memberkati dia. Oleh karena itu maria mengatakan jadilah padaku seperti perkataanMu itu.Tuhan memakai maria sebagai alatNya untuk mengasihi dunia ini. Demikian juga dari pembacaan kita tadi, Tuhan memilih seorang gembala domba menjadi raja bangsa Israel, mungkin secara akal manusia bagaimana mungkin seorang gembala menjadi raja, tetapi didalam Tuhan tiada yg mustahil. Anugrah yg diberikan Tuhan kepada Daud juga luar biasa dimana kasih setia Tuhan tidak pernah hilang dari padanya, keluarga dan kerajaan akan kokoh untuk selama lamanya dihadapan Tuhan.

Saudara2 yg dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus.

Apakah kita sudah merasakan bahwa Tuhan telah memberikan berkatNya yang berlimpah kepada kita, kita dijadikanNya menjadi hambaNya karena kasih karuniaNya kepada kita,kita diberkati Tuhan sehingga kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan telah memberikan kepada kita karunia karunia yg berbeda2 supaya kita bisa menjadi saksi Tuhan, melayani dengan setia, bersekutu.Sebagai pendeta, pertua diaken kita dipilih Tuhan secara khusus unk memberitakan berita keselamatann, rahasia kebenaran Firman Tuhan supaya jemaat mengerti bagaima besarnya, dalamnya, tingginya kasih Tuhan itu kepada kita. Kita sebagai pengurus kategorial, panitia2 yg sudah dipercayakan Tuhan mari kita bertanggung jawab melaksanakan tugas pelayanan kita masing2 , sebab Tuhan mempercakan kita sebagai alatnya ditengah2 dunia ini. Semua orang percaya, apakah kita semua sudah menyadari pemberian2 Tuhan itu kepada kita, dan kenapa Tuhan memberikan kelebihan kepada kita, semua itu tidak lain tidak bukan hanya untuk menjadi berkat bagi orang lain, karena Tuhan sudah terlebih dahulu memberkati kita, terlebih sudah menyelamatkan kita.Juga berkat2yg dibrikan Tuhan kepada keluarga kita, kebutuhan2 kita , anak2 kita , kadang Tuhan memberikan berkat lebih dari yang kita minta.Oleh karena itu marilah kita mempertanggung jawabkan pemberian Tuhan itu.

Pdt. Ediwati Br Ginting, S.Th

Khotbah Minggu 03 Desember 2017

BIMBINGAN KHOTBAH GBKP 3 DESEMBER 2017

 

Invocatio             : “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Matius 24: 42)

Bacaan                  : Markus 13: 24-37 (Tunggal)                      

Khotbah               : Yesaya 64: 1-9 (Responsoria)

Tema                     : “Tuhan Datanglah”

 

Pengantar

Sesuai dengan kalender gerejawi, pada minggu ini kita mengawali tahun gereja. Kita memasuki masa advent, yaitu masa penantian. Penantian akan kedatangan Yesus, dalam arti peringatan kelahiranNya (Natal), begitu pula kedatanganNya yang kedua kali, yang tidak kita ketahui masanya. Umumnya, semua orang tidak suka menunggu. Kita sering mendengar “menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan”. Kadang kita lebih memilih meninggalkan atau masa bodoh daripada menunggu. Tetapi tentunya tidak untuk semua hal. Jika yang kita nanti-nantikan adalah hal yang penting, berharga, apalagi sesuatu yang kita cintai, kita akan bertahan. Akan ada energi ekstra yang memampukan kita sabar dan setia dalam penantian kita. Begitu pula di Minggu Advent I ini, kita setia menantikan kedatangan Yesus Sang Juruselamat. Namun bukan hanya pasif menunggu, orang percaya diminta untuk berjaga-jaga sebab tidak ada yang tahu harinya Tuhan Yesus datang (bdk Invocatio).

Isi

Dalam Yesaya 64: 1-9 ada pengakuan tentang kuasa Tuhan atas segala ciptaan (langit, gunung-gunung, api) dan ada kerinduan untuk melihat Tuhan datang dan bertindak. Saat itu orang Israel mengalami keterpurukan. Mereka harus meninggalkan Yerusalem dan dibuang ke Babel selama puluhan tahun. Yang dialami umat selama menjadi buangan Babel adalah penderitaan karena hilangnya identitas bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Setelah disebut bangsa pilihan, mengapa harus mengalami seperti yang mereka alami? Kehancuran kota Yerusalem adalah duka mendalam bagi mereka, juga sebagian besar umat Israel menjadi buangan di negeri yang tidak mengenal Tuhan. Bagi mereka, Tuhan murka (ayat 5) dan IA menyembunyikan wajahNya kepada mereka (ayat 7). Dengan kata lain mereka merasa Tuhan telah meninggalkan mereka. Trito-Yesaya menyerukan suara umat yang dalam keterpurukannya sangat merindukan pemulihan dari Tuhan. Penderitaan yang mereka alami membawa mereka kepada introspeksi diri dan pertobatan. Dengan mengakui diri berdosa (ayat 5), najis (ayat 6), mereka mengakui ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan, mereka berdosa dan najis karena menyembah dewa-dewi lain. Dari pengakuan ini kemudian ada penyerahan diri kembali kepada Tuhan (ayat 8 Engkaulah Bapa kami.., kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tanganMu). Sebutan “Bapa” menyiratkan kedekatan hubungan antara umat dengan Tuhan. Anak yang berbuat salah kepada bapanya dapat meminta maaf dan bapanya tetap mengasihi anaknya. Demikian pengharapan umat. Umat berusaha “membujuk” Tuhan agar murkaNya mereda dan melupakan dosa-dosa mereka. Hanya Tuhan yang mempunyai kuasa untuk memulihkan umatNya, karena mereka adalah buatan tanganNya, ciptaanNya. Mereka berharap Tuhan tidak berlama-lama lagi dalam kemurkaanNya. Umat rindu untuk kembali kepada Tuhan. Nabi Yesaya mewakili umat menyampaikan permohonan ini kepada Tuhan. Mereka menanti Tuhan bertindak dan memulihkan keadaan.

Aplikasi

Kita juga saat ini menantikan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali dan menyambut peringatan hari kelahiranNya. Menanti dengan sabar, bukan berarti diam dan tidak berbuat apa-apa. Kita memang tidak bisa mempercepat kedatanganNya, tidak juga disuruh untuk meramal dan memprediksi kapan datangnya. Karena Injil sendiri menuliskan “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.” (Markus 13: 32). Maka janganlah kita sibuk mengira-ngira seperti yang dilakukan orang-orang yang mau mencoba memberi kepastian akan sesuatu yang hanya Bapa yang tahu (bdk Bimbingen Khotbah GBKP hlm 195). Kita diingatkan untuk terus berjaga-jaga. Terus membenahi diri. Melalui introspeksi diri, kita mengakui kelemahan lalu memohon pengampunan dari Tuhan. Penyerahan diri kepada Tuhan, siap dibentuk oleh Tuhan. Ada pembaharuan dalam kualitas iman, sehingga karakter Kristus semakin tercermin dari kita. Itulah wujud nyata dari berjaga-jaga. Bukan sekedar menghabiskan waktu mempersiapkan perayaan Natal: rapat panitia, latihan Koor, latihan drama, latihan menari, menentukan seragam, dan sebagainya. Sebenarnya hal-hal ini penting, karena kita mau memberi yang terbaik untuk merayakan peringatan kedatangan Yesus ke dunia, janganlah kita asal-asalan. Tetapi sediakanlah juga waktu berefleksi/bercermin diri di masa-masa penantian ini untuk lebih mengenal diri dan mengenal Tuhan. Kita bersiap-siap agar penantian kita bukan menjadi penantian yang pasif (terlena, tertidur). Dan kalau ada perayaan Natal yang pelaksanaannya di masa-masa Advent (umumnya pemilihan tanggal disesuaikan dengan situasi jemaat setempat, sehingga tidak semua bisa terlaksana serentak pada tanggal 25 Desember), janganlah hiruk-pikuknya mengaburkan masa penantian di dalam hati kita.

Selamat Advent.

                                                                                                                                                Pdt. Yohana Samuelin M. Ginting, S.Si (Theol)

                                                                                                                                                GBKP Bajem Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD