Minggu 25 November 2018, Khotbah Yohanes 11:25-26

Invocatio :

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)

Bacaan :

Wahyu 7:9-17 (Responsoria)

Tema :

Yesus Sang Pemberi Kehidupan

Pengantar
Pemberian yang paling bernilai tidaklah ditentukan dari apa yang menjadi isinya, tetapi dari siapa yang memberikannya. Pemberian terbaik dinilai bukan dari harganya tetapi dari kasih sayang yang mendasarinya. Pemberian Yesus yang di dasari oleh kasihNya kepada manusia yaitu memberikan kehidupan bahkan hidupNya sendiri bagi semua manusia yang percaya kepadaNya. Yesus sang pemberi kehidupan. Inilah yang menjadi tema kita dalam minggu ini.

Pembahasan Nats

11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?

Dalam Injil Yohanes, dan tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, terdapat suatu kelompok ucapan Tuhan Yesus yang penting karena memiliki fungsi yang berarti dalam pembahasan Kristologi. Ucapan ini memakai kata ganti orang pertama, yang sangat bernilai sebagai penyataan dari kesadaran diri Yesus sendiri.
Dalam Kitab Injil Yohanes terdapat jauh lebih banyak penggunaan kata ganti orang “Aku” daripada dalam kitab Injil Sinoptik. Penggunaan kata “Aku” menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus. Donald Guthrie dalam buku Teologi Perjanjian Baru 1 menyebutkan bahwa kata “Aku” (ego) dalam Injil Yohanes terdapat sebanyak 134 kali, dalam Injil Matius sebanyak 29 kali, dalam Injil Markus 17 kali dan dalam Injil Lukas 23 kali. Banyaknya penggunaaan kata “Aku” menarik perhatian pada diriNya sendiri secara menonjol, yang mempersiapkan pembaca untuk ucapan khas yang diterjemahkan, “Aku adalah” (ego eimi).
Ungkapan “Aku adalah” digunakan dalam PL sebagai penggambaran Allah. Dalam Keluaran 3:14, Allah menyebut diriNya kepada Musa sebagi “Aku adalah Aku”, yang memberikan pengertian khusus ilahi pada ungkapan “Aku adalah” itu. Jika Yesus mengingat maksud ungkapan ini, hal ini akan menyoroti ungkapan “Aku adalah” yang dicatat dalam Injil Yohanes. Yohanes mencatat sejumlah ucapan Yesus “ego eimi” yang memiiki fungsi sangat penting dalam penyataanNya sebagai Allah, yakni : “Aku adalah/Aku ada/Akulah”. Ucapan ini mempunyai pengertian ilahi.
Tujuh kali dalamInjil Yohanes Yesus menggunakan bentuk “Aku adalah” untuk menggambarkan diriNya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemakaian kata-kata kiasan yang luas, yaitu :
1. Akulah Roti hidup (Yohanes 6:35).
2. Akulah terang dunia (Yohanes 8:12; 9:5).
3. Akulah pintu (Yohanes 10:7).
4. Akulah gembala yang baik (Yohanes 10:11).
5. Akulah kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25).
6. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).
7. Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1).
Dalam setiap hal, “Aku adalah” menjelaskan peran-peran tertentu dari Yesus, yaitu untuk menguatkan, menyinari, mengakui, memelihara, memberi hidup, membimbing dan membuat produktif. Ucapan-ucapan ini merupakan keterangan-keterangan tentang Yesus sebagai yang menyatakan Allah dan yang memberi karunia-karunia Allah.

Bahan kotbah kita dalam minggu ini, membicarakan tentang “Akulah kebangkitan dan hidup”.Tema "Akulah kebangkitan dan hidup" menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidak akan mengalami kematian kekal. “Akulah kebangkitan”. Bagi mereka yang percaya kepada Yesus, kematian jasmaniah bukanlah merupakan akhir yang mengerikan. Sebaliknya, peristiwa tersebut merupakan pintu kepada hidup kekal yang berkelimpahan dan persekutuan dengan Allah. Selanjutnya kata “akan hidup” dari ayat 25 menunjuk kepada kebangkitan, sedangkan istilah “tidak akan mati selama-lamanya” dalam ayat 26 berarti bahwa orang percaya yang dibangkitkan tidak pernah akan mati. Mereka akan memiliki tubuh baru, yang kekal dan tidak dapat binasa (1 Korintus 15:42, 54), yang tidak dapat mati atau merosot keadaannya (bd. Roma 8:10; 2 Kor. 4:16)

Apa maksudnya dengan “Akulah kebangkitan dan hidup”?

Yesus tidak sekedar mengatakan bahwa Aku akan memberikan kebangkitan, tidak sekedar Aku akan memberikan hidup kepadamu, tetapi Yesus mengatakan Aku-lah kebangkitan itu, Aku-lah hidup itu. Perkataan “Akulah kebangkitan dan hidup”berbicara tentang hidup yang telah dibangkitkan. Hidup itu sudah tiba sekarang dan ketika engkau percaya maka engkau akan hidup walaupun engkau sudah mati. Hidup yang tidak mungkin mati lagi, hidup yang kekal.Kematian adalah bukan akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa engkau alami sekarang, ketika engkau percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.

Kata kunci dalam Yoh 11:25-26 adalah kata “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”. Tuhan Yesus mengatakan tiga kali kata “percaya”: “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”,” setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”, ”Percayakah engkau akan hal ini?” Di sini, Yohanes mengingatkan kita, bahwa siapa yang percaya di dalam Kristus, yang dipersatukan dengan Kristus melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, manusia lama kita juga sudah dikubur bersama-sama dengan Kristus; dan kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus.Kebangkitan itu sudah terjadi secara spiritual di dalam diri kita. Ketika kita beriman di dalam Kristus, kita mengalami kelahiran baru, menjadi manusia baru, mengalami hidup yang baru, menjadi ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17).

Inti dari iman Kristen adalah salib Kristus. Salib itu adalah salib yang kosong, tidak ada Yesus yang tergantung, karena Yesus sudah bangkit mengalahkan maut. Ketika kita sungguh percaya dan mengenal Tuhan secara demikian, maka waktu kita menghadapi kematian, kita tahu bahwa kematian adalah bukan akhir, melainkan kita akan hidup walaupun kita sudah mati. Barangsiapa hidup dan percaya, dia tidak akan mati selama-lamanya, meskipun dia mati secara fisik, tetapi hidupnya akan ada selama-lamanya. Bahkan tidak ada suatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus. Kalau kita percaya akan hal ini, maka seharusnya kita mengarahkan dan memfokuskan seluruh hidup kita, memberikan kesadaran bahwa tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus yang sudah mati dan bangkit.

Dalam Wahyu 7:9-17, kita dapat melihat tentang keselamatan yang universal. “…dari segala suku bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan dihadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba”. Disebutkan bahwa mereka yang masuk ke dalam Kerajaan Surga ialah mereka yang telah mencuci jubahnya dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Hal ini memang ungkapan simbolis, namun mengandung makna mereka yang dalam iman telah percaya dan setia kepada Yesus, yang nampak dalam kehidupan yang setia sampai mati. Hal itu disebutkan bahwa "mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar”. Walaupun ada banyak tantangan sebagai konsekuensi iman kepada Yesus, mereka setia bahkan setia sampai mati kepada Tuhan. Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang merupakan jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6)

Aplikasi
“Yesus Sang Pemberi Kehidupan” ini merupakan tema kebaktian Minggu kita kali ini, khususnya dalam Minggu Akhir Tahun Gereja ini. Alangkah anehnyajika manusia menikmati hidup lepas dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri. Kita diberi kehidupan untuk untuk melakukan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh Sang Pemberi Kehidupan, karena manusia tidak menjadi hidup dengan sendirinya. Manusia secara pasif menerima hidup dan secara pasif pula menyerahkan hidupnya. Dalam setiap kehidupan manusia ada tujuan yang sudah Tuhan tetapkan. Dan hidup itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

Hidup kita harus mempunyai suatu fokus, seperti poros dari suatu roda. Poros itu harus ada di tengah, supaya seluruh roda bisa berjalan dengan baik. Kalau poros itu bergeser sedikit saja, maka roda itu akan hancur berantakan dan tidak bisa jalan lagi. Biarlah poros hidup kita adalah kepada Yesus Kristus.Kita sudah disalibkan bersama dengan Kristus, dan mati bersama dengan Kristus. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yangkuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman di dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku, dan menyerahkan Diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).Hidup oleh iman adalah hidup yang memuliakan Allah diseluruh hidup kita. Karena itu, tetaplah hidup setia dan percaya kepadaNya.

Di Minggu akhir tahun gereja ini pun, ketika kita membahas tentang kehidupan, maka kita juga membahas tentang kematian. Karena jikalau ada kehidupan pasti akan ada kematian. “Akulah Kebangkitan dan Hidup”, menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidakakan mengalami kematian kekal. Kematian bukanlah akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa kita alami sekarang, ketika kita percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.Dengan demikian, kematian tidak lagi menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita. Selagi Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini, tetaplah setia kepadaNya dan setia melayaniNya.

Pdt. Chrismori br Ginting-GBKP Rg. Sitelusada

 

Minggu 18 November 2018, Khotbah Kejadian 49:1-28

Invocatio :

Masmur 133:1

Bacaan :

Lukas 2:41-52

Tema :

Kerukunan Dalam Keluarga (Ersada I bas Jabu)

Pendahuluan
Keluarga yang merupakan komunitas masyarakat yang paling kecil memiliki pengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas baik itu masyarakat/bangsa atau gereja. Oleh sebab itu kita sering mendengar bahwa gereja yang bertumbuh berawal dari keluarga-keluarga yang juga mau bertumbuh dalam Tuhan. Keluarga terbentuk karena inisiatif Tuhan dan manusia bertanggung jawab menjalani kehidupannya seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Baik itu istri, suami atau anak harus tunduk pada kehendak Allah demi kebahagiaan dan keutuhan keluarga.

ISI
Bahan khotbah kita pada minggu keluarga, yaitu kejadian 49:1-28, merupakan bagian dari kisah keluarga Yakub. Ketika Yakub merasa dia semakin dekat dengan kematian, dia mengumpulkan ke 12 putranya dan kesempatan itu dipakai oleh Yakub untuk memberikan nubuat-nubuatan baru tentang kehidupan anak-anakNya pada masa yang akan datang.
 Ay. 2: Nasihat kepada Ruben (putra sulung dari Lea), yang artinya “tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku”. Sebagai anak sulung, Ruben punya hak untuk hak kesulungan dan kedudukan tertinggi dalam kepemimpinan, hormat dan kuasa. Awalnya Ruben punya watak yang sangat bagus, tapi itu sirna ketika ia melakukan perbuatan zinah dengan Bilha, gundik ayahnya. Ruben menasihati saudaranya untuk tidak membunuh Yusuf dan kembali kesana untuk melepaskan Yusuf (Kej. 37:21,29). Ketika Yakub memberkati anak-anaknya, Ruben diberkati sebagai anak sulung yang sah, kendati dalam kenyataannya hak warisan secara simbolis diberikan kepada Yusuf. Ini menjelasakan bahwa kegagalan sifat, dapat menggeser untuk selama-selamanya seseorang dari kedudukan pemimpin.

 Ay.5: Nasihat kepada simeon dan Lewi (putra ke-2 dan ke-3 dari lea). Simeon artinya mendengar, Lewi artinya menggabung/mengambil bagian. Simeon dan Lewi melakukan penyerangan yang curang terhadap sikhem (karena memperkosa Dina). Mereka melakukan pembantaian terhadap sikhem. Dalam berkat Yakub, simeon dan Lewi di kutuk karena tabiat kekerasan mereka dank arena itu mereka kan terbagi-bagi dan berserak (Kej. 49:5-7)

 Ay. 8: Nasihat kepada Yehuda (putra ke 4 dari Lea), yang artinya bersyukur atau memuji.Yehuda sejak dini sudah mampu memimpin kakak dan adiknya (kej. 37:26-27; 43:3-10.). Ay. 8-12, menjajikan kerajaan kepada Yehuda, dan kendati hanya menjanjikan kepemimpinan, kemenangan dan stabilitas suku itu, yang digambarkan seperti anak singa yang memiliki kemampuan seperti singa jantan atau betina yang memiliki kekuasaan dan kemakmuran.

 Ay. 13: Nasihat kepada Zebulon (putra ke-6 dari Lea), yang artinya mengangkat atau memuliakan. Zebulon akan diam di tepi pantai laut dan akan menjadi pangkalan kapal yang bersebelahan dengan Sidon.

 Ay.14: Nasihat kepada Ishakhar (putra ke-5 dari Lea), yang artinya pekerja yang diupah yang digambarkan seperti keledai yang kuat.

 Ay. 16: Nasihat kepada Dan (putra ke-1 dari Bilha), yang artinya Menghakimi. Sehingga Yakub dalam berkatnya akan mengadili bangsanya seperti ular di jalan yang akan menjatuhkan lawannya.

 Ay. 19: nasihat kepada Gad (putra ke-1 dari Zilpa), artinya nasib baik, Yakub mengungkapkan bahwa keturunan Gad akan menghadapi kehidupan yang penuh dengan gangguan, tapi ia juga mengungkapkan bahwa mereka akan dapat mengatasinya.

 Ay. 20: Nasihat kepada Asyer (putra ke-2 dari Zilpa), yang artinya berbahagia. Hal itu digambarkan Yakub dengn kehidupan yang berlimpah makanan dan kemewahan.

 Ay. 21: Nasihat kepada Naftali (putra ke -2 dari Bilha) yang artinya “yang bergulat”, dia digambarkan seperti rusa betina yang terlepas dan memiliki keturunan yang baik.

 Ay. 22: Nasihat kepada Yusuf (putra ke-1 dari Rahel), yang artinya kiranya ditambahkanNya. Yusuf adalah anak yang paling dikasihi oleh Yakub. Yakub mengucapkan berkat-berkat dalam waktu damai (ay.22,25b) dan perang (ay.23). Dan pertolongan Tuhan akan selalu ada dan nyata dalam kehidupan Yusuf. Berkat Yakub turun dalam diri Yusuf dan akan turun kepada orang-orang yang istimewa diantara saudara-saudaranya.

 Ay.27: Nasihat kepada Benyamin (putra ke-2 dari Rahel), yang artinya “putra tangan kanan”. Setelah Yusuf hilang, Benyamin mendapat tempat utama dalam cinta kasih ayahnya. Dia digambarkan seperti singa yang menerkam dan memakan mangsanya pada pagi hari dan membagi-bagikan rampasannya pada sore hari.

Dalam percakapan tersebut kita bisa melihat bahwa nubuatan Yakub kepada putra-putranya berbeda-beda, apa yang menyimpan arti berkat tapi ada juga yang menyimpan arti kutuk. Semua berkat dan kutuk ini tergantung pada hubungan keturunan itu dengan Allah. Karena kutukan atas seorang ayah dapat dihapuskan dan disingkirkan oleh pertobatan dan iman anak-anaknya (Yeh. 18:1-9). Situasi itu tidak menciptakan permusuhan diantara mereka, tetapi dalam pengampunan dan kasih mereka menjalani kehidupan mereka sebagai saudara.

Lukas 2:41-52
Bacaan kita juga menceritakan keluarga Yusuf yang hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan. Pada waktu itu Yesus masih berumur 12 tahun ketika Yusuf dan Maria membawa Yesus untuk mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem. Dalam usia yang masih kecil, Yesus memperlihatkan ketekunan dan kesetiaan dalam mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Guru-guru Agama Yahudi. Terlihat jelas bahwa Yusuf dan Maria menanamkan pengajaran agama kepada Yesus sejak Dia masih kecil.

Aplikasinya
Realitasnya benyak sekali keluarga yang tidak bisa hidup bersama-sama dalam damai dan kasih. Tekanan hidup, pergeseran budaya post modernisme, masalah-masalah yang ada sering menjadikan anggota keluarga menjadi pribadi-pribadi yang tidak mampu lagi menjalani hidupnya dibawah kuasa dan kehendak Tuhan. Hal ini di perburuk lagi dengan rapuhnya hubungan anggota keluarga itu dengan Tuhan. Tentunya masalah, pergumulan dan pergeseraan budaya post modernisme adalah hal yang tidak bisa kita hindari tapi itu semua dapat kita hadapi dan kita atasi hanya dengan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Sehingga baik orangtua (suami dan istri) serta anak-anak mampu berjalan bersama dalam menciptakan keutuhan keluarga yang akan tetap terberkati oleh Tuhan.

Pdt. Sripinta br Ginting
GBK Rg. Cileungsi

Minggu 11 November 2018, Khotbah Yesaya 38:16-20

Invocatio :

“Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama,” (1 Korintus 10:3-4a)

Bacaan :

3 Yohanes 1:1-3 (Tunggal)

Tema :

“Damai Sejahtera Jasmani dan Rohani” (Mejuah-Juah Kula Ras Tendi)

Pembuka
“Hati yang gembira, adalah obat. Seperti obat, hati yang tenang. Tapi semangat yang patah keringkan tulang. Hati yang gembira, Tuhan senang”. Lirik lagu ini, menyadarkan kembali bahwa sangatlah berkaitan hubungan antara jasmani dan rohani manusia. Perasaan yang gembira dapat menjadi ‘kesembuhan’ yang menenangkan dan menyenangkan bagi seseorang, selayaknya obat. Sementara jika semangat mulai rapuh dan patah, maka dapat ‘mengeringkan’ tulang. Sehingga tidaklah heran, jika bernyanyi, tertawa, bertepuk tangan, berdoa menjadi salah satu terapi penyembuhan yang digunakan untuk memberi semangat berjuang menghadapi penyakit. Setiap orang pasti merindukan kesehatan dan kesegaran secara fisik. Dimana seluruh anggota tubuh dapat digunakan untuk bekerja, berkarya dan menikmati hidup. Namun, sering kali lupa bahwa bukan hanya dengan mengkonsumsi vitamin, menjaga makanan sehat, olahraga dsb menjadi jaminan hidup sehat dan damai sejahtera. Melainkan perlu menjaga keseimbangan hidup dari luar dan dalam (sehat jasmani dan rohani/spiritual). Agar kehidupan merasakan damai sejahtera yang sungguh.

Isi
Yesaya 38:16-20 merupakan nyanyian pengucapan syukur Hizkia, karena merasakan pertolongan Allah yang telah membebaskannya. Hizkia merasakan kesempatan selamat (sementara) dari kematian karena penyakit barah. Hal yang dihadapinya adalah kesusahan-kesusahan yang membuatnya tidak tenang. Apalagi bukan hanya karena penyakitnya, melainkan tugas sebagai seorang raja yang harus bertahan dari serangan Asyur. Kepada Tuhan, Hizkia berseru agar kiranya penderitaan pahit digantikan menjadi keselamatan dari kebinasaan (ay 16-17). Baginya kematian adalah hal yang menakutkan karena menghancurkan tubuh jasmaninya (ay 12, 13) bahkan memisahkannya dari persekutuan dengan Tuhan untuk selamanya (ay 18). Oleh sebab itu, Hizkia menaruh harapannya dengan berseru pada Allah ketika diperhadapkan kepada kematian. Allah mendengarkan doa permohonannya dan memberi kesembuhan serta pertambahan umur baginya.

Kesempatan hidup adalah tanggung jawab manusia kepada Tuhan Sang Pencipta. Saat Hizkia sembuh, Allah memberinya kesempatan hidup 15 tahun lagi. Hizkia menyadari 15 tahun setelah itu, maut akan menjemputnya. Namun, keselamatan sesungguhnya telah diberikan Allah baginya. Hal itulah yang membuat hati Hizkia menjadi semakin penuh kepastian, karena Allah menjadi penuntun hidupnya. Sehingga waktu untuk menjalani kehidupan disadarinya sebagai kesempatan bersekutu, memuji dan bersaksi bagi Tuhan (ay 19, 20). Akhir kehidupan melalui jalan kematian bagi orang yang percaya pada Tuhan dengan sungguh, tidaklah lagi menjadi ketakutan. Melainkan kepastian untuk mendapatkan motivasi hidup yang memberi bagi Tuhan.

Penulis 3 Yohanes 1:1-3 memberikan pembuka bagi pembaca suratnya yang sedang berada pada masa sulit. Ditengah banyaknya perpecahan dan ajaran sesat dalam jemaat yang membuat kegundahan, seorang penatua masih dapat bersukacita. Hal ini dikarenakan ia mendengar bahwa dalam kondisi memprihatinkan, ada anggota-anggota jemaat yang setia dan hidup dalam kebenaran. Gayus adalah salah satu dari mereka (tidak ada penjelasan lebih lanjut, siapa dan dari mana asal Gayus yang dimaksudkan penulis. Kemungkinan Gayus ini adalah salah seorang pemimpin jemaat). Penulis mengungkapkan pula bahwa ada kasih diantara mereka. Hidup dalam kebenaran menumbuhkan kasih satu dengan yang lain. Sehingga dapat saling mendukung dan mendoakan. Penulis berdoa, agar Gayus baik-baik dan sehat tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa. Dengan fisik sehat dan jiwa tenang, kehidupan Gayus pun dapat menjadi saksi hidup dalam kebenaran yang dapat diceritakan saudara lainnya

Aplikasi dan penutup
Damai sejahtera jasmani dan rohani yang diharapkan , tentunya mencakup; fisik (menjaga tubuh agar sehat dan fit), sosial (menjaga relasi yang rukun, penuh kasih dan damai), mental (memiliki hati dan pikiran yang tenang juga positif dalam setiap hal), spiritual (menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan dalam doa, ibadah, meditasi, refleksi tentang karya Tuhan dalam kehidupan). Sehingga ada keseimbangan. Betapa penting menjaga hidup tetap sehat dan damai secara jasmani dan rohani. Untuk memperkuat dan meneguhkan diri menghadapi tantangan, sesuai konteks zaman. Pengharapan harus ditujukan pada Tuhan dalam doa. Agar apapun yang ada pada kita (kesehatan, damai sejahtera) menjadi pelayanan yang sungguh kepada Tuhan. Terlebih dasar dari segala hikmat pengetahuan untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan itu adalah dengan hidup berserah pada Tuhan.

Dengan damai sejahtera jasmani dan rohani, kita pun dimampukan untuk menjaga persekutuan yang indah di dalam Tuhan (diri sendiri dan sesama). Bdk invocatio bahwa Tuhan pun berkehendak agar ada satu kesatuan seperti apa yang telah dinyatakanNya. Perlunya saling menjaga, mengingatkan, mendoakan agar satu dengan yang lain pun kita dapat hidup sehat jasmani dan rohani. Tuhan telah mencukupkan yang diperlukan, merancangkan yang baik, menganugerehkan kesematan hidup, oleh sebab itu sebagai tanda syukur baiklah kita pun mau menjaganya. Melalui hal inilah kita dapat menyatakan kehendak Tuhan, memberi diri melayani Dia. Amin.


Pdt Deci Kinita br Sembiring – GBKP Rg Balikpapan

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD