Khotbah Minggu 11 Pebruari 2018

Khotbah Minggu 11 Pebruari 2018
(Minggu Fassion I, Estomihi)

Invocatio : "Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab engkaulah bukit batuku dan pertahananku. (Mazmur 71:3)

Bacaan      : Roma 10:13-21

Khotbah   : Markus 8:31-38

Thema       : "Ikutlah Yesus; Ingkar Diri Dan Pikul Salib"

Kata Pengantar.

Yesus bertanaya kepada murid-muridNya menurut orang banyak siapakah Dia? Ada pendapat yang mengatakan Yesus adalah Yohanes pembaptis, ada pula yang mengatakan Eli dan ada pula yang mengatakan salah seorang dari para nabi yang terdahulu. Artinya pandangan orang banyak sangat kuat dengan pandangan reinkarnasi, tokoh yang mereka rindukan lahir kembali.
Kemudian Yesus bertanya kepada murid muridnya menurut kamu siapakah Aku ini? Petrus menjawab Mesias. Lalu Yesus melarangnya memberitahukannya kepada orang banyak. Mereka harus merahasiakannya. Inilah latar belakang yang menarik sehingga lahir pengajaran seperti yang disampaikan Yesus dalam bahan khotbah ini. 

Mengapa Yohanes pembaptis di rindukan? Sebab dunia jahat dan kejahatan berkuasa dimana mana, tapi tidak ada tokoh yang peduli dan mengadakan pembaharuan, menyerukan dosa adalah dosa dan bertobatlah! Semua orang telah terbuai di dalam perbuatan dosa (bd. Roma 3:10-18). Mungkin seperti jaman sekarang ini di sekitar kita, kurang keberanian orang mengatakan kebenaran dan berteriak tentang pertobatan. Yang ada orang memakai jalan pikirannya, kalau dia jahat berbuat dosa mencuri seratus juta aku satu juta saja, membenarkan diri dengan membandingkan kejahatan orang lain lebih besar dari kejahatannya. Dunia jaman Yesus ( juga jaman sekarang) merindukan tokoh pembaharu, merindukan tokoh nabi yang menyerukan suara Tuhan.

Pembahasan.
PengajaranNya disampaikan Yesus kepada murid muridNya bukan kepada orang banyak, sebab mereka tidak boleh memahami Yesus sebagai tokoh politik. Yesus ingin memberi pemahaman yang berbeda dari pemahaman orang banyak, bahwa Ia akan mengalami penderitaan besar di tangkap dan disalibkan serta mati dan pada hari yang ke tiga akan bangkit pula dari antara orang mati. Ketokohan Yesus tidak sama dengan seorang tokoh dunia yang hebat yang menang dengan meruntuhkan dan merombak dengan cara tangan besi, dengan sihir dan kekuatan supernatural. Karena itu ketika Petrus mendengar keterangan Yesus tentang penderitaan yang akan dihadapiNya, ia menarik Yesus dan mengatakan tidak mungkin. 

Yesus bertanya kepada para murid “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” (Mark. 8:29). “Mesias”, suatu kata yang berasal dari kata kerja masyah yang berarti mengurapi. Maka Mesias berarti yang diurapi yang berhubungan dengan tiga tugas mulia yaitu nabi, imam dan raja yang pengangkatannya dengan cara pengurapan. Dari ke tiga jabatan istimewa tersebut, keberadaan Yesus sebagai Mesias dihubungkan dengan Raja yang diurapi, sebagai tokoh Ilahi pembawa revolusi (bdg. Yoh. 6:15). Dalam bayangan para murid yang diwakili oleh pendapat Petrus, Yesus akan tampil dengan kekuatanNya yang luar biasa untuk merombak dunia dengan menghadirkan pemerintahan baru.

Tapi kenyataannya berbeda; sesudah pengakuan Petrus yang istimewa itu, Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan dan di tolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu di bunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Pernyataan Yesus tersebut di tanggapi Petrus dengan menegor Yesus, sebab menurutnya tokoh Mesias tidak akan mengalami penderitaan dan mati dengan cara yang tragis. Yesus menegor Petrus, kataNya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (33). Tegoran Yesus tersebut seperti tegoran yang disampaikanNya kepada Iblis ketika Iblis menawarkan kerajaan bumi apabila Yesus tunduk menyembahnya (bd. Mat. 4:10). Pernyataan dan karya Tuhan tidak boleh di pahami dengan pikiran manusia. Orang-orang yang memahami karya dan pekerjaan Allah dengan pikirannya adalah orang-orang yang membengkokkan karya Allah, hendak menggagalkan karya Allah.

Perintah Yesus kepada orang yang mengikutNya; mereka harus menyangkal diri, memikul salibnya. Memikul salib berarti menyangkal diri, mau menjadi murid Yesus untuk melakukan karya penyelamatan Allah (bdg. Luk. 14:26-27, Yoh. 12:24-26). Bahwa orang percaya selama hidupnya mau melawan dosa dan tidak menghambakan diri lagi kepada dosa (bdg. Roma 6, 1 Pet. 4:1,2). Berjuang dengan gigih meruntuhkan siasat dan kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia (bdg. 2 Kor. 10:4,5, Kej 11:1-4). Berjuang dengan gigih melawan kuasa Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan (bdg. Ef. 6:12, 1 Pet. 5:8-10). Di tengah-tengah perlawanan dan ancaman tetap setia, mau menanggung kebencian dan ejekan dari dunia dan bersikap seperti yang dikatakan Paulus; “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil. 1:21).
Orang percaya harus mencapai kwalitalitas hidup yang kesungguhan dan ketulusannya teruji dan diakui, ia siap sedia memberikan nyawanya kepada Tuhan. Di Minggu Pasion I ini marilah kita memeriksa diri, bagaimanakah kerelaan kita berkorban diri untuk Tuhan? Kerelaan berkorban tidak cukup sebatas apa yang menurut pikiran manusia benar, cukup dan mulia. Yesus menuntut kesetiaan penuh, teruji ketekunanannya dalam penderitaan dan perlawanan. Orang-orang yang ikut dalam penderitaan Yesus adalah orang-orang yang mengerjakan keselamatan nyawanya. Ia berjuang bukan demi harta dunia, sebab orang yang berjuang demi harta dunia akan kehilangan nyawanya. Marilah melakukan kehendak Tuhan saja. Awasi pikiran yang dapat menyesatkan. Dengar dan lakukanlah Firman Allah, meskipun penuh penderitaan dan air mata namun pada akhirnya akan menerima mahkota kemenangan.

Yesus sudah tahu jalan penderitaan yang harus di laluinya bahwa Ia akan mati dan bangkit pada hari yang ke tiga. Tapi apakah artinya semua itu? Apakah jika Yesus tahu apa yang akan dialamiNya memberi jawaban kepadanya? Buktinya Yesus takut menghadapi penderitaan dan mati di jalan salib. Tapi dengan tekun Ia berdoa, bukan lari dari kenyataan, dan doa itu memberiNya kekuatan baru. Apakah kita juga tahu kalau kita juga yang hidup akan mati? Tapi apa artinya semua itu apakah akan membuat kita menjadi lebih baik? Atau kita tidak pernah berfikir bahwa kita juga akan mati?

Semua orng percaya tidak dapat menghindari salibnya, ia harus memikulnya jadi yang utama sekarang ini bagaimana saya mendapat kekuatan untuk melakukannya?

"Mata iman" orang percaya harus memandang Yesus, mengapa Ia sanggup memikul salibNya? Ia takut dan mencoba menawar salib itu supaya jangan terjadi padanya. Namun tiga kali Ia berdoa Allah tidak menggeser rencanan-Nya. Mudah saja untuk Yeus menghindar dari salib itu, ada jalan lain misalkan lari atau bersembunyi. Tapi orang-orang yang lari, atau menghindar atau bersembunyi dari jalan salib tidak memiliki wibawa seorang hamba. Seorang hamba tidak bicara lagi soal seberapa besarnya harga dirinya tapi ia mau mati terhormat membuktikan ketaatan dan kesetiannya kepada tuannya. Itulah sebabnya tidak ada pilihan lain bagi Yesus, Ia harus mengalami kematian yang dianggap hina bagi orang-orang Yahudi, sebab kayu salib adalah tempat para penjahat, dan dianggap kebodohan bagi orang-orang Yunani, sebab orang yang pintar tidak akan terhukum salib, dengan kepintarannya seharusnya ia dapat membebaskan diri dari hukuman salib di dalam pengadilan. Seorang hamba harus taat kepada kehndak tuannya, maka Yesus berkata “Bukan kehendakku melainkan kehendakMulah yang jadi”.

Refleksi
Untuk memiliki ketangguhan sebagai orang percaya, jadilah murid Tuhan yang sejati dan seorang murid adalah seorang hamba, maka miliki hati seorang hamba yang selalu mau mendengar perintah Tuannya, meskipun disuruh harus memikul salib maka ia tidak akan kekurang kekuatan. Ia akan tetap setia dan tidak takut menghadapi penderitaan, iman percayanya tidak akan tergoyahkan.

Jangan pandang salib orang lain, sebab masing-masing orang di beri salibnya masing-masing. Jangan tangisi salib anda terlalu besar dan berat karena membandingkannya dengan salib orang lain yang kelihatannya lebih kecil dan lebih ringan. Tidak ada salib yang terlalu besar dan terlalu berat, tapi semua salib adalah penguji iman. Bagaimana anda tahu seberapa kuatnya anda mengangkat sesuatu benda kalau anda tidak pernah mencobanya. Ada orang bersungut-sungut sebab merasakan terlalu berat beban salib yang harus di tanggungnya. Tapi perlu dipertanyakan kepada orang-orang yang belum pikul salibnya tapi sudah bersungut-sungut sebab bagaimana ia tahu beban salib yang di tanggungnya terlalu berat jika ia belum pernah mengangkatnya?
Bereskan hubungan dengan Tuhan, buang segala kedagingan dan kehendak dosa supaya kita tidak merasa berat salib yang harus dipikul dan kalaupun berat salib tersebut tidak akan menyesatkan.

Orang percaya hendaknya berjuang mencapai puncak percaya dengan pengakuan iman; hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus yang ada di dalamku (bd. Fil. 1:21). Kalau demikian kita tahu bahwa kita kuat, sebab kita berjalan bersama Tuhan.

Adakah kita menjadikan kesenangan Tuhan menjadi pilihan kita?
Hati hati dengan godaan setan dan penguasaannya sebab orang yang dikuasainya hidup dibawah kendalinya sehingga pikirannya lemah dan membawanya kepada rancangan manusia bukan rancangan Tuhan.

Mengapa seorang hamba setia dan patuh mengerjakan semua tanggung jawabnya? Sebab ia sadar ia hanya seorang hamba, yang memperjuangkan kehendak tuannya. Demikianlah orag percaya jika ia sadar ia hanya seorang hamba, maka ia akan melakukan semuanya kesetiaannya, memikul salibnya. Dengan memiliki hati seorang hamba maka orang percaya setia pikul salib, ingkar diri dan setia mengikut Yesus. Orang- orang yang tinggi hati, yang merasa dirinya seorang yang besar tidak akan sanggup memikul salibnya.

Orang percaya dipanggil dan di utus ke tengah-tengah dunia untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar bukan untuk menanti-nanti menyaksikan mujizat tapi menyatakan diri menjadi mujizat dan mujizat itu salah satunya ialah pikul salib. Seperti apa yang dilakukan Yesus marilah kita setia melakukannya, bukan hanya menikmati pembaharuan yang dilakukan Yesus tapi marilah kita bergiat melakukan pembaharuan, bersama Yesus kita pasti bisa.

Pdt. Ekwin Wesly Ginting, S.Th, M. Div

GBKP Cikarang

MINGGU 11 FEBRUARI 2018, KHOTBAH Markus 8:31-38 (ESTOMIHI)

Invocatio :

"Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab engkaulah bukit batuku dan pertahananku. (Mazmur 71:3)

Bacaan :

Roma 10:13-21

Thema : "Ikutlah Yesus; Ingkar Diri Dan Pikul Salib"

 


Kata Pengantar.
Yesus bertanya kepada murid-muridNya menurut orang banyak siapakah Dia? Ada pendapat yang mengatakan Yesus adalah Yohanes pembaptis, ada pula yang mengatakan Eli dan ada pula yang mengatakan salah seorang dari para nabi yang terdahulu. Artinya pandangan orang banyak sangat kuat dengan pandangan reinkarnasi, tokoh yang mereka rindukan lahir kembali. Kemudian Yesus bertanya kepada murid muridnya menurut kamu siapakah Aku ini? Petrus menjawab Mesias. Lalu Yesus melarangnya memberitahukannya kepada orang banyak. Mereka harus merahasiakannya. Inilah latar belakang yang menarik sehingga lahir pengajaran seperti yang disampaikan Yesus dalam bahan khotbah ini.

Mengapa Yohanes pembaptis di rindukan? Sebab dunia jahat dan kejahatan berkuasa dimana mana, tapi tidak ada tokoh yang peduli dan mengadakan pembaharuan, menyerukan dosa adalah dosa dan bertobatlah! Semua orang telah terbuai di dalam perbuatan dosa (bd. Roma 3:10-18). Mungkin seperti jaman sekarang ini di sekitar kita, kurang keberanian orang mengatakan kebenaran dan berteriak tentang pertobatan. Yang ada orang memakai jalan pikirannya, kalau dia jahat berbuat dosa mencuri seratus juta aku satu juta saja, membenarkan diri dengan membandingkan kejahatan orang lain lebih besar dari kejahatannya. Dunia jaman Yesus ( juga jaman sekarang) merindukan tokoh pembaharu, merindukan tokoh nabi yang menyerukan suara Tuhan.

Pembahasan.
PengajaranNya disampaikan Yesus kepada murid muridNya bukan kepada orang banyak, sebab mereka tidak boleh memahami Yesus sebagai tokoh politik. Yesus ingin memberi pemahaman yang berbeda dari pemahaman orang banyak, bahwa Ia akan mengalami penderitaan besar di tangkap dan disalibkan serta mati dan pada hari yang ke tiga akan bangkit pula dari antara orang mati. Ketokohan Yesus tidak sama dengan seorang tokoh dunia yang hebat yang menang dengan meruntuhkan dan merombak dengan cara tangan besi, dengan sihir dan kekuatan supernatural. Karena itu ketika Petrus mendengar keterangan Yesus tentang penderitaan yang akan dihadapiNya, ia menarik Yesus dan mengatakan tidak mungkin.

Yesus bertanya kepada para murid “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” (Mark. 8:29). “Mesias”, suatu kata yang berasal dari kata kerja masyah yang berarti mengurapi. Maka Mesias berarti yang diurapi yang berhubungan dengan tiga tugas mulia yaitu nabi, imam dan raja yang pengangkatannya dengan cara pengurapan. Dari ke tiga jabatan istimewa tersebut, keberadaan Yesus sebagai Mesias dihubungkan dengan Raja yang diurapi, sebagai tokoh Ilahi pembawa revolusi (bdg. Yoh. 6:15). Dalam bayangan para murid yang diwakili oleh pendapat Petrus, Yesus akan tampil dengan kekuatanNya yang luar biasa untuk merombak dunia dengan menghadirkan pemerintahan baru. Tapi kenyataannya berbeda; sesudah pengakuan Petrus yang istimewa itu, Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Ia akan menanggung banyak penderitaan dan di tolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu di bunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Pernyataan Yesus tersebut di tanggapi Petrus dengan menegor Yesus, sebab menurutnya tokoh Mesias tidak akan mengalami penderitaan dan mati dengan cara yang tragis. Yesus menegor Petrus, kataNya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (33). Tegoran Yesus tersebut seperti tegoran yang disampaikanNya kepada Iblis ketika Iblis menawarkan kerajaan bumi apabila Yesus tunduk menyembahnya (bd. Mat. 4:10). Pernyataan dan karya Tuhan tidak boleh di pahami dengan pikiran manusia. Orang-orang yang memahami karya dan pekerjaan Allah dengan pikirannya adalah orang-orang yang membengkokkan karya Allah, hendak menggagalkan karya Allah.

Perintah Yesus kepada orang yang mengikutNya; mereka harus menyangkal diri, memikul salibnya. Memikul salib berarti menyangkal diri, mau menjadi murid Yesus untuk melakukan karya penyelamatan Allah (bdg. Luk. 14:26-27, Yoh. 12:24-26). Bahwa orang percaya selama hidupnya mau melawan dosa dan tidak menghambakan diri lagi kepada dosa (bdg. Roma 6, 1 Pet. 4:1,2). Berjuang dengan gigih meruntuhkan siasat dan kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia (bdg. 2 Kor. 10:4,5, Kej 11:1-4). Berjuang dengan gigih melawan kuasa Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan (bdg. Ef. 6:12, 1 Pet. 5:8-10). Di tengah-tengah perlawanan dan ancaman tetap setia, mau menanggung kebencian dan ejekan dari dunia dan bersikap seperti yang dikatakan Paulus; “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil. 1:21).

Orang percaya harus mencapai kwalitas hidup yang kesungguhan dan ketulusannya teruji dan diakui, ia siap sedia memberikan nyawanya kepada Tuhan. Di Minggu Pasion I ini marilah kita memeriksa diri, bagaimanakah kerelaan kita berkorban diri untuk Tuhan? Kerelaan berkorban tidak cukup sebatas apa yang menurut pikiran manusia benar, cukup dan mulia. Yesus menuntut kesetiaan penuh, teruji ketekunanannya dalam penderitaan dan perlawanan. Orang-orang yang ikut dalam penderitaan Yesus adalah orang-orang yang mengerjakan keselamatan nyawanya. Ia berjuang bukan demi harta dunia, sebab orang yang berjuang demi harta dunia akan kehilangan nyawanya. Marilah melakukan kehendak Tuhan saja. Awasi pikiran yang dapat menyesatkan. Dengar dan lakukanlah Firman Allah, meskipun penuh penderitaan dan air mata namun pada akhirnya akan menerima mahkota kemenangan. Yesus sudah tahu jalan penderitaan yang harus di laluinya bahwa Ia akan mati dan bangkit pada hari yang ke tiga. Tapi apakah artinya semua itu? Apakah jika Yesus tahu apa yang akan dialamiNya memberi jawaban kepadanya? Buktinya Yesus takut menghadapi penderitaan dan mati di jalan salib. Tapi dengan tekun Ia berdoa, bukan lari dari kenyataan, dan doa itu memberiNya kekuatan baru. Apakah kita juga tahu kalau kita juga yang hidup akan mati? Tapi apa artinya semua itu apakah akan membuat kita menjadi lebih baik? Atau kita tidak pernah berfikir bahwa kita juga akan mati?

Semua orng percaya tidak dapat menghindari salibnya, ia harus memikulnya jadi yang utama sekarang ini bagaimana saya mendapat kekuatan untuk melakukannya?
"Mata iman" orang percaya harus memandang Yesus, mengapa Ia sanggup memikul salibNya? Ia takut dan mencoba menawar salib itu supaya jangan terjadi padanya. Namun tiga kali Ia berdoa Allah tidak menggeser rencanan-Nya. Mudah saja untuk Yeus menghindar dari salib itu, ada jalan lain misalkan lari atau bersembunyi. Tapi orang-orang yang lari, atau menghindar atau bersembunyi dari jalan salib tidak memiliki wibawa seorang hamba. Seorang hamba tidak bicara lagi soal seberapa besarnya harga dirinya tapi ia mau mati terhormat membuktikan ketaatan dan kesetiannya kepada tuannya. Itulah sebabnya tidak ada pilihan lain bagi Yesus, Ia harus mengalami kematian yang dianggap hina bagi orang-orang Yahudi, sebab kayu salib adalah tempat para penjahat, dan dianggap kebodohan bagi orang-orang Yunani, sebab orang yang pintar tidak akan terhukum salib, dengan kepintarannya seharusnya ia dapat membebaskan diri dari hukuman salib di dalam pengadilan. Seorang hamba harus taat kepada kehndak tuannya, maka Yesus berkata “Bukan kehendakku melainkan kehendakMulah yang jadi”.

Refleksi
Untuk memiliki ketangguhan sebagai orang percaya, jadilah murid Tuhan yang sejati dan seorang murid adalah seorang hamba, maka miliki hati seorang hamba yang selalu mau mendengar perintah Tuannya, meskipun disuruh harus memikul salib maka ia tidak akan kekurang kekuatan. Ia akan tetap setia dan tidak takut menghadapi penderitaan, iman percayanya tidak akan tergoyahkan. Jangan pandang salib orang lain, sebab masing-masing orang di beri salibnya masing-masing. Jangan tangisi salib anda terlalu besar dan berat karena membandingkannya dengan salib orang lain yang kelihatannya lebih kecil dan lebih ringan. Tidak ada salib yang terlalu besar dan terlalu berat, tapi semua salib adalah penguji iman. Bagaimana anda tahu seberapa kuatnya anda mengangkat sesuatu benda kalau anda tidak pernah mencobanya. Ada orang bersungut-sungut sebab merasakan terlalu berat beban salib yang harus di tanggungnya. Tapi perlu dipertanyakan kepada orang-orang yang belum pikul salibnya tapi sudah bersungut-sungut sebab bagaimana ia tahu beban salib yang di tanggungnya terlalu berat jika ia belum pernah mengangkatnya? Bereskan hubungan dengan Tuhan, buang segala kedagingan dan kehendak dosa supaya kita tidak merasa berat salib yang harus dipikul dan kalaupun berat salib tersebut tidak akan menyesatkan.
Orang percaya hendaknya berjuang mencapai puncak percaya dengan pengakuan iman; hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus yang ada di dalamku (bd. Fil. 1:21). Kalau demikian kita tahu bahwa kita kuat, sebab kita berjalan bersama Tuhan.

Adakah kita menjadikan kesenangan Tuhan menjadi pilihan kita?
Hati hati dengan godaan setan dan penguasaannya sebab orang yang dikuasainya hidup dibawah kendalinya sehingga pikirannya lemah dan membawanya kepada rancangan manusia bukan rancangan Tuhan. Mengapa seorang hamba setia dan patuh mengerjakan semua tanggung jawabnya? Sebab ia sadar ia hanya seorang hamba, yang memperjuangkan kehendak tuannya. Demikianlah orag percaya jika ia sadar ia hanya seorang hamba, maka ia akan melakukan semuanya kesetiaannya, memikul salibnya. Dengan memiliki hati seorang hamba maka orang percaya setia pikul salib, ingkar diri dan setia mengikut Yesus. Orang- orang yang tinggi hati, yang merasa dirinya seorang yang besar tidak akan sanggup memikul salibnya.

Orang percaya dipanggil dan di utus ke tengah-tengah dunia untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar bukan untuk menanti-nanti menyaksikan mujizat tapi menyatakan diri menjadi mujizat dan mujizat itu salah satunya ialah pikul salib. Seperti apa yang dilakukan Yesus marilah kita setia melakukannya, bukan hanya menikmati pembaharuan yang dilakukan Yesus tapi marilah kita bergiat melakukan pembaharuan, bersama Yesus kita pasti bisa.

Pdt. Ekwin Ginting

GBKP Rg. Cikarang

MINGGU 25 MARET 2018, KHOTBAH MAZMUR 99:1-7

Invocatio :

“Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan dia! karena perkawinan anak Domba telah tiba, dan pengantinNya telah siap sedia (Wahyu 19-7).

Ogen :

Wahyu 19:6-10 (Tunggal)

Tema  :

“Tuhan adalah Raja yang kuat/ besar untuk membawa kebenaran”

1. KATA PENGANTAR

Perlu kita perhatikan bahwa tantangan yang kita hadapi dalam setiap kehidupan kita tidak dapat kita hindari. Apakah mereka orang yang memiliki Iman yang kuat, orang yang tidak mengenal Allah selalu mendapatkan suatu tantangan dalam kehidupannya dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa tantangan yang kita terima dalam kehidupan kita baik dari kesehatan, ekonomi pekerjaan bahkan hubungan dalam keluarga juga banyak sekali tantangan yang kita hadapi sehingga terkadang kita selalu bertanya apakah masih ada Tuhan dalam hidup kita, apakah Tuhan mengerti tentang apa yang sedang saya hadapi saat ini, apakah Tuhan sanggup memberikan pertolongan terhadap apa yang saya hadapi saat ini, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang terkadang tidak kunjung selesai. Kita perlu menyadari bahwa walaupun di siang hari kita tidak melihat adanya matahari namun kita percaya bahwa matahari ada disiang hari. Dari uraian tersebut kita dapat melihat bahwa walu Allah tidak kita rasakan karyaNya dalam hidup kita disaat kita menghadapi suatu tantangan yang berat namun kita percaya bahwa Allah selalu ada dalam hidup kita.

2. ISI

Ayat 1-3 dikatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang Maha Besar. Dikatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang Maha Besar artinya Dia bersemayam di atas kerub-kerub yang menjadi tahtaNya jikalau Tuhan adalah Raja yang Maha Besar ini berarti bahwa segala bangsa-bangsa akan gemetar dan bumi bergoyang. Bangsa-bangsa gemetar dan bumi bergoyang bukanlah berarti ada kata panik atau takut melainkan bangsa-bangsa akan hormat kepada Tuhan sebagai Raja yang Maha Besar. Mengapa karena Tuhan Sang Raja itu mengatasi segala bangsa-bangsa, dapat melakukan keajaiban-keajaiban yang besar, Tuhan memiliki kekuatan yang luar biasa. Jika dikatakan bahwa Tuhan Raja yang Maha Besar, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan senantiasa tunduk dan selalu hormat kepadaNya.

Ayat 4-5 Tuhan sebagai pencipta dan sebagai pencinta hukum. Dalam ayat ini Tuhan itu digambarkan sebagai pencipta alam semesta dan juga sebagai Raja yang mencintai hukum. Itulah yang menjadi kekuatan Tuhan yang menjadikan Dia memiliki kekuasaan, kehormatan sebagai Raja dan itulah juga yang menjadi kebesaranNya, oleh karena itu posisi Tuhan tidak akan pernah dapat tergoyahkan.

Ayat 6-7 Tuhan sebagai pendengar

disebutkan bahwa Musa, Harun dan Samuel adalah bertindak sebagai pengantara antara Tuhan dan Israel. Musa adalah wakil hukum Harun wakil jabatan Imamat Samuel wakil anugerah Kenabian. Dalam teks ini disebutkan bahwa Musa Harun dan Samuel adalah sebagai orang-orang yang menyerukan nama Tuhan yaitu berdoa kepada Tuhan bagi umat Tuhan itu sendiri.

3. REFLEKSI TEOLOGIA

Dihadapan Tuhan tidak ada yang mustahil dalam setiap persoalan yang dihadapi manusia. Bukan Tuhan yang tidak mampu menolong umatNya, bukan Tuhan yang tidak mau menolong umatNya namun manusialah yang ragu akan kemahabesaran Tuhan dan juga manusialah yang tidak mau ditolong oleh Tuhan. Jikalau kita mengatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang kuat dan Maha besar itu artinya manusia tidak boleh ragu akan kebesaran Tuhan tersebut keraguan dan kekuatiran kita tidak akan pernah menyelesaikan persoalan kita, tidak akan dapat menambahkan umur kita. Pengakuan adalah hal yang terpentinga dalam hidup kita yaitu pengakuan akan kebesaran Tuhan itu sendiri. Jikalau peMazmur mengatakan Tuhan adalah Raja itu berarti ada satu keyakinan bahwa segala bangsa-bangsa akan hormat kepadanya demikian juga kita sebagai anak-anak Tuhan, bila kita mengatakan Tuhan itu adalah Raja kita akan senantiasa tunduk dan hormat kepada raja itu sendiri. Walaupun banyak tantangan yang kita hadapi Tuhan senantiasa mampu menopang hidup kita karena Tuhan sendiri berkata marilah kepadaKu semua yang berbeban berat aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Jangan pernah ragu dan khawatir akan hidup kita Tuhan pasti menolong kita disiang hari Dia membuat tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari pertanda Tuhan senantiasa menuntun hidup kita dari sekarang sampai selama-lamanya yaitu masuk kedalam kerajaan surga. Amin.

Pdt. Abel S. Meliala

GBKP Tambun

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD