Minggu 20 Mei 2018, Khotbah Kisah Para Rasul 10:44-48

Invocatio :

“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Yohanes 4: 24

 

Bacaan :

Yesaya 40: 12-14 (Antiphonal)

 

Tema :

“Roh Kudus Dicurahkan bagi Orang yang Mendengarkan Firman Tuhan”

 

Pengantar

Peristiwa turunnya Roh Kudus atas para murid Yesus (Kis 2) kita sebut Pentakosta. Pentakosta artinya ke-limapuluh. Suatu tradisi orang Yahudi yang merayakan peringatan 50 hari bangsa Israel keluar dari Mesir. Ketika perayaan Pentakosta bagi orang Yahudi berlangsung, turunlah Roh Kudus atas para murid yang memampukan mereka berkata-kata dalam bahasa lain. Karena itu bagi orang Kristen, kita memperingati Pentakosta sebagai hari turunnya Roh Kudus. Roh yang dijanjikan Tuhan Yesus sebelum IA terangkat ke sorga (Kis 1: 8). Roh Kudus menolong dan menguatkan para murid Yesus untuk bersaksi dengan berani ke berbagai tempat.

Penjelasan Bahan

Kis 10: 44-48 adalah bagian dari perjumpaan Petrus dan Kornelius dalam satu peristiwa yang diatur oleh Tuhan. Petrus, rasul yang telah menerima Roh Kudus, telah bersaksi tentang Yesus. Dengan kuasa Roh ia berkhotbah, menyembuhkan orang lumpuh di pintu gerbang Bait Allah, membangkitkan Tabita, namun sepanjang hidupnya masih dipenuhi dengan segala peraturan orang Yahudi. IA mematuhi segala aturan, mulai dari makanan yang najis sampai orang-orang non-Yahudi yang dianggap belum tahir. Ia belum pernah makan makanan yang haram dan masuk ke rumah orang non-Yahudi. Sampai suatu hari Tuhan datang dalam penglihatan dan mengajarkannya suatu hal baru.

Kornelius, seorang Perwira Italia yang percaya pada Tuhan, saleh, seisi rumahnya menyembah Allah, tekun berdoa, dan ia sangat dermawan pada orang Yahudi yang berkekurangan. Kornelius percaya pada Tuhan tapi ia bukan orang Yahudi. Padanya datang penglihatan, malaikat Tuhan menyuruh Kornelius mengundang Petrus untuk datang ke rumahnya. Kornelius patuh dan mengirim orang untuk mengundang Petrus.

Petrus, yang belum pernah masuk rumah orang bukan Yahudi yang selama yang ia tahu adalah najis, memenuhi undangan Kornelius karena penglihatan tentang makanan yang najis menurut hukum Yahudi. Dalam penglihatan itu ia mendengar Tuhan berkata “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (10: 15). Saat Petrus merenungkan apa maksud penglihatan itu, orang utusan Kornelius telah tiba di rumah Simon, tempat Petrus menumpang tinggal. Dua orang dari latar belakang berbeda ini dipertemukan Tuhan untuk rencana yang mulia. Bahwa firman Tuhan dan berita keselamatan telah sampai pada segala bangsa. Roh Kudus tercurah bagi orang yang menerima sabda Tuhan (teks: yang mendengar pemberitaan itu).

Kornelius bersyukur. Petrus belajar. Kornelius perwakilan orang non-Yahudi yang telah menerima berita keselamatan dalam Yesus Kristus dan ke atasnya turun Roh Kudus. Petrus perwakilan orang-orang Yahudi (teks: orang-orang bersunat) yang terbuka pikirannya, untuk tidak lagi membangun tembok pemisah dan pengkotak-kotakan berdasarkan suku.

Kata Petrus: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.” (10: 34)

“Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (10: 47)

Statement Petrus juga senada dengan Yesaya 40: 12-14, yang menyiratkan bahwa tidak ada yang lebih berkuasa dari Tuhan, tidak ada yang bisa mengatur Roh Tuhan.

Pada peristiwa ini, batas-batas etnis telah dilampaui. Anugerah keselamatan datang pada segala bangsa yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Roh Kudus turun atas segala bangsa yang mau mendengarkan firman Allah.

Aplikasi

1. Roh Kudus dicurahkan ke atas orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan

Pekerjaan Roh Kudus tidak terbatas oleh apapun. Manusialah yang senang membuat pengkotak-kotakan. Padahal jelas sekali bahwa tidak ada yang bisa mengatur Roh Kudus untuk turun hanya bagi orang Yahudi saja, atau gereja A saja. Tidak pantas manusia mengatakan, di gereja A tidak ada Roh Kudus, di gereja B ada Roh Kudus. Siapapun kita, bahasa apapun yang kita gunakan, apapun warna kulit dan kebangsaan kita, tidak membatasi pekerjaan Roh Kudus. Saat firman Tuhan diberitakan, Roh Kudus memberi pengertian. Begitu pula saat kita membaca Alkitab secara pribadi maupun bersama-sama. Konfesi GBKP tentang Alkitab poin pertama: Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis manusia dengan ilham Roh Kudus. Jika dalam penulisannya Roh Kudus mengilhami, maka dalam pembacaan pun Roh Kudus yang akan memberi pengertian. Sehingga pesannya ‘klop’. Orang tidak akan salah pengertian selama Roh Kudus yang membimbing. Itulah sebabnya setiap akan membaca Alkitab dan berkhotbah, selalu diawali dan diakhiri dengan doa mohon bimbingan Roh Kudus.

2. Orang yang menerima Roh Kudus akan terus haus akan firman Tuhan

Seperti Kornelius dan orang-orang yang bersamanya, meminta Petrus untuk tinggal lebih lama dengan mereka. Seorang Rasul, yang datang untuk memberitakan kabar keselamatan, tentu akan bersaksi lebih banyak lagi tentang Yesus Kristus jika diberi waktu lebih panjang. Tinggal lebih lama berarti pemberitaan yang lebih banyak. Pemberitaan lebih banyak berarti khotbah lebih panjang. Itulah kerinduan Kornelius dan teman-temannya. Rindu akan kebenaran firman Tuhan lebih lagi. Maka pertanyaan bagi pendengar firman masa kini, apakah pengkhotbah kurang menarik dan terlalu panjang ataukah kita yang belum mengandalkan kuasa Roh Kudus? Apakah membaca Alkitab dengan tulisan kecil dan rapat membuat mata mengantuk, atau justru kita yang belum menerima Roh Kudus? Jika kita sudah dipenuhi Roh Kudus, maka hati kita akan terus ingin diisi oleh firman Tuhan. Roh Kudus membuat kita rindu mendengarkan Tuhan.

3. Roh Kudus tercurah bagi orang-orang percaya. IA menolong, membimbing, dan meneguhkan kita untuk hidup kudus seperti yang Tuhan kehendaki. Hadir-tidaknya Roh Kudus dalam perbuatan kita sehari-hari juga dapat dilihat dari buah hidup kita. Apakah hidup kita menghasilkan buah sebagaimana Galatia 5: 22-23 menyebutkan Buah Roh? Apakah kita memiliki: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri? Mari kita periksa diri masing-masing. Selamat Hari Turunnya Roh Kudus.

Pdt. Yohana Samuelin M. Ginting, S. Si. Theol

GBKP Perp. Samarinda

Khotbah Minggu 08 April 2018

Khotbah Minggu 8 April 2018

(Minggu Setelah Paskah/ Quasimodogeneti)

Introitus      : Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin

akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan (I Petrus 2:2

Bacaan       : Titus 3: 3-7

Khotbah      : Yohanes 21: 15-19

Tema         : “Aku mengasihi Engkau Tuhan”

  1. Yesus yang telah bangkit menampakkan diriNya kepada murid-muridNya di pantai danau Tiberias. Penampakan itu menjadikan terjadi percakapan pada momen setelah sarapan. Percakapan Yesus dengan murid-muridNya dalam suasana santai dan serius.
  2. Yesus mempertanyakan kekonsistenan Petrus yang pernah menyangkalNya, apakah masih tetap mengaku untuk mengasihi Yesus dalam hidupnya? Yang dipertanyakan Yesus apakah Petrus mengasihi Dia lebih dari pada yang lain. Yesus meminta Petrus untuk lebih menunjukkan kembali dirinya mengikut Yesus (bnd. 13:37).
  3. Pertanyaan Yesus kepada Petrus itu terjadi sebanyak tiga kali: apakah engkau mengasihi Aku? Pertanyaan Yesus itu dijawab Petrus dengan meng-amin-kannya. Berarti Petrus membukakan dirinya untuk menghidupkan kembali untuk ikut Yesus dengan segenap hatinya.
  4. Percakapan Yesus dengan murid-muridNya (Petrus) terpusat pada kasih kepada Kristus yang bangkit. Mengasihi Yesus yang bangkit itu agak berbeda dengan mengasihi Yesus sebelum dibangkitkan Allah. Sebelum kebangkitanNya, murid-murid mengasihi Yesus. Tetapi murid-murid terjatuh di dalam kekecewaannya bahkan lari meninggalkan Yesus yang tersalib itu.
  5. Kenyataan yang demikian menjadikan Yesus mempertanyakan komitmen murid-murid (Petrus) dalam mengasihi Yesus yang telah bangkit itu. Apakah Petrus mengasihi Yesus lebih dari pada mereka? Petrus menjawab dan mengaku dirinya mengasihi Yesus.
  6. Sebagai bentuk jawaban dan pengakuan Petrus yang mengasihi Yesus, Petrus menerima penugasan menggembalakan jemaat Tuhan. Menggembalakan berarti Petrus bersedia untuk memelihara, merawat dan melayani domba-domba Kristus baik muda, tua, anak-anak maupun yang dewasa.
  7. Mengapa? Kasih Kristen itu adalah kasih yang mengungkapkan dirinya dalam pelayanan bahkan kepada saudara-saudara Yesus yang hina sekalipun. Kasih itu harus melangkah keluar dari dalam lingkaran diri orang-orang percaya. Artinya orang percaya itu dipercayakan dan terdorong untuk bertumbuh dan berkembang dari Yerusalem-di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).
  8. Menggembalakan domba-domba Yesus bagi Petrus bukanlah hal yang gampang. Dirinya diberdayakan. Dan dituntut kesetiaan, ketaatan, keseriusan dan juga transformasi diri.
  9. Aku mengasihi Engkau menujukkan kesediaannya untuk menjalankan yang diserahkan Yesus kepadanya. Petrus harus menjaga, memelihara dan member makan domba-domba Yesus. Artinya hidup Petrus tetap bersama dengan Yesus sekalipun yang terjadi itu penderitaan-penderitaan.
  10. Aku mengasih Engkau adalah pernyataan dari dalam hati yang telah diperbaharui oleh kebangkitanNya sehingga dengan sukacita Petrus menerima penugasan yang diserahkan Yesus baginya. Bisa jadi domba-domba itu ada yang berlari meninggalkan gembalanya, tetapi sebagai gembala Petrus yang telah menerima penugasan menggembalakan domba-domba Yesus harus termotivasi untuk mencarinya, membimbingnya, menasehatinya.

Pdt. Ephenetus Tarigan

GBKP Rg. Bandung Timur

Minggu 06 Mei 2018, Khotbah Keluaran 32:9-14 (Rogate)

Invocatio    :

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7)

 

Bacaan       :

Yakobus 1:2-8

 

Tema         :

“Pindolah Alu Meseksek Ibas Pertotonndu/Mintalah Dengan Sungguh-Sungguh Dalam Doa-mu”

 

1. PENDAHULUAN

Berapa banyak kita menuntut agar Allah selalu menjawab setiap doa kita? Tuhan memang tidak selalu menjawab “Ya” pada setiap doa kita, namun Dia bisa mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendakNya. Itu semuanya dimaksudkan agar kita tidak menyalahgunakan doa, yaitu meminta sesuatu kepada Tuhan dengan tujuan untuk memuaskan nafsu kita sendiri (bnd. Yak. 4:3). Doa seperti ini jika dikabulkan justru akan mencelakakan diri kita sendiri.

Glenn Clark menulis, “masalah terbesar dari doa adalah bagaimana mengijinkan dan membiarkannya mengalir, dan Allah akan menjawab dengan caraNya”. Sayangnya kita justru berdoa hanya untuk menyampaikan “paksaan-paksaan” kita melalui kata-kata kepada Tuhan, kita hanya ingin kehendak kita tercapai bukan kehendak Allah yang terjadi. Belajar dari doa Yesus di taman Getsemani kita tahu bahwa hakekat doa adalah bagaimana menaklukkan kehendak diri sendiri di bawah kehendak Allah. Membiarkan rencana Allah yang terjadi dalam hidup kita. Dalam doa yang didasarkan atas kehendak Allah, percayalah bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik, pada saat yang terbaik di dalam hidup kita.

2. PENDALAMAN NATS

Allah telah mengikat perjanjian dengan Israel di atas gunung Sinai dengan memberikan berbagai peraturan dan petunjuk kepada Musa melalui sepuluh Hukum Allah pada dua loh batu (Kel. 31:18). Kita tahu bahwa dua hukum yang pertama mengharuskan umat Israel untuk mengutamakan Allah dan melarang mereka untuk menyembah ilah lain. Namun ironis, berada di kaki gunung saat menantikan Musa, ternyata membuat orang Israel tidak sabar. Mereka mengira Musa sudah binasa dalam api yang terlihat menghanguskan di puncak gunung Sinai. Maka bagai anak ayam kehilangan induk, bangsa Israel terlihat kacau. Lalu mereka mendesak Harun untuk membuat allah lain dengan membuat patung lembu emas. Padahal itu dosa besar “mendukakan hati Tuhan”.

Dalam Keluaran 32:9-14 menceritakan bagaimana proses “panjang” nya perjalanan umat Tuhan menuju tanah perjanjian itu, oleh karena keberdosaan melalui perlawanan akan kehendak Allah dengan menjadi bangsa yang tegar tengkuk. Oleh karena kemurtadan dan dosa umat itu, Allah menyatakan niatNya untuk membinasakan mereka dan membangun bangsa lain melalui Musa.

Dalam ayat 11-14, menjelaskan bagaimana Musa berdoa syafaat bagi keselamatan umat Israel (ay. 11-14) tersinggung. Hal ini menunjukkan bahwa Allah menjawab doa-doa para hambaNya yang setia dan membiarkan mereka berperan serta dalam tujuan-tujuan dan keputusan-keputusanNya mengenai penebusan. Jelas sekali bahwa Allah ingin membinasakan umat pemberontak itu, namun Musa yang bertindak sebagai perantara di antara Tuhan dengan umat itu, dengan sungguh-sungguh memohon syafaat supaya melunakkan hati Allah sehingga mengubah maksudNya. Karena doa Musa yang sungguh-sungguh, Tuhan menaruh belas kasihan. Allah tidak mengabaikan doa syafaat seorang hamba yang setia selama harapan akan penebusan masih tetap ada. Syafaat akan ditolak Allah hanya apabila dosa sudah mencapai puncaknya (bnd. Yer. 15:1; Yeh. 14:14,16).

Dalam bagian ini tidak disebutkan berapa lama Musa berdoa memohon pengampunan Tuhan, tapi dalam Ulangan 9:25 kita baru tahu 40 hari 40 malam lamanya, tanpa makan sekerat roti ataupun minum setetes air, dia berlutut dan berseru memohon pengampunan Tuhan. Sebagai seorang mediator berdoa syafaat bagi bangsanya di masa yang kritis itu.

Invocatio dari Matius 7:7, sering kali dijadikan banyak orang Kristen bagai semacam kunci untuk membuka pintu gudang kekayaan Allah, dimana orang dapat mengambil apa saja yang diinginkannya. Sering kali tanpa disadari konsep Alibaba dan gudang harta karun menjadi dasar pengabulan doa. Karena kesalahan pengertian inilah maka banyak orang Kristen yang tidak mengerti mengapa doanya tidak dikabulkan Tuhan, lalu bersungut-sungut dan mempersalahkan Tuhan. Sebenarnya ayat ini menekankan bagaimana Allah yang selalu meresponi setiap doa dan permohonan kita. Harus dimengerti meresponi di sini bukan berarti harus mengabulkan. Tidak semua doa itu dikabulkan Allah tetapi tidak ada doa yang tidak dijawab Allah.

Mintalah, maka akan diberikan. Tidak dikatakan dikabulkan, terjemahan aslinya dothesetai (Yunani) - it shall be given (Inggris); bukan genesetai (dikabulkan). Apa yang diberikan belum tentu apa yang kita minta, tetapi pasti ada yang diberikan (yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan bukan apa yang diinginkan).

 APLIKASI

Hakikat doa adalah suatu percakapan (dialog) antara kita dengan Allah, oleh sebab itu:

  1. Berdoa adalah sarana manusia berhubungan dengan Allah
  2. Berdoa tidak sekedar mengucapkan kata-kata, bukan mengucapkan kata-kata yang kita anggap berkhasiat, sakti atau bertuah seperti mantera.
  3. Berdoa adalah mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita
  4. Berdoa tidak sekedar menyampaikan permohonan kepada Tuhan (permintaan hanya salah satu dari isi doa). Doa adalah perjumpaan dua pribadi yaitu pribadi Allah dan diri kita. Dalam perjumpaan tersebut terjadi dialog konkrit, percakapan dua arah bukan satu arah.

 Minggu ini adalah minggu Rogate (berdoa), dimana kita dituntut meneladani Musa yang memohon (berdoa) kepada Tuhan supaya umat Israel diberi pengampunan atas dosa dan kesalahan bangsa itu. Kita bisa melihat dan menyadari betapa permohonan (doa) yang disampaikan dengan kesungguhan pasti dijawab dan dikabulkan Tuhan. Bagaimana doa itu menjangkau banyak hal, doa berkekuatan mengubah keputusan Allah ketika Allah hendak membinasakan bangsa itu. Doa Musa yang disampaikan dengan Allah “tidak konsisten” dengan keputusanNya dengan mengubah ketetapanNya sendiri.

Doa dapat mengubah hati. Doa permohonan yang dinaikkan Musa mengubah hati Allah dari yang marah dan menghukum menjadi mengampuni. Maka berdoa tidak sekedar kata-kata tapi bagaimana kita berbicara dan memohon kepada Tuhan dengan ketulusan dan kesungguh-sungguhan.

Dalam doa kita juga tidak boleh egois (hanya keinginan dan kebutuhan kita pribadi). Tapi doa juga dipanjatkan untuk orang lain dan kebaikan di luar diri kita, sama seperti doa Musa yang berdoa untuk keselamatan umat Israel yang sudah berdosa kepada Tuhan.

Pdt. Irwanta Brahmana

GBKP Rg. Surabaya

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD