Minggu 17 Maret 2019, Khotbah Ayub 42:1-6
Invocatio :
Ingatlah segala rahmatMu dan kasih setiaMu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala (Maz. 25:6)
Bacaan :
Ibrani 4: 14-16 (T)
Tema :
Tuhan sanggup melakukan segalanya (Dibata ngasup ngelakoken kaipe)
PENDAHULUAN
Penderitaan dalam dunia ini merupakan sebuah persoalan yang tidak mudah untuk dijelaskan. Jika Tuhan baik dan berkuasa mengapa Dia “membiarkan” penderitaan ada dalam dunia? Bagi mereka yang pernah bersentuhan secara langsung dan mendalam dengan penderitaan, pertanyaan ini menjadi jauh lebih rumit. Rasa sakit yang ada terlihat begitu nyata. Seringkali sukar untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Persoalan ini tidak menjadi mudah oleh orang orang kristen. Terkadang kita juga bergumul dengan pertanyaan yang sama. Lebih dari itu kita juga memiliki persoalan versi kita sendiri. “Jika Tuhan baik, mengapa orang baik menderita?
ISI
Kotbah/Nats kali ini menyediakan sebagian jawaban, walaupun tidak begitu tuntas. Karena tidak ada satu teks yang mampu menerangkan segala aspek yang bersentuhan dengan pergumulan ini. Namun paling tidak kita akan memliki pondasi yang kokoh untuk berdiriteguh ditengah kehidupan yang tidak pernah lepas dari berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan.Dalam kaitan dengan persoalan ini, tidak salah apabila kita belajar dari kehidupan Ayub. Dia dikenal sebagai orang yang saleh di dalam Alkitab (Yeh. 14:14,20). Secara khusus dia adalah tokoh Alkitab yang sering kali dihubungkan dengan ketabahan dalam menghadapi penderitaan (Yak. 3:11).
ay. 1 : “Maka jawab Ayub kepada Tuhan”
Memberikan jawab terhadap apa yang kita komplainkan dengan Tuhan, baik itu yang menyangkut ragam pergumulan, penderitaan, kesusahan yang silih berganti tiada henti sebagaimana yang dihadapi Ayub. Sehingga dia komplain terhadap Tuhan, bukanlah hal yang mudah, sehingga dikala Ayub mampu memberi jawab, memberikan respons yang terakhir atas segala pergumulannya di hadapan Tuhan.
ay. 2 : Kekuatan untuk mengungkapkan suatu kesaksian yang lahir dari hati nurani yang terdalam dari Ayub yaitu mengakui kemahatahuan Tuhan sekaligus kesanggupan Tuhan untuk segala sesuatu walaupun keadaan Ayub saat itu belum dipulihkan.
ay. 3 : Dasar untuk mengambil keputusan atas berbagai persoalan yang masih terselubung adalah pengetahuan. Dasar dari segala pengetahuan adalah Firman Tuhan yang tertuang dalam Amsal 1:7. Ternyata Ayub sudah menang, bahkan sebelum ada perubahan keadaan. Solusi sejati seringkali bukanlah perubahan keadaan melainkan perubahan diri kita sendiri.
ay. 4 : Mendengar adalah sesuatu hal yang perlu dilakukan oleh Ayub. Dengan kesediaan mendengar maka Tuhan akan bertanya kepada Ayub dan Ayub akan memberitahukan segala pergumulannya kepada Tuhan.
ay. 5 : Tidak jarang kita mengenal seseorang dari apa kata orang terhadap orang tersebut. Sama halnya pengakuan Ayub tentang Tuhan yang ia dengar dari apa kata orang, yang pada akhirnya mengarahkan matanya untuk memandang Tuhan.
ay. 6 : Di antara dua pilihan yang ada, maka lebih banyak pilihan jatuh kepada pilihan yang terakhir. Di mana menurut kaca mata Allah, Ayub tidak bersalah dalam perkataannya (42:7-8). Hanya bagaimanpun kelemahannya, kekurangan dapat juga kita katakan kesalahan Ayub adalah rasa ingin tahunya yang terlalu besar,dia mencoba untuk memahami hal-hal yang melampaui pengetahuannya (ay.3),dia menganggap bahwa dia mampu memahami hal-hal yang rumit, ini adalah kesombongan. Karena itu Ayub perlu bertobat dan merendahkan diri di atas abu (42:6b).
APLIKASI
• Mengaku dosa, mengakui segala kekurangan dan kelemahan yang kita miliki bukanlah hal yang mudah. Untuk mengakui senua itu, dibutuhkan kerendahan hati, kesadaran dan kemampuan untuk mengungkapkan segala keberadaan kita, yang serba terbatas yang tidak sempurna ini dengan apa adanya dan dalam kepasrahan berserah serta bersandar kepada Kristus Yesus sebagai Iman besar yang telah mewakili kita untuk menebus segala dosa kita dengan pengorbananNya sendiri (band. bacaan ibrani 4:14-16)
• Setiap orang tanpa terkecuali pernah mengalami teguran. Apa dan bagaimana teguran itu tentu akan sangat menyakitkan. Respon kita terhadap teguran itu tergantung pribadi seseorang (cuek, putus komunikasi, dll). Tapi bagaimana jika teguran itu datang dari Allah, bagaimana yang dihadapi Ayub. Ada dua sikap drastis dari Ayub. Setelah Allah menegur Ayub :
o Pertama : Ayub merendahkan dirinya sendiri dihadapan Allah.
Kedua : Ayub mencabut pembelaannya.
Dan setelah itu Ayub tidak lagi menderita, bahkan hidup dalam berkelimpahan dalam berbagai hal yaitu dalam hal kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Hidup dalam berkat karunia Allah yang melimpah.
• Kita juga harus sadar sadar siapakah kita di hadapan Tuhan? Dia selalu mengasihi kita. Perbuatannya yang begitu besar dan ajaib menyertai kehidupan kita hari ini dan sampai selama-lamanya. Amin
Pdt. Neni Triana Sitepu
Runggun Cisalak