Minggu 14 April 2019, Khotbah Yohanes 12:12-19

Invocatio :

"... Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat
yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (1 Timotius 6 : 14 b - 15)

Khotbah :

Yohanes 12:12-19

Tema:

"KedatanganNya Membawa Damai".


Kata Pengantar
Minggu ini adalah minggu Passion yang ke VII, minggu terakhir kita merenungkan penderitaan Yesus sebelum Ia mati di kayu salib dan pada hari kamis yang akan datang semua orang kristen akan memperingati saat Yesus di tangkap dan di hukum mati di atas kayu salib.

Peristiwa Yesus di muliakan orang banyak ini terjadi ketika Yesus memasuki kota Yerusalem yaitu saat dimana Yesus terang terangan menunjukkan diriNya di tengah tengah orang banyak yang sudah berkumpul untuk merayakan paskah. Kalau kita membaca di dalam Yohanes 10:22-39 Yesus di tolak orang orang Yahudi dan mereka hendak melempari Yesus dengan batu untuk membunuhNya. Setelah Yesus luput dari maksud jahat orang-orang Yahudi mereka terus mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus. Kemudian Yesus pergi ke seberang sungai Yordan ke tempat Yohanes membaptis dahulu, Ia menyingkir "sembunyi" dari orang banyak terutama dari incaran orang orang Farisi dan tinggal di situ (bd. Yoh 10:40). Setelah itu kita membaca Yesus melakukan mujizat yang besar membangkitkan Lazarus yang telah mati terbaring empat hari di dalam kuburannya (bd. Yoh. 11:1-44) dan peristiwa itu membuat orang-orang Farisi, imam-imam kepala dan Mahkamah Agama semakin marah dan semakin bulatlah tekadnya untuk membunuh Yesus (bd. Yoh. 11:45-57). Kemarahan orang-orang Farisi dan imam-imam itu bukan hanya kepada Yesus mereka juga sepakat untuk membunuh Lazarus untuk menghilangkan bukti mujizat Yesus, untuk menggagalkan mujizat kebangkitan yang telah dilakukan Yesus. (bd. Yoh. 12:9-11). Yesus semakin terancam dan saat Yesus diserahkan, di tangkap dan di salibkan sudah sangat dekat.

Pembahasan Teks dan Pemberitaan
Berita tentang mujizat-mujizat yang telah di lakukan Yesus sangat melekat di hati orang banyak, terutama orang orang yang mengalami penderitaan, tekanan dan kemiskinan. Mereka sangat merindukan munculnya tokoh Mesias si Pembebas untuk melepaskan mereka dari segala penderitaan, penindasan dan kemiskinannya. Pada saat itu mereka datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah yaitu memperingati peristiwa kebebasan nenek moyang mereka dari tawanan bangsa Mesir. Mereka datang dari Yerusalem dan sekitarnya dan dari semua negeri. Sebagai penyembah yang sungguh sungguh, mereka datang lebih awal supaya dapat mengikuti upacara penyucian diri untuk melayakannya mengikuti ibadah Paskah.

Ditengah tengah penantian hari raya Paskah itu orang banyak mendengar berita bahwa Yesus sedang di dalam perjalanan menuju Yerusalem. Berita kedatangan Yesus itu sangat kuat mempengaruhi hati mereka, membangkitkan sukacitanya sebab akan terjawab harapannya tentang munculnya Mesias semakin dekat dan pasti. Orang banyak itu mengambil daun palem yaitu daun yang biasa dipergunakan terutama oleh orang orang miskin (jelata) untuk merayakan pesta suka cita dalam menyambut orang orang yang dihormati. Pohon palem adalah lambang kemenangan dan kejayaan. Dalam menyambut Yesus mereka tidak memiliki permadani yang indah untuk dibentangkan di jalan yang akan di lalui Yesus, mereka tidak memiliki alat musik untuk mengiringi penyambutan Yesus, tetapi yang dapat mereka lakukukan mereka telah menunjukkannya yaitu memberi hati dan suka citanya dan dalam kesederhanaannya melakukan upacara penyambutan. Berita kedatangan Yesus saja sudah sangat luar biasa membangkitkan kegirangan dan sukacitanya, tentulah lebih besar lagi ketika Yesus ada di tengah-tengah mereka.

Mereka bukan hanya menantikan kedatangan Yesus tetapi menyongsongNya. Terlalu lama kalau hanya menunggu saja kedatangan Yesus, karena itu mereka datang kepada Yesus, bukan dengan membawa segudang keluhannya, kecemasannya atau penderitaannya tetapi mereka menghampiri Yesus dengan pujian dan sorak sorainya, dengan seruannya "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel" (bd. Maz. 118:26). Hosana berarti keselamatan. Bersama Yesus orang banyak merasa mendapatkan keselamatannya, kemerdekaannya.

Yesus pantas mendapat penyambutan yang luar biasa, seperti rakyat dengan suka cita melepas rajanya ke medan perang untuk memenangkan pertempurannya. Demikian juga penyambutan Yesus dengan dipermuliakan sebab Ia akan menaklukkan segala penguasa dan kuasaannya. Yesus akan memenangkan peperanganNya melalui kematianNya di atas kayu salib dan kebangkitanNya.

Dibalik peristiwa ini kita juga melihat kenyataan dari ke-Mesias-an Yesus; Ia tidak pernah takut menghadapi kemarahan dan rencana jahat orang orang Farisi dan para imam. Sebenarnya Yesus tahu kalau Ia ke Yerusalem Ia harus menanggung banyak penderitaan yang dilakukan tua-tua, imam-imam dan ahli-ahli Taurat, akan membunuhNya, seperti yang pernah diberitakanNya kepada murid-muridNya. (bd. Mat. 16:21). Kalau Yesus bersembunyi - menyingkir dari orang banyak bukan karena takut tetapi karena kebijaksanaanNya sebab saat Yesus diserahkan belum tiba. Perjalanan Yesus ke Yerusalem sebenarnya tidak aman, menegangkan sebab disana telah berkumpul orang orang Farisi dan para imam dalam kemarahannya dan rencananya akan menangkap Yesus. Tetapi karena kabar baik, berita suka cita, syalom dari Allah yang dibawa Yesus jauh lebih besar dan lebih penting maka Yesus datang ke Yerusalem kepada orang banyak menunjukkan diriNya untuk menyatakan kebesaran Allah. Kehadiran Yesus menjadi proklamasi pemerintahan Allah bagi orang banyak, pemerintahan Allah bagi dunia.

Orang-orang yang menyambut Yesus itu sangat memahami dan mengenal Yesus seperti Allah memperkenalkan Yesus dan seperti Yesus memperkenalkan diriNya, oleh sebab itu mereka memuliakan Yesus. Mereka berharap akan penggenapan nubuat yang telah disampaikan pada jaman Zakaria yaitu kedatangan raja yang adil dan jaya, yang lemah lembut dengan mengendarai seekor keledai, keledai yang muda. (bd. Za. 9:9). Yesus-lah yang menggenapi nubuatan itu, dengan menghadirkan pemerintahan Allah, pemerintahan syalom; yang kemegahannya bukan seperti kemegahan raja tokoh politik yang mengenderai kuda perang dan mengenakan persenjataan perang yang lengkap. Yesus adalah Raja Penyelamat, tokoh rohani yang datang membawa damai. Melihat Yesus yang datang dengan mengenderai keledai muda sesungguhnya orang banyak mengenalNya sebagai tokoh surgawi yang telah mendemonstrasikan kuasaNya yaitu mematahkan kuasa setan, yang menyembuhkan penyakit, yang mencelikkan mata orang buta sehingga dapat melihat, yang menyembuhkan orang lumpuh sehingga dapat berjalan, menyembuhkan yang sakit dll, dan yang telah membangkitkan Lazarus dari kematian.

Menjadi renungan bagi kita, diberitakan bahwa para murid yang telah berjalan selama kurang lebih tiga tahun bersama dengan Yesus pada mulanya mereka juga tidak mengerti mengapa Yesus mengenderai keledai muda, tapi setelah Yesus dimuliakan mereka memahaminya. Mereka pada mulanya kebingungan dengan sikap Yesus tetapi sesudah Yesus dipermuliakan mereka lebih lagi mengenal Yesus dengan benar. Selama tiga tahun para murid telah menyaksikan segala sesuatunya yang dilakukan Yesus, tapi mereka baru memiliki sedikit pengenalan tentang Yesus, tetapi orang banyak yang merindukan Yesus walaupun hanya mendengar berita tentang Yesus, bahkan sebahagian besar diantara mereka belum pernah melihat mujizat yang dilakukan Yesus atau belum pernah mengalami mujizat Yesus tapi memiliki hati yang rindu kepada Yesus. Mereka memuji-muji Yesus adalah bukti ia telah fokus kepada Yesus sebagai Mesias.

Para murid Yesus telah mengalami dan menyaksikan mujizat-mujizat besar yang dilakukan Yesus tetapi tidak cukup untuk membawa mereka kepada pengenalan tentang siapakah Yesus yang sesungguhnya. Kalau ada orang sampai hari ini tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Yesus bukanlah karena kurang besar dan kurang luar biasa mujizat yang dilakukan Yesus, tetapi yang kurang karena mereka tidak memiliki kepercayaan dan mempercayakan hidup dan keselamatannya kepada Yesus. Mereka belum fokus kpada ke-Mesiasan Yesus. Mujizat adalah tanda bukti kerajaan Allah tetapi yang lebih penting adalah kerajaan Allah. Jadi kita dipanggil menyambut Yesus yang menghadirkan Kerajaan Allah, bukan terus menerus mencari mujizatNya.

Tentang orang orang yang mengalami dan menyaksikan mujizat-mujizat Yesus, seperti sekelompok orang saksi hidup yang melihat langsung bagaimana Yesus membangkitkan Lazarus dari kematiannya, mereka telah menyaksikan kebesaran kuasa kebangkitan yang dilakukan Yesus karena itu mereka terus menerus memberitakannya. Kesaksian mereka hidup dan dengan kesaksian itu mereka telah memuliakan Yesus sehingga orang banyak yang mendengarnya dengan penuh sukacita menyongsong Yesus. Orang orang yang telah menyaksikan apalagi mengalami mujizat Yesus dipanggil supaya jangan diam tetapi terus menerus memberitakan Yesus, memberitakan kabar baik supaya banyak orang mengenal Yesus dan memuliakanNya. Kesaksiak para saksi kebesaran Kristus diperlukan untuk meyakinkan melawan segala keragu raguan iman percaya kepada Yesus.
Di tengah-tengah kemeriahan pesta kemenangan itu, ketika semua orang bersuka cita menyambut Yesus sekelompok orang orang Farisi, para imam dan ahli Taurat merasa gagal, merasa di tinggalkan, marah sebab telah kehilangan kejayaannya, kuasanya dan kemuliaannya. Tadinya ketika Yesus undur diri dari orang banyak mereka merasa telah menang sebab orang banyak telah melupakan Yesus. Tetapi menyaksikan penyambutan Yesus yang luar biasa itu membuat mereka gusar. Ancaman ancaman dan halangan halangan yang mereka lakukan kepada Yesus tidak dapat menghambat dan mengurangi kesaksian tentang kemuliaan Kerajaan Allah di dalam Yesus. Ketika Allah dimuliakan maka kemuliaan dunia akan menjadi pudar sebab kemuliaan dunia tidak dapat menandingi kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan mendatangkan damai sejahtera, kebebasan dari segala tekanan dan penderitaan secara rohani dan jasmani.

Refleksi
Penyambutan Yesus di dalam hati kita harus terjadi setiap hari dan setiap saat. Orang yang menyambut Tuhan senantiasa memuji dan bersukacita di dalam Dia sebab dimana Yesus hadir dan disambut maka akan terjadi kedamaian. Yesus datang dalam kesederhanaanNya dan kerendahan hatiNya tetapi orang banyak menyaksikan kemegahan sorga yang besar, itulah yang membuat mereka berseru "Hosana!" Menyambut Yesus harus mempertemukan kita dengan kemuliaan sorga, maka segala sesuatunya yang kita lakukan harus menyatakan kemuliaan sorga. Bukan hanya kata kata kita yang menyerukan hosana; keselamatan! Tetapi seluruh aspek hidup kita harus menunjukkan bahwa kita adalah orang yang merdeka, yang sudah diselamatkan, ditebus dari segala dosa dan diperdamaiakan di dalam Yesus bagi kemuliaan Allah.

Pdt Ekwin Wesli Ginting STh, MDiv.
GBKP Rg. Cikarang.

Minggu 07 April 2019, Khotbah Lukas 23:39-43

Invocatio :

Mazmur 43:3

Bacaan :

Ulangan 32:4-6 (Responsoria)

Tema :

Yesus, Ingatlah Aku!

Dalam hubungan persahabatan, dikala seseorang berbuat baik kepada kita maka dengan mengingat dan mengenang kebaikan itu, akan membuat keindahannya kembali dirasakan bahkan disepanjang hidup. Jika dapat, kebaikan tersebut baiklah juga dibalaskan dengan kebaikan lainnya, sebagai tanda bahwa itu merupakan suatu hal yang sangat berharga.

Percaya kepada Yesus, juga merupakan sebuah hubungan yang sangat dalam. Karena sama halnya dengan mengikatkan hati untuk selalu mengingat bahwa Yesus sangat baik. Seluruh karya dan kasihNya itu nyata. PengorbananNya di salib memberi tanda bahwa Dia Agung dalam kasih.. Hanya saja sering kali saat telah mengakui bahwa Yesus Juruselamat, namun sikap diri sebagai pengikutNyalah yang tidak mampu ditunjukkan dengan setia. Seakan-akan meragukan atau bahkan melupakan bagaimana kehadiran Yesus bagi kita yang telah menyelamatkan hidup.

Yesus, Ingatlah aku! merupakan suatu seruan harapan di minggu Passion ini, untuk percaya bahwa di dalam Dia kita menerima keadilan. Dia adil dalam tindakanNya. Hal ini selalu mengingatkan dan mengajarkan umat untuk turut taat kepada perintahNya. Mendapatkan keadilan merupakan hak manusia. Setiap manusia merindukan kedilan ditegakkan. Dia membela umatNya yang percaya kepadaNya, agar hidup berpengharapan kepada Allah yang penuh kasih dan adil. Lalu bagaimana sikap kita?

ISI
Lukas 23:39-43 Merupakan bagian menuliskan Yesus telah disalibkan. Yesus menderita di kayu salib. Bersama Dia ikut dihukum dua penjahat di samping kiri dan kananNya. Yesus diejek, dihina orang-orang disekitarNya juga diolok-olok prajurit Romawi. Bahkan salah seorang penjahat yang di sampingnya pun menghujatNya. Meskipun disalibkan dengan tidak adil, Yesus menjalaninya dan mengampuni mereka yang berbuat tidak adil. Dia tidak bersalah namun rela disalibkan untuk menyatakan kemuliaan Allah.

Berkali-kali Yesus diolok-olok. Seorang dari penjahat yang disalib dengan Yesus pun melakukannya. Penjahat itu sepakat dengan tindakan orang banyak yang menyalibkan Yesus. Mereka menganggap Yesus tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. Mereka tidak dapat melihat karya keselamatan yang dilakukan Yesus. Sedangkan seorang penjahat yang lainnya menyadari bahwa meskipun Yesus disalib, sebenarnya Dia tak bersalah apapun. Dia menyadari bahwa Yesus mengalami ketidakadilan, sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Dia berkata kepada penjahat yang mengolok-olok itu "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.". Dan dia memohon agar kiranya Yesus mengingatnya apabila Yesus datang sebagai Raja.

Saat itu juga Yesus menyatakan jawaban yang meneguhkan pengharapan. Tidak ada kata terlambat untuk percaya kepada Yesus. Karena itu Yesus menjawab dengan kepastian bahwa hari ini juga dia telah bersama-sama dalam Firdaus. Keselamatan hanya diperoleh dalam iman dan percaya. Meskipun ia seorang penjahat yang turut disalib dengan Yesus, dia tahu bahwa Yesus adalah Juruselamat baginya. Dia merendahkan dirinya dan hatinya dilembutkan, sehingga percaya bahwa akan tiba saatnya Yesus datang sebagai Raja. Dia menunjukkan iman dan menyatakan pertobatan, agar kiranya Yesus tetap mengingatnya.

Dari sikap seorang penjahat yang mengaku Yesus sebagai Raja, dapat dilihat bahwa bukan sekedar perbuatan yang dapat menyelamatkan. Melainkan keselamatan diperoleh dalam iman kepada Yesus. Percaya atas karyaNya. Sudah sepatutnyalah kebenaran Allah menjadi makanan rohani bagi umatNya. Hal ini akan sangat erat kaitannya dengan sejauh mana tindakan Allah dapat dipahami dan dihayati sebagai bagian sangat penting dalam hidup. Bahwa sekalipun Allah tidak pernah meninggalkan dan melupakan umatNya. Allah adalah adil, setia dan benar. Allah yang tidak dipengaruhi oleh tindakan umatNya. Sekalipun banyak penyimpangan sikap manusia, tetapi kesetiaan Allah tak bersyarat tetap untuk selamanya.

Ulangan 32:4-6 Bagian ini merupakan nyanyian dimana Musa mengungkapkan isi hatinya kepada Allah atas kondisi umatNya. Musa menyerukan betapa besar kebaikan dan kesetiaan Allah namun Israel kerap kali mengkhianatinnya dengan kebebalan hati. Musa mengungkapkan bagaimana Israel sebagai angkatan yang bengkok hatinya dan tidak jujur, harus diingatkan kembali kepada Allah pencipta yang akan membalaskan kejahatan umatNya. Sehingga Musa merindukan umatNya kembali kepada Allah yang penuh kasih dan adil. Seluruh perbuatan umatNya akan menerima upah berdasarkan kasih dan keadilanNya. Oleh karena itu, dalam iman umatNya berseru dan haruslah percaya dengan sungguh dalam tindakan dan perbuatan nyata.

APLIKASI
Dalam minggu passion, umatNya mengenang kembali Yesus yang telah menderita di salib, agar kita dibenarkan dan diselamatkan. Hal itu dilalui Yesus bukan karena kesalahan melainkan karena kasihNya. Dia akan memerintah dalam kerajaanNya yang memberi kehidupan kekal. Layakkah kita turut didalamnya? Saat ini kita sedang menantikan kehadiran Yesus kembali. Kita terus diingatkan untuk mengkoreksi sikap hidup. Mengingat kembali karya dan kebaikanNya. Menjalankan apa yang menjadi kehendakNya dalam ketaatan. Hingga tiba waktu semua digenapi. (Bdk. Invocatio)

Yesus, ingatlah aku! Dengan meminta agar kiranya kita tetap dilayakkan dihadapanNya, maka diperlukan sikap dan iman yang teguh, menjalankan apa yang Tuhan perintahkan. Karena Yesus pun tidak menginginkan umatNya mati di dalam keberdosaan. Selagi ada waktu dan kesempatan, janganlah menunda-nunda mengerjakan perintahNya. Bertobatlah dan jalankan dalam iman percaya bahwa Dia Allah yang adil dan penuh kasih.

Pdt. Deci Kinita br Sembiring – Balikpapan

Minggu 31 Maret 2019, Khotbah Yesaya 65:17-25

Invocatio :

Yesaya 66 :10

Ogen :

Titus 2:11-14;

Tema :

Ersurak Ras Ermeriahlah Erkiteken Tinepa Simbaru


1. Pada saat seorang perempuan yang menanti buah hatinya dalam proses melahirkan akan mengalami sakit yang luar biasa. Dikatakan bahwa tubuh manusia dapat menahan hanya sampai 45 del (unit rasa sakit). Tetapi dalam proses melahirkan, seorang wanita merasakan 57 del (unit rasa sakit). Ini sama dengan rasa sakit ketika dua puluh tulang di tubuh kita patah bersamaan. Tetapi setelah melewati fase tersebut dan bisa menggendong bayi yang dinanti-nanti tersebut maka rasa sakit tersebut tergantikan dengan kebahagiaan, bahkan seperti diungkapkan dalam ayat 17 “tidak akan diingat lagi/ Kejadin-kejadin si enggo lepas ilupaken kerina.” Demikianlah janji Tuhan mengenai langit yang baru dan bumi yang baru. Nats ini terdapat di bagian Trito-Yesaya (pasal 56-66) yang menceritakan zaman setelah pembuangan. Tuhan yang berjanji tersebut adalah Tuhan yang dulu telah menciptakan langit dan bumi dan lagi akan menciptakan langit dan bumi yang baru (2 Ptr. 3:13, Why. 21:5). Pribadi seperti itulah yang berjanji tersebut.

2. Pasal 65:1-16 menceritakan tentang hukuman bagi orang-orang berdosa dan keselamatan bagi orang yang saleh (orang saleh disebut hambaKu dalam 65:13). Sedangkan 65:17-25 ini merupakan gambaran berkat yang dialami oleh hamba tersebut. Apa yang dijanjikan dalam nats ini kondisi manusia yang sepenuhnya baru, sehingga kondisi Israel yang dulu tidak hanya susah tetapi juga cemar dan memalukan itu tidak akan diingat lagi (17).

3. Allah sanggup memulihkan dunia ini, bukankah itu juga menunjukkan bahwa Allah sanggup memulihkan keadaan kita? Pemulihan yang Allah lakukan tidak hanya pemulihan kondisi Yerusalalem dan penduduknya saja, tetapi termasuk juga pembaharuan relasi kembali bersama dengan Allah. Melalui kalimat “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi” (ay. 17 bdk. Ay. 16) semakin jelas bahwa Allah juga berinisiatif melakukan pembaharuan relasi dengan Israel. Hal ini mengingatkan kepada kita juga pentingnya memperbaharui relasi tidak hanya dengan Tuhan tetapi dengan sesama kita, juga relasi kita dengan lingkungan (terkait tema tahun ini). Artinya pembaharuan relasi yang dilakukan oleh Allah mendorong kita memperbaharui relasi kita dengan sesama kita dan memperbarui relasi kita juga dengan alam ataupun lingkungan.

4. Karya penciptaan Allah yang baru ini hendak menegaskan hadirnya suatu realita bumi dan langit yang mengalami kebaruan, sehingga segala beban sejarah dan trauma yang pernah melukai umat manusia telah diselesaikan dengan baik.

5. Berkat Tuhan atas langit dan bumi yang baru tersebut termasuk juga didalamnya :

a. “Umur yang panjang (ay. 20 & ay. 22). Umur panjang berkenaan dengan orangtua, dijanjikan bahwa mereka akan mencapai umur suntuk (umur gedang/ umur penuh) dan mengisi hari-hari mereka dengan buah-buah kebenaran. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, maka barulah itu masa tua yang baik. Orang tua yang berhikmat, baik, dan berguna dapat dikatakan telah mencapai umur suntuk (umur gedang). Orang yang mati tua, dan mencapai umur gedang, adalah orang yang mengalami apa yang dialami Simeon, setelah melihat keselamatan Allah, ingin pergi dalam damai sejahtera (Lukas 2:25-35).

b. Menikmati hasil pekerjaan mereka ataupun tidak ada “bersusah-susah dengan percuma”, sebagaimana digambarkan dalam ay. 21 di ayat itu membalikkan pengalaman perang dan pembuangan di mana rumah dan kebun yang dikerjakan menjadi milik orang lain. Itu menyiratkan bahwa kerja tangan mereka akan diberkati dan membawa hasil. Ada kuasa untuk memiliki dan ada kuasa untuk menikmat. Oleh sebab, banyak di antara kita memiliki tetapi tidak diberi kuasa untuk menikmati apa yang kita miliki. Memang di dunia ini kita akan tetap bersusah payah mencari kebutuhan hidup kita sebagai akibat langsung dari jatuhnya manusia ke dalam dosa (Kej 3:18-19), tetapi sangat tragis sekali ketika kita sudah bersusah-payah tetapi kemudian PERCUMA/sia-sia. Seperti yang diungkapkan dalam Pengk. 2:18-19 “Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku. Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Ini pun sia-sia.”

c. Tidak ada lagi bayi yang mati (ay. 20 & ay. 23). Ada berkat yang mengikuti bahwa tidak akan melahirkan anak yang akan mati mendadak.

d. Pemulihan hubungan dengan Tuhan itu sendiri (ay. 24). Dikatakan disana bahwa sebelum kita memanggil Tuhan, Dia sudah menjawabnya bukan memalingkan wajahnya (bdk Yeh. 7:22 “Aku akan memalingkan wajah-Ku dari pada mereka...”). Hal ini digenapi melalui karya penebusan Yesus Kristus.

e. Serta perdamaian sesama ciptaan (ay. 25). Hal ini mengingatkan kita akan kisah penciptaan di kitab Kejadian dimana semua makhluk bisa berdamai satu dengan yang lainnya. Adam juga punya kesempatan untuk memberi nama kepada seluruh binatang (Kej. 2:19), tapi relasi ini berubah setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Namun di langit dan bumi yang baru, maka segala sesuatunya akan dikembalikan Tuhan ke rancangan-Nya yang semula, yaitu yang sempurna. Akan ada suatu tatanan Tuhan dimana serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami, dan ular akan memakan debu (ay. 25a). Jika hubungan antar binatang saja bisa begitu damai, maka tentu hubungan antara manusia juga akan sempurna. Tidak akan ada lagi yang berlaku jahat atau busuk di langit dan bumi yang baru, karena kekudusan Tuhan akan melingkupi semuanya (ay. 25b).

6. Meskipun di dunia ini hal tersebut belum digenapi sepenuhnya, tetapi di sorga hal itu akan digenapi secara penuh, baik menyangkut penyempurnaan maupun sukacita kekal yang dijanjikan. Di sana segala air mata akan dihapuskan.

7. Intinya karya penciptaan Allah yang baru itu menghadirkan suatu kehidupan yang ideal bagi setiap umat manusia, yaitu: umur panjang, tersedianya tempat tinggal yang layak dengan kebun-kebunnya, mampu menikmati hasil jerih payahnya, terciptanya suatu relasi yang harmonis dengan Allah, dan hidup damai tanpa permusuhan. Dengan demikian kehidupan yang serba ideal tersebut merupakan karunia Allah, dan bukan ditentukan oleh hasil usaha peradaban umat manusia. Apa yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia akan menjadi suatu kenyataan hidup, yaitu Allah menciptakan kehidupan yang serba baru.

8. Atas pemulihan yang Tuhan lakukan tersebut maka yang bersorak-sorak adalah Yerusalem beserta dengan penduduknya dan Allah juga bersora-sorak (ay. 19). Hal ini menunjukkan bahwa Allah senang memberkati umat-Nya (bdk. Zef. 3:17). Allah tidak hanya bersukacita ketika memberkati umat-Nya, tetapi di saat umat-Nya mengalami penderitaan Allah juga turut merasakannya (bdk Ibr. 4:15 “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,...”).

9. Nats ini tentu memberi dorongan kepada kita untuk bertekun setia dalam pengharapan bahwa akan ada langit yang baru dan bumi yang baru. Mengingatkan kesementaraan kita ditengah-tengah dunia ini dan mengingatkan kita akan kekekalan di langit dan bumi yang baru tersebut. Mari kita persiapkan diri kita untuk tidak hanya menikmati langit dan bumi yang lama tetapi juga akan menikmati di langit dan bumi yang baru. Milkila relasi yang baru dengan Allah, relasi yang baru dengan sesama kita, relasi yang baru dengan alam ciptaan Tuhan.

10. Langit dan bumi yang baru seharusnya membimbing kita kepada karakter yang baru, supaya kita layak hidup di dalamnya. Langit dan bumi yang baru selain berbicara masalah kondisi tetapi juga berbicara masalah tempat, maka akan menjadi tidak sejalan jika Allah menciptakan langit dan bumi yang baru tetapi kita tidak meresponnya dengan memperbaharui karakter kita. Matius 9:16-17 “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."

Pdt Dasma Sejatra Turnip
GBKP Palangkaraya

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD