Minggu 12 Agustus 2018, Khotbah : Roma 6:12-14
Invocatio :
Tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:21)
Bacaan :
Roma 6:12-14.
Tema :
Allah yang Membebaskan kita.
Pendahuluan/Pembukaan
Saudara-saudara yang terkasih, kita pasti pernah membaca sejarah tentang penjajahan di dunia ini termasuk bangsa Indonesia yang dijajah oleh bangsa yang lain, bangsa yang terjajah menjadi tertindas, mereka tidak dapat berbuat sesuai dengan apa yang mereka harapkan melainkan mereka harus berbuat sesuai dengan perintah bangsa yang menjajahnya. Menjadi tertindas berarti dan menjadi tidak bebas dalam melakukan segala sesuatu, ada kekangan-kekangan yang membatasi ruang gerak mereka. Kerinduan mereka adalah bebas dari penjajahan dan merdeka untuk menentukan masa depan mereka sendiri. Kita sebagai bangsa Indonesia sungguh bersyukur karena kita telah merdeka sejak Tahun 1945 (73 Tahun), dan Bangsa kita mengakui bahwa kemerdekaan ini adalah berkat Anugerah Dari allah (Pembukaan UUD 1945).
Di dalam renungan minggu ini kita membaca dan melihat bagaimana Rancangan Allah untuk membebaskan umatNya dari gangguan dan belenggu bangsa Midian. Allah membebaskan bangsa Israel melalui seorang Hakim yang bernama Gideon (Gideon=Pejuang Perkasa), sebelum ayat bacaan khotbah Gideon merasa ragu dan takut untuk melakukan perjuangan tersebut sehingga Gibeon dua kali meminta tanda kepada Allah (bacaan khotbah) agar dia benar-benar yakin bahwa Allah akan menolongnya beserta pasukannya untuk mengalahkan bangsa Midian. Allah menunjukkan tanda yg ajaib yaitu guntingan bulu domba basah dengan air embun, sementara tanah tetap kering, serta yang kedua guntingan bulu domba menjadi kering sementara tanah menjadi basah (Ayat 37,39). Allah memberikan tanda tersebut sehingga Gideon semakin yakin bahwa Allah sendiri akan ikut campurtangan untuk membebaskan umatNya. Melalui peristiwa tersebut menunjukkan bahwa yang membebaskan Bangsa Israel adalah Allah sendiri melalui Gideon.
Alkitab juga banyak menyaksikan bahwa bangsa Israel sering jatuh kedalam pembuangan, umumnya akibat dosa dan pelanggaran terhadap hukum Allah, namun Allah berulang kali melepaskan bangsaNya dari penjajahan bangsa asing antara lain:
- Pembebasan Bangsa Israel dari belenggu Mesir.
- Pembebasan Bangsa Israel dari Pembuangan Babilon.
- Pembebasan Israel dari Asyur.
- dll.
Allah membebaskan umatnya dengan berbagai cara, baik melalui para Nabi, melaui Raja, melalui Hakim bahkan melalui bangsa asing. Pembebasan terhadap bangsa Israel yang berulang-ulang menunjukkan pemeliharan dan Kasih setia Allah terhadap umatNya. Allah tidak menginginkan umatNya jatuh kedalam belenggu/penjajahan yang mendatangkan penderitaan, namun sebelum Allah bertindak bangsa Israel harus terlebih dahulu menyesali dosa mereka.
Allah bukan hanya melepaskan bangsa Israel dari penjajahan dan pembuangan atas bangsa-bangsa, namun Allah juga melakukan pembebasan manusia dari hukuman maut akibat dari dosa yang awalnya dilakukan oleh Adam dan Hawa. Dosa yang menguasai membuat kita tidak bebas melakukan hal-hal yang baik, bahkan dosa itu semakin menjauhkan kita dari Allah. Dosa-dosa ini selalu hadir menghantui dalam setiap kegiatan kita sehari-hari, sehingga kita dibuat semakin merasa bersalah dan jatuh lebih dalam ke dosa itu. Tentu saja dosa mendatangkan ketidak damaian/ketakutan/penderitaan dalam kehidupan manusia. inilah yang disebut sebagai Puncak Pembebasan dilakukan melalui Yesus Kristus. Kita tidak lagi hidup dibawah bayang-bayang kuasa dosa.
Walaupun kuasa kematian sudah dikalahkan oleh Yesus Kristus namun, iblis tetap berupaya menggoda kita jatuh kedalam kuasa dosa, oleh karenanya di dalam Roma. 6:12-14, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Roma termasuk orang Kristen saat ini untuk tetap waspada terhadap dosa yang akan membawa kita untuk melakukan kejahatan.
Refleksi.
1. Kita sungguh bersyukur atas karunia kemerdekaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada bangsa Indonesia, namun Ada istilah yang menyatakan bahwa mempertahankan kemerdekaan lebih sulit daripada merebut kemerdekaan itu sendiri. Kita diajak untuk menghayati makna kemerdekaan dan meningkatkan semangat nasionalisme serta tidak lupa mengisi kemerdekaan dan memupuk semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Saat ini banyak ancaman dan potensi perpecahan di tengah-tengah bangsa kita, SARA, politik praktis dan politik identitas, keinginan mengganti ideologi bangsa, dll. Kita harus menjadi pemersatu dan dapat hidup berdampingan dengan segenap suku agama dan golongan yang ada, meningkatkan toleransi antar umat beragama, melalukan dialog sosial melalui gotong royong, aksi sosial dll.
2. Walaupun bangsa Indonesia sudah 73 tahun merdeka sebenarnya masih banyak yang membelenggu bangsa kita, misalnya Kesenjangan ekonomi, kebodohan, ketidak adilan dan kurangnya keberpihakan terhadap masyarakat miskin, pembangunan yang belum merata, dll. Gereja harus hadir menjadi dan berkontribusi menjadi alat Allah untuk menjadi pembebas terhadap situasi yg dialami oleh bangsa kita.
3. Kuasa dosa tidak pernah berhenti dan terus berusaha untuk menggoyahkan iman percaya kita. untuk oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah untuk membebaskan kita dan memberikan kemerdekaan sejati, walaupun jasmani kita terpenjara karena iman terhadap Kristus kita tetap bersukacita. pertolongan Allah selalu nyata dalam setiap langkah kita, meskipun kita sedang berada di titik yang paling dalam dalam hidup ini, Dia dengan kuasa-Nya yang ajaib akan mengangkat kita serta akan menempatkan kita pada keadaan yang baik sesuai dengan rencana-Nya. Pasrah berserah sepenuhnya kepada Tuhan dan jangan berpaling daripada-Nya, niscaya kita akan beroleh pembebasan itu.
Pdt. Togu P. Munthe
GBKP Runggun Cililitan