Minggu 05 Mei 2019, Khotbah Yeremia 33:10-13

INVOCATIO :

Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu (YESAYA 43:25)

OGEN :

1 TESALONIKA 5:12-22

THEMA :

KELENG ATE TUHAN TETAP RASA LALAP


PENDAHULUAN
Pada tanggal 17 Juli 2015, Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan seorang remaja pengungsi Palestina dari Libanon, yang keluarganya mencari suaka di Jerman. Remaja itu mengatakan kepada Merkel bahwa benar-benar sulit menyaksikan bagaimana orang-orang menikmati kehidupan sementara mereka tidak bisa sebab mereka tidak tahu ke mana masa depan mereka tertuju. Merkel menjawab: “Politik memang bisa keras”, Merkel menjelaskan bagaimana Jerman tidak bisa menampung ratusan ribu pengungsi Lebanon di Jerman. Mendengar jawaban ini, remaja tersebut menangis, Merkel mengusap-usap punggungnya tetapi tetap berkeras dengan argument politiknya.

Orang-orang yang menyaksikan perjumpaan ini mengkritisi kebijakan pemerintah Jerman dan akhirnya Merkel mengalah dan membuka pintu bagi pengungsi Lebanon. Masalah selesai? Ternyata, kebijakan baru ini juga menuai protes karena banyak warga yang tidak rela pengungsi Lebanon tinggal di Negara mereka dengan alasan khawatir dengan teroris radikal. Dapatkah kita membayangkan bagaimana kehidupan menjadi sangat tidak nyaman bagi para pengungsi Lebanon yang seolah tidak diinginkan itu? Mungkin demikian halnya dengan bangsa Israel yang juga merasakan sengsara hidup dalam pembuangan di tanah Babel bertahun-tahun lamanya.

PENDALAMAN NATS
A. Yeremia 33:10-13
Perikop ini merupakan bagian dari pasal 30-33 dengan thema tunggal yaitu pembaharuan bangsa Yehuda yang mengalami kesengsaraan karena harus hidup di tanah pembuangan di Babel. Seperti lazim diketahui, bahwa setelah pecah menjadi dua kerajaan, maka Kerajaan Utara (Israel) hanya mampu bertahan sampai tahun 722 SM sebelum jatuh ke tangan Asyur. Sepupunya yakni Kerajaan Selatan mampu bertahan lebih lama yakni sampai 587 SM sampai akhirnya mereka dikalahkan oleh Babilonia. Ketika penaklukan itu terjadi, raja, permaisuri, pegawai istana, orang-orang yang sehat, muda, kuat dan baik semuanya diangkut melintasi padang gurun menuju ke Babel Raya. Hanya orang-orang tua yang lemah, kurang berpotensi dan raja boneka yang dibiarkan tinggal di Yerusalem.

Kebebasan dan jati diri bangsa Israel sebagai umat pilihan yang hidup di tanah yang dijanjikan hancur berkeping-keping. Mereka tinggal di negeri orang sementara Yerusalem sudah menjadi puing. Bangsa Israel sendiri telah terpecah dalam konflik bersaudara dan hancur dalam perang antar bangsa. Yang tersisa di Yerusalem adalah sebuah kesedihan. Umat yang tinggal di sana bukanlah umat yang membanggakan. Sementara mereka yang bisa diharapkan betapapun kuat, sehat dan normal mereka semua tinggal di negeri orang lain yang bukan tanah terjanji. Harapan, gambaran dan identitas mereka hancur, kebanggaan yang selama ini ada tinggal nama, kemashyuran hanya tinggal kenangan... harga diri pun murah bukan kepalang.

Dalam konteks yang demikian, Yeremia menyampaikan bahwa akan datang waktu dimana Tuhan akan memulihkan dan membebaskan mereka serta mengembalikan mereka ke tanahnya. Tuhan mengambil prakarsa untuk menyampaikan janjiNya kepada Israel untuk setia dan berpegang kepada janji Tuhan pada waktu yang Tuhan tetapkan. Pembaharuan yang dilakukan Allah adalah pembaharuan sejati yang membebaskan bangsa Israel dari jajahan bangsa lain (ay.8-9) dan memberikan kehidupan yang tenang dan aman.

• Ay.10-11 :Tuhan memberikan janjiNya kepada bangsa Israel yang telah lama dalam keterpurukan bahwa mereka akan kembali dipenuhi sukacita. Setiap orang yang melihat kehancurannya mungkin akan menyimpulkan Yerusalem hancur selama-lamanya. Umat pasti akan dipulihkan dan pulang ke tanah perjanjian walaupun untuk menunggu penggenapan janji Tuhan ini umat harus bersabar. Akan tiba waktunya terjadi pemulihan baik dari segi fisik (kota, penduduk, hewan, ekonomi) maupun pemulihan secara spiritual/iman dimana mereka dapat beribadah dan menyanyikan kidung pujian di rumah-rumah (hal ini tidak dapat mereka lakukan di tanah pembuangan), di kota maupun dalam tempat ibadah. Kelak janji ini akan digenapi seperti kesaksian Firman Tuhan dalam Ezra 3:11, yaitu ketika bangsa Israel kembali dari Babel, mereka bersama-sama menyanyikan lagu pujian yang isinya dituangkan dalam ay. 11.

• Ayat 12-13: Pembaharuan itu adalah anugerah Allah karena Israel adalah bangsa yang berdosa. Sebagai bangsa pilihan Israel seharusnya hidup dalam keteladanan. Tetapi alih-alih hidup dalam iman dan teladan, bangsa Isrel justru jatuh dalam dosa dan pelanggaran. Karena itu, Tuhan memberikan “pelajaran pahit” agar Israel dapat belajar menjadi umat yang teguh, sadar akan keberdosaan mereka, belajar menanggung konsekuensinya sembari tetap meyakini bahwa Tuhan berkenan mengampuni dan menolong mereka untuk bangkit dari keterpurukan. Pembaharuan yang sejati adalah mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang benar dengan Allah yaitu untuk menyembah, memuliakan dan mentaati kehendakNya.

B. 1 Tesalonika 5:12-22
Sebagai orang-orang yang telah ditebus dan dikuduskan dan dikasihi Allah, kita perlu memunculkan karakter kristiani dalam kehidupan kita. Karakter kristiani ini perlu kita pelihara untuk mengingat bahwa Allah memang penuh kemurahan dalam mengampuni kita, tetapi bukan berarti pengampunannya menjadi “murahan” sebab kita dengan mudah terjatuh lagi dalam kubangan dosa-dosa kita. Dalam bagian Firman Tuhan ini ada beberapa karakter yang disebutkan yaitu: hidup dengan menghormati dan mendukung pemimpin umat, bertanggung jawab membawa kebaikan dalam hidup bersama (menegur yang tidak tertib, menghibur yang tawar hati;...dst), serta bertanggungjawab atas cara hidup kita secara pribadi (hidup dalam doa dan ucapan syukur...dst). Bahkan lebih jauh kita diminta untuk menguji segala sesuatu, berpegang pada kebaikan dan menjauhkan diri dari kejahatan, demikianlah kita diajak untuk berjaga-jaga atas kehidupan kita yang telah memperoleh kasih karunia dari Tuhan.

POINTER APLIKASI
1. Allah adalah Allah yang bonafide dan trustworthy (tidak pernah berubah). Bangsa Israel (dan juga kita) mudah berubah dalam kesetiaan dan tidak jarang sangat rapuh dalam iman percaya. Berulangkali bangsa Israel jatuh dalam dosa, demikian juga setiap kali Allah mengampuni dan menuntun. Tidak peduli seberapa besar pelanggaran kita, kasih Allah selalu lebih besar untuk mengampuni kita. Kendati untuk keluar dari dosa dan kehancuran hidup seolah mustahil, tapi kasih dan pengampunan Allah menembus setiap batas dan membawa pemulihan luar biasa bagi orang yang mau bertobat dan membuka hati bagi pengampunan serta tuntunan Tuhan.

2. Sebagai insan yang diampuni dan dipulihkan, kita juga harus memiliki langkah yang nyata atas dosa dan penyesalan kita. Allah adalah Allah yang bonafide, tidakkah sudah sepantasnya kita juga menjadi umat yang bonafide, yang sungguh-sungguh menyesali pelanggaran dan bertekad menata kehidupan yang seturut dengan kehendak Tuhan? Apa yang dapat kita lakukan sebagai langkah nyata atas pengampunan yang kita terima dari Tuhan? Tidak lain dengan mengembangkan karakter kristiani dalam waspada, sekaligus memohon campur tangan Tuhan untuk menata kehidupan kita

3. Hati yang terarah kepada Allah akan menolong kita untuk mawas diri menghadapi godaan dosa dalam hidup kita. Hati yang terpusat kepada Tuhan adalah kunci. Jangan biarkan godaan-godaan dan kenikmatan dosa itu menggeser jalan kita ke arah yang salah. Dengan demikian beragam “magnet” seperti kemudahan, kelancaran, kesempatan, keindahan yang tampak mudah tidak akan dengan gampang membengkokkan iman dan pertobatan kita.

Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan, S.si(Teol)
Perpulungen GBKP Kupang

Minggu 28 April 2019, Khotbah Mazmur 116:5-9 (Quasimodogeniti)

Invocatio :

“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini:
diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya”(Mzm. 27:4).

Bacaan :

Yohanes 21:1-14

Tema :

Tenanglah, hai jiwaku, sebab TUHAN baik bagimu

 

Pendahuluan
Pengalaman “gelisah, khawatir, ketakutan, kegentaran” sering kali meliputi hati manusia. Keadaan dalam kegundahan bisa menghambat untuk berdoa kepada Tuhan tetapi sebaliknya keadaan tertekan bisa membawa kepada sikap doa yang lebih kuat yaitu berseru kepada TUHAN. Sebab bukan saja merasakan kebutuhan akan pertolongan TUHAN, lebih dari pada itu “hanya TUHAN satu-satunya penolong yang sejati”.

Penderitaan yang dialami Daud adalah karena pemberontakan putranya Absalom. Daud dalam keadaan tertekan selama pemberontakan putranya. Absalom dengan licik merebut hati bangsa Israel, membuat persepakatan gelap untuk merebut tahta dari Daud. Daud mendengar kabar: "Hati orang Israel telah condong kepada Absalom." Daud melihat anaknya Absalom telah mabuk kekuasaan, sehingga ia tidak lagi memandang bapanya sebagai bapa tetapi penghalang. Absalom akan mencelakakan siapa saja yang dianggap penghalang baginya. Berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: "Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang! (2 Samuel 15:14). Daud memilih menghindar dan memohon pertolongan Tuhan, baginya masalah ini sangat rumit dan hanya Tuhan yang mampu menyelesaikannya.

Daud pada waktunya dibebaskan dari bahaya yang sangat besar, menceritakan bagimana batinnya tersiksa dan mengalami kesedihan yang mendalam dalam pikirannya, tetapi kemudian ia merasakan betapa besar perlindungan Allah baginya. Bahwa TUHAN membawa ia kembali ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban dan mengucap syukur kepada TUHAN.

Pendalaman Nats
Pemeliharaan Tuhan akan jiwa manusia ditunjukkan Tuhan Yesus dengan kesabar-Nya terhadap murid-murid-Nya. Bahwa mereka mencari pelarian dalam kegelisahan mereka, tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Petrus mengatakan kepada teman-temannya "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Dalam situasi ini ditunjukkan bahwa mereka mengerjakan kesia-siaan, sebab “malam itu mereka tidak menangkap apa-apa”. Bukannya mengurangi beban pikiran, malah menambah kacau pikiran karena tidak mendapatkan apa-apa.

“Yesus berdiri di pantai” menanti mereka, menyapa mereka, memberikan perintah "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.", dengan demikian membuka mata mereka sehingga Yohanes berkata "Itu Tuhan.", lalu memberi mereka makan. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Yesus melakukan proses penggembalaan untuk menenangkan hati murid-murid-Nya.

Daud merasakan beratnya pergumulan hidupnya, sudah sangat mendekati kematian. Dalam situasi ini ia memohon untuk diluputkan dan TUHAN mendengarkan doanya. Maka Daud memuji Tuhan dengan mengatakan:
Ay.5 “Tuhan adalah pengasih dan adil”, lalu ditambah penekanan, “Allah kita penyayang”. Karena sifat-sifat Allah ini maka kita tidak binasa.

Ay.6 “Tuhan memelihara orang-orang sederhana”. Yang dimaksudkan sederhana adalah tulus, jujur dan tanpa kepalsuan. Dalam kesederhanaan ada kelemahan, ketidak berdayaan dan tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. Karena itu Allah bertindak memeliharanya, karena dia berserah diri kepada Allah. Orang-orang yang dengan iman menempatkan diri mereka dibawah perlindungan Allah mendapatkan keselamatan.

Ay.7 “Kembali tenang, hai jiwaku…”. Belas kasihan Allah sangat terasa saat telah berada di ambang maut tapi diluputkan dan diangkat darinya. Lalu Allah memberi perpanjangan waktu hidup, hal inilah yang memberi ketenangan. Bahwa yang empunya hidup yang memperpanjang masa hidup kita. Dengan demikian menjalani hidup dengan bersukacita didalam Tuhan. Masih diberikan kesempatan hidup merupakan kebaikan Tuhan bagi kita. Itu artinya masih ada atau masih banyak kesempatan berbuat kebaikan atau pelayanan dalam hidup kita.

Ay.8 “Ya, Engkau telah meluputkan aku …”. Daud menguraikan kebaikan yang telah Tuhan lakukan:
1. Meluputkan aku dari pada maut.
Daud memandang bahwa kematian yang memalukan bila ia mati di tangan anaknya sendiri. Dari kematian yang mengerikan menurutnya, Tuhan meluputkannya.
2. Meluputkan mataku dari pada tersandung.
Meluputkan kejahatan yang menyebabkan dukacita. Untuk tidak tertekan oleh kesedihan yang berlebihan.
3. Meluputkan kakiku dari pada tersandung.
Kaki manusia sering tersandung oleh dosa dan menimbulkan kesengsaraan. Saat kaki kita hampir terperosok kedalam pencobaan, tangan Tuhan memegang kita.

Ay.9 “Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang-orang hidup”. Artinya pemazmur bersyukur masih diberi kesempatan hidup di dunia ini. Dia menyadari ada kewajiban yang harus dikerjakan; hidup dan bekerja di hadapan Allah. Kita harus hidup layak di hadapan Allah serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal. Karena jiwa kita telah telah diluputkan dari maut membuat kita lebih menghargai kehidupan, hidup sebagai manusia baru yang telah dibaharui.

Pointer Aplikasi
Manusia tidak akan mungkin mendapatkan ketenangan di luar TUHAN. Jiwa manusia mendapat peristirahatan yang tenang di dalam TUHAN. Hanya di dalam TUHAN jiwa dapat menetap dalam kebahagiaan. Di dalam Allah jiwa mendapat peristirahatan dan jiwa bersukacita. Kembalilah ke tempat peristirahatan yang diberikan Kristus kepada mereka yang letih lesu dan berbeban berat. Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Dalam pergumulan yang berat, dengarlah panggilan Tuhan untuk datang berserah kepada-Nya.

Tidak ada kekuatan lain yang lebih kokoh dari pada “bersandar kepada Allah”, sebab hanya Allah yang mampu membalikkan masalah menjadi kemenangan. "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan” (Roma 10:11). Pertolongan Tuhan telah terbukti bagi orang-orang percaya yang mempercayakan hidupnya ke dalam tangan Tuhan yang kuat.

Pertolongan Tuhan adalah sempurna, Tuhan tidak pernah kehabisan cara dan jalan untuk membebaskan dari masalah yang membelenggu kita. Yang terpenting bagaimana kita membawa masalah dan pergumulan kita kepada Allah dengan sikap yang benar. 1 Petrus 5:6-7 “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”.

Pdt. Sura Purba Saputra
GBKP Harapan Indah

Minggu 21 April 2019, Khotbah Yohanes 20:24-31 (Paskah I)

Invocatio :

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya” (Filipi 3:10)

Bacaan :

Mazmur 21:1-7

Tema :

Yesus Bangkit, Percayalah

 

PENDAHULUAN
Paskah (Ibrani:pesakh; Junani:to paskha), pasca artinya "yang telah lewat". Paskah sangat penting bagi kehidupan bangsa Israil begitu juga bagi kehidupan orang Kristen. Mengapa demikian ? Karena bagi bangsa Israil Paskah menunjukkan bagaimana perbuatan Tuhan membebaskan bangsa Israil dari Mesir dan bagi orang Kristen, Paskah adalah Tuhan di dalam Yesus Kristus yang sudah mengalahkan kuasa kematian. Ini merupakan peristiwa yang paling menentukan hidup kita. Jika Paskah tidak terjadi, maka sia-sialah iman percaya kita, sia-sia Natal (kelahiranNya), sia-sia kita menaikkan doa-doa kita, karena kita berdoa kepada Tuhan yang mati. Oleh karena itu, jika Kristus tidak bangkit maka IA sama halnya seperti pahlawan biasa yang telah gugur dan tidak akan dapat memimpin kita dimasa kini dan tidak akan sanggup menyelamatkan kita.

Berita Paskah (kebangkitan) Yesus menjadi berita yang mengagetkan bagi murid-murid Yesus pada saat itu, karena peristiwa yang nyata ini tidak pernah dilihat langsung oleh murid-murid. Apalagi peristiwa penyaliban dan kematian lalu dikuburkan di hari jumat menjelang Sabat lalu mereka tahu. Memang murid-murid Tuhan Yesus memiliki sifat, pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda, secara khusus dengan Tomas yang mempunyai sifat keras, emosional, mengandalkan kemampuan manusia dan mudah putus asa. Ia tidak begitu saja gampang percaya akan kebangkitan Yesus, jika tidak didukung dengan bukti nyata. Marilah kita lihat respon Tomas ketika mendengar berita kebangkitan Yesus.

Isi
Penampakan diri Yesus yang bangkit kepada Tomas merupakan ketiga kalinya. Hal ini terjadi karena Tomas tidak percaya akan pemberitaan teman-temannya. Tomas meminta bukti kesaksian temannya tentang perjumpaannya dengan Yesus, dimana yang mereka lihat itu memang benar-benar Yesus yang bangkit bukan hantu seperti yang diberitakan pada saat itu. Untuk mewartakan Yesus sudah bangkit menurut Tomas butuhlah bukti supaya orang-orang yang mendengar menjadi percaya. Bagaimana mungkin orang percaya kalau tidak ada buktinya. Karena prinsip dan pola pikir Tomas maka ia diundang oleh Yesus untuk mengalami sendiri kebangkitan Yesus supaya ia menjadi percaya. Yesus mengatakan : "Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah". Artinya Tomas sudah berada di jalan yang salah yaitu tidak percaya, tapi sekarang ia diberi kesempatan untuk mengubah sikapnya. Kristus yang bangkit tidak memaksa mereka yang melihat penampakanNya untuk percaya, tapi kepercayaan itu biarlah tumbuh dari komitmen orang tersebut.

Pengakuan Tomas "Ya Tuhanku dan Allahku" (ayat 28) menunjukkan taraf tertinggi/puncak keimanan dalam Injil Yohanes (ayat 28). Pengakuan Tomas ini nyata dalam seluruh aspek kehidupannya sehingga dia mati sebagai martir yang dibunuh dengan panah saat ia sedang berdoa. Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Ayat 29). Ayat 29 ditujukan Yesus bagi mereka yang percaya atas pemberitaan orang lain, sebab kepercayaan seperti itu lebih mulia dari pada kepercayaan Tomas. Kepercayaan yang lebih mulia itulah yang mendasari dan mendukung gereja Kristen berkembang sampai saat ini. Kepercayaan yang benar harus terlepas dari penglihatan, hal ini disejajarkan dengan orang percaya karena adanya mujizat. Alangkah berbahagianya orang percaya kepada Yesus walaupun tidak melihat mujizat.

Oleh karena itu, dari mana kita percaya bahwa Yesus telah bangkit ? Hal itu dapat kita percayai dari kuasa kebangkitan Yesus itu yang bekerja sampai hari ini. Nama Yesus berkuasa dan seperti yang dikatakan dalam ibrani 13:8, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Dan ini juga dikatakan oleh Paulus dalam nas invocatio, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia (Yesus) dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya." Paulus menunjukkan Mengenal Dia (Yesus) secara mendalam bukan hanya sekedar tahu sejarahNya dan tahu firmanNya melainkan mengenal dalam arti mengalami Yesus dalam kehidupan dan pelayanannya, demikian juga kuasa kebangkitanNya, benar-benar dialami kuasa itu di dalam hidup dan pelayanannya. Untuk itu Paulus juga bersedia bersekutu dalam penderitaan Kristus, jadi bukan hanya mengalami kuasa kebangkitanNya tapi juga bersekutu dalam penderitaanNya, bersedia menderita karena melakukan firman Kristus, bersedia menderita karena nama Kristus yang dia beritakan, bahkan menjadi serupa dengan Yesus dalam kematianNya. Mengenal Kristus dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaan Kristus merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan keinginan terbesarnya untuk mengenal Yesus, oleh karena itu Kuasa kebangkitan itu sampai hari ini nyata bekerja pada diri orang-orang percaya, sama seperti ketika Yesus hidup di tengah-tengah umat manusia, Dia menyembuhkan, membuat mujizat dan sebagainya, maka sampai hari ini kuasa kebangkitan itu tetap bekerja dalam hidup orang percaya. Dalam nats bacaan, semua sukacita adalah sukacita atas kehadiran Allah yang menyelamatkan umat sehingga berkemenangan.

Aplikasi
Jika jaman ini kita masih beriman seperti Tomas, maka kita tidak akan menjadi orang percaya, karena bukti (saksi) kebangkitan Yesus mungkin tidak akan dilihat mata kepala kita. Karena itu alangkah bahagianya orang yang percaya walaupun tidak melihat, 2 Korintus 5:7, Paulus berkata “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”. Tapi kita tidak pungkiri kalau iman kitapun terkadang “mencari bukti” kehadiran Allah. Ketika tantangan melanda hidup maka kita langsung ragu akan kehadiran Allah. Pada saat seperti ini terjadi, maka kita harus mengingat pengalaman Tomas. Sama seperti kepada Tomas, kepada kita pun dikatakan Yesus bahwa lebih bahagia orang yang percaya walaupun tidak melihat. Artinya bahwa kita tidak ragu tentang kehadiran Allah disetiap situasi kehidupan kita. Keyakinan ini juga dapat kita saksikan bagi semua orang, agar orang lain juga menjadi orang percaya walaupun tidak melihat. Amin

SELAMAT PASKAH


Pdt. Nur Elli br Tarigan
GBKP Runggun Karawang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD