Minggu 11 November 2018, Khotbah Yesaya 38:16-20

Invocatio :

“Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama,” (1 Korintus 10:3-4a)

Bacaan :

3 Yohanes 1:1-3 (Tunggal)

Tema :

“Damai Sejahtera Jasmani dan Rohani” (Mejuah-Juah Kula Ras Tendi)

Pembuka
“Hati yang gembira, adalah obat. Seperti obat, hati yang tenang. Tapi semangat yang patah keringkan tulang. Hati yang gembira, Tuhan senang”. Lirik lagu ini, menyadarkan kembali bahwa sangatlah berkaitan hubungan antara jasmani dan rohani manusia. Perasaan yang gembira dapat menjadi ‘kesembuhan’ yang menenangkan dan menyenangkan bagi seseorang, selayaknya obat. Sementara jika semangat mulai rapuh dan patah, maka dapat ‘mengeringkan’ tulang. Sehingga tidaklah heran, jika bernyanyi, tertawa, bertepuk tangan, berdoa menjadi salah satu terapi penyembuhan yang digunakan untuk memberi semangat berjuang menghadapi penyakit. Setiap orang pasti merindukan kesehatan dan kesegaran secara fisik. Dimana seluruh anggota tubuh dapat digunakan untuk bekerja, berkarya dan menikmati hidup. Namun, sering kali lupa bahwa bukan hanya dengan mengkonsumsi vitamin, menjaga makanan sehat, olahraga dsb menjadi jaminan hidup sehat dan damai sejahtera. Melainkan perlu menjaga keseimbangan hidup dari luar dan dalam (sehat jasmani dan rohani/spiritual). Agar kehidupan merasakan damai sejahtera yang sungguh.

Isi
Yesaya 38:16-20 merupakan nyanyian pengucapan syukur Hizkia, karena merasakan pertolongan Allah yang telah membebaskannya. Hizkia merasakan kesempatan selamat (sementara) dari kematian karena penyakit barah. Hal yang dihadapinya adalah kesusahan-kesusahan yang membuatnya tidak tenang. Apalagi bukan hanya karena penyakitnya, melainkan tugas sebagai seorang raja yang harus bertahan dari serangan Asyur. Kepada Tuhan, Hizkia berseru agar kiranya penderitaan pahit digantikan menjadi keselamatan dari kebinasaan (ay 16-17). Baginya kematian adalah hal yang menakutkan karena menghancurkan tubuh jasmaninya (ay 12, 13) bahkan memisahkannya dari persekutuan dengan Tuhan untuk selamanya (ay 18). Oleh sebab itu, Hizkia menaruh harapannya dengan berseru pada Allah ketika diperhadapkan kepada kematian. Allah mendengarkan doa permohonannya dan memberi kesembuhan serta pertambahan umur baginya.

Kesempatan hidup adalah tanggung jawab manusia kepada Tuhan Sang Pencipta. Saat Hizkia sembuh, Allah memberinya kesempatan hidup 15 tahun lagi. Hizkia menyadari 15 tahun setelah itu, maut akan menjemputnya. Namun, keselamatan sesungguhnya telah diberikan Allah baginya. Hal itulah yang membuat hati Hizkia menjadi semakin penuh kepastian, karena Allah menjadi penuntun hidupnya. Sehingga waktu untuk menjalani kehidupan disadarinya sebagai kesempatan bersekutu, memuji dan bersaksi bagi Tuhan (ay 19, 20). Akhir kehidupan melalui jalan kematian bagi orang yang percaya pada Tuhan dengan sungguh, tidaklah lagi menjadi ketakutan. Melainkan kepastian untuk mendapatkan motivasi hidup yang memberi bagi Tuhan.

Penulis 3 Yohanes 1:1-3 memberikan pembuka bagi pembaca suratnya yang sedang berada pada masa sulit. Ditengah banyaknya perpecahan dan ajaran sesat dalam jemaat yang membuat kegundahan, seorang penatua masih dapat bersukacita. Hal ini dikarenakan ia mendengar bahwa dalam kondisi memprihatinkan, ada anggota-anggota jemaat yang setia dan hidup dalam kebenaran. Gayus adalah salah satu dari mereka (tidak ada penjelasan lebih lanjut, siapa dan dari mana asal Gayus yang dimaksudkan penulis. Kemungkinan Gayus ini adalah salah seorang pemimpin jemaat). Penulis mengungkapkan pula bahwa ada kasih diantara mereka. Hidup dalam kebenaran menumbuhkan kasih satu dengan yang lain. Sehingga dapat saling mendukung dan mendoakan. Penulis berdoa, agar Gayus baik-baik dan sehat tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa. Dengan fisik sehat dan jiwa tenang, kehidupan Gayus pun dapat menjadi saksi hidup dalam kebenaran yang dapat diceritakan saudara lainnya

Aplikasi dan penutup
Damai sejahtera jasmani dan rohani yang diharapkan , tentunya mencakup; fisik (menjaga tubuh agar sehat dan fit), sosial (menjaga relasi yang rukun, penuh kasih dan damai), mental (memiliki hati dan pikiran yang tenang juga positif dalam setiap hal), spiritual (menjaga hubungan pribadi dengan Tuhan dalam doa, ibadah, meditasi, refleksi tentang karya Tuhan dalam kehidupan). Sehingga ada keseimbangan. Betapa penting menjaga hidup tetap sehat dan damai secara jasmani dan rohani. Untuk memperkuat dan meneguhkan diri menghadapi tantangan, sesuai konteks zaman. Pengharapan harus ditujukan pada Tuhan dalam doa. Agar apapun yang ada pada kita (kesehatan, damai sejahtera) menjadi pelayanan yang sungguh kepada Tuhan. Terlebih dasar dari segala hikmat pengetahuan untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan itu adalah dengan hidup berserah pada Tuhan.

Dengan damai sejahtera jasmani dan rohani, kita pun dimampukan untuk menjaga persekutuan yang indah di dalam Tuhan (diri sendiri dan sesama). Bdk invocatio bahwa Tuhan pun berkehendak agar ada satu kesatuan seperti apa yang telah dinyatakanNya. Perlunya saling menjaga, mengingatkan, mendoakan agar satu dengan yang lain pun kita dapat hidup sehat jasmani dan rohani. Tuhan telah mencukupkan yang diperlukan, merancangkan yang baik, menganugerehkan kesematan hidup, oleh sebab itu sebagai tanda syukur baiklah kita pun mau menjaganya. Melalui hal inilah kita dapat menyatakan kehendak Tuhan, memberi diri melayani Dia. Amin.


Pdt Deci Kinita br Sembiring – GBKP Rg Balikpapan

MINGGU 28 OKTOBER 2018, KHOTBAH ROMA 1:16-17

Invocatio :

“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12)

Bacaan :

2 Raja-Raja 23:24-27

Tema :

“Dimulai Dalam Iman dan Diakhiri Dalam Iman”

I. PENDAHULUAN
Hari Reformasi Gereja diperingati setiap tanggal 31 Oktober, hari yang mengingatkan orang-orang Kristen Protestan akan peristiwa DR. Martin Luther mereformasi gereja dengan menempelkan 95 tesis/dalil di depan pintu gereja Wittenberg-Jerman pada tanggal 31 Oktober 1517. 95 tesis/dalil yang dipakukan itu berisi protes DR. Luther akan kesalahan praktik-praktik yang dilakukan oleh gereja Katolik Roma pada waktu itu, terutama penyebaran surat pengampunan dosa (indulgensia) untuk membangun Gereja Basilea St. Petrus. Karena itu dalil yang ditempelkan Martin Luther itu mengungkapkan kebenaran/pemahaman Alkitab dan mengkritik dogma yang telah berlangsung sekian lama di Institusi gereja di masa itu. Keselamatan itu bukan berasal dari gereja atau pemimpin gereja, tetapi iman kitalah yang menyelamatkan kita. Dari terobosan inilah kita mengenal ajaran Martin Luther yakni: Hanya oleh Iman (Sola fide), Hanya oleh anugerah Allah kita diselamatkan (Sola Gratia) dan kebenaran hanya didapatkan dari Alkitab (Sola Scriptura). Semangat Martin Luther mereformasi gereja bukan karena ingin memecah belah gereja melainkan dia mau mengingatkan supaya gereja kembali kepada Alkitab (back to the Bible), sebagai dasar pengajaran kebenaran.

II. PENDALAMAN NATS
Surat Paulus kepada jemaat Roma, khususnya dalam Pasal 1:16-17 memegang peran sentral. Hampir semua penafsir Alkitab sepakat bawa inti keseluruhan Surat Roma terletak pada bagian ini. Ini adalah tema surat. Bagian yang lain, terutama Roma 1:18-8:39, hanyalah penjelasan terhadap Roma 1:16-17.  Di dalam kedua ayat ini, Paulus menjelaskan alasan mengapa di ayat 15, ia berkeinginan untuk memberitakan Injil kepada jemaat di Roma yaitu karena Injil adalah kekuatan Allah. Di dalam ayat 16, Paulus dengan berani memproklamasikan bahwa dirinya tidak malu akan Injil (KJV: “For I am not ashamed of the gospel of Christ”). Terjemahan King James Version ini lebih sesuai dengan naskah aslinya dimana kata ashamed dalam naskah Yunaninya: epaischunomai yang berarti to feel shamed for something. Sungguh menarik apa yang Paulus nyatakan, mengingat dulunya Paulus adalah seorang yang membenci Kristus dan para pengikutNya. Tetapi setelah dirinya diperbaharui olehNya, ia tidak malu lagi akan Injil bahkan rela mati demi Injil. Sebab Paulus tahu dengan pasti bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”. Injil bukan membuat orang sakit menjadi sembuh atau membuat orang miskin menjadi kaya, itu sama sekali bukan Injil, tetapi “injil” palsu dan murahan yang Paulus kutuk habis di dalam Galatia 1:6-10. Injil Kristus sejati yang Paulus tekankan tetap berintikan kepada Kristus, karya pengorbananNya di kayu salib dan pengampunan serta penebusan dosa. Injil tidak boleh dipisahkan dengan penebusan dan karya Kristus. Di dalam pernyataan ini, Paulus mengartikan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil itu diberikan oleh Allah melalui anugerahNya untuk membawa manusia pilianNya yang sudah berdosa kembali direkatkan ubungannya dengan Allah yang maha kudus. Matthew Henry di dalam tafsirannya, “In these verses the apostle opens the design of the whole epistle, in which he brings forward a charge of sinfulness against all flesh; declares the only method of deliverance from condemnation, by faith in the mercy of God, through Jesus Christ; and then builds upon it purity of heart, grateful obedience, and earnest desires to improve in all those Christian graces and tempers, which nothing but a lively faith in Christ can bring forth”. Matthew Henry mengajarkan dan mengingatkan kita bahwa satu-satunya jalan kita dibebaskan dari belenggu kutuk dosa adalah melalui iman di dalam anugerah Allah, melalui Yesus Kristus. Itulah janji Kristus sejati membawa manusia pilihanNya yang sudah jatuh ke dalam dosa untuk direkatkan kembali hubungannya dengan Allah yang maha kudus. Kristus itu satu-satunya jalan. Injil sejati memerdekakan manusia dari dosa, sebagaimana Tuhan Yesus berfirman, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoanes 8:31-32). Kembali Paulus menyatakan dalam 2 Timotius 1:10, “bahwa kuasa Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.

Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman”. Kuasa Injil tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin iman. Paulus mengungkapkan bahwa di dalam Injil dan Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata “kebenaran” diterjemakan ke dalam bahasa Yunani dikaiosune yang berarti pembenaran/justification. Pembenaran Allah yang dimaksud adalah bagaimana cara Allah merekatkan hubungan manusia denganNya melalui Kristus yang di dalamnya kita harus percayai dan taati secara mutlak dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu membenarkan manusia berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini Paulus mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman sejati tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain, iman harus terus-menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah (Kristus) sebagai obyek sekaligus subyek iman. Hal ini sesuai dengan pemaparan Paulus di dalam ayat 17 ini, dimana kebenaran Allah memimpin iman yang mula-mula kepada iman pada akhirnya. Allah adalah pemberi atau sumber/subyek iman yang memberikan iman sejati di dalam Krsitus kepada umat pilianNya. Ini berarti iman adalah anugerah Allah. Iman bukan hasil usaha kita sendiri, tetapi anugerah Allah. Iman ini mengakibatkan anak-anakNya tidak terlebih dahulu berusaha keras untuk menggapai iman dan perkenaan Allah, tetapi menyerahkan keseluruhan hidup mereka kepada Tuhan yang menganugerahkan iman. Karena manusia tidak pernah sanggup dapat melepaskan diri dari dosa apalagi dapat memilih iman yang benar di dalam Kristus. Kerusakan total manusia mengakibatkan manusia tidak dapat memiliki keinginan dan motivasi yang beres dan memuliakan Allah. Lalu apakah iman berhenti pada posisi manusia sebagai yang pasif saja? Tentu tidak, karena iman bukan saja berhenti pada iman yang merupakan anugerah Allah untuk keselamatan, tetapi iman itu terus bertumbuh. Iman yang bertumbuh adalah iman yang berada di dalam proses terus-menerus bersama dan di dalam jalur Allah melalui firman dan RohNya yang kudus. Iman yang bertumbuh adalah iman yang terus-menerus menghendaki hidup kudus sebagaimana Allah yang memanggil umatNya adalah Allah yang kudus, dan kemudian iman itu juga bertumbuh di dalam pengetahuan yang melimpah di dalam Kristus. Paulus menyimpulkan, “Orang benar akan hidup oleh iman”. Siapakah “orang benar” itu? Mereka yang sudah dibenarkan Allah di dalam Kristus (umat pilianNya), sehingga mereka pasti hidup oleh iman.
Teks ini bukan hanya terkenal, tetapi sangat penting. Dari sisi sejarah, Allah telah menggunakan teks ini untuk mempertobatkan Martin Luther tokoh reformasi itu. Sekian lama berupaya untuk memperole kebenaran di hadapan Allah melalui perbuatan baik tetapi tanpa kepastian dan kedamaian, Luther akhirnya menyadari bahwa kebenaran merupakan anugerah Allah bagi orang berdosa yang beriman kepada Yesus Kristus. Pembenaran adalah melalui iman. Dari sisi theologi, pembenaran melalui iman secara esensial membedakan iman protestan dari Yudaisme, Roma Katholik, maupun agama-agama lain. Yang lain menambahkan perbuatan baik pada iman sebagai syarat untuk dibenarkan oleh Allah. Roma 1:16-17 menegaskan bahwa pembenaran hanya melalui iman.

Demikian juga dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-Raja 23:24-27, dimana reformasi yang dilakukan Yosia dalam hal keagamaan (peribadahan kepada Allah) yang selama ini oleh pendahulu-pendahulunya sudah menyimpang dan melukai hati Tuhan. Reformasi Yosia dimulai dengan memusnahkan bukit-bukit pengorbanan bamot, menghancurkan semua peranti dan sarana ibadah kafir. Kebijakan Yosia selanjutnya adalah pemberlakuan kembali perayaan Paskah (2 Raja-Raja 35:18). Dihapuskannya peran para pemanggil arwah, dan para peramal serta segala berhala-berhala lainnya.

III. APLIKASI
Semangat Reformasi yang terutama adalah semangat mencintai firman Tuhan (Alkitab). Tapi sayang, semangat ini terkadang sudah luntur dan terkadang dipelintir oleh gereja-gereja yang katanya dipengaruhi oleh teologi Reformasi dengan pemberitaan “yang enak dan sedap” untuk didengar dan membuat jemaat ‘terhibur’ dan ‘tertawa’ (pemberitaan Stand Up Comedy) yang tidak lagi bernilai alkitabiah. Hal ini bukanlah semangat Reformasi gereja, inti semangat reformasi gereja adalah kembali kepada Alkitab. Seorang yang memiliki kerinduan kembali kepada Alkitab adala orang yang mencintai firmanNya. Tanpa didasari oleh kecintaan akan Allah dan firmanNya, tak mungkin seorang benar-benar mau kembali kepada Alkitab. Orang yang mencintai Allah dan firmanNya pasti sungguh-sungguh kembali kepada Alkitab, lalu orang yang kembali kepada Alkitab adalah orang yang mempelajari firmanNya dan selanjutnya adalah orang yang taat dan menjalankan apa yang Tuhan firmankan.

Reformasi sangat jelas menjadi sejarah gereja dan juga semangat gereja. Slogan “Ecclesia Reformata Semper Reformanda”, yang berarti gereja (persekutuan orang percaya) yang terus menerus diperbaharui. Jadi reformasi bukan sekedar sebuah gerakan melainkan proses yang tiada henti. Bagaimana gereja dari masa ke masa makin menyerupai Kristus/Imitatio Christi (Kolose 3:1-4) dan menjadi sempurna seperti Bapa sempurna (Matius 5:48).
Minggu Reformasi gereja ini menyadarkan kita akan pentingnya Alkitab sebagai satu-satunya sumber dan standar bagi iman, spiritualitas, etika, dan moralitas hidup. Kiranya Roh Kudus memimpin dan memampukan kita menjalankan apa yang Allah firmankan di dalam Alkitab, sehingga nama Tuhan sajalah yang ditinggikan selama-lamanya. Soli Deo Gloria. Sola Scriptura. Sola Gratia. Sola Fide. Solus Cristus.

Pdt. Irwanta Brahmana
(GBKP Rg. Surabaya)

MINGGU 21 OKTOBER 2018, KHOTBAH MATIUS 10:16-20

Invocatio :

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20)

Bacaan :

Yosua 1:1-9 (Tunggal)

Tema :

Beritakanlah ! Jangan kuatir (Beritakenlah ! Ola aru atendu)


a. Pendahuluan
Minggu Zending mengingatkan kita bahwa memberitakan Kabar Baik harus tetap kita lakukan sebagai orang percaya, karena itu adalah perintah Tuhan Yesus kepada kita. Sejarah Minggu Zending berasal “Zending Karo” dimulai Tgl. 26 Juli 1926 dimasa Pdt. J. van Muylwijk. Zending Karo merupakan Gerakan Pekabaran Injil yang dilakukan Kristen Karo kepada masyarakat Karo. Semangat Zending Karo melahirkan Asrama wanita di Kabanjahe pada saat itu, dimana banyak wanita yang sekolah berasal dari kampung , begitu juga pembangunan Gereja yang pertama di Kabanjahe (27 Maret 1927). Setelah itu Minggu Zending ditetapkan sebagai gerakan misioner warga gereja kepada masyarakat sekitarnya khususnya orang Karo dan upaya kemandirian GBKP dimulai pada Tgl. 23 Juli 1941, dan itu terus dilakukan (Maranatha Edisi 295, Pdt. E.P. Gintings).

b. Isi/penjelasan
Renungan kita mengingatkan kita akan kasih Tuhan yang memperlengkapi murid – muridNya dengan hikmat yang besar dalam meneruskan memberitakan Kabar Baik. Karena memang memberitakan Kabar Baik selalu ada tantangan dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, ketika Tuhan mengutus kita sebagai anakNya maka Tuhan Allah itu sendirilah yang memperlengkapi kita melakukan kehendakNya dengan menjadikan kita sebagai anakNya bukan lagi hamba (band. Galatia 4:7). Yesus mengumpamakan ibarat domba ke tengah – tengah serigala. Hendaklah cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kecerdikan ular bukan dilihat dari sisi negatifnya, tetapi kecerdikan yang memampukan murid – muridNya untuk menaklukan kelicikan maupun strategi orang – orang Yahudi yang berusaha menghambat pelayanannya untuk melakukan kehendakNya dengan mempergunakan segala yang dimiliki/talenta murid - muridNya. Merpati, melambangkan sisi ketulusan juga kelembutan Tuhan untuk memberikan perlindungan bagi murid – muridNya ketika melakukan pekerjaanNya. Artinya bahwa kecerdikan yang diberikan haruslah dirangkai dengan ketulusan. Ketulusan dihubungkan dengan pengakuan yang berhubungan juga dengan menempatkan posisi Tuhan menjadi yang utama. Murid - murid harus cerdik, bijaksana, awas diri seperti ular, mencari cara yang terbaik dengan kemampuan yang ada pada kita, agar dapat diterima dengan baik dan memiliki hati yang bersih tulus memohon hikmat Tuhan dengan bergantung pada Tuhan.

Invocatio : "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:19-20). Bagian dari tugas yang harus dilakukan oleh murid – murid Yesus, yaitu mengajar tentang kepatuhan, seperti Yesus yang telah meneladankan kepatuhanNya kepada BapaNya. Kuasa dan janji Tuhan memampukan Gereja untuk melakukan tugasnya dalam rangka memberitakan Kabar Baik dan menjadikan semua bangsa menjadi muridNya. Selanjutnya babtisan dilakukan dalam nama Tritunggal.

Bacaan, Yosua 1 : 1 - 9, rencana Tuhan mengeluarkan umat-Nya dari Mesir menuju Kanaan, berada dalam hak penuh Tuhan. Janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub tetap tidak berubah. Walaupun Musa sudah mati tetapi rencana Tuhan membebaskan bangsaNya dari Mesir menuju tanah Kanaan Tuhan nyatakan. Yosua sebagai pengganti Musa, harus percaya dan menyakini tentang penyertaan Tuhan, Yosua tidak akan terkalahkan dalam menjalankan tugas pelayanan buat Tuhan, selama mereka menghormati kekudusan Tuhan, maka penyertaan Tuhan tetap berada di pihak mereka.

c. Aplikasi
Minggu Zending ini mengingatkan dan mengajak kita untuk mau dan meneruskan“ tongkat estafet “ Zending karo sebagai gerakan Pekabaran Injil di masa kini. Terlebih seiring zaman semakin maju, tindak kejahatan dan penyakit sosial pun semakin banyak. Begitu juga persoalan dan tantangan yang datang menghambat. Dan bukan kebetulan kita menjadi anak Tuhan, ketika kita mengatakan sebagai anak Tuhan maka nyata rencana Tuhan bagi kita anakNya yaitu melakukan apa yang diperintahkanNya. Jadi bukan hanya tugas Pendeta, Penatua, Diaken dan para pengurus Gereja lainnya.

Memberitakan Kabar Baik bukan hanya dilingkungan Gereja, tapi dalam setiap dampar kehidupan kita. Apapun profesi kita, talenta dan situasi juga tempat umpamanya, melalui nyanyian pujian kita, lukisan, tarian, buku, keteladanan, khotbah, berbudaya dan sebagainya. Bukan hanya bersifat verbal tetapi juga non verbal, bahkan ini lebih menyentuh dari pada melalui kata – kata namun belum tentu kita dapat melakukannya. Umpamanya, kejujuran seseorang di lingkungan korupsi merupakan kesaksian yang luar biasa dari pada ceramah khotbah muluk tentang kejujuran tapi kenyataan ikut melakukan ketidakjujuran. Kita memberitakan Kabar Baik dengan menjadi teladan dari diri kita sendiri terlebih dahulu, walaupun resikonya banyak orang menjauhi dan memusuhi kita, tetapi Tuhan memberikan kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKU di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung Bumi (Kis.Para Rasul 1:8).

Prinsip anak Tuhan, tetap menjadi jati diri sebagai anak Tuhan yang mampu merangkaikan kecerdikan dan ketulusan dalam setiap dampar aktifitas kehidupannya, sehingga pemberitaan Kabar Baik dapat diterima orang lain sebagai “pesan “Tuhan bagi orang yang melihat, mendengar dan menerimanya. Amin, Tuhan memberkati


Pdt Nur Elly Tarigan
GBKP Runggun Karawang

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD