Minggu 07 Juli 2019, Khotbah Matius 6:19-21

Invocatio :

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu. (Amsal. 3:9)

Ogen :

Matius 6:19-21

Tema :

Persembahen Ulih Peranin./ Persembahan Hasil Panen.

 

Pembukaan
Setiap orang yanh melakukan pekerjaan atau usaha yang dikerjakan pasti mengharapkan hasil yang baik, misalkan seorang petani yang menanam tanaman, pastilah mengharapkan agar tanamannya tumbuh subur, dan menghasilkan buah yang banyak serta harga jualnya tinggi di pasaran. Untuk memperoleh hasil yang baik, tentu saja petani tersebut melakukan proses yang benar, mulai memilah benih, merawat serta memupuk tanamannya, serta menjaga tanaman itu agar tidak dirusak hama serta aman dari pencuri tanaman. Apakah usaha itu sudah cukup..?, tentu saja sebagai orang Kristen kita tidak boleh mengabaikan hal yang penting sekali yaitu tetap berdoa dan berpengharapan kepada Allah sebagai penentu hidup dan usaha kita. Berpengharapan kepada Allah menunjukkan pengakuan iman kita bahwa Allah lah yang memberkati segala pekerjaan anak-anakNya (Bdk. Maz. 27:3).

Minggu ini adalah minggu Kerja Rani GBKP, Kerja Rani adalah salah satu pesta iman dalam kalender gereja kita, dimana setiap jemaat kita akan mempersembahkan sebahagian dari hasil usaha/pekerjaan kita sebagai bentuk ucapan syukur kepada Allah sumber dari segala berkat yang kita terima. Kegiatan ini bukanlah rutinitas tahunan dalam gereja kita, namun merupakan sarana peneguhan iman dan mendukung pelayanan Runggun secara lokal dan GBKP secara sinodal, oleh karenanya kita harus melakukan Atau mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh dan mendasarinya dengan Firman Tuhan dan pertolongan Roh Kudus.

Kitab Bilangan (dari bahasa Yunani: Αριθμοί, Arithmoi; bahasa Inggris: Book of Numbers, dari bahasa Latin: Numeri; bahasa Ibrani: במדבר‎, Bəmidbar, "di padang gurun") adalah kitab keempat Taurat dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, juga dalam Perjanjian Lama yang ditulis oleh Musa, Kitab ini menceritakan peristiwa peristiwa yang dialami oleh bangsa Yahudi ketika berada selama 38 tahun di padang pasir dalam perjalanan dari tanah Mesir ke tanah Kanaan. Di dalam kitab ini banyak menyajikan angka-angka, baik sensus penduduk, penanggalan upacada keagamaan serta jumlah besaran dalam aturan keagamaan umat pilihan.

Ada beberapa pointer khotbah kita berdasarkan teks renungan kita pada minggu ini.
1. Kitab Bilangan sebagai salah satu Panduan waktu dan Teknis Pelaksanaan Perayaan-perayaan Umat Pilihan.
Di dalam melaksanakan upacara keagamaan, harus dilaksanakan dengan sungguh sungguh dan disiplin. Kitab Bilangan 28:26-31, merupakan petunjuk waktu (cronos), dan teknis pelaksanaan upacara Persembahan Pesta Panen (bdk. Imamat 23:15-22). kitab ini mengarahkan agar umat Allah memberikan persembahan yang menyenangkan Tuhan, baik dalam kualitas dan kwantitasnya. Bahan-baham atau material dari persembahan itu adalah yang terbaik serta pelaksanaannya didasari dengan iman dan ucapan syukur bersama-sama dengan umat percaya di dalam acara kebaktian/ibadah.

2. Persembahan Sebagai Wujud Ucapan Syukur dan kepatuhan kepada Allah. Tujuan dari upacara ini adalah untuk mengingatkan umat Israel bahwa Tuhanlah yang memelihara umat PilihanNya, yang telah memimpin mereka dari Mesir ke Kanaan, yang telah menganugerahkan tanah yang penuh dengan susu dan madu serta yang tetap melindungi, memberkati dan menghapuskan dosa dan pelanggaran mereka. Melalui persembahan Pesta Panen ini, umat Allah mengakui otoritas Tuhan dan pemeliharaanNya dalam kehidupan mereka beserta keturunannya. Melalui upacara ini, umat mengingat kembali karya Allah dalam kehidupan mereka dan tetap bergantung kepadanNya, niscaya Allah akan memberikan anugerah yang lebih luar biasa lagi pada masa mendatang.

3. Memberikan persembahan, sebagai upaya pengendalian diri terhadap mamon (harta, kekayaan). Manusia hidup di dunia ini membutuhkan harta/uang, namun harta dan uang janganlah menjadi tujuan hidup, tetapi sebagai sarana/alat untuk kesejahteraan. Di dalam Kitab Matius 6:19-21, kita diingatkan agar jangan mengabdi kepada dua tuan, yaitu Mamon dan Allah, karena mamon tidak kekal dan tidak memberikan keselamatan namun hanya Allah yang dapat memberikan kebahagiaan dan keselamatan sejati. Dengan memberi persembahan kita membuktikan bahwa uang atau harta bukalah segalanya, kita tidak merasa rugi walaupun harta/uang kita berkurang ketika mempersembahkannya kepada Allah. Bahkan kita sangat bersukacita ketika masih diberikan waktu untuk memberi persembahan.

4. Persembahan Sebagai Sarana Mendukung Pelayanan Gereja. Persembahan Pesta Panen dilaksanakan sekali dalam setahun, adalah salah satu sumber pemasukan keuangan Gereja kita, menurut aturan keuangan GBKP, pembagian persembahan ini adalah 60 persen untuk Runggun, 40 persen disetorkan ke kas Umum GBKP. Seluruh Jemaat harus memahami bahwa persembahan ini bukan hanya untuk gereja lokal tetapi untuk GBKP secara sinodal, melalui persembahan yang kita berikan, banyak kegiatan pelayanan yang terlaksana, oleh karenanya harus kita dukung dan sukseskan demi kemuliaan Tuhan. Amin.

 

Pdt Togu Persadan Munthe
GBKP RG Cililitan

Minggu 30 Juni 2019, Khotbah Amsal 10:4-5 (Minggu setelah Trinitatis)

Invocatio :

“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. 2:15)

Bacaan :

Yohanes 5:14-17

Tema :

Berhasil Karena Rajin

I. Pendahuluan
Tuhan menghendaki kita untuk rajin bekerja untuk menata dan mengelola kehidupan kita. Identitas diri kita ada pada pekerjaan yang memberi nilai dan menunjukkan kontribusi kita. Kita hidup dalam dunia milik Allah, kita menghormati Sang Pemilik dengan mengelola dengan penuh tanggungjawab.
Sikap berdiam diri dalam kemalasan, atau juga bekerja tanpa kejujuran atau dengan tipu daya bukan sifat orang yang menghormati Tuhan. Hidup yang baik adalah mengerjakan pekerjaan yang baik yaitu yang bernilai dan bermanfaat.

Bagaimana kita memaknai pekerjaan? Mungkin kita memaknai pekerjaan sebagai bidang profesi yang kita tekuni untuk mencari penghidupan atau berkaitan dengan nilai materi yang kita dapatkan. Padahal pekerjaan bukan semata-mata untuk mendapatkan uang, sebab walaupun mendapatkan uang yang banyak tetapi kehilangan tujuan kehidupan atau membuat hidup menjadi hampa, apa gunanya?

Maka yang menjadi pertanyaan bagi kita, masihkah kita bisa bersenang-senang dengan pekerjaan kita? Atau pekerjaan sudah menjadi beban berat dalam hidup kita? Kebosanan, kelelahan, kejenuhan dalam pekerjaan merupakan tanda dari kehilangan esensi tujuan pekerjaan yang diberikan Tuhan. Kehilangan fokus tujuan kepada Tuhan. Allah yang memberi pekerjaan dan tentunya untuk mempermuliakan Tuhan.

II. Pendalaman Nats
Bagi Yesus pekerjaan dan makananNya adalah mengerjakan kehendak Bapa-Nya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pernyataan ini sangat mendalam maknanya, bahwa bagi Yesus perkerjaan-Nya bukan menguras energi tetapi menambah energi bagi-Nya. Dampak ataupun hasil pekerjaan Yesus sangat besar sekali, khususnya bagi keselamatan manusia. Yang tidak sanggup dikerjakan oleh manusia biasa dikerjakan oleh Yesus dengan kuasa-Nya yang tidak terbatas. Pada saat Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang telah 38 lumpuh, Yesus bertanya "Maukah engkau sembuh?” (5:6) Pertanyaan ini sangat relevan dan sangat menusuk, sebab seorang pengemis bisa kehilangan mata pencahariannya karena ia disembuhkan. Apalagi dia sudah terbiasa mengemis, sudah tidak ada lagi keinginan untuk berganti profesi, padahal Yesus mau meningkatkan “nilai perkerjaannya”. Lalu Yesus memberi perintah "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah (5:8). Untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar telah sembuh dan diberi kemampuan untuk bekerja menopang hidupnya, tidak perlu lagi orang lain yang mengangkat dia diatas tilamnya.

Perintah Yesus untuk mengangkat tilam sebagai bukti nyata akan kesembuhannya, menimbulkan perselisihan dengan para pemimpin Yahudi. Sebab hari penyembuhan itu adalah hari Sabat, mereka menganggap Yesus melanggar hukum Sabat. Para pemimpin Yahudi sama sekali tidak bergembira menyambut kesembuhan yang teramat penting artinya sepanjang sisa hidup orang itu. Mereka juga tidak mau menyimak pada makna kesembuhan orang itu, yang begitu gambling menyingkapkan siapa Yesus sebenarnya.
"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (17) Yesus menyatakan bahwa Allah tidak terikat pada hukum Sabat, dan bahwa Allah senantiasa memelihara ciptaan-Nya, bertindak penuh anugerah menolong mereka yang membutuhkan pertolongan pada hari Sabat. Yesus menandaskan bahwa “pekerjaan” menyembuhkan yang Dia lakukan dan yang bertentangan dengan tradisi lisan mereka, adalah pekerjaan anugerah yang meneladani pekerjaan Allah pada hari Sabat.

Dalam Amsal 10:4 “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”. Mengungkapkan tentang karakter manusia dalam bekerja. “Tangan yang lamban” merupakan ungkapan “bekerja dengan tangan penuh tipu daya”. Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya dirinya dengan jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan dirinya miskin. Penyebab kemiskinannya karena lenyapnya nama baiknya sehingga tidak ada orang yang mau berurusan dengannya. Sebaliknya “tangan orang rajin menjadikan kaya” yaitu mereka yang rajin dan jujur, menghargai pekerjaan dan menghargai teman berbisnis. Tangannya giat bekerja dan tidak curang, disenangi orang karena sifat dan karakter yang baik, memungkinkan dan punya harapan besar untuk mengembangkan usahanya.

Dalam Amsal 10:5 “Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu”. Ayat ini berbicara tentang menghargai kesempatan atau mengabaikan kesempatan. Orang yang mengumpulkan pada musim panas merupakan masa yang tepat untuk mengumpulkan. Bahwa segala sesuatu ada masanya, orang yang berakal budi memanfaatkan masa mengumpulkan untuk persediaan pada masa musim dingin. Sebaliknya, orang yang mengabaikan kesempatan, menyia-nyiakan waktu dan mengabaikan pekerjaannya. Tidur pada waktu panen adalah sikap yang memalukan, karena pada waktu musim dingin tidak ada persediaan, bisa menyebabkan mati kelaparan. Kedua sikap ini bergantung kepada sikap menerima dirikan dan pengajaran. Orang yang menerima dirikan akan cermat menggunakan waktu. Sedangkan orang yang mengabaikan didikan tidak menghargai waktu dan kesempatan. Barang siapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa mudanya, ia mengumpulkan persediaan pada musim panas, dan dia akan memperoleh penghiburan dan kehormatan karena kerajinannya itu. Namun, barang siapa menyia-nyiakan masa mudanya akan menanggung rasa malu karena kemalasannya ketika dia tua nanti.

III. Pointer Aplikasi
Pekerjaan seharusnya meningkatkan nilai diri atau nilai karakter manusia. Orang-orang yang menekuni pekerjaan yang tidak atau kurang bernilai membuat dirinya miskin karakter. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan kemiskinan rohani, tetapi mereka yang rohaninya menyala-nyala dan melayani Tuhan, sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman serta kaya dalam kebajikan.
Sebagaimana Yesus memahami tujuan pekerjaan untuk memenuhi kehendak Allah, kita perlu memahami tujuan pekerjaan kita menurut panggilan dan perintah Allah. Bekerja untuk merospons panggilan Allah; kita melakukan yang terbaik karena alasan sederhana bahwa pekerjaan kita adalah tindakan ibadah kepada Allah yang memanggil kita pada pekerjaan tersebut. Mengerjakan pekerjaan itu menjadi sumber semangat dan sukacita bagi kita. Semakin terpenuhi tugas dan tanggungjawab kita, membuat pribadi kita makin untuh atau berintegritas.

Kesempurnaan (mutu dan integritas produk atau jasa) adalah persoalan integritas panggilan. Kita menghindari pekerjaan ala kadarnya dan menentang pekerjaan yang serampangan. Kita mendapatkan sukacita dan kepuasan dalam pekerjaan yang telah dilakukan dengan maksimal. Kita memandang pekerjaan kita sebagai “seperti untuk Tuhan” sehingga kita mengerjakan dengan sepenuh hati.

Ketika bisnis dikendalikan oleh keuntungan daripada dikendalikan oleh nilai, ketika motif pendorong manusia adalah ketamakan dan cinta akan uang, maka hasil akhirnya selalu sama: hal ini akan menghancurkan dan menggerogoto jiwa serta jalinan masyarakat. Berarti ada orang yang merampok dirinya sendiri dengan pekerjaan yang tidak memandang kepada Allah. Maka kembalikanlah kepada Allah kendali usaha dan motif pendorong pekerjaan pada kehendak Allah. Supaya jiwa kita diperkaya dan relasi kehidupan diperbaharui. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th
GBKP Harapan Indah

Minggu 23 Juni 2019, Khotbah Yohanes 13:31-35

Invocatio :

"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat" Roma13:8

Bacaan :

Yesaya 11:1-9 ( Tunggal)

Tema :

Tanda sebagai Murid-Murid Yesus


I. Pendahuluan
Bahan kita kali ini akan membahas tentang tanda menjadi murid Yesus. Kita akan mencoba memahami arti tanda itu apa?.
Menurut KBBI Tanda artinya yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu : dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah tampak -- nya; 3 bukti: itulah -- bahwa mereka tidak mau bekerja sama; 4 pengenal; lambang: kontingen Indonesia mengenakan -- Garuda Pancasila; 5 petunjuk. Pada tulisan ini akan kita lihat bagaimana tanda/bukti/pengenal sebagai murid-murid Tuhan Yesus. contohnya jika kita mempunyai anak/keluarga, kita akan mengenal orang itu adalah bagian keluarga kita karena ada petunjuk/tanda yang sudah kita kenal (bisa baju yang dipakainya sehari-hari, suaranya, cara dia berjalan, sikap dan tingkah lakunya, kebiasaannya, kemiripan wajah dsb). Kita juga akan menggali bagaimana ciri-ciri/ tanda murid Yesus menurut Injil Yohanes

II. Isi dan aplikasi
Dalam Teks Yohanes 13 ini Bahwa Yesus tahu akan segera ditangkap dan dia menghitung waktu sebelum dia ditangkap dan menderita. Dia mengadakan perjamuan makan dengan murid-muridNya. Kita tahu bahwaYesus adalah Tuhan dan Dia telah mengetahui bahwa salah seorang murid akan menjual Yesus dan ada juga murid (Petrus) yang menyangkal dan meyatakan dia tak mengenal Yesus. Dia Tahu waktuNya akan tiba. Dia akan pergi meninggalkan duniadan kembali ke rumah BapaNYa (Johanes 13:1). Namun dalam ke Maha tahuan Yesus, bagaimana responNya terhadap murid-muridNya? Dia tetap mengasihi mereka. Yesus tidak fokus pada perbuatan yang akan dilakukan Yudas, Petrus, dkk padaNya. Yesus bangkit dari tempat duduknya, menjadi seorang hamba/budak (slave) membasuh kaki mereka satu persatu yang kotor dan berdebu serta mengadakan perjamuan makan malam bersama. Inilah gambaran Yesus Tuhan kita sebagai sumber kasih yang agape. Bagaimana dengan konteks kita saat ini, masih relevankah kasih ditengah banyaknya konflik, fitnah, permusuhan, kebencian, balas dendam, bahkan pembunuhan keji, pemboman gereja? Masihkah KASIH menjadi Tanda Pengikut dan murid- murid Yesus dan terus menerus kita tunjukkan pada dunia?

Justru itu melalui nas ini, Tuhan Yesus memberi teladan dan menunjukkan bagaimana seharusnya kasih yang benar itu dipraktekkan:
1. Kasih itu harus memiliki “daya tahan”. (ay 31,34)
Kebanyakan kasih kita gampang luntur, apabila kita dikecewakan orang lain. Apalagi ketika kita disakiti atau dikhianati (Hos 6:4c). Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana kasihNya yang tidak goyah, walau Ia menyadari betul saat itu, bahwa tiba saatnya Ia akan dikhianati oleh Yudas, disangkali oleh Petrus dan ditinggalkan oleh murid-muridNya. Yesus justru memberi perintah yang baru untuk saling mengasihi. “Sesudah Yudas pergi berkatalah Yesus.....Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi......” (ay 31, 34). Yang menarik di sini kata “baru” berati “segar” artinya, kasih kita harus selalu segar kepada orang lain. Tidak luntur atau goyah karena sikap orang lain yang mengecewakan kita.
Itulah kasih Tuhan Yesus yang selalu segar, memiliki kekuatan dan daya tahan, sehingga walau Ia dikhianati, disangkali, ditinggalkan sendirian. Tetapi kasih Yesus tak pernah berubah. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi besar kesetiaanMu!” (Rat 3:22-23).

2. Kasih itu harus dipraktekkan bukan sekedar teori (ay 34)
Bagi Yesus, kasih memang tidak cukup hanya diajarkan atau teori, dijadikan simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi harus melekat dalam gaya hidup kita, sehingga menjadi ciri khas setiap murid-muridNya. Untuk itu, Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “.....supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.......” (ay 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, “sama seperti Aku telah mengasihimu....” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya.

3. Standard kasih kita harus kasih Agape (ay. 31, 34-35)
Kasih Agape adalah kasih yang rela berkorban tanpa pamrih.Tak berkesudahan kasih itu. Jika hal ini dikaitkan dengan konteks saat itu, berarti adanya kesediaan dari Tuhan untuk mengampuni murid-muridNya, bahkan yang mengkhianatiNya sekalipun. Selain itu juga, adanya kesediaan Tuhan untuk menerima keadaan murid-muridNya apa adanya, sekalipun sangat mengecewakanNya. Adanya kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih. Adanya kesediaan untuk tetap mengasihi walau kasih itu tak terbalas, dll. Itulah model kasih yang juga seharusnya kita terapkan dalam hidup kita sebagai anak-anakNya. Kasih Agape, bukan kasih “karena”..... Saya mengasihinya “karena” ia baik....” Tetapi kasih Agape adalah kasih yang “walaupun” .... Saya mengasihinya “walaupun” ia membenci saya!

4. Kasih Agape harus menjadi identitas/tanda orang percaya (ay 34-35)
Dan akhirnya kasih Agape adalah tanda pengenal atau identitas dari murid Kristus. Orang lain dapat mengenal kita sebagai murid Tuhan, bukan karena warna/model pakaian yang kita pakai, bukan hanya sekedar ibadah minggu yang setia kita hadiri. Bukan hanya sekedar kata-kata yang berbau agama yang kita lontarkan, bukan hanya dari berapa banyak ayat Alkitab yang rajin kita kutip dan hafalkan. Bukan pula dari jabatan yang kita sandang dalam gereja. Identitas seorang murid Kristus diukur dari bagaimana relasi yang penuh kasih mesra dengan Tuhan dan sesama. Apakah kita mau mengulurkan tangan kita kepada yang tersisih? Apakah kita rela memberi dan berbagi dengan mereka yang menderita? Apakah kita mau menyapa dan tersenyum dengan mereka yang tak dipandang dunia ini? Apakah kita mau mengampuni yang bersalah kepada kita? Apakah kita mau bersikap terbuka menerima orang lain apa adanya bahkan mereka yang berbeda dengan kita? Kasih Tuhan Yesus itu terlalu tinggi, dalam dan luas untuk dibicarakan. Tak akan pernah cukup waktu untuk merenungkannya. Sebab itu, ada baiknya jika kita juga mulai mempraktekkannya. Sebab hanya dengan mempraktekkan kasih Agape, kita dapat menjadi saksi Tuhan yang berguna. Kasih Tuhan Yesus itu terlau agung dan mulia untuk direnungkan, tetapi sangat sederhana untuk dapat dipraktekkan. Mengasihi berarti mepraktekkan dan melakukan. Ini adalah kasih yang dilakukan, Kasih yang mendahulukan kepentingan orang lain terlebih dahulu, kasih yang melayani, kasih yang membangun kehidupan bersama oranglain, kasih yang menolong. Yesus mau kita membagikan kasihNya kepada yang lain. Yesus mendesak orang-orang tidakhanya mengasihi teman-teamn tapi juga mengasihi musuh-musuh. Kasih bukan berdasarkan emosi atau perasaan saja. Kasih adalah keputusan, kasih adalahsebuah tindakan/ aksi. Yesus mengatakan Yoh. 13:34 : “A new command I give you: Love one another. As I have loved you, so you must love one another

Kita harus saling mengasihi. Mengutip kata “They will know we are Christians by our Love. They don’t care how much you know until they know how much you care”. Kasih sejati adalah peduli dan empati. Paulus dalam surat I Korintus 13:13: menyatakan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, pengharapan dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah KASIH.

Kasih adalah Tanda Bahwa Kita Murid- Murid Kristus. Selamat mempraktekkan Kasih di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Rosliana br Sinulingga
GBKP Runggun Bumi Anggrek

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD