Minggu 08 Juli 2018, Khotbah : Amsal 31:10-31

Invocatio :

“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan
malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?

Bacaan :

Kisah Para Rasul 18:1-3 (Tunggal)

Tema :

PERGUNAKANLAH POTENSI DENGAN CAKAP

 

I. KATA PENGANTAR
• Sering sekali manusia sulit mempergunakan potensi yang ada dalam dirinya ketika menghadapi rintangan dalam hidupnya, tapi tidak dengan Abraham Lincoln salah seorang mantan Presiden Amerika Serikat. Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”Waktu berlalu…Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.

• Tapi pada kenyatannya manusia sangat sulit bekerja sama dengan orang-orang yang mereka benci atau yang tidak sependapat dengan mereka. Melalui firman Tuhan hari ini kita mau belajar bagaimana kita mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan cakap dan tidak melihat kelemahan atau kekurangan yang kita miliki.

II. PEMBAHASAN TEKS ALKITAB
• Nas ini berbicara tentang Istri yang Cakap (31:10-31). Penggambaran tentang istri yang cakap ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada para perempuan, harus menjadi istri seperti apakah mereka dan istri seperti apakah yang harus dipilih para lelaki yang bijak. Karena jika para ibu bersikap bijaksana dan baik sangat membantu dalam memelihara penghayatan agama di dalam keluarga, dan pewarisannya kepada keturunan selanjutnya. Juga, ada akibatnya terhadap kesejahteraan dan kemakmuran yang akan dinikmati seisi rumah. Orang yang ingin berhasil harus bertanya-tanya akan istri yang akan dipilihnya.

• Dalam nas ini ada beberapa hal yang ditekankan seperti apakah istri yang harus dicari yakni istri yang cakap, perempuan yang kuat (begitulah maksud istilah ini). Meskipun dianggap kaum yang lemah, namun dibuat kuat oleh hikmat dan anugerah, serta takut akan Allah. (ay. 10). Istri yang cakap adalah perempuan yang dipenuhi roh, mampu mengendalikan diri, dan tahu cara mengendalikan orang lain. Ia seorang yang saleh, rajin, dan penolong bagi suaminya. Istri yang cakap adalah perempuan yang penuh tekad, yang setelah memegang asas-asas yang baik, bersikap tegas dan kukuh terhadapnya, serta tidak akan takut menghadapi topan dan badai yang menghadang setiap kewajibannya.

• Sulitnya menemukan perempuan seperti itu menyiratkan bahwa perempuan baik sangat jarang ditemui, dan banyak perempuan yang tampak baik ternyata tidak seperti itu. Namun, orang yang berencana menikah harus mencari perempuan seperti itu dengan tekun, dan mengutamakan dasar penilaian ini dalam pencariannya. Ia harus berhati-hati supaya tidak terkecoh oleh kecantikan atau keriangan, kekayaan atau asal usul keluarga, dan selera tinggi dalam berpakaian atau keterampilan menarinya. Sebab semua hal ini bisa saja terdapat pada diri seorang perempuan, padahal dia bukan perempuan yang cakap.

• Perempuan cakap sangat tekun dalam membawa dirinya sehingga mendapat penghargaan dan kasih sayang suaminya. Orang-orang yang baik akan bersikap baik juga dalam hampir semua hal. Bila seorang perempuan yang baik menikah, maka ia juga akan menjadi istri yang baik dan berusaha untuk menyenangkan suaminya (1Kor. 7:34). Walaupun dia sendiri seorang perempuan yang dipenuhi roh, keinginannya adalah untuk takluk kepada laki nya, untuk memahami pikirannya supaya bisa menyesuaikan diri dengan pikiran suaminya itu, serta bersedia suaminya memerintahkan atas dia.

• Ia berperilaku sedemikian rupa hingga suaminya bisa merasa tenang dan percaya penuh kepadanya. Suaminya percaya akan kesuciannya dan sang istri tidak pernah memberi dia kesempatan untuk merasa curiga ataupun cemburu. Dia bukan termasuk perempuan yang murung dan suka menyendiri, melainkan rendah hati sekaligus berwibawa, serta memiliki semua tanda kebajikan dalam penampilan dan perilakunya.

• Istri yang cakap senantiasa giat berbuat baik kepada suaminya, dan takut melakukan apa pun yang dapat merugikan suaminya, walau tanpa sengaja sekalipun (ay. 12). Ia menyatakan kasih sayang kepada suaminya, bukan dengan kemesraan yang bodoh, melainkan dengan perilaku bijaksana yang membuatnya disukai, sambil menyesuaikan diri dengan suasana hati sang suami, bukannya membuat dia marah. Ia mengucapkan kata-kata yang baik dan bukan yang jahat, terutama saat suasana hati suaminya kurang baik. Ia berusaha membuat suaminya merasa nyaman, menyediakan segala sesuatu yang cocok baginya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, serta melayani dengan tekun dan lembut pada waktu sang suami sedang menderita sakit. Ia tidak lelah melaksanakan tugas-tugasnya bagi suami: Ia berbuat baik, bukan saja sepanjang umur suaminya, tetapi sepanjang umurnya juga.

• Istri yang cakap di dalam keluarga ia adalah seorang istri yang berperan aktif di balik nama besar suaminya (23). Ia dipercaya suaminya karena tidak sekalipun ia berbuat yang jahat terhadap suaminya (11-12). Ia bangun lebih pagi dari suami dan anak- anaknya dan pandai menata semua pekerjaannya, sehingga ketika semua bangun, segala makanan telah tersedia (13-15, 27). Ia memelihara lingkungan rumahnya dengan keindahan agar keluarganya merasakan bahwa rumah mereka adalah tempat tinggal yang paling menyenangkan (16). Ia penuh perhatian kepada seluruh isi rumahnya, ia menyediakan dan memperlengkapi semuanya dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak pernah terabaikan (21). Ia tidak pernah berpangku tangan, tetapi bekerja keras membantu kebutuhan keluarga dengan ketrampilan yang dimilikinya (17-19, 24). Seorang istri yang cakap berkata-kata dengan hikmat dan pengajaran yang lemah lembut, sehingga suami dan anak-anaknya tidak pernah menganggapnya remeh (26). Ia pun senantiasa menjaga penampilan dirinya agar selalu tampil menarik dan indah (22) sehingga hati suaminya tidak beralih kepada wanita lain dan keharmonisan keluarga terpelihara. Di tengah masyarakat, ia adalah seorang wanita yang bersosialisasi, memperhatikan kebutuhan masyarakat dan tidak segan-segan mengulurkan tangannya memberikan bantuan kepada mereka (20). Demikianlah ia merencanakan masa depan dengan begitu mantap, sehingga ia tidak kuatir akan apa yang terjadi pada masa mendatang (25) dan hal yang menyempurnakan dan memahkotai tabiatnya adalah bahwa ia takut akan TUHAN (ay. 30).

III. APLIKASI
• Tema kita adalah PERGUNAKANLAH POTENSI CAKAP. Dalam KBBI potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Tentu dappat kita pahami melalui tema ini memberikan pengertian kepada kita bagaimana kita mempergunakan kekuatan, kesanggupan, daya yang kita miliki.

• Dalam bacaan khotbah kita kita belajar dari seorang istri yang cakap yang mempergunakan kekuatan, kesanggupan daya yang dia miliki dengan cakap. Arti kata “cakap” dalam bahasa ibrani disebut denganChayil yang artinya bijaksana, berhikmat, yang sifatnya baik, yang moralnya baik, yang karakternya baik, yang kuat, yang konfiden, yang punya wibawa, yang punya prinsip yang kuat didalam kebenaran, yang tenang, yang tidak cepat menyerah, rendah hati.

• Sebagai orang yang beriman kita harus hidup dan mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan baik (cakap). Seperti yang dilakukan Paulus dalam Kisah Para Rasul 18:1-3, Walaupun dia berhak dihidupi oleh gereja-gereja yang dia tanam, dan oleh orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, Paulus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (ay. Kis 18:2-3). Paulus pembuat kemah untuk digunakan oleh serdadu-serdadu dan gembala-gembala, dari kain atau bahan tekstil. Apapun profesi kita saat ini, apapun usaha kita saat ini kerjakanlah itu dengan cakap. Pergunakanlah kemampuan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dan jangan sia-siakan kesempatan sudah diberikan Tuhan kepada kita. Dengan demikian tiba waktunya kita akan menerima kebahagiaan bukan penderitaan seperti yang disampaikan dalam Matius 25:26-27,“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?’ Amin.

Pdt. Jaya Abadi Tarigan
GBKP Runggun Bandung Pusat

Minggu 01 Juli 2018, Khotbah Mazmur 107:33-43

Invocatio :

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam (Kej. 8 : 22)

 

Bacaan :

Kejadian 26:12-18 (Tunggal)

 

Tema :

Tuhan Menyediakan Tanah Yang Subur, Taburlah

Pendahuluan
Allah kita bekerja maka kita juga harus bekerja. Perintah kedua diberikan Tuhan kepada manusia setelah beranakcucu dan betambahbanyaklah kepada manusia, yaitu penuhi bumi dan taklukkan isinya. Tuhan mnyediakan segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, itulah yang akan menjadi makanan manusia (bd. Kej. 1:28-29).

Allah sudah memberi perintah kepada manusia untuk menanam biji-biji Tumbuhan dan biji-biji pepohonan-pepohonan untuk mencukupkan keperluan hidup manusia. Dan Allah sendiri sudah mnciptakan bumi (tanah) tempat manusia -hidup dan menanam biji-biji tanaman dan pepohonan, sehingga dunia yang Tuhan ciptakan sempurna (sungguh amat baik) terus terpelihara, dengan sentuhan tangan mansuia yang dikarunia akal, pikiran dan rasa (rupa dan gambar Allah) memberikan kehidupan di dunia tetapi serasa di surga.
Minggu ini kita mengikuti kebaktian “Minggu Menabur”, karena kita percaya siapa yang menabur akan menuai. Dan apa yang kita tabur itu juga yang kita tuai. Lahan untuk menabur sudah disiapkan oleh Tuhan, yaitu dunia ini.

Pendalaman Nats
Ay. 33-34 Sungai Menjadi Padang Gurun dan Tanah Subur Menjadi Padang Asin
Kita bersyukur sebagai Bangsa Indonesia, mempunyai tanah yang subur, laut ynag dipenuhi dengan beranekaragam makhluk dan tumbuhan. Syair lagu “bukan lautan tapi kolam susu” disana di gambarkan bagaimana keindahan bumi Indonesia “tongkat dan jala bisa menghidupimu”. Terkhusus lagi Tanah Karo yang sering dijuluki dengan “Taneh Karo Si Malem” yang melambangkan tempat hudup yang nyaman, teduh, sejuk dan indah. Disana ada Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak sehingga ada semacam kata bijak “Sinabung-Sibayak” yang artinya “Yang menabung-Yang Kaya”.

Tetapi belakangan ini kita melihat perubahan yang sangat luarbiasa, dulu kita sering mendengar hampir setiap pasar di derah-daerah istilah Kol Berastagi, jeruk Berasatagi, tomat berastagi, wortel berastagi, tetapi sekarang pasar-pasar di Indonesia tidak lagi di suplai dari tanah karo, bahkan bukan lagi dari salah satu daerah di Indonesai tapi justru dari luar negeri.

Melalui Firman Tuhan hari ini kita diingatkan lagi “apa yang salah” sehingga kesuburan tanah yang Tuhan sudah berubah menjadi tandus. Dulu sempat tersiar kabar, bahwa petani karo dibanjiri mobil, sehingga setiap rumah tangga hampir memiliki 2atau lebih mobil, sehingga mobil ke ladang beda dengan mobil ke pesta, singkatnya sangat jaya, oleh karena kesuburan tanahnya.

Seperti yang dikatakan oleh pemasmur, sungai menjadi padang, tanah subur menjadi asin oleh karena kejahatan orang yang tinggal didalamnya. Kita tidak menghakimi bahwa “orang karo melakukan kejahatan sehingga tanah yang subur menjadi tandus, sungai menjadi padang” tapi untuk mengingatkan kita, jika bukan karean kejahatan kita ya marilah kita tetap setia karena mungkin keadaan ini di ijinkan oleh Tuhan, tetapi kalau memang kita mengaku oleh karena “ketidaktaatan kita” marilah kita bertobat.

Hal ini juga berlaku bagi kita yang bekerja di kantoran, pedangang (wirausaha) dan juga angkutan, singkatnya apapun profesi kita, kalau kita mengalami “kemunduran” mari kita introspeksi diri.

Ay. 35-38 Padang gurun menjadi Sungai, Diberkati Mengeluarkan Buah Sebagai Hasil
Pemazmur mangajak umat manusia untuk mekaukan hal-hal yang baik dalam hidup ini. Kita harus menghargai dunia yang sudah diciptakan oleh Tuhan. Mperlakukan segala yang diciptakan Tuhan dengan baik. Mengolah tanah dengan baik, menanaminya dengan biji-bijian tanaman dan biji-bijian pepohonan.

Tanah yang Tuhan ciptakan adalah lahan yang subur, sehingga kalau kita mengolahnya dengan baik akan memberikan “penghidupan” kepada kita. Tanah yang berbatu-batu sekalipun jika diolah dengan baik pasti memberikan hasil yang luarbiasa. Pengalaman perjalanan Mesir ke Yerusalem, secara umum tekstur alamnya sama, tetapi sepanjang perjalanan kita lihat Mesri itu adalah tanah yang tandus, sangat berbeda dengan daerah Israel sepanjang perjalanan kita bisa melihat perkebunannya yang subur dan ternah-ternak yang gemuk.

Ay. 39-43 Pemeliharaan Tuhan
Dalam dunia milik Tuhan sering kita diperhadapkan dengan paham dualisme (Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang), baik –jahat,, terpandang-miskin, di kutuk –diberkati) . dalam mazmur ini kita juga melihat bahwa ada orang terkemuka (ay.40) tetapi akan ditumpahkan Tuhan kepadanya kehinaan. Menjadi terkemuka bukan dosa, tetapi jika yang terkemuka menjadi sombong , angkuh, semena-mena pasti akan dihukum oleh Tuhan . Orang miskin (ay. 41) dibentengi dari penindasan mereka akan di gemjbalakan oleh Tuhan. Inilah cara Tuhan dalam menjalankan pemeliharaaNya terhadap ciptaanNya. Orang benar akan melihat kebenaran dan keadilan Tuhan sehingga mereka akan bersukacita, tetapi segala yang berbuat kecurangan akan bungkam ketika kebenaran dan keadilan Tuhan dinyatakan. Siapa yang berhikmat biarlah dia hidup dalam hikmat dan melihat segala kemurahan Tuhan.

Pointer Aplikasi
1. Marilah kita menabur, agar kita menuia hasilnya sama seperti Isak semakin hari semakin kaya.
2. Tanah yang diciptakan Tuhan itu sangat subur, jadi kalau kita menanam kebaikan kebaikan itu akan bertumbuh dengan subur, dan sebaliknya kalau kita menanam kejahatan, maka kejahatan itu juga akan tumbuh subur
3. Apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai
4. Hidup ini mempunyai musim, menaburlah pada musim menabur sehingga akan tiba musim menuai, semua ada musimnya jadi jangan biarkan musim-musim itu berlalu tanpa makna.

Pdt. Saul Ginting, S.Th.M.Div
GBKP Rg. Bekasi

Minggu 24 Juni 2018, Khotbah Lukas 2:39-52

Invocatio :

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22 : 6)

 

Bacaan :

Ulangan 6 : 1 - 9 (Tunggal) 

 

Tema :

Semakin Besar Semakin Berhikmat

Pendahuluan
Saudara-saudari yang terkasih, Minggu ini selain disebut minggu ke 4 setelah Trinitas, gereja kita GBKP menyebut minggu ini sebagai Minggu Pendidikan. Gereja dipanggil untuk ikut mencerdaskan kehidupan warga gereja dan bangsa. Kebodohan dan keterbelakangan adalah musuh bersama yang harus dilawan dan diterangi. Kita bersukur atas keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Kristen di negara kita. 4 dari 5 sekolah SMA di Indonesia tahun 2018 ini adalah sekolah-sekolah Kristen yang menghasilkan lulusan terbaik. Perlombaan olimpiade dalam berbagai bidang mata pelajaran baik tingkat nasional maupun internasional umumnya dimenangkan siswa-siswi dari sekolah Kristen. Gereja harus terus berbuat sesuatu agar anak-anak bangsa dan generasi muda menjadi pribadi yang terdidik. Kita merindukan agar semakin banyak anak-anak, remaja dan pemuda kita menjadi cerdas dan bijak. Pribadi cerdas, pintar dan bijaklah yang bisa lebih lagi menjadi berkat bagi banyak orang. Untuk mendalami minggu pendidikan ini marilah kita belajar dari Firman Tuhan.

ISI
Yesus membuat semua orang sangat heran mendengar kecerdasanNya di usia 12 tahun (ayat 39, 41-48)
“Tiap-tiap tahun orangtua Yesus yaitu Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah” (ayat 41). Sebelum ayat di atas kita diberitahun bahwa Yusuf dan Maria taat dan patuh menjalankan perintah Taurat. Mereka membawa bayi Yesus yang berumur 8 hari untuk disunat. Selanjutkan mereka menjalankan upacara pentahiran juga bagi Yesus (ayat 21-38). Ketika Yesus telah berumur 12 tahun, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem untuk mengikuti hari raya Paskah. Mereka bertiga pergi untuk mengikuti Paskah. Sesuatu terjadi ketika dalam perjalanan pulang sangka Yusuf dan Maria bahwa Yesus ikut dalam iring-iringan pulang kembali ke Nazaret. Ternyata Yesus tidak ikut pulang tetapi tinggal di Bait Allah di Yerusalem. Ia ada di tengah-tengah para alim ulama atau pengajar Taurat di Bait Allah. Yesus tekun mendengar mereka dan bertanya kepada mereka. Ia juga ditanya oleh para alim utama. Ketika Yesus menjawab, semua orang sangat heran, takjub mendengar jawabanNya. Jelas sekali terdengar dan terlihat akan kecerdasanNya yang luar biasa.

Beberapa waktu yang lalu musisi Erwin Gutawa mengumpulkan anak-anak pra remaja yang memiliki bakat seni khususnya tarik suara. Dia memberi nama grup penyanyi remaja tersebut DR2 (Diatas Rata-Rata). Mengapa disebut ‘Diatas Rata-Rata’ karena memang olah vocal mereka yang melebihi manusia pada umumnya. Kita mau anak-anak kita tidak sekedar saja dalam iman dan ilmu. Kita tidak mau anak-anak kita hanya mencapai rata-rata saja apalagi di bawah standar. Kita mau mereka di atas rata-rata. Kita mau anak-anak kta memeliki nilai plus. Kita mau agar anak-anak kita cerdas dan bijak. Dalam hal ini peran orangtua tidak bisa dilepaskan. Peran orangtua memegang peranan penting. Orangtua harus menunjukkan keteladanan bagi anak-anaknya. Disiplin harus dimulai dari orangtua. Seperti Yusuf dan Maria displin dan rutin pergi merayakan Paskah ke Yerusalem, demikianlah kita orangtua harus displin dalam iman/ rohani, displin dalam hidup, pekerjaan dan bersosial-masyarakat. Selanjutnya orangtua wajib mengajarkannya dan mengingatkannya terus dan tetap (kontinyu dan konsisten) terhadap anak-anaknya. Ingatlah firman Tuhan yang mengatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6). Dan firman ini mendapat penegasan lagi dari bacaan pertama Ulangan 6:1-9. Dari Ulangan 6 kita diingatkan bahwa mengajar dan mendidik anak adalah keharusan, kewajiban. Kalau kita mau agar kehadiran anak-anak kita di gereja, di sekolah, di masyarakat menimbulkan decak kagum oleh karena kecerdasannya maka marilah kita mulai dengan displin mulai dari kita orangtua. Seperti menuntun kuda melewati sungai, maka kitalah pertama yang harus turun ke sungai dan menarik kuda dari depan.

Yesus semakin besar dan semakin bertambah hikmatNya (ayat 40, 52a)
Lazimnya semua bayi yang lahir akan bertambah dan bertumbuh besar. Demikianlah yang terjadi terhadap Yesus dalam kemanusiaanNya. Yesus bertumbuh dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya (ayat 40). Semakin besar Dia, semakin bertambah dan berkembang hikmatNya (ayat 52a).

W.R. Supratman adalah pencipta lagu kebangsaan kita “Indonesia Raya”. Perhatikan liriknya tentang cara membangun orangnya, rakyat dan bangsa kita Indonesia. Kata-kata:
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya
Yang pertama sekali yang mau dibangun menurut Supratman adalah jiwanya. Baru membangun badannya, phisiknya. Untuk apa yaitu Indonisa raya, Indonesia jaya. Pertumbuhan yang menyeluruh, seimbang dan sepenuh itulah harapan kita terhadapan anak-anak kita. Bertumbuh secara jasmani, jiwani dan rohani. Tidak cukup hanya dengan menyediakan dan mencukupkan makanan dan keperluan keseharian. Tapi juga menyediakan kebutuhan jiwa anak dan rohaninya. Janganlah anak-anak kita seperti berudu (Karo: Berek), besar kepala tapi kecil badan dan ekor. Tidak seimbang. Artinya diajar hanya soal pengetahuan/ kognitif saja tapi tidak memikirkan hati dan jiwanya. Ada ungkapan dan singkatan ‘UCOK’ yaitu Umur Cukup Otak Kurang. Kiranya hal seperti ini jauh dari anak-anak Kristen. Kita mau agar anak-anak kita bertumbuh secara seimbang dan menyeluruh. Kita mau agar anak-anak kita sehat secara jasmani, sehat jiwani dan rohani. Tema: “Semakin Besar Semakin Berhikmat”. Semakin besar seyogianya semakin pintar, bukan sebaliknya semakin besar semakin liar. Bertambah umur itu pasti, tetap bertambah hikmat dan bijaksana itu pilihan. Kalau kita mau anak-anak kita semakin berhikmat, semakin bijak maka kita harus mau dan rela bayar harga.

Yesus disukai oleh Allah dan oleh manusia (ayat 49-52b).
Yesus yang berumur 12 tahun suka dan senang ada, berada di Bail Allah. Dia suka mendengarkan pengajaran di Bait Allah. Dia juga mau belajar dengan bertanya kepada para guru di Bait Allah. Dia mengatakan bahwa Dia harus berada di Rumah BapaNya ketika Maria bertanya kepadaNya (ayat 49). Namun demikian Yesus tidak melawan dan membangkang terhadap Yusuf dan Maria. Yesus mau pulang bersama mereka ke Nazaret, dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka (ayat 51a).

Kayu Salib terdiri dari dua balok. Satu tegak lurus keatas (vertikal) dan satu lagi mendatar (horizontal). Yang keatas adalah hubungan dengan Tuhan, yang mendatar adalah hubungan dengan sesama manusia. Keduanya satu, bersatu dan tidak bisa dipisahkan. Demikianlah hidup manusia. Kita tidak bisa memisahkan hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan manusia. Hubungan dengan Tuhan dilanjutkan dan dinyatakan dalam hubungan dengan manusia. Hubungan dengan manusia adalah perintah dan buah dari hubungan dengan Allah. Manusia juga anak-anak kita menjadi pribadi yang disukai Allah dan oleh manusia. Ukuran disukai Allah adalah kita bisa diterima dan disukai oleh sesama kita. Umumnya, apa yang disukai, dicintai Allah manusia. Contoh, Tuhan senang akan kasih, sukacita dan damai sejahtra. Manusia pada umumnya juga suka dan senang dengan kasih, sukacita dan damai sejahtra.

Penutup/ kesimpulan
Pertambahan umur tidak serta merta berbanding lurus dengan pertumbuhan kualitas hidup dan nilai-nilai hidup yang baik dan benar. Pertambahan kuantitas tidak menjamin pertumbuhan kualitas. Kuantitas tidak sama dengan kualitas. Kita mau, dan terlebih Tuhan mau agar keduanya baik kuantitas dan kualitas tumbuh bersama secara seimbang. Keduanya harus diperhatikan dan didukung secara baik dan benar. Tidak boleh ada ketimpangan. Semakin besar semakin pintar. Semakin besar semakin hidup luhur dan benar. Inilah yang mau kita lihat dan capai dalam diri anak-anak kita. Dalam hal ini, kita tidak bisa hanya berharap dan berpangku tangan saja. Kita harus mulai dari diri kita. Contoh dan keteladan harus mulai dari orangtua. Kemudian kita ajarkan, ingatkan, didik dan latih terus menerus anak-anak kita sampai menjadi pribadi yang terdidik dan bijak. Mari berharap pada Tuhan, dan lakukan yang terbaik juga yang bisa kita lakukan bagi anak-anak kita. Amin

Pdt. Juris Tarigan, MTh
GBKP RG Depok – LA

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD