Minggu 16 Juni 2019, Khotbah II Tesalonika 2:13-17 (Minggu Trinitatis)

Invicatio :

Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan (Yesaya 11:2)

Bacaan :

Kejadian 1:1—5 (Tunggal)

Tema :

“Tuhan Memilih serta Memberi Kekuatan”

I. Pendahuluan
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Menjadi orang percaya atau orang Kristen bukanlah kebetulan terjadi, sebab "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a), dan "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku," (Yohanes 6:44). Artinya kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dipanggil masuk ke dalam kehendak dan rencana-Nya. Ini menunjukkan bahwa kita istimewa dan berharga di mata Tuhan karena dipilih di antara jutaan umat manusia di muka bumi ini. Bukankah banyak yang lebih pandai, lebih kaya, lebih kuat, lebih bertalenta, lebih segala-galanya dibandingkan dengan kita, tapi mengapa Tuhan memilih kita? Inilah yang menjadi renungan kita minggu ini.

II. Pembahasan
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Sebagai umat yang telah dipilih dan diselamatkan, maka layaklah kita untuk menaikkan ucapan syukur itu kepada Allah. Sebab sebaik apapun perbuatan yang kita lakukan atau sekeras apapun usaha yang kita perbuat, namun jika Allah tidak mau memilih kita, maka semuanya itu akan sia-sia belaka.

Dalam kesebelasan tim sepakbola, pemain yang ada merupakan pemain pilihan yang telah lolos seleksi dari sekian banyak orang yang bisa bermain sepakbola. Para pemain ini juga bukan sembarang orang, namun mereka telah teruji dalam pertandingan-pertandingan yang ada. Seleksi pemain ini juga dilakukan secara ketat, supaya bagi mereka yang telah lolos seleksi adalah orang dengan kemampuan bermain yang bagus.

Jikalau untuk sebuah tim sepakbola saja dilakukan seleksi yang sedemikian panjang dan mempunyai standar yang ketat, bagaimana kemudian Allah memilih umat yang akan diselamatkan oleh-Nya? Tentu karya penebusan Allah melalui Kristus adalah bukan hal yang main-main, karena Dia sendiri yang mengutus Putera-Nya untuk melakukan tugas mulia itu bagi kita umat pilihan-Nya.

“Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” ( 2 Tesalonika 2:13 ).

Masing-masing kita adalah umat pilihan Allah yang telah dipilih-Nya sendiri. Jikalau tim sepakbola adalah orang-orang pilihan, terlebih lagi kita yang telah dipilih oleh Allah itu sendiri. Anda dan saya begitu berharga di mata Allah sehingga Dia telah memilih kita. Semua itu bukan karena usaha kita sendiri atau perbuatan yang telah kita lakukan, melainkan oleh karena kemurahan Allah semata.

Titik berat pernyataan syukur Paulus ini terletak pada bagian ketika Tuhan memilih jemaat Tesalonika untuk diselamatkan dari kebinasaan. Pentingnya fakta bahwa jemaat Tesalonika dan juga kita sebagai manusia berdosa dipilih oleh Tuhan untuk dapat mengenalNya yang suci sering sekali kita lupakan. Banyak dari manusia sudah menganggap hal tersebut sesuatu yang lumrah dan bukan hal yang luar biasa. Namun jika kita melihat kebelakang lagi dan mengingat kembali momen dimana kita mengenal Tuhan pertama kalinya, kita harusnya mengerti betapa kita dianugerahi sesuatu yang luar biasa.

Sebagai anak, kita merasa bangga jika kita mendengar orang lain berkata betapa miripnya kita dengan orang tua kita. Namun, pernahkah kita bertanya apakah orang tua kita merasa bangga memiliki anak seperti kita? Ketika Alkitab berbicara tentang memperoleh kemuliaan Kristus, Alkitab mengacu kepada pemahaman tentang kebanggaan yang timbul saat kita menampakkan ciri kemuliaan tersebut.

Allah sebagai pencipta kita adalah Allah yang absolut. Dia berhak memiliki kehendak apapun dan apapun kehendakNya merupakan kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Terlebih lagi, Dia adalah Allah yang adil dan tidak dapat mentolerir sedikitpun pribadi yang bersalah kepadaNya. Adam dan Hawa dapat dikatakan ‘hanya’ memakan sebuah buah yang bahkan mungkin tidak sampai habis memakan buah tersebut, namun Allah menghukum bukan hanya mereka berdua, namun seluruh umat manusia yang lahir ke dunia ini. Hal ini mendemonstrasikan Allah kita yang berhak murka karena ketidaktaatan manusia kepadaNya. Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak memiliki sedikitpun kewajiban untuk menyelamatkan kita. Namun karena kasihNya yang absolut juga kepada manusia ciptaanNya, Dia mengaruniakan AnakNya untuk datang ke dunia ini dan mati untuk menyelamatkan mereka yang dipilihNya untuk percaya kepadaNya sebagai Juru Selamat.

Fakta ini saja seharusnya membuat kita sadar betul bahwa hidup kita yang sudah diselamatkan memiliki tujuan yang pasti. Alhasil kita harus bergerak menuju tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita, yaitu memuliakan diriNya. Jika masih ada diantara kita yang bertanya mengapa? Jawabannya adalah sesederhana bahwa Dia yang absolut sudah memilih untuk mengasihi kita yang telah berdosa kepadaNya. Adakah anugerah ataupun mujizat yang lebih besar dari ini?

Kiranya hidup kita boleh dikaji ulang sekali lagi ketika kita berhubungan dengan Tuhan. Mari kita ingat kasihNya yang begitu besar dengan memilih kita untuk diselamatkan melalui pengorbanan AnakNya. Agar hidup kita boleh kembali ke jalur yang benar yaitu memuliakan Tuhan kita saja.

Pentingnya Ajaran yang benar. Pengalaman rohani dalam iman Kristen bermakna karena pengalaman itu bersumber pada kebenaran. Apabila keteguhan iman Kristen disandarkan pada pengalaman belaka, iman itu akan melemah dan goyah ketika pengalaman buruk seperti aniaya terjadi. Satu-satunya jalan agar iman Kristen kita dapat kokoh teguh dalam keadaan bagaimana pun ialah dengan mengalaskan iman dan pengalaman kita atas ajaran yang benar.

Yesus adalah Firman kebenaran. Kita kenal Dia secara akrab hanya bila kita bersedia menjadikan seluruh kebenaran Alkitab menjadi sumber dan dasar dari sikap, pola pikir, pertimbangan dan kelakuan kita sehari-hari.

Tidak seorangpun yang kebetulan menjadi seorang Kristen, Terlepas dari bagaimana latar belakang kita menjadi kristen, satu hal yang pasti kita adalah orang-orang yang telah dipilih Allah dan yang dipanggil untuk hidup dalam kehendak dan rencana-Nya. Jika kita menjawab “ya” terhadap panggilan Tuhan, maka Tuhan memberikan penghiburan dengan memperbaharui semangat kita dan Tuhan memberikan kekuatan yang baru, untuk kita tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Sebagai orang pilihan Allah, kita harus memahami benar pengertian dari “dipilih Allah” yaitu :
1. Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab (Matius 5:13—16 ; 28:19—20).
Yesus berkata, “kamu adalah garam dunia”, dibagian lain Ia berkata, “pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, dalam ucapan Yesus ini terkandung perintah yang harus kita kerjakan dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

2. Dipilih Allah berarti dibela Allah (Roma 8:33).
Sebagai orang pilihan memiliki jaminan akan pembelaan Tuhan yang akan menuntun kepada kemenangan.

3. Dipilih Tuhan berarti harus hidup memelihara iman (Titus 1:1).
Orang pilihan Tuhan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara imannya agar tetap teguh didalam Tuhan.
Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab, dipisahkan dari kehidupan lama, dan selalu dalam pembelaan Tuhan, juga diberi tugas untuk memelihara iman dirinya sendiri. Dibalik panggilan Allah pasti ada maksud dan rancangan-Nya yang mulia yang hendak dinyatakan didalam kehidupan setiap orang percaya.

III. Penutup – Refleksi
Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.
Menjadi orang pilihan yang ditebus dengan darah Kristus sepatutnyalah membuat kita orang yang percaya senantiasa mewarnai hidup dengan ucapan syukur. Kita yang bernoda dibuatNya berharga karena kasihNya. Kita yang sesat telah dibuatnya selamat karena anugerahNya dan kita yang nista akibat dosa telah diangkat menjadi milikNya. Kenyataan sedemikian membuat Paulus dengan tegas meminta jemaat di Tesalonika untuk terus menerus mengingat dan menghayati penebusan Kristus.

Paulus meminta jemaat Tesalonika dan kita semua untuk mengucap syukur atas keselamatan dan terlebih atas kemuliaan yang mereka terima dalam Kristus Yesus. Tidak ada hal lain yang lebih berharga dari kedua hal tersebut mengingat keadaan manusia yang secara logika sulit pulih (Roma 3:23) tetapi syukur kepada Allah sebab Dia menyelamatkan bukan dengan menggunakan logika/akal ataupun daya upaya manusia tetapi semata-mata hanya karena kasih karuniaNya (Efesus 2:8). Itulah sebabnya Rasul Paulus sangat mengharapkan jemaat Tesalonika dan kita semua sungguh-sungguh menyadari hal itu dan menjalani kehidupan yang berakar/beriman kepada Kristus. Dengan cara apa? Dalam 2 Tesalonika 2:15 Paulus memberikan nasihat agar jemaat Tesalonika beriman melalui hidup yang berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang tidak lain adalah kebenaran Firman Tuhan yang mereka terima baik secara lisan maupun tertulis.

Kita sudah merenungkan betapa berartinya hidup kita jika kita mengizinkan Kristus menjadi raja yang memerintah dalam hati kita. Hari ini, melalui nasihat Rasul Paulus, Firman Tuhan kembali menguatkan kebenaran bahwa kita berdiri teguh dan berpegang pada FirmanNya, maka Kristus akan menjadi sumber pengharapan, penghiburan sejati, dan menjadi sumber datangnya segala hal yang baik bagi kita sehingga kita dimampukan untuk mengarungi kehidupan di dunia ini dengan penuh kemenangan.

“Bersumber pada ALLAH, kita tak mungkin SALAH apalagi KALAH, tetapi bersumber pada ilah (sumber selain ALLAH), kita pasti MUSNAH”. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th
GBKP Runggun Graha Harapan

Minggu 09 Juni 2019, Khotbah Roma 8:9-11 (Pentakosta I)

Invocatio :

Ketika mereka sampai di Gibeadari sana, maka bertemulah ia
dengan serombongan nabi, Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka. (1 Samuel 10:10).

Bacaan :

Kolose 3:5-11 (Antiphonal)

Tema :

Roh Kudus Memberikan Hidup Baru (Kesah Si Badia Mereken Geluh si Mbaru

 

Saudara saudari yang kekasih dalam nama Yesus Kristus, sering sekali untuk mendapatkan apa yang manusia inginkan dalam hidup ini kedagingan mereka lebih kuat dibandingkan mengandalkan kusa Roh Kudus Tuhan. Meskipun pada akhirnya kedagingan itu membawa penderitaan dan kekecewaan serta penyesalan dan mengandalkan kuasa Roh Kudus Tuhan memberikan kebahagiaan dan kesuksesan. Sama halnya seperti cerita ini:

Pada suatu masa, ada seorang Raja Cina yang merasa semakin tua dan harus meninggalkan singgasananya. Alih-alih memilih anak-anaknya atau para pejabat negara untuk menggantikan kedudukannya, raja tersebut memutuskan untuk menggunakan cara yang lain.

Beliau mengumpulkan semua pemuda yang ada di negaranya untuk menghadap, dan berkata: “Sekarang sudah saatnya aku turun dari singgasana, dan sudah saatnya pula aku memilih raja yang baru. Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi raja.” Para pemuda kaget mendengar pengumuman ini. Raja melanjutkan: “Hari ini aku akan memberikan sebuah benih kepada setiap orang. Hanya satu benih saja. Tetapi benih ini sangat istimewa. Aku minta kalian ambil benih ini kemudian pulang ke rumah masing-masing, tanam dan sirami benih ini lalu datanglah kembali kepadaku setahun lagi bersama dengan tanaman dari benih tersebut.Maka aku akan menilainya dengan melihat tanaman yang kalian bawa dan aku akan memutuskan siapa yang akan menjadi rajasebagai penggantiku.”

Di antara orang-orang yang dipanggil ke istana tersebut, ada seorang pemuda yang bernama Ling, ia pun mendapat sebuah benih seperti yang lainnya. Setelah Ling pulang ke rumah, dia menceritakan apa yang dialaminya di istana kepada ibunya dengan antusias. Ibunya memberikan sebuah pot dan sedikit tanah. Ling pun menanamkan benihnya dengan hati-hati, meletakkan pot itu di depan jendela yang bisa dimasuki cahaya matahari. Setiap hari dia menyiram tanamannya dan memastikan apakah benihnya tumbuh atau tidak. Setelah sekitar tiga minggu berlalu, pemuda-pemuda lain yang tinggal dekat dengan rumah Ling mulai menceritakan bagaimana benih mereka tumbuh dan berkembang. Setiap kali Ling mendengarkan cerita mereka, Ling langsung pulang ke rumah dan mengecek tanamannnya. Tetapi, dia tidak melihat perkembangan apapun di pot miliknya.

Minggu berganti minggu,akan tetapi tidak ada perubahan apapun. Sementara itu teman-temannya dengan penuh kebanggaan senantiasa membahas perkembangan bunga-bunga tanaman milik mereka.Ling diam seribu bahasa, karena tidak ada apapun yang dapat dibahas tentang tanaman miliknya tersebut. Dia hanya memiliki sebuah pot yang diisi dengan tanah, hanya itu saja. Dan dia pun mulai percaya bahwa dirinya telah gagal. Akhirnya enam bulan berlalu. Di pot miliknya, Ling masih tidak mendapatkan apapun. Ling meyakini bahwa benihnya sudah busuk.

Saat benih-benih milik pemuda yang lain sudah berbunga atau bahkan menjadi pohon, dia hanya mempunyai sebuah pot kosong, itusaja!Akhirnya satu tahun genap berlalu dan semua pemuda-pemuda dinegeri itu membawa tanaman yang telah mereka tanam ke hadapan raja. Ling berkata kepada ibunya bahwa dia tidak akan membawa pot kosong ke hadapan raja, akan tetapi ibunya menasihati agar Ling tetap membawa potnya dan bertindak jujur. Ling, yang sampai jatuh sakit karena merasa terbebani dengan keadaannya itu, tetap menuruti perkataan ibunya karena yakin akan kebenaran nasihat beliau.

Dan akhirnya ia memberanikan diri membawa pot kosong itu ke istana. Sesampainya di istana, ia terperangah ketika melihat berbagai jenis tanaman yang dibawa pemuda lain. Semuanya berwarna-warni, indah dan menebarkan wangi semerbak ke segala arah. Pemuda-pemuda lain menceritakan bagaimana mereka menumbuhkan benihnya sehingga menjadi begitu indah dengan seriusnya, mereka juga menertawakan Ling ketika melihat potnya yang kosong. Beberapa orang merasa sedih melihat kondisi Ling dan merangkul bahunya seraya berkata, “Biarlah jangan kau risaukan, kamu telah melakukan yang seharusnya kamu lakukan!”

Raja tersebut mendatangi parapemuda peserta sayembara dan memeriksa tanaman mereka. Pada saat bersamaan, Ling berusaha untuk bersembunyi ke belakang. Rajaberkata, ”Alangkah besarnya pepohonan dan bunga yang kalian pelihara ini! Pada hari ini akan dipilih raja baru dari salah satu di antara kalian.” Tiba-tiba sang raja melihat Ling yang sedang memegang pot kosong. Dengan segera, raja memerintahkan agar pengawal membawa Ling ke hadapannya. Ling pun gemetar ketakutan. Ling berpikir,“Jangan-jangan karena saya gagal menumbuhkan benih itu raja akan membunuhku!”

Raja menanyakan nama Ling. Ling pun menjawab pertanyaan beliau, sedangkan pemuda lainnya mulai menertawakan Ling. Raja mendiamkan cemoohan tersebut dengan isyarat tangannya. Raja menempatkan ling kesebelahnya sambil berkata kepada semua orang yang hadir. “Berikanlah salam penghormatan kepada raja baru kalian! Namanya Ling!”

Ling tidak memercayai apa yang didengarnya.“Bagaimana mungkin saya bisa menjadi raja padahal benih yang ku tanam tak tumbuh”, pikirnya. Raja tersebut melanjutkan pidatonya:

“Satu tahun yang lalu saya memberikan satu benih kepada setiap orang. Saya meminta kepada kalian untuk menanam benih tersebut dan menunjukkannya kepadaku setahun kemudian. Akan tetapi, ketahuilah bahwa benih yang saya berikan itu sebelumnya telah direbus,sehingga tidak mungkin satupun dari benih tersebut yang akan tumbuh. Selain Ling, kalian semua membawakan kepada saya bermacam-macam pohon, tanaman, dan bunga.

Ketika saya melihat benih yang saya berikan kepada kalian tumbuh menjadi berbagai jenis tumbuhan, saya sadari bahwa kalian telah menanam benih lain selain benih yang telah saya berikan. Di antara kalian, hanya Ling yang berani menunjukkan kejujurannya dengan membawa pot kosong yang di dalamnya telah ditanam benih yang saya berikan kepadanya. Oleh karena itu, dialah yang akan menjadiraja baru kalian.”

Demikian juga dalam nas khotbah ini Paulus menguraikan dua golongan orang yaitu mereka yang hidup menurut daging (tabiat berdosa) dan mereka yang hidup menurut Roh. Hidup "menurut daging" berarti mengingini, menyenangi, memperhatikan, dan memuaskan keinginan tabiat manusia berdosa. Ini meliputi bukan saja kedursilaan seksual, perzinaan, kebencian, kepentingan diri sendiri, kemarahan, dan sebagainya (lih. Gal 5:19-21).

Hidup "menurut Roh" ialah mencari dan tunduk kepada pimpinan dan kemampuan Roh Kudus dan memusatkan pikiran pada hal-hal dari Allah. Paulus mengatakan bahwa tidak mungkin seseorang untuk mengikuti hukum daging dan pimpinan Roh pada saat yang bersamaan (ayat Rom 8:7-8; Gal 5:17-18). Jikalau seorang gagal melawan keinginan dosa dengan pertolongan Roh dan sebaliknya hidup menurut hukum daging (ayat Rom 8:13), dia menjadi seteru Allah (Rom 8:7; Yak 4:4) dan dapat menantikan kematian rohani yang kekal (ayat Rom 8:13). Mereka yang terutama mengasihi dan memperhatikan hal-hal dari Allah dalam hidup ini dapat mengharapkan hidup kekal dan hubungan dengan Allah (Rom 8:10-11,15-16).

Semua orang percaya sejak saat menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan memiliki Roh Kudus yang berdiam dalam mereka (bd. 1Kor 3:16; Ef 1:13-14). Orang-orang yang hidup menurut daging adalah orang-orang yang sibuk dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup penuh dosa. Orang yang hidup menurut Roh adalah orang-orang yang hidup dengan segala sesuatu yang berkenan dengan hidup menurut pimpinan dan kuasa Roh. Keinginan daging bertentangan dan bermusuhan dengan Allah dan tidak bersedia tunduk pada hukum Allah. Orang-orang yang hidup menurut daging tidak akan dapat menyenangkan hati Allah.

Dalam ayat 9-11 Paulus menunjukkan apa yang membedakan orang-orang yang berada di dalam daging dengan orang-orang yang berada dalam Roh. Orang-orang yang hidup dalam Roh adalah milik Kristus dan orang-orang yang hidup dalam daging bukan milik Kristus. Orang-orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah sehingga kita dapat berseru ya Abba, ya Bapa. Jika kita adalah anak Allah maka kita juga adalah ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-ssama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Orang yang hidup dalam Roh akan selalu berfikir dan bertindak seturut dengan Roh tersebut yang memberikan kehidupan karena dengan Roh dia mematikan perbuatan-perbuatan daging, tetapi orang yang hidup dalam daging dia akan selalu berusaha memuaskan kedagingannya yang menyebabkan kematian karena orang yang hidup dalam daging akan mati.
Orang hidup dalam kedagingan adalah orang-orang yang masih hidup dalam manusia lama, sedangkan orang-orang yang hidup dalam Roh adalah orang-orang yang sudah menanggalkan manusia lamanya dan hidup dalam manusia baru.

Tema kita adalah Roh Kudus Memberikan Hidup Baru. Dalam bacaan kita Kolose 3:5-11 dikatakan bahwa orang-orang yang hidup dalam kedagingan atau hidup manusia lama mereka adalah orang-orang yang hidup dalam percabulan, Kenajisan, Hawa nafsu, Nafsu jahat, Keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala, Marah, Geram, Kejahatan, Fitnah, Kata, kata kotor yang ke luar dari mulutnya.

Orang-orang yang hidup dalam Roh atau orang-orang yang hidup dalam manusia baru adalah orang-orang yang hidup dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan, dan kesabaran, mau mengampuni seorang akan yang lain, mengenakan kasih sebagai pengingat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Semua pengikut Kristus telah dipenuhi (Rm. 8:15-16) dan diurapi Roh Kudus untuk meneguhkan panggilan-Nya (ayat 2Kor. 1:21; 1Yoh. 2:20). Roh yang mendiami kita akan menolong terbentuknya buah Roh, yaitu sifat Kristus dalam kehidupan kita (Gal. 5:22-23). Pengurapan Roh Kudus akan memampukan untuk melakukan lebih dari apa yang kita telah lakukan. Ia juga memampukan kita menyampaikan firman Allah meski ada tantangan, memberikan hikmat dalam berkata-kata tentang Injil, sehingga kita bisa bersaksi tentang Injil.

Oleh sebab itu sebagai orang beriman di Hari Pentakosta ini hendaknyalah kita mampu keluar dari manusia lama kita dengan mengalahkan semua kuasa daging dan hiduplah dengan dipimpin oleh Roh Kudus dengan hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Karena hanya dengan kuasa Roh Kuduslah kita mampu mengubah hidup kita menjadi seturut kehendak Tuhan. Seperti yang disampaikan dalam Invocatio 1 Samuel 10, Roh Tuhan dapat mengubah hati Saul (ayat 9). Dia kepenuhan Roh dan bernubuat seperti layaknya nabi (ayat 5-6, 10). Saul diubah hatinya oleh Allah, artinya ia mengalami perubahan sifat batin. Sifat ini bisa dan harus dipelihara melalui ketaatan kepada Allah. Salah satu bentuk ketaatan itu adalah Saul diminta dengan setia menantikan kedatangan Samuel, untuk nantinya ia dilantik sebagai raja di hadapan Allah (ayat 8) dan dikenali oleh umat Israel (ayat 17-27).

Pdt. Jaya Abadi Tarigan
GBKP Runggun Bandung Pusat

Minggu 02 Juni 2019, Khotbah Mazmur 27:7-10 (Minggu Eksaudi)

Invocatio :

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;
sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allahdengan kelihan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8 : 26)

Ogen :

Daniel 3 : 21 - 29

Tema :

“Dengarkan dan Jawablah Aku”

 

PENDAHULUAN
Jikalau kita mau melihat dan merasakan bagaimana kasih Allah di dalam kehidupan kita, sungguh sebenarnya tidak ada alasan kita untuk hidup dalam sungut-sungut dan keraguan akan Allah. Allah bahkan telah menyatakan kuasa dan kasihNya dengan memberikan jaminan keselamatan bagi kita. Hal ini seharusnya menjadikan dan menguatkan kita untuk semakin setia di dalam iman dan pengharapan kepada Allah saja. Namun di dalam kenyataan kehidupan banyak anak-anak Allah yang hidup dalam keraguan akan kuasa dan kasih Allah. Ditengah-tengah situasi yang tidak seperti keinginan kita (baik ekonomi, situasi keluarga, sakit penyakit dan pergumulan lain) terkadang ada yang bersungut-sungut, menyalahkan Allah bahkan hilang iman dan pengharapannya kepada Allah; merasa bahwa Allah tidak mengasihi kita, Allah tidak peduli bahkan meninggalkan kita. Pergumulan yang berat di dalam kehidupan membuat manusia terkadang lupa akan apa yang Allah telah perbuat di dalam kehidupannya, mencari jalan pintas, bahkan mencari pertolongan lain di luar Allah; yang pada kenyataannya bukannya semakin meringankan beban dan pergumulan itu. Oleh karena itu pada Minggu ini, kita diingatkan dan diteguhkan kembali untuk senantiasa berseru dan berserah kepada Allah saja di dalam segala situasi kehidupan kita. Minggu ini adalah minggu Exaudi yang artinya : Dengarlah seruan yang ku samapaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku (Mazmur 27 : 7).

URAIAN NATS
Mazmur 27 : 7 - 10
Daud adalah seorang yang populer, memiliki kuasa oleh karena kemasyurannya sebagai seorang raja yang mampu membawa Israel kepada kesuksesan, dan juga memiliki iman dan pengharapan yang kuat kepada Allah. Dibalik semuanya itu, ternyata kehidupan yang harus dijalani Daud tidak selalu mulus tetapi sering kali diperhadapkan dengan situasi yang sulit; baik ketika Saul ingin membunuhnya oleh karena Saul tidak bisa menerima bahwa Daud akan menggantikan dirinya sebagai raja bagi Israel, begitu juga ketika anaknya Absalom mengancam kehidupan Daud oleh karena ambisinya mewarisi tahta sebagai raja Israel. Mazmur 27 ini adalah mazmur Daud yang menggambarkan bagaimana Duad ditengah-tengah kesesakan, ketakutan dan keterancaman hidupnya tetap berlindung dan berserah kepada Allah. Bahkan Daud dengan tegas mengatakan bahwa Allah itu adalah terang, benteng dan keselamatanNya (ay. 1), oleh karena itu tidak ada satupun yang akan mengalahkannya, termasuk situasi dan pergumulan hidup yang berat sekalipun. Daud begitu meyakini dan mengimani bahwa Allah tidak akan sekali-kali meninggalkan dia ditengah-tengah pergumulannya. Segala yang terjadi di dalam kehidupannya tidak akan luput dari Allah yang akan senantiasa menolong dia.

Ayat 7 : Pemasmur ditengah-tengah pergumulannya tetap berseru kepada Allah. Ini mencerminkan sikap iman percaya Daud yang teguh kepada Allah. Dia yakin bahwa hanya Allah yang sanggup untuk meluputkannya dari segala persoalan yang mendera hidupnya. Daud tidaklah mengandalkan diri dan kekuatannya, dia juga tidak mencari tempat untuk meminta pertolongan yang lain karena dia sangat tahu bahwa hanya Allahlah tempat perlindungannya. Dia begitu tahu diri akan kemampuan dirinya yang sungguh sangat terbatas dan dia begitu sungguh mengenal Allah yang memiliki kuasa melebihi segala yang ada di muka bumi ini.

Ayat 8 : Bukan hanya berseru kepada Allah dengan kata-kata, tetapi Daud lebih dalam menyatakan imannya bahwa hatinya mengikuti firmanNya. Daud sungguh menyerahkan kehidupannya kepada kehendak dan rencana Allah. Daud ingin tetap berlaku setia kepada apa yang Allah kehendaki sekalipun ia berada dalam kesesakan. Mencari wajah Allah berarti senantiasanmendekatkan diri kepadaNya (menjalin hubungan yang baik dan intim bersama Allah); mencari Wajah Allah berarti tetap berada di dalam pengawasa dan perlindungan cinta kasih Allah.

Ayat 9 : Daud menyadari bahwa ia adalah manusia yang terbatas, yang terkadang tidak bisa luput dari kesalahan dan pelanggaran. Kesalahan dan pelanggaran yang dia perbuat bisa saja menbuat Allah memalingkan wajahNya dari padanya. Oleh karena itu Daud semakin memantapkan iman pengharapannya bahwasanya Allah tidak akan pernah berpaling darinya dan meninggalkan dia.

Ayat 10 : Ayah dan ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya; yang selalu ada setiap anaknya membutuhkan dia; yang senantiasa mengasihi, menjaga, melindungi dan mencukupkan segala yang dibutuhkan oleh anaknya. Orang tua adalah tempat ternyaman seorang anak untuk mencurahkan isi hatinya dan mendapat perlindungan dari segalan ancaman kehidupan. Namun Daud menyatakan bahwa Allah itu melebihi dari seorang ayah dan ibu secara manusia. Allah akan senantiasa memperhatikan dan mengasihi dia. Sekalipun secara manusia (kekerabatan) tidak ada lagi tempat untuk mengadi, tetapi Daud memiliki Allah. Orang tua pasti memiliki keterbatasan di dalam menjaga dan mengasihi anaknya, tetapi Allah, yang adalah pemilik kehidupan ini dengan kuasa dan kasihnya akan senantiasa menjaga kehidupan umatNya.

Daniel 3 : 21 - 29
Perikop ini menyatakan bagaimana Allah dengan kuasanya mampu meluputkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari perapian yang menyala-nyala. Kepatuhan dan kesetiaan dan iman mereka kepada Allah membawa mereka kepada keselamatan jiwa raga. Nyatalah kuasa dan kemuliaan Allah yang senantiasa menjaga dan melindungi anak-anakNya dari segala kesusahan dan sengsara. Allah tidak akan membiarkan ketidakbaikan dan kebinasaan mendekat kepada setiap orang yang sungguh percaya kepadaNya. Iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah iman yang teruji sekalipun nyawa mereka terancam. Tidak ada sedikitpun penyangkalan iman yang mereka lakukan kepada Allah sekalipun pada saat itu raja Nebukadneser telah membuat suatu perintah bagi semua rakyat supaya menyembah patung emas dan barangsiapa yang melanggar perintah itu haruslah dibuang hidup-hidup kedalam perapian yang menyala-nyala. Hal itu tidak membuat Sadrakh, Mesakh dan Abednego meninggalkan iman percayanya kepada Allah. Allah menyatakan kuasaNya dengan meluputkan mereka dari perapian yang menyala-nyala itu (bahkan 7 kali lebih panas dari biasanya) dan hal ini membuat raja Nebukadneser yaang tidak percaya kepada Allah mengakui kemahakuasaan Allah dan mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyembah Allah.

APLIKASI
1. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang hidup tanpa beban dan pergumulan. Segala pergumulan dan tantangan itu tujuannya adalah untuk membuktikan kemurnian iman kita sebagai orang yang percaya kepada Allah (1 Petrus 1 : 7). Oleh karena itu jangan pernah lari dari pergumulan dan tantangan hidup tetapi sebagai anak-anak Allah harus tetap berani menghadapi masalah itubersama-sama dengan Allah. Bukan dengan mengandalkan diri, harta, jabatan/pangkat atau manusia tetapi dengan tetap mengandalkan Allah sebagai satu-satunya benteng perlindungan dan keselamatan kita. Sekalipun berada dalam kesesakan yang begitu mengancam, tetaplah berseru kepada Allah dan Dia (dengan caraNya dan pada waktuNya) akan mendengar dan menjawab serian setiap anak-anakNya. Tetaplah hidup dalam iman dan pengharapan kepada Allah saja.

2. Tetaplah menjaga persekutuan yang intim dengan Allah. Persekutuan yang benar dengan Allah akan senantiasa membuat kita menjadi orang percaya yang tangguh dalam menghadapi segala pergumulan dan situasi hidup ini. Sekalipun hidup berada dalam keterancaman tetapi oleh karena persekutuan dengan Allah, kita tidak aka goyah dan kalah.

3. Tetaplah hidup dalam kesetiaan dan ketaatan akan firman Allah. Keberbedaan kita dari dunia dan keberanian kita menyaksikan identitas keimanan kita malalui tingkah laku kehidupan kita itulah yang Allah inginkan. Tidak sedikit anak-anak Allah yang kehilangan identitas keimanannya hanya oleh karena tuntutan kehidupan. Bahkan ada yang meninggalkan Allah hanya demi mendapatkan pengakuan dari dunia ini.

4. Sekalipun kita ini adalah manusia yang terbatas, sekalipun orang-orang disekitar kita meninggalkan kita. Ingatlah bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Sungguh Tuhan kita Yesus Kristus telah naik ke sorga, tetapi IA menjanjikan Roh Kudus sebagai penolong bagi kita; yang akan senantiana menuntun, menguatkan dan menghibur kita disepanjang jalan kehidupan ini. Jangan pernah meratapi keadaan, jangan pernah menyalahkan Tuhan, jangan biarkan kondisi kehidupan (baik keterpuruken dan kesenangan) menguasai diri kita dan membuat iman percaya kita goyah.

Pdt. Elba Pranata Barus
GBKP Runggun Bandung Timur

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD