Minggu 22 Juli 2018 (GBKP Njayo), Khotbah : I Tesalonika 1:2-10

Invocatio :

Sebab di dalam Dia kamu telah mejadi kaya dalam segala hal; dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan (1Korintus 1:5).

Bacaan :

Ibrani 5:11-14 (Responsoria)

Tema :

Jemaat yang Jadi Teladan

 

Pendahuluan
Puji dan syukur kita ucapakan kepada Allah kita yang msih memperkenankan kita untuk membahas Firman-Nya di Minggu GBKP Njayo saat ini.

Penjelasan/Isi Firman Tuhan
Perikop Firman Tuhan ini merupakan bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Surat ini berisi pujian sekaligus beberapa teguran untuk jemaat Tesalonika. Khusus dalam 1Tesalonika 1:2-10 ini Paulus menunjukkan bagaimana sukacita Paulus ketika ia mendengar tentang kehidupan jemaat Tesalonika yang bertumbuh dalam iman. Paulus bersyukur dan memuji Tuhan, dimana perjuangannya selama ini untuk menyakinkan mereka hidup dalam Yesus Kristus ditengah kehidupan mereka yang awalnya sebagai penyembah berhala. Kondisi seperti itu tentunya bukan hal yang mudah bagi Paulus untuk menghadapinya terlihat dalam perkataan Paulus dalam ayat 5 bahwa jemaat Tesalonika tahu tentang apa yang dilakukan dan dikerjakan oleh Paulus.

Paulus menyadari hal yang utama dalam hidupnya sebagai orang yang sudah dipilih oleh Allah melalui kehadiran Yesus Kristus dalam hidupnya (bd. Kis. 9:1-19) dan menerima anugerah-Nya, maka Paulus merasa berkewajiban untuk mengubah prilaku kehidupan orang-orang di Tesalonika menjadi orang-orang yang hidup setia kepada Tuhan atas pertolongan Roh Kudus. Paulus menyadari hanya dengan mengandalkan Tuhan Yesus dan penyertaan Roh Kudus maka apa yang dia lakukan untuk memberitakan Injil tidak akan pernah menjadi sia-sia. Sebab kekuatan yang dipadukan dengan kesungguhan untuk memberikan yang terbaik dari pengetahuan dan kemampuan yang ada akhirnya Paulus menlihat hasil yang luar biasa. Dimana jemaat Tesalonika diubahkan menjadi orang-orang yang tidak hanya sebagai saksi Kristus bagi sesamanya tetapi juga sampai diluar Tesalonika (ayat 8).

Untuk menjadi jemaat yang bersaksi itu tidak mudah bagi jemaat Tesalonika sebab harus ada pengorbanan. Pengorbanan mengubah hidup dari seorang penyembah berhala menjadi penyembah Kristus. Untuk menerima sesuatu yang baru harus berani menanggalkan apa yang sudah melekat dalam kehidupan mereka selama ini (penyrmbah berhala). Selain itu ditengah ancaman sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bias saja menjadi hambatan untuk mempertahankan iman tetapi mereka berani membuktikan bahwa mereka tidak takut dan malu untuk menyatakan siapa mereka sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus (bd. ayat 6) dan menjadi teladan (ayat 7)
Saudara/i yang dikasihi Tuhan, Firman Tuhan ini menunjukkan bagaimana jemaat Tesalonika yang mampu untuk menjadi teladan dengan apa yang mereka miliki terlebih kehidupa yang sudah mendapatkan anugerah dari Tuhan. Di minggu 77 ttahun GBKP Njayo ini GBKP, tema kita memfokuskan pada sebuah keteladanan. Melalui perikop firman Tuhan ini ada 3 hal makna akan sebuah keteladanan dan hidup berjemaat.
1. Jemaat atau Gereja harus menjadi teladan, dikarenakan umat Tuhan sudah menerima anugerah Tuhan baik secara pribadi, atau pun bersama-sama memang harus menjadi teladan, menjadi ccontoh, menjadi panutan bukan Cuma jadi sorotan saja. Sehingga jemaat/gereja yang sudah menerima Injil memang harus mampu mrmpunyai nilai lebih dari orang yang belum menerima Injil. Agar keidupan kita sebagai penerima augerah tuhan tidak terjadi seperti yang diaktakan TUhan Yesus seperti di dalam Matius 5:20 “Jika hidpu keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Sesugguhnya kamu tidak masuk dalam kerajaan surga”.
Kita adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13), kita berbeda dengan dunia ini karena kita mampu untuk memberi rasa dan membawa perubahan yang lebih baik. Sperti Firman Tuhan dalam Invocatio 1Korintus 1:5 mengingatkan hidup kita sewajarnya harus membawa kebaikan dan pemulihan bagi orang lain untuk mengenal Yesus Kristus.

2. Merayakan 77 tahun GBKP Njayo/mandiri berarti bertambahnya usia, bertambahnya usia identic bertambah besar. GBKP 77 Tahun sudah mandiri dengan proses yang tidak mudah dalam sejarahnya. Biasanya seseorang yang dikatakan mandiri jikalau ia sudah bias menopang hidupnya sendiri dengan baik secara materi dan mental. Tetapi GBKP Njayo bukan karena sudah mandiri tapi ipejayokenkarena pengaruh perang Dunia ke 2. Orang Belanda termasuk para penginjil belanda harus meninggalkan Indonesia karena masuknya Jepang ke Indonesia, sehingga GBKP harus dipimpin oleh orang Karo sendiri padahal selama ini belum ada yang ditahbiskan untuk menjadi pemimpin gereja atau seorang pendeta dari orang karo. Adanya ‘desakan’ pemimpin gereja di Eropa pada tahun 1938 NZG mengirimkan 2 orang Guru Agaman orang Karo untuk sekolah Pendeta di Sipaholon dan tahun 1941 ditangkuhkan (Pdt. P Sitepu dan Pdt. Th. Sibero). Pada Sinode I tanggal 23 Juli 1941 dinyatakan bahwa GBKP sudah Njayo.
Dengan usia yang bertambah 77 tahun saat ini, pertanyaan yang paling penting bagi kita sebagai jemaat GBKP apakah dengan bertmanbhanya usia ini sudah bertambah juga keteladanan di tengah-tengah kehidupan kita? Lebih pantas untuk diteladani, di contoh? Baik sebagai Pedeta, pertua dan diaken terlebih sebagai umat Tuhan yang sudah mendapat keselamatan oleh Kristus, atau tidak?

Mestiya harus begitu, makin bertambah usia,, makin besar semakin kita harus menjadi contoh bagi orang lain. Hal ini yang menjadi kendala oleh penulis surat Ibrani (Bacaan). Kesulitan dan kendala itu terletak dalam diri orang-orang pembaca suratnya dikarenakan mereka lamban dalam mendengarkan dan tidak mau bertumbuh dalam kehidupan imannya. Akibatnya mereka tidak dewasa dalam iman, tidak bisa menjadi teladan. Seharusnya mereka sudah menjadi pengajar teryata masih harus diajar tentang hal-hal yang paling dasar tentang kekristenan sebab iman mereka tidak bertumbuh. Mereka tetap tinggal sebagai bayi dan tidak bertumbuh seperti sifat seorang bayi bayi atau anak-anak yang ‘tidak pernah perduli dengan orang lain’ kapan pun ia haus mau jam 12 malam, 3 subuh ia akan menangis untuk minum susu dan ia tidak perduli apakah ibunya sudah lelah mengurus ia seharian tapi yang ia perlukan saat itu juga ia harus minum susu.
Orang yang dikatakan dewasa tidak besifat seperti anak-anak, orang dewasa sanggup memikirkan orang lain dan mampu berkorban bagi orang lain, memberi kepada orang lain. Salah satu tolak ukur seseorang dikatakan dewasa ialah bagaimana ia perduli kepada keberadaan orang lain dan mau berkorban bagi orang lain.
77 tahun GBKP Njayo tidak hanya berbicara tentang stuktur organisasinya sja tetapi tidak terlepas dari orang-orang yang ada didalamnya, jemaatnya yang mampu jadi teladan baik dalam perkataan, perbuatannya dalam mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidupnya. Tidak menjadi jemaat yang egois yang hanya mementingkan diri sendiri dan menuntut orang lain untuk memberi perubahan atau berkat dalam pertumbuhan iman kita tetapi mengandalkan kekuatan Roh Kudus yang memberi perubahan dalam hidup untuk mampu menjadi berkat.

3. Jemaat atau gereja yang semakin berkembang terkadang tidak semakin dapat dicontoh, sebab banyak orang Kristen tidak lagi menyadari tugas dan keteladanannya di tengah-tengahmasyarakat, sehingga tidak mampu menjadi berkat makah sebaliknya menajdi beban dan batu sandungan bagi orang lain. Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan kembali akan tugas kita, misi dan kewajiban keteladanan kita sebagai warga gereja dan warga Kerajaan Allah terlebih sebagai warga negara Indonesia. Dimana posisi umat Kristen semakin sulit. Istilah-istilah Mayoritas dan Minoritas yang tidak ada dalam kamus negara Pancasila semakin sering disebut. Artinya kaarena orang Kristen minoritas maka wajarlah diberi peran yang minoritas juga. Tetapi istilah-istilah itu tidak akan menjadi masalah sebab yang terpenting bagi orang yang sudah mendapatkan kasih Tuhan bukan kuantitas yang terpentinh tetapi kualitas diri kita, iman kita ditengah-tengah yang mayoritas.
Keteladanan itu nyata tidak hanya omongan saja, tidak hanya dari penampilan, berwibawa tetapi nyata dalam perbuatan dan tindakan kasih. Eka Darmaputra mengatakan perbuatan kasih lebih bermakna dari 1000 khotbah.

Penutup
Ketekunan, kegigihan, tidak gampang goyah bagi orang-orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya untuk menghadapi tantangan dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sebab melalui kesulitan-kesulitan yang kita hadapi saat ini merupakan sebuah kesempatan atau ujian yang diberikan Tuhan untuk menunjukkan keteladanan kita, melalui ketekunan dan kegigihan kita (bd. 2Korintus 4:8-9). Di usia GBKP Njayo ke 77 tahun saat ini marilah sebagai jemaat kita dituntut dalam keberadaan kita masing-masing untuk mampu hadir sebagai jemaat yang menjadi berkat bagi orang lain, merasa bertanggungjawab untuk membawa perubahan bagi orang lain untuk lebih baik. Bertambahnya usia maka tidak hanya bertambah besar tapi bertambah hikmat dan bijaksana dalam melakukan perintah Tuhan.

Pdt. Mea br Purba

GBKP Runggun Cibubur

Minggu 15 Juli 2018, Khotbah Matius 8:28-34

Invocatio :

Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan TUHAN menyinarikegelapanku. (2 Samuel 22:29)

Bacaan :

Bilangan 23:20-24 (Tunggal).

Tema :

“ Kuasa Jesus Naluken Kuasa Kegelapen” / Kuasa Yesus Mengalahkan Kuasa Gelap.

 

Pendahuluan.
Alkitab bersaksi bahwa ada dua kekuatan yang selalu bertentangan yaitu kuasa kegelapan dan kuasa terang, kuasa gelap berasal dari iblis sedangkan kuasa terang berasal dari Allah. Iblis berusaha untuk menguasa imanusia kedalam kuasanya melalui tipu-dayanya terhadap Adam dan Hawa, manusia akhirnya jatuh dalam dosa dan diusir dari taman Eden. Iblis semakin mudah untuk menguasai dan merasuki mereka beserta keturunannya. Semakin lama kuasa kegelapan semakin kuat hal ini dibuktikan dengan kejahatan yang semakin meraja-lela di dalam dunia ini. Kuasa gelap bertujuan agar manusia tunduk terhadap kegelapan dan hidup semakin jauh dari kehendak Allah bahkan melawan Allah.

Manusia tidak berdaya untuk melawan kuasa kegelapan atau kuasa iblis, namun Allah tidak tinggal diam, melalui peristiwa salib, kuasa setan telah dikalahkan oleh kuasa Yesus Kristus, dan setiap orang yang percaya dan beriman dapat mengalahkan kuasa iblis. Walaupun kegelapan sudah dikalahkan oleh Yesus, namun mereka tidak tinggal diam dan tetap berusaha dengan berbagai cara untuk menyesatkan umat Kristus sampai akhir jaman.

Renungan kita pada minggu ini menggambarkan bagaimana kuasa iblis menguasai kehidupan seorang manusia di daerah Gadara, sebelum dibebaskan oleh Yesus Kristus, apa saja bentuk-bentuk pengaruh kuasa setan dalam kehidupannya (bdk. Markus.5:1-20; Lukas.8:26-39) :

1. Setan-setan memberikan kekuatan yang luarbiasa kepada orang itu, bacaan kita menyatakan bahwa orang itu semakin kuat dan mampu untuk memutuskan rantai pengikat.
2. Setan-setan menyebabkan dia menyiksa dirinya dengan luar biasa, roh jahat menyebabkan dia menderita.
3. Setan-setan merusak kesadaran Moral, mereka sudah lama tidak berpakaian, telanjang di depan umum.
4. Setan-setan menyiksa secara batin, setan membawa mereka tinggal di kuburan.
Setelah Yesus dan Murid-murid sampai disana, datanglah orang yang sedang dirasuki setan menemui Yesus, mereka berkata dengan keras:
1. “Kami adalah Legion !” (beribu-ribu ; 6000)
2. “ Apa urusanMu dengan kami, hai anak Allah?”,
3. “Adakahengkaukemariuntukmenyiksa kami sebelumwaktunya?”.
4. "Suruhlah kami pindah kedalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!"

Pernyataan setan ini menunjukkan bahwa iblis mengenal Yesus adalah Mesias Anak Allah, kehadirannya mendatangkan ketakutan kepada Iblis. Kemudian Yesus berkata kepada setan itu, “Pergilah”, kemudian roh setan-setan itu berpindah kedalam babi-babi (2000 ekor), danbabi-babi itu terjun kejurang kemudian mati. Tindakan Yesus tersebut menunjukkan :
1. Iblis takluk dibawah kuasa Yesus Kristus, Dia memerintahkan Iblis pergi keluar dari manusia itu.
2. Manusia sangat berharga dihadapan Allah, 2000 ekor babi tidak dapat dibandingkan dengan keselamatan seorang manusia.

Para penjaga-penjaga babi itu lari dan ketika mereka pergi kekota, mereka menceritakan kejadian itu kepada orang banyak, orang banyak mendesak Yesus untuk pergi dari daerah mereka. Orang yang sudah terbebas dari kuasa kegelapan itu memohon kepada Yesus untuk ikut bersama mereka, namun Yesus menolak dan memerintahkan dia untuk pergi kembali kepada keluarganya untuk bersaksi dan memberitahukan peristiwa itu kepada mereka.

Refleksi 
1. Kita harus tetap waspada karena Iblis akan terus mencoba untuk menggoda manusia agar jatuh kedalam kuasanya. Iblis akan melakukan segala upaya agar kita masuk kedalam perangkapnya. Bagaimana kita agar tetap waspada, kita jangan kompromi dengan Iblis, kita harus memperlengkapi diri dengan belajar Firman Tuhan, Jangan meninggalkan ibadah dan persekutuan, melakukan firman Tuhan dalam kehidupan setiap hari, menjaga kekudusan hidup.
2. Kuasa Iblis mendatangkan penderitaan di dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang jatuh dalam kuasa iblis karena iblis menawarkan tawaran yang menggiurkan, harta, kedudukan, kesenangan. Namun semua itu adalah kepalsuan, dan bersifat sementara saja.
3. Kuasa Allah lebih besar dari kuasa iblis, hal ini menjadi pegangan kita sebagai pengikut Yesus Kristus, kita tidak boleh tunduk terhadap kuasa iblis, karena kita telah diberikan kuasa oleh Yesus Kristus mengalahkan kuasa iblis.

 

Pdt. Togu P. Munthe
GBKP Rg. Cililitan

Minggu 08 Juli 2018, Khotbah : Amsal 31:10-31

Invocatio :

“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan
malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?

Bacaan :

Kisah Para Rasul 18:1-3 (Tunggal)

Tema :

PERGUNAKANLAH POTENSI DENGAN CAKAP

 

I. KATA PENGANTAR
• Sering sekali manusia sulit mempergunakan potensi yang ada dalam dirinya ketika menghadapi rintangan dalam hidupnya, tapi tidak dengan Abraham Lincoln salah seorang mantan Presiden Amerika Serikat. Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”Waktu berlalu…Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.

• Tapi pada kenyatannya manusia sangat sulit bekerja sama dengan orang-orang yang mereka benci atau yang tidak sependapat dengan mereka. Melalui firman Tuhan hari ini kita mau belajar bagaimana kita mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan cakap dan tidak melihat kelemahan atau kekurangan yang kita miliki.

II. PEMBAHASAN TEKS ALKITAB
• Nas ini berbicara tentang Istri yang Cakap (31:10-31). Penggambaran tentang istri yang cakap ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada para perempuan, harus menjadi istri seperti apakah mereka dan istri seperti apakah yang harus dipilih para lelaki yang bijak. Karena jika para ibu bersikap bijaksana dan baik sangat membantu dalam memelihara penghayatan agama di dalam keluarga, dan pewarisannya kepada keturunan selanjutnya. Juga, ada akibatnya terhadap kesejahteraan dan kemakmuran yang akan dinikmati seisi rumah. Orang yang ingin berhasil harus bertanya-tanya akan istri yang akan dipilihnya.

• Dalam nas ini ada beberapa hal yang ditekankan seperti apakah istri yang harus dicari yakni istri yang cakap, perempuan yang kuat (begitulah maksud istilah ini). Meskipun dianggap kaum yang lemah, namun dibuat kuat oleh hikmat dan anugerah, serta takut akan Allah. (ay. 10). Istri yang cakap adalah perempuan yang dipenuhi roh, mampu mengendalikan diri, dan tahu cara mengendalikan orang lain. Ia seorang yang saleh, rajin, dan penolong bagi suaminya. Istri yang cakap adalah perempuan yang penuh tekad, yang setelah memegang asas-asas yang baik, bersikap tegas dan kukuh terhadapnya, serta tidak akan takut menghadapi topan dan badai yang menghadang setiap kewajibannya.

• Sulitnya menemukan perempuan seperti itu menyiratkan bahwa perempuan baik sangat jarang ditemui, dan banyak perempuan yang tampak baik ternyata tidak seperti itu. Namun, orang yang berencana menikah harus mencari perempuan seperti itu dengan tekun, dan mengutamakan dasar penilaian ini dalam pencariannya. Ia harus berhati-hati supaya tidak terkecoh oleh kecantikan atau keriangan, kekayaan atau asal usul keluarga, dan selera tinggi dalam berpakaian atau keterampilan menarinya. Sebab semua hal ini bisa saja terdapat pada diri seorang perempuan, padahal dia bukan perempuan yang cakap.

• Perempuan cakap sangat tekun dalam membawa dirinya sehingga mendapat penghargaan dan kasih sayang suaminya. Orang-orang yang baik akan bersikap baik juga dalam hampir semua hal. Bila seorang perempuan yang baik menikah, maka ia juga akan menjadi istri yang baik dan berusaha untuk menyenangkan suaminya (1Kor. 7:34). Walaupun dia sendiri seorang perempuan yang dipenuhi roh, keinginannya adalah untuk takluk kepada laki nya, untuk memahami pikirannya supaya bisa menyesuaikan diri dengan pikiran suaminya itu, serta bersedia suaminya memerintahkan atas dia.

• Ia berperilaku sedemikian rupa hingga suaminya bisa merasa tenang dan percaya penuh kepadanya. Suaminya percaya akan kesuciannya dan sang istri tidak pernah memberi dia kesempatan untuk merasa curiga ataupun cemburu. Dia bukan termasuk perempuan yang murung dan suka menyendiri, melainkan rendah hati sekaligus berwibawa, serta memiliki semua tanda kebajikan dalam penampilan dan perilakunya.

• Istri yang cakap senantiasa giat berbuat baik kepada suaminya, dan takut melakukan apa pun yang dapat merugikan suaminya, walau tanpa sengaja sekalipun (ay. 12). Ia menyatakan kasih sayang kepada suaminya, bukan dengan kemesraan yang bodoh, melainkan dengan perilaku bijaksana yang membuatnya disukai, sambil menyesuaikan diri dengan suasana hati sang suami, bukannya membuat dia marah. Ia mengucapkan kata-kata yang baik dan bukan yang jahat, terutama saat suasana hati suaminya kurang baik. Ia berusaha membuat suaminya merasa nyaman, menyediakan segala sesuatu yang cocok baginya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, serta melayani dengan tekun dan lembut pada waktu sang suami sedang menderita sakit. Ia tidak lelah melaksanakan tugas-tugasnya bagi suami: Ia berbuat baik, bukan saja sepanjang umur suaminya, tetapi sepanjang umurnya juga.

• Istri yang cakap di dalam keluarga ia adalah seorang istri yang berperan aktif di balik nama besar suaminya (23). Ia dipercaya suaminya karena tidak sekalipun ia berbuat yang jahat terhadap suaminya (11-12). Ia bangun lebih pagi dari suami dan anak- anaknya dan pandai menata semua pekerjaannya, sehingga ketika semua bangun, segala makanan telah tersedia (13-15, 27). Ia memelihara lingkungan rumahnya dengan keindahan agar keluarganya merasakan bahwa rumah mereka adalah tempat tinggal yang paling menyenangkan (16). Ia penuh perhatian kepada seluruh isi rumahnya, ia menyediakan dan memperlengkapi semuanya dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak pernah terabaikan (21). Ia tidak pernah berpangku tangan, tetapi bekerja keras membantu kebutuhan keluarga dengan ketrampilan yang dimilikinya (17-19, 24). Seorang istri yang cakap berkata-kata dengan hikmat dan pengajaran yang lemah lembut, sehingga suami dan anak-anaknya tidak pernah menganggapnya remeh (26). Ia pun senantiasa menjaga penampilan dirinya agar selalu tampil menarik dan indah (22) sehingga hati suaminya tidak beralih kepada wanita lain dan keharmonisan keluarga terpelihara. Di tengah masyarakat, ia adalah seorang wanita yang bersosialisasi, memperhatikan kebutuhan masyarakat dan tidak segan-segan mengulurkan tangannya memberikan bantuan kepada mereka (20). Demikianlah ia merencanakan masa depan dengan begitu mantap, sehingga ia tidak kuatir akan apa yang terjadi pada masa mendatang (25) dan hal yang menyempurnakan dan memahkotai tabiatnya adalah bahwa ia takut akan TUHAN (ay. 30).

III. APLIKASI
• Tema kita adalah PERGUNAKANLAH POTENSI CAKAP. Dalam KBBI potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Tentu dappat kita pahami melalui tema ini memberikan pengertian kepada kita bagaimana kita mempergunakan kekuatan, kesanggupan, daya yang kita miliki.

• Dalam bacaan khotbah kita kita belajar dari seorang istri yang cakap yang mempergunakan kekuatan, kesanggupan daya yang dia miliki dengan cakap. Arti kata “cakap” dalam bahasa ibrani disebut denganChayil yang artinya bijaksana, berhikmat, yang sifatnya baik, yang moralnya baik, yang karakternya baik, yang kuat, yang konfiden, yang punya wibawa, yang punya prinsip yang kuat didalam kebenaran, yang tenang, yang tidak cepat menyerah, rendah hati.

• Sebagai orang yang beriman kita harus hidup dan mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan baik (cakap). Seperti yang dilakukan Paulus dalam Kisah Para Rasul 18:1-3, Walaupun dia berhak dihidupi oleh gereja-gereja yang dia tanam, dan oleh orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, Paulus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (ay. Kis 18:2-3). Paulus pembuat kemah untuk digunakan oleh serdadu-serdadu dan gembala-gembala, dari kain atau bahan tekstil. Apapun profesi kita saat ini, apapun usaha kita saat ini kerjakanlah itu dengan cakap. Pergunakanlah kemampuan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dan jangan sia-siakan kesempatan sudah diberikan Tuhan kepada kita. Dengan demikian tiba waktunya kita akan menerima kebahagiaan bukan penderitaan seperti yang disampaikan dalam Matius 25:26-27,“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?’ Amin.

Pdt. Jaya Abadi Tarigan
GBKP Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD