MINGGU 18 FEBRUARI 2018 (PASSION II), KHOTBAH MAZMUR 25:1-7

Invocatio :

Aku membaringkan diri, lalu tidur, aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! (Masmur 3:5)

Bacaan :

Lukas 9 : 57 – 62

Tema :

“Orang Yang Mengharapkan Tuhan Tidak Dipermalukan”

Pengantar
Kitab Mazmur pada dasarnya kitab kidung dan doa. Jiwa terdalam seorang manusia atau suatu bangsa dinyatakan melalui doanya.Sehingga untuk mengenal jiwa dan hati orang-orang Israel serta pergumulannya dapat dilihat dengan mendengarkan doanya. Dalam kitab Mazmur terkumpul doa umat Israel sepanjang ratusan tahun yang berupa keluh kesah, ratapan, pengharapan, dan nyanyian syukur. Kitab Mazmur memuat 150 kidung(lagu-lagu keagamaan) yang bersumber dari pergumulan umat Israel di masa yang lampau.Kitab Mazmur biasanya disebut kitab Mazmur Daud, walaupun selain Daud, Bani Korah (kelompok penyanyi), Asaf (penyanyi) juga termasuk sebagai pengarangnya. Kitab Mazmur sudah ada sekitar tahun 200 SM, yang isinya berupa pembicaraan manusia dengan Allah, tercetus di dalamnya perasaan hati manusia yang menanggapi karya penyelamatan Allah.

Para ahli kitab mengelompokkan Mazmur menjadi beberapa jenis, misalnya mazmur puji-pujian, doa permohonan (ratapan), baik secara perorangan ataukelompok (umat).Mazmur juga dapat dikelompokkan berdasarkan perasaan hati yang terungkap di dalamnya. Ada perasaan hati yang positip terhadap karya Tuhan, sehingga membuahkan kidung syukur (cth Maz.8 dan 9) ada juga perasaan yang negatip (berupa keluh kesah dan ratapan) terhadap Tuhan(Mazmur 44, 60, 58, 74). Boleh jadi pemasmur yang pada dasarnya adalah orang beriman, mencari sebab- musabab kemalangan yang terjadi pada dirinya dan bangsanya, yaitu akibat dosa dan kesalahan manusia, dengan demikian keluhan dan ratapan itu menjadi doa permohonan, minta tolong, supaya Tuhan berkenan menyelamatkan bangsanya yang menderita.

Tafsiran Bacaan Mazmur 25 : 1- 7
Dalam bacaan Mazmur 25, merupakan ratapan dan doa minta tolong dari Daud (dibuka dengan kalimat :“KepadaMu ya Tuhan, kuangkat jiwaku”)
Ayat 1 – 3. Pemazmur meratap mengeluh dan mengadu kepada Tuhan sebab merasa dipermalukan oleh musuh-musuhnya yang beria-ria atas penderitaannya. Ia tidak mengandalkan kekuatannya tapihanya percaya kepada Tuhan saja. Ia mengangkat jiwanya kepada Allah.Jiwa adalah pusat kepribadian manusia.Mengangkat jiwa kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seluruh perhatian dan konsentrasi pemazmur diarahkan kepada Allah.Dalam menghadapi musuh yang kuat, pemazmur sadar kalau ia tidak berdaya, sehinggga ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga tidak akan dipermalukan oleh musuh. Pada ayat ketiga : “ semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu...”. Kata ” Menanti-nantikan Tuhan” suatu rumus yang tiada bandingnya dalam kebudayaan Israel kuno.Rumus ini mengungkapkan iman dan pengharapan orang percaya karena orang percaya disebut juga orang yang menanti-nantikan Tuhan. Pemazmur menanti-nantikan Tuhan dalam arti mengharapkan Tuhan sebagai penolong dan pembela orang benar, sehingga musuh tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap dirinya, yang membuat ia malu.

Ayat 4-5. Dalam menghadapi permasalahan atau musuh pemazmur memohon “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu..”. Pemazmur memohon agar Tuhan senantiasa menjadi pemandu dalam kehidupannya agar dia senantiasa berjalan dalam kebenaranNya dan tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan.Jalan yang penuh kebenaran dan keadilan sesuai dengan hukum Allah. Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran yang berfaedah dan penuh berkat (Yesaya 48 : 17-18), bukan dengan perkataan saja tapi lewat pengalaman hidup sama seperti orang tua melatih dan membesarkan anak-anaknya.

Ayat 6 – 7.“Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada dari sejak purbakala.Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggar-pelanggaranku janganlah Kau ingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu ya Tuhan”.Kata rahmat seakar dengan kata Rahim, menggambarkan cinta kasih ibu kepada anaknya, dan kata kasih setia yang dalam bahasa Ibrani adalahchesed yang berarti bahwa ketika Allah membuat suatu perjanjian, Dia komitmen kepada diri-Nya sendiri untuk memelihara perjanjian itu, karena Allah adalah setia. Jika Allah memperhitungkan dosa-dosa kita, maka kita akan ‘rapuh seperti kayu lapuk, dan seperti kain yang dimakan ngegat’ (Ayub 13 : 24 – 28). Oleh karena itu pemazmur memohon agar kiranya Allah dengan rahmatnya, seperti ibu terhadap anaknya sendiri demikianlah ia memohon kepada Allah memandang dirinya, dan dengan kasih setia Allah yang melebihi murka-Nya menerima dia dan menjadi penolong baginya. Semua bukan karena kebaikan tetapi hanya karena rahmat dan kasih setia Allah semata yang menolong pemazmur dan kita semua luput dari kesesakan dan pergumulan.

Renungan
Pemazmur menyadari bahwa banyak kesalahan yang dia perbuat pada masa hidupnya, terutama pada masa mudanya. Pada saat menghadapi pergumulan hidup dan kesesakan bahkan ancaman dari musuh-musuhnya, dia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri. Dalam doanya pemazmur sadar akan ketidakmampuannya melawan musuh serta sadar akan dosa-dosa dimasa muda, namun mengingat rahmat dan kasih setia Allah, ia tetap menanti-nantikan Tuhan, sebab dengan mengharapkan Tuhan,pemazmur percaya tidak akan dipermalukan dan akan terluput dari segala permasalahannya.

Pdt.Immanuel Bayak Manik, M. Th., D. Min.
Perp. Purwakarta

MINGGU 04 FEBRUARI 2018, KHOTBAH LUKAS 8:9-15 (SEXAGESIMA)

Invocatio :

Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambat akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetep hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (Yeremia 17:8)

Bacaan :

Yesaya 55:6-9

Tema :

“Bertumbuh dan Berbuahlah Firman Tuhan Yang Kau
Dengarkan”

Pendahuluan
Dalam sebuah buku karya Krispurwana Cahyadi, SJ yang berjudul Benediktus XVI ada satu pernyataan yang ditulis: “betapa sulitnya mengenali Allah dan realitas Ilahi”. Atau dengan kata lain tidak mudah mengenal dan memahami tentang Allah dan segala hal yang dikerjakanNya dalam kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan bacaan kita dari Yesaya 55:6-9, di mana TUHAN berkata, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9). Seperti itulah digambarkan bagi kita, sehingga tidak mudah mengenal dan memahami tentang Allah dan segala yang dikerjakanNya dalam kehidupan ini. Tetapi, jika kita melihat bagaimana Yesus dalam segala pengajaranNya yang banyak memakai perumpamaan, tentulah bertujuan supaya semua yang mendengarkan pengajaran teresebut mendapatkan pemahaman yang benar.

Isi
Jika kita melihat bahan khotbah minggu ini, Lukas 8:9-15 ada baiknya kita membacanya dari awal (dimulai dari ay. 1). Di situ dijelaskan bagaiman Yesus memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah. Tentunya kepada orang banyak yang mendengar pada waktu itu, berbicara tentang Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang mudah dipahami dan mungkin belum memahaminya dengan baik. Oleh karena itu, ketika orang banyak itu berbondong-bondong datang kepada Yesus, maka Ia menyampaikan perumpamaan seperti yang tertulis pada ayat 5-8 (perumpamaan tentang seorang penabur). Setelah Yesus menyampaikan perumpamaan tersebut, Ia berkata, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendenga!”, ini adalah sebuah penekanan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak itu.
Selanjutnya kita masuk ke bahan khotbah yang merupakan bagian di mana murid-murid Yesus bertanya kepadaNya tentang maksud dan tujuan perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak itu (ay. 9). Dijelaskan maka ada dua bagian jawaban Yesus atas pertanyaan murid-muridNya tersebut:
1. Kepada para murid, Yesus mengatakan bahwa mereka sudah diberikan pengetahuan tentang rahasia Kerajaan Allah. Sudah dijelaskan kepada para murid, bahwa sebenarnya Kerajaan Allah itu datang dalam diri Yesus Kristus. Saat Yesus datang ke dunia ini di situ pun Kerajaan Allah itu sudah ada. Rahasia kebenaran yang mau menyatakan bahwa sesungguhnya Yesus adalah Mesias itu sendiri.
2. Kepada orang lain yang mendengarkan Kabar Baik itu disampaikan melalui perumpamaan yang bisa saja tidak dipahami oleh mereka. Oleh sebab itu sekalipun mereka memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti (ay. 10).

Kemudian Yesus menjelaskan arti dari perumpamaan tetnang seorang penabur itu (ay. 11-15). Benih itu adalah Firman Allah dan keempat tempat ditaburnya Firman itu menggambarkan empat tipe orang dalam menerima Firman Allah tersebut:
1. Benih yang jatuh ke pinggir jalan digambarkan sebagai orang yang telah mendengar Firman, di dengarnya, tapi kemudian datanglah Iblis lalu mengambil Firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan (ay. 12).
2. Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu digambarkan sebagai orang yang setelah mendengar Firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka menjadi murtad (ay. 13).
3. Benih yang jatuh dalam semak duri digambarkan sebagai orang yang telah mendengar Firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup (dikuasai oleh keinginan daging), seperti semak duri yang menghimpit pertumbuhan benih tersebut tentunya tidak akan menghasilkan buah yang matang (ay. 14).
4. Benih yang jatuh di tanah yang baik digambarkan sebagai orang yang setelah mendengar Firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buahnya dalam ketekunan (ay. 15). Artinya, orang yang demikianlah yang harus dicontoh di mana dia memegang teguh dan menjalankan Firman Allah itu, dia memberikan dirinya dikuasai oleh Firman Allah. Firman itu dipakai untuk mengatur kehidupannya, ketika ada pergumulan dan pencobaan, dia tekun dan tabah menjalaninya sampai pada akhirnya berbuahlah Firman Allah itu dalam kehidupannya.

Aplikasi
Berbuah adalah satu keharusan bagi kita selaku orang percaya. Menjalankan Firman Tuhan adalah suatu keharusan. Tapi dari perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus dalam bahan khotbah ini, kita tidak boleh melupakan bahwa ada proses yang dimulai dari benih sampai benih itu tumbuh dan berbuah. Proses itu demikian: benih itu harus “masuk” benar ke dalam tanah yang baik, berakar perlahan-lahan ke bawah dan bertumbuh perlahan-lahan ke atas. Seperti itu jugalah ada proses yang dimulai dari “mendengarkan Firman Tuhan” sampai kepada “melakukan Firman Tuhan” (berbuah). Seperti itulah analoginya, minimal 3 hal yang perlu kita perhatikan:
1. Firman Tuhan itu harus “masuk benar” ke dalam diri kita dan menjadi satu kesukaan bagi kita seperti yang disampaikan dalam Mazmur 1:2 (kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam).
2. Supaya dapat berakar ke bawah dan bertumbuh ke atas, tentunya tanah itu harus dibersihkan sehingga tidak ada lagi batu-batu dan semak duri. Ini bukanlah satu pekerjaan yang mudah. Ada dosa, kekuatiran, kekerasan hati, kepahitan hidup, semua ini harus kita bawa satu persatu kepada Tuhan untuk “dibersihkan”. Sehingga hati kita sama seperti tanah yang baik (subur) untuk benih Firman Tuhan itu berakar dan bertumbuh.
3. Dan yang terakhir, sabar membiarkan Tuhan bekerja. Tidak ada pertumbuhan yang bisa dipercepat. Kita hanya perlu membiarkan Tuhan bekerja dalam diri kita. Sungguh-sungguh MEMBIARKAN Tuhan bekerja. Jangan halangi dengan dosa, jangan halangi dengan ketidaktaatan kita, jangan halangi dengan kemalasan kita.

Kita akan melihat pada waktunya Firman Tuhan itu berbuah dalam diri kita. Menjalankan Firman Tuhan akhirnya bukan sebagai suatu beban tetapi mengalira dan keluar begitu saja dari dalam diri kita setiap saat. Seperti benih yang mengakar dan tumbuh di tanah yang baik, menjadi pohon yang baik, demikianlah pula akan menghasilkan buah yang baik. Amin.

Solideoa Gloria

Pdt. Andinata GintingPdt. Andinata Ginting
GBKP Rg. Palangkaraya

Khotbah Minggu 14 Januari 2018

KHOTBAH MINGGU 14 JANUARI 2018

Invocatio             : Aku kap Dibata si meganjang dingen Badia si erkuasa seh rasa lalap. (Yes. 57:15a)

Ogen                  : Johanes 10:24-30

Khotbah             : Keluaren 6:1-7

Tema                     : Dibata Si Erkuasa Nelamatken Kita

  1. Pengantar

Paulus menegaskan dalam I Kor. 8:4b "tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa." (Bdk. Mzm 115:4-8). Di berbagai tempat di dalam Alkitab menegaskan tentang “ketiadaan” Allah lain yang berkuasa melebihi Allah yang memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel. Yes. 43:10 “Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” (Bdk. Yes. 44:6; 45:1; 46:9). “Ketiadaan” bukan berarti sama sekali tidak ada, tetapi tidak memiliki kuasa apa-apa dibanding dengan Allah yang kepada-Nya kita percaya. Di beberapa bagian Alkitab juga menyatakan bahwa Allah tidak memulai memperkenalkan diri-Nya dengan menghancurkan ide-ide allah-allah lain itu ada. Setelah keturunan Abraham menjadi sebuah bangsa, Allah sebenarnya memulai dengan mengajarkan kepada mereka bahwa mereka harus secara khusus setia kepada-Nya. Di dalam perintah pertama dari Sepuluh Perintah, kita diberi tahu bahwa tidak boleh “ada allah lain dihadapan-Nya” (Kel. 20:3), yang tidak menyangkal bahwa kemungkinan allah-allah lain itu ada. Hanya saja mau menunjukkan bahwa allah-allah lain “bergantung” kepada ciptaan-Nya, tetapi Allah yang kita imani bahkan sebaliknya, kita manusialah yang bergantung kepada-Nya.

  1. Isi

Judul perikopnya adalah "Pengutusan Musa" itu berarti bukan kali pertamanya Tuhan memanggil dan mencoba untuk mengutus Musa. Ada beberapa tahapan alasan Musa menolak panggilan Tuhan:

  1. Dalam pasal 3:11 “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Ini merupakan alasan klasik menolak panggilan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, seolah sadar akan keterbatasan tetapi melupakan siapa Tuhan.
  2. Dalam pasal 3:13 “Tetapi apabila ku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka, Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku, bagaimana tentang nama-Nya?”
  3. Dalam pasal 4:1 “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"”
  4. Dalam pasal 4:10 “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
  5. Dalam pasal 4:13 “Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."

Setelah yang penolakan yang kelima, Tuhan murka, maka pergilah Musa ke Mesir.

  1. Dalam pasal 5:23 “Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali." Musa meragukan kuasa Tuhan dan bahkan mendesak Tuhan untuk segera melepaskan orang Israel.
  2. Bahkan di pasal 6:11 “...Orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!"

Memang sejak awal Musa bergumul dengan keterbatasannya, tetapi dia lupa akan siapa Tuhan dalam sejarah leluhurnya. Oleh karena telah berulang kali, Tuhan memperkenalkan diri kepada Musa bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Dengan cara Allah memperkenalkan diri tersebut, itu berarti bahwa Dia tidak berubah (bdk. Ibrani 13:8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya). Ia tidak pernah kurang kebenaran atau belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Tidak bisa dipungkiri, ketika dalam permasalahan seringsekali kita lupa atau memang “dibuat lupa” siapa itu Allah, sehingga yang muncul adalah perasaan keterbatasan, ketidaksanggupan dsb. Keterbatasan kita, tidak sedikitpun membuktikan bahwa Tuhan kita itu terbatas. Bahkan Paulus menyatakan 2 Kor. 12:9 “... sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.

Allah tidak pernah berhenti menyatakan siapa diri-Nya, supaya Dia semakin dikenal, sehingga di dalam dalam Keluaran 34, kita membaca bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam sisi dari karakter kudusNya: penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya...."

Pasal 6 ini dimulai dengan dialog Tuhan dengan Musa dan bentuk nats ini diidentifikasi sebagai penyataan keimaman. Ayat pertama dialamatkan kepada Musa, yang menyatakan apa yang telah Tuhan lakukan terhadap para bapa leluhur Israel. Meskipun ayat 1 ini kemungkinan sebagai kesimpulan dari perikop sebelumnya. Dengan mengatakan “Akulah TUHAN” merupakan penegasan ulang dari pasal 3:15 dan penyataan tersebut merupakan tema sentral dari nats ini, yaitu Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa.

Tuhan mengerti isi hati dan perasaan Musa. Oleh sebab itu Tuhan memberikan JAMINAN, yaitu diri-Nya sendiri dengan tegas Allah berkata, "Akulah TUHAN!" Jaminan yang luar biasa. Jaminan yang diikuti dengan penjelasan Tuhan sendiri mengenai apa yang sudah Tuhan lakukan di dalam sejarah para Bapa Leluhur bangsa Israel.

Menarik untuk kita perhatikan narasi dari Keluaran 3 dimana Musa mendapat panggilan khusus dari Tuhan, dengan segala kelemahan dan kekurangan, Tuhan menyertai Musa. Di dalam Keluaran 4 diakhiri dengan kalimat 31 “Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.” Ini merupakan respon tua-tua Israel terhadap upaya Musa dan Harun meyakinkan orang Israel. Maka di pasal yang ke 5, pergilah Musa dan Harun menghadap Firaun. Apa yang mereka pikirkan, berbeda jauh dari kenyataan. Sehingga pasal 5 ditutup dengan semacam kalimat kekecewaan kepada Tuhan (ay. 22-23). Bukankah sering terjadi di dalam kehidupan kita hal yang demikian? Tetapi yakinlah akan janji pertolongan Tuhan, sehingga pasal 6 ini dibuka dengan kalimat “Akulah TUHAN.” Dari ayat 1-7 ada empat kali Tuhan mengatakan, “Akulah TUHAN.” Itulah jawaban Tuhan kepada Musa. Tuhan mengingatkan Musa, siapa TUHAN yang dia sembah dan percaya. Kalau kita tahu Ia adalah TUHAN, Allah yang berkuasa, itu jauh dari cukup! Penderitaan tidak akan mengagalkan kasih Tuhan atas hidup kita. Mzm. 126:5 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”

Dalam Keluaran 6:5-7 ada tujuh janji yang Tuhan sampaikan kepada Musa. Setelah Tuhan menyatakan diriNya kepada Musa, Tuhan menyatakan segala janjiNya yang akan Ia laksanakan kepada bangsa Israel ini. Janji pertama, “Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.” Janji kedua, “Aku akan melepaskan engkau dari perbudakan mereka.” Janji ketiga, “Aku akan menebus engkau dengan tangan yang teracung.” Janji keempat, “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu.” Janji kelima, “Aku akan menjadi Allahmu,” Janji keenam, “Aku akan membawa engkau ke negeri yang Kujanjikan itu.” Janji ketujuh, “Aku akan memberikan tanah itu menjadi milik pusakamu.” Tujuh janji ini indah dan unik adanya, dibuka dan ditutup dengan kalimat materai “Akulah TUHAN.” Namun semua itu menjadi janji yang kosong kalau yang berjanji tidak mampu memenuhi janji itu. Maka kalimat “Akulah TUHAN” menjadi jaminan bahwa janji itu pasti akan ditepatiNya.

Dengan demikian, orang-orang Israel akan mengetahui melalui pengalaman, betapa besar kuasa dan rahmat Allah. Melalui penyataan Allah bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, hendak menegaskan bahwa Dia tidak pernah ingkar janji, Dia selalu mengenapi janji-Nya. Sehingga, Musa dapat mengenal Allah yang berfirman kepadanya sebagai Allah para Bapa Leluhur. Dia bukan Allah yang baru atau asing, tetapi Allah yang sudah dikenal, yang akan bertindak dan berkarya untuk pembebasan umat-Nya.

Semua janji Tuhan ini nantinya akan menjadi tema yang berulang lagi di dalam Perjanjian Baru. Kita dibebaskan bukan lagi dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain, tetapi kita dibebaskan dari perbudakan dosa. Kita akan dibebaskan dari kuk perhambaan dan perbudakan dosa. Kita akan ditebus. Ditebus berarti ada harga yang dibayar, ada tebusan yang harus dberikan. Maka Yesus Kristus menjadi tebusan/sebagai pengganti kita.

  1. Aplikasi
  2. Cara kerja Kerajaan Allah berbeda dengan yang dunia tawarkan. Dunia menawarkan apa yang bisa kita lakukan, tetapi Allah menawarkan apa yang Dia bisa lakukan dari diri kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Lukas 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Bdk., Matius 19:26 "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya tak terbatas!
  3. Sebagaimana Allah memperkenalkan diri kepada Musa, bahwa Dia telah berkarya di dalam sejarah melalui Abraham, Ishak dan Yakub, melalui nama-Nya El-Shaddai, maka nama tersebut juga masih berkuasa hingga saat ini. Roma 4:21b “... bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Allah kita adalah Allah yang mengatasi sejarah. El-Shaddai disamping menyatakan kemahakuasan Tuhan juga menunjukkan kelembutan Tuhan dalam memelihara kita. Hal itu karena kata Shaddai dan Shad dalam bahasa Ibrani mempunyai arti sama yaitu dada atau buah dada (Kej 49:25; Ayb 3:12; Mzm 22:10). Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan itu seperti seorang ibu yang menyusui anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jadi El-Shaddai adalah Tuhan yang Mahakuasa sekaligus lemah lembut dalam memelihara anak-anak-Nya.
  4. Tuhan sabar dan penuh kasih. Tuhan sama sekali tidak bersikap keras terhadap Musa maupun Israel. Bdk. Maz 103: 8-14 Yes 42:3. Walaupun Musa terus-menerus menolak penugasan dari Tuhan dengan alasan pribadi, tetapi itu tidak Tuhan langsung murka terhadap Musa. Untuk kita renungkan selagi masih ada kesempatan, mari kita datang dan memberi diri kita untuk Tuhan. Yesaya 55:6 “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”
  5. Mengenal Allah tidak hanya sebatas mengenal di otak saja ataupun sekedar dihafal saja ataupun mengenal Allah bukan sesuatu yang terpisah dengan menyerahkan diri kepada Allah. Untuk kita renungkan, banyak di antara kita menyatakan mengenal Allah tetapi tidak menyerahkan diri kepada pimpinan Tuhan. Hanya Allah yang mampu menyelamatkan kita, sehingga seperti diungkapkan di dalam Yeremia 17:5 “Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” dan Yeremia 17:7 “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!”

Pdt. Dasma Turnip, S.Th

GBKP Pontianak

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD