Minggu 16 September 2018, Khotbah Kejadian 33:1-11
Invocatio :
Lukas 23:34a, Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Bacaan 1 :
Matius 18:21-35
Tema :
Perdamaian mendatangkan Sukacita
Pengantar
Damai bisa dimaknai dengan keadaan tenang, tiada peperangan atau konflik, ketiadaan kekerasaan dalam lingkup social kemasyarakatan dan sering juga dikaitkan dengan suasana hati, pikiran dan badan yang nyaman tanpa gangguan. Karena makna yang begitu positif maka ada begitu banyak tokoh dunia yang bercita cita mengadakan perdamaian di dunia. Sejak 1901, penghargaan nobel perdamaian diberikan secara tahunan kepada orang-orang yang telah memberikan upaya terbesar atau terbaik bagi persaudaraan antar bangsa, bagi penghapusan atau pengurangan angkatan bersenjata, dan bagi pelaksanaan atau promosi kongres perdamaian. Pada 2015, Penghargaan Perdamaian telah diberikan kepada 103 individual dan 23 organisasi namun upaya perdamaian dunia masihlah sebuah perjuangan yang berkelanjutan.
Perdamaian dunia mungkin terlalu luas untuk kita kerjakan namun bukan hal yang mustahil karena perubahan yang besar tentu saja terjadi jika dimulai dari diri sendiri.
Matius 18:21-35
Perdamaian dapat terjadi jika ada pengampunan. Mengampuni dalam bahasa Yunani disebut “aphiemi” artinya: membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas, menutupi, menghapus, mengampuni, memulihkan hubungan yang baik antara dua pribadi yang retak karena suatu kesalahan. Menurut pembacaan kita ini mengampuni berarti membebaskan seseorang dari hutangnya; sebaliknyasikap tidak mengampuni adalah jika kita merasa orang lain tersebut masih berhutang sesuatu kepada kita.
Perbandingan jumlah hutang adalah sepuluh ribu talenta dan seratus dinar yang kalau diperhitungkan adalah sebagai berikut1 talenta = 6000 dinar (sumber : kamus Alkitab)hutang hamba A = 10.000 talenta = 10.000 x 6.000 dinar = 60.000.000 dinar kalau diperhatikan angka 100 dibandingkan dengan angka 60.000.000 sangatlah jauh berbeda. Kurang lebih seperti jika kita berhutang 60 juta dan yang berhutang 100 perak sungguh sangat jauh perbedaannya. Pengampunan yang ingin Tuhan Yesus tunjukkan melalui perumpaan ini adalah pertama, pengampunan Tuhan terhadap manusia dan kedua, pengampunan manusia terhadap sesamanya. Selayaknya pengampunan Tuhan terhadap manusia lah yang memampukan/ menggerakkan manusia tersebut untuk mengampuni sesamanya.
Pertanyaan Petrus yang menyebut tujuh kali mengampuni adalah angka sempurna bagi budaya Yahudi saat itu dan kemungkinan jumlah ini merupakan kesimpulan Petrus dari pengajaran Yesus seperti tercatat di Lukas 17:4. Jawaban Yesus adalah tujuh puluh kali tujuh kali, artinya ada pengampunan yang tak berkesudahan tidak berhenti pada angka 7 atau 490; ada hati yang ikhlas tiada mengingat-ingat lagi kesalahan sesamanya manusia. Pengampunan menghadirkan perdamaian, perdamaian mendatangkan sukacita.
Kejadian 33:1-11
Konflik saudara antara Yakup dan Esau karena perebutan hak kesulungan berlangsung cukup lama sehingga perdamaian sepertinya agak susah tercapai. Bahkan ketika proses perdamaina akan berlangsung masih ada rasa kecurigaan diantara mereka berdua. Terlihat dari banyaknya pasukkan yang dibawa Esau bersamanya yaitu 400 orang dan bagaimana Yakup menyusun strategi meghadapi Esau dan pasukkannya dan keluarganya dalam menyambut Esau
Yang ang terjadi Esau menanggapi dengan menunjukkan sikap murah hati yang nyaris terlalu baik. Dia telah memendam permusuhan terhadap Yakub namun seiring waktu hatinya telah berubah. Allah telah mengubah kebenciannya menjadi kemurahan hati. Dia datang menemui Yakub dengan pengertian dan pengampunan. Sepanjang dua puluh tahun perpisahan mereka, tangan kendali Allah telah mengubah kedua saudara itu. Yakup yang sujud dihadapan saudaranya sebanyak 7 kali menandakan bahwa dia sepenuhnya tunduk, setulus hati mau mendapatkan kasih saudaranya lagi. Dan tanggapan yang didapatkan Yakup adalah pelukkan rindu seorang kakak terhadap adiknya yang telah lama tak berjumpa. Tidak ada amarah dan dendam tapi ungkapan kasih saying dan rasa haru antar saudara.
Kembali ditekankan tentang perdamaian yang diraih, diawali dengan pengampunan satu terhadap yang lain.
Penutup
Matius 5:9 “ Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Alah”. Pembawa damai bukanlah orang yang hidup dalam damai namun orang yang mengusahakan perdamain. Dengan kata lain perdamaina hanya akan tercapai jika setiap manusia berinisiatif dan aktif mengampuni dan diampuni. Mengusahakan perdamaian bukanlah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan gembira Karena ada begitu banyak hambatan dan tantangan dalam mengusahakan perdamaian bahkan bisa sangat menyakitkan secara batin dan fisik.
Untuk melakukan perdamaian, Yesus mengajak murid-muridnya melakukan hal yang tidak terpikirkan yaitu untuk mengasihi musuh; mengampuni. Ini melampaui kapasitas manusia, karena respons alami manusia terhadap tindakan musuh terhadap kita adalah membalas, untuk melenyapkan musuh jika memungkinkan. Melalui renungan ini Tuhan meminta kita untuk mengubah musuh kita menjadi seorang teman, menjadi saudara sesungguhnya dengan mengampuni, dengan memberi diri dan hati kita diubahkan oleh Tuhan. Karena kebahagiaan kita adalah dalam melakukan Firman Tuhan.
Pdt. Erlikasna Purba
GBKP Runggun Denpasar