Minggu 09 September 2018, Khotbah Pengkhotbah 11:9-12:1

Invocatio :

Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya (Amsal 15:20)

Bacaan :

Lukas 15:11-24

Tema :

Nikmatilah Masa Mudamu, Tetapi Ingatlah Penciptamu

Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih kita sering mendengar kata-kata bahwa masa muda adalah masa yang paling indah. Masa yang tidak akan pernah terulang kembali. Masa yang memberikan banyak kesempatan untuk maju tetapi juga merupakan masa transisi sehingga kita harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk kebaikan kehidupan kita selanjutnya. Dan minggu Permata ini mengingatkan kita kembali bagaimanakah seharusnya permata menjalani kehidupan masa mudanya yang juga segera berlalu sehingga masa mudanya.

Isi
Teks khotbah dalam Pengkhotbah 11:9-12:1 merupakan bagian jawaban dari iman praktis tentang pandangan yang mengatakan “hidup itu sia-sia” seperti menjaring angin. Dalam menjalani kehidupan ini manusia selalu diperhadapkan pada banyak pilihan. Jadi pengkhotbah ingin manusia bisa memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya sehingga hidupnya tidak akan menjadi sia-sia, dengan mampunya manusia menentukan pilihan yang tepat.
Ayat 9: Berisi tentang ajakan/anjuran untuk “bersuka” melalui menuruti keinginan hati, pandangan mata, Tapi kemudian dibagian terakhir juga berisi tentang peringatan tentang pengadilan Tuhan. Di satu sisi pengkhotbah memberikan kebebasan tapi disisi lain dia juga mengingatkan manusia tentang pengadilan. Ini menjelaskan bahwa dalam segala hal yang dilakukan oleh manusia tidak akan pernah luput dari pandangan Tuhan. Setidaknya dalam segala hal yang dilakukan tidak dilakukan dengan terburu-buru (5:1-7) baik yang dilakukan oleh mulut ketika makan, minum dan perkataan.

Ayat 10: berisi tentang Larangan agar jangan bersedih karena hidup seperti fajar yang juga akan segera berganti menjadi malam. Jadi jangan isi harimu dengan kesedihan, karena adalam kesedihan kamu tidak akan mampu melakukan dan memikirkan sesuatu dengan baik. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah mampu kembalikan lagi, tetapi kita bisa membuat setiap detik yang akan datang menjadi waktu yang berguna.
Pasal 12 ayat 1: berisi tentang Peringatan dan ajakan untuk tetap mengingat penciptamu (Allah).

Jadi jelas bahwa renungan kita hari ini memberikan kebebasan untuk menjalani hidup dengan bahagia, tetapi tidak melupakan nilai-nilai hidup yang takut akan Tuhan.

Saudara-saudara yang terkasih bacaan kita hari ini (Lukas 15:11-24) menceritakan seorang anak yang salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Kesalahan itu memberikan banyak kerugian dan penderitaan. Dalam keadaan itu dia mengingat bahwa dia masih punya kesempatan untuk memperbaiki kehidupannya yaitu dengan cara kembali ke ayahnya. Dan memang benar bahwa ketika dia mengambil keputusan untuk bangkit dan kembali ke ayahnya dia mendapatkan kesempatan yang baru lagi untuk masa depan yang lebih baik. Ini adalah gambaran bahwa betapa banyak yang akan hilang dari kita ketika manusia salah menentukan jalan hidup kita.

Aplikasinya
Saudara-saudara kita pasti kenal dengan “ Batu Permata”, yang sering dijadikan menjadi perhiasaan. Batu permata terbentuk dari proses geologi yang memiliki harga jual yang tinggi. Tidak ada di semua tempat. Batu permata akan memiliki harga yang tinggi karena memiliki ketahanan, keindahan dan kelangkaan. Sehingga tidak mengherankan sangat diminati oleh banyak orang termasuk kita.

Harapan anak-anak Permata GBKP juga memiliki nilai-nilai ketahanan, keindahan dan kelangkaan. Sehingga PERMATA GBKP memiliki kualitas hidup yang baik.
• Ketahanan dalam menghadapi godaan yang menawarkan kenikmatan sesaat.
• Keindahan dalam sikap, tutur kata dan sapa.
• Kelangkaan dengan berani berbeda dengan orang lain.

Hal itu hanya didapatkan dengan kesetiaan dalam proses perjalanan hidup yang setia pada nilai-nilai “TAKUT AKAN TUHAN”. Dan itulah yang akan menjadi batas dan tolak ukur dalam hidup. Jika itu dimiliki oleh semua Permata GBKP maka hidupnya tidak akan pernah menjadi sia-sia. Dan ingatlah bahwa sikap hidup/pilihan dan keputusan kita hari ini akan mempengaruhi hidup kita selanjutnya.

Masa muda memberi banyak kesempatan yang baik juga menawarkan banyak kesempatan membuat hidup kita kurang baik, jadi hati-hatilah dalam memilih. Seperti invocation kita hari ini “Bijaklah” dan jangan menjadi “bebal”

Seperti syair lagu:
Masa muda sungguh senang, jiwa penuh dengan cita-cita. Dengan api yang tak kunjung padam, selalu membakar dalam kalbu.
Masa mudaku masa yang terindah. Masa Tuhan memanggilku. Masa mudaku masa yang ku kenang. Kutinggalkan semua dosaku..la..la..la..la..la..
Masa muda sungguh senang, kuberikan padaMu ya Tuhan apa yang ada pada diriku kus’rahkan untuk kemuliaanMu.
Nikmatilah masa mudamu, Tetapi tetap ingatah penciptamu.

Pdt. Sri Pinta Br ginting, S.Th
GBKP Runggun Cileungsi

Minggu 02 September 2018, Khotbah Mazmur 133:1-3

Invocatio :

Dan akhirnya hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan,
mengasihi saudara saudara, penyayang dan rendah hati
(1 Petrus 3:8)

Bacaan :

Kolose 3 : 12 – 17 (T)


Tema :

Hidup rukun dan damai

 

I. Pendahuluan
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup di dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia di mana selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukan kondisi yang interdependensi, dimana ada satu kesatuan hidup dalam hubungan intraksi antar individu. Berintraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar memang merupakan sebuah keadaan yang pasti dihadapi oleh manusia.
Dalam interaksi tersebut dibutuhkan hidup rukun dan damai, yang merupakan sebuah kwalitas hidup impian setiap orang. Namun saat ini keadaan seperti itu semakin langka, bahkan cenderung ada tantangan dan rintangan damai dan rukun hilang dari lingkungan sosial masyarakat, keluarga, bahkan lingkungan gereja. Tidak bisa di pungkiri bahwa gaya hidup modern membuat kasih itu, semakin lama semakin dehidrasi.

II. Isi
Dalam nats Masmur 133: 1 – 3 Daud, mengungkapkan situasi keluarga dan bangsanya yang sedang menghadapi ancaman perpecahan.Kerajaannya terancam pecah. Sementara di lingkungan keluarga mulai timbul benih- benih permusuhan. Sebab itu pemasmur sangat merindukan setiap masyarakat dan anggota keluarga dapat memahami dampak besar jika hidup rukun dengan menggambarkan dengan minyak urapan dan embun gunung yang menyegarkan, yaitu :
1. Minyak yang baik.
Minyak yang baik adalah minyak urapan yang mahal, yaitu minyak yang di tuangkan ke atas kepala harun dalam pelantikannya sebagai imam. Minyak yang langka sekaligus mahal. Dengan minyak itu, seorang imam di tahbiskan dan di urapi sekaligus disucikan untuk menjalankan tugas pelayanan. Saat minyak tersebut dituang, maka aroma yang semerbakpun akan tercium di sekelilingnya demikian juga rasanya kalau kita hidup damai dan rukun, kita akan membawa dampak positip yang luar biasa bagi tubuh kita sendiri dan menjadi berkat bagi orang lain. Jadi salah satu cara hidup rukun dan damai adalah hendaklah seia sekata, seperasaan, mengasihi, penyayang dan rendah hati ( band. 1 Pet 3:8 )
2. Embun Gunung Hermon
Puncak gunung Hermon di tutupi oleh salju sepanjang tahun. Sementara daerah – daerah di sekitarnya sangat kering. Oleh karena itu embun dari gunung Hermon tidaklah mungkin mencapai bukit sion yang dibatasi oleh lembah dan kering. Namun di sinilah rahasiannya, yaitu semua dapat terjadi hanya karena Tuhan. Demikian juga dengan kerukunan, kalau Tuhan sudah hadir dalam kehidupan seseorang, maka segala bentuk penghalang terciptannya damai dan rukun dengan orang lain akan mudah di tinggalkan.Sebaliknya setiap orang termotivasi untuk membuka diri untuk menerima dan rindu untuk mengerti dengan orang lain. Konkritnya hidup yang saling menghargai akan tercipta karena semua sama sama menyadari diri sebagai mahluk Tuhan yang memiliki potensi – potensi khusus sekaligus memiliki kebutuhan – kebutuhan khusus pula. Itulah sebabnya paulus berkata“Bertololng – tolonglah kamu menanggung bebanmu “ (galatia 6:2).
Artinya, dalam sebuah komunitas selalu ada yang sanggup memberi pertolongan dan sebaliknya selalu ada pula orang yang membutuhkan pertolongan. Oleh sebab itu gaya hidup individual dan eksklusivisme harus di singkirkan supaya kebahagiaan akibat dari kerukunan tsb dapat dinikmati bersama. Itulah makna kekristenan yang sejati seperti yang Tuhan Yesus firmankan ”…supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu”(Yoh 17:22).

III. Penutup
- Setiap kita mengingat rukun dan damai, semakin kita dapat bersatu dan rukun kepada lebih banyak manusia, semakin indahlah dan semakin di berkatilah hidup kita.
- Lalu, bagaimana kita harus bersikap agar tercipta hidup yang rukun dan damai di dalam kehidupan kita? Nats bacaan kita kolose 3: 12 – 17 , menyatakan bahwa melakukan tindakan kasih terhadap sesama tanpa melihat latar belakang, ras, suku, dan agama. sama seperti Yesus dalam mengasihi dunia ( band Luk 10: 27 – 35 ).
- Binalah kerukunan di dalam hubungan dengan sesama. Bangunlah hubungan dengan dasar kerukunan maka setiap orang akan mudah melaksanakan dan mewujudkannya, maka dari itu marilah kita lebih menghargai sesama kita manusia, terutama meraka yang ada di dekat kita. Yesus sudah menghargai kita dengan menebus kita melalui kematiannya di kayu salib. Amin!!!

Pdt. Neni Triana Sitepu, M.Th
GBKP Runggun Cisalak

Minggu 26 Agustus 2018, Khotbah Filemon 1:1-7 (Minggu Mamre)

Invocatio :

Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan? (Matius7 : 9-10)

Bacaan :

Masmur 128 : 1-6


Tema :

“Tutus Bas Kinitiken, Ertanggung Jawab Bas Kegeluhen”

 

Ketika hidup tidak seperti yang kita harapkan sering kita lebih mengasihani diri sendiri sehingga kita tidak peka lagi dengan sekitar kita. Tetapi berbeda dengan Paulus, sekalipun dia dipenjara namun dia tetap berusaha untuk tetap memiliki hidupnya yang berarti bagi orang lain. Ada dua“sikap” yang dapat kita pelajari dari Paulus dalam teks Filemon1 1:1-7 ini, yakni: Pertama, dia selalu mengingat orang lain. Ada banyak nama yang Paulus sebutkan/daftarkan dalam nas di atas, seperti : Timotius, Filemon, Apfia Arkhipus, dan mereka semua adalah teman sekerja Paulus dalam pemberitaan Injil. Paulus tidak melupakan mereka walaupun sebenarnya hal itu bias terjadi dengan pemenjaraannya. Namun dia tidak membiarkan penjara memutuskan hubungannya dengan orang lain, karena hanya lewat hubungan yang tidak terputus itu hidupnya akan tetap berarti.

Terkadang dalam kehidupan kita sehari-hari sering sekali masalah yang sedang kita hadapi memutuskan hubungan kita dengan orang lain. Melalui teks Filemon ini kita diingatkan kembali bahwa jangan sampai kita membiarkan masalah yang sedang kita hadapi memutuskan hubungan kita dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang terdekat kita. Karena justru lewat orang-orang terdekat kita itulah hidup kita akan tetap berarti. Jangan hanya memikirkan diri dan persoalan/masalah kita, tetapi tetap berilah perhatian kepada orang lain sebab justru berbuat demikian beban kita akan semakin ringan.

Sikap Kedua, dia selalu mengingatakan panggilannya. Sekalipun Paulus ada di dalam penjara bukan berarti panggilannya berhenti. Itulah sebabnya ia menuliskan suratnya ini dengan menguatkan orang-orang lain yang seperjuangan dengan dia agar tetap dalam panggilan itu. Dan kalau kita melihat ayat-ayat selanjutnya, maka kita akan menemukan tujuan dari penulisan surat ini yaitu agar ada penyelesaian masalah di antara Onesimus dengan Filemon. Paulus tetap peduli akan pelayanan kepada orang lain sekalipun dia ada di dalam penjara. Tidak ada waktu bagi dirinya untuk mengasihani diri sendiri dengan melupakan pelayanannya. Hal ini terjadi Karena Paulus ingin supaya hidupnya tetap berarti bagi orang lain tidak peduli apapun yang terjadi. Jangan pernah berhenti melayani Tuhan apapun kondisi hidup yang sedang kita alami saat/hari ini. Mungkin kondisi kita sedang susah/terpuruk, tetapi itu tidak menjadi alas an untuk berhenti melayani. Justru sebaliknya kesusahan itu adalah kesempatan untuk melayani Tuhan.
Jika kita tarik/bandingkan di kehidupan ehari-hari kita sebagai orang Kristen jaman sekarang, yang pada umumnya orangnya tidak terbelenggu, tetapi Firman Allah di dalam mereka terbelenggu! Gampang sekali melakukan pelayanan/hadir di PJJ, PA Mamre, PA Moria, Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR),kalau sikonnya enak (situasi dan kondisi), misalnya kita sehat, ekonomi kita baik, tempatnya enak, dan sebagainya. Tetapi bagaimana kalau semuanya tidak enak, kita sakit-sakitan, ekonomi kacau, keluarga kacau, pekerjaan kacau, dsb? Maukah tetap melayani/memujiTuhan?

Juga dalam suatu aktivitas/kegiatan di gereja, mungkin kita akan bersemangat dalam pelayanan kalau gerejanya besar, teman Kristen banyak, keluarga dekat kita banyak bergereja di tempat tersebut, gerejanya banya kuang, pendukungnya banyak, tempatnya enak, peralatannya lengkap, pakai AC, dan sebagainya. Bagaimana kalau gerejanya serba pas-pas-an, tidak ada donatur, tempatnya seadanya, dsb? Mungkin hal ini adalah kondisi yang buruk, tetapi jelas jauh tidak seburuk kondisi Paulus pada saat itu (dalam teks Filemon 1:1-7). Dia tetap mau melayani dalam kondisi sedang dipenjara, bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen? Maukah tetap memuji/melayani/ikut hadir dan mendukung dalam pelayanan/kegiatan-kegiatan gereja kita dengan sungguh-sungguh?

Pdt. Abel Sembiring
GBKP Runggun Tambun

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD