Minggu 05 Agustus 2018, Khotbah : I Raja-raja 7:40-51

Invocatio :

“Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” (1 Korintus3 : 17)

Bacaan :

2 Tawarikh 7 : 11 – 22 (Tunggal)

Tema : “

Yang memuliakan Rumah Tuhan, akan dimuliakan Tuhan”
(Si Mpehaga Rumah Pertoton, Ipehaga Tuhan Ka Me Kap Ia)

 

1. KATA PENGANTAR
Setelah Israel dalam keadaan aman dan tentram, Allah membuat perjanjian dengan Daud bahwa salah satu keturunannya –bukan Daud – yang akan mendirikan Bait Suci.
Dalam 2 Tawarikh 22:6-10, Daud berkata kepada Salomo, bahwa dia bermaksud hendak mendirikan rumah bagi nama TUHAN, tetapi TUHAN tidak mengijinkannya, karena sudah sangat banyak darah yang ditumpahkannya dan sudah banyak peperangan besar yang dilakukannya. Seorang anak lelaki yang lahir bagi Daud, yang bernama Salomo, dimana sejahtera dan sentosa akan diberikan TUHAN atas Israel pada zamannya, dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama TUHAN.
Apa yang dinyatakan TUHAN kepada Daud dan dikatakan oleh Daud kepada Salomo, dilaksanakan oleh Salomo. Pada tahun 480 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN. (1 Raja-raja 6:1)

2. ISI
1 Raja-raja 7:40-51, merupakan bagian mengisi perlengkapan Bait Suci, baik yang terbuat dari tembaga (ay.40-47) maupun yang terbuat dari emas (ay.48-50).

Hiram, seorang tukang tembaga yang penuh dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan akan pekerjaan tembaga (1 Raja-raja 7:14), membuat segala perlengkapan Bait Suci yang terbuat dari tembaga. Adapun perlengkapan yang terbuat dari tembaga adalah :
• Dua tiang dengan dua bulatan ganja yang di kepala tiang itu. Tiang ini bukanlah penopang bangunan, tetapi tiang yang berdiri sendiri. Pada masa itu, tiang semacam ini terdapat di pintu masuk kuil.
• Jala-jala yang menutup kedua bulatan ganja. Jala-jala ini semacam kawat berpilin, semacam untaian rantai-rantai (ay.17).
• 400 buah delima. Di zaman kuno, buah delima yang berwarna merah terang merupakan symbol kehidupan.
• Kesepuluh kereta penopang dan kesepuluh bejana pembasuhan yang di atas kereta itu.
• “Laut” yang satu itu dan kedua belas lembu yang di bawah “laut” itu. Yang disebut“laut”adalah bejana besar berisi air yang mungkin digunakan para imam dalam upacara pembasuhan (2 Taw.4:6). Laut ini mungkin melambangkan pemisahan air yang menutupi bumi, untuk menjadikan langit, darat, dan laut dalam kisah penciptaan (Kej.1:6-10). Simbolisme bejana besar ini diduga berasal dari mitos penciptaan di Mesopotamia kuno, yang menggambarkan pertempuran antara dewa dengan monster laut : Chaos. Orang Ibrani kemudian memakai kisah kuno ini untuk menggambarkan pertarungan Allah melawan yang jahat.
• Kuali-kuali, penyodok-penyodok dan bokor-bokor penyiraman.

Adapun perlengkapan yang terbuat dari tembaga adalah :
• Mezbah emas dan meja emas tempat menaruh roti sajian.
Roti sajian dipersembahkan kepada TUHAN dan merupakan symbol kehadiran TUHAN di Bait Suci. Roti ini diletakkan di sebuah meja khusus dan diganti setiap minggu (Im.24:5-9).
• Kandil-kandil, kembang-kembang, lampu-lampu dan sepit-sepit
Setiap kandil terdiri atas satu batang bagian tengah dengan tiga cabang disetiap sisi. Disetiap ujung kandil itu dicantelkan semacam cawan penadah lampu (Kel.25:31-40). Cahaya dari lampu kandil itu melambangkan kemuliaan Allah (Kel.29:43).
Sepit dipakai untuk memadamkan lampu dengan cara menutupi nyalanya atau memotong sumbunya. Lih. Kel.25:31-40.
• Pasu-pasu, pisau-pisau, bokor-bokor penyiraman, cawan-cawan dan perbaraan-perbaraan dan engsel-engsel pintu.
Bokor penyiraman dipergunakan untuk mempersiapkan kurban hewan.
Perbaraan adalah semacam panic besi untuk membakar kemenyan, membawa bara panas, dan membersihkan abu setelah upacara pengurbanan.

Demikianlah Salomo menyelesaikan pembangunan Bait Suci dengan segala perlengkapannya, dengan penuh kesungguhan dan ketelitian.S alomo juga memasukkan barang-barang kudus Daud, ayahnya, dan menaruh perak, emas dan barang-barang itu dalam perbendaharaan rumah TUHAN.
Lebih kurang tujuh tahun waktu yang dibutuhkan Salomo membangun Bait Suci, dalam tahun yang kesebelas pemerintahanya, dalam bulan Bul, yaitu bulan kedelapan (1 Raja-raja 6:38), sekitar tahun 960SM.

Dalam bahan bacaan : 2 Tawarikh 7:11-22, TUHAN berfirman kepada Salomo, bahwa TUHAN berkenan atas Bait Suci yang dibangunnya atas nama TUHAN. Mata TUHAN terbuka dan telinga-Nya menaruh perhatian kepada doa dari Bait Suci yang dibangun Salomo. TUHAN menguduskan Bait Suci yang dibangun Salomo sehingga TUHAN berkenan hadir di situ.

Namun TUHAN memperingatkan Salomo agar tetaphidup di jalan TUHAN, mengikuti setiap ketetapan dan peraturan TUHAN. Bila Salomo tidak mengikuti ketetapan dan peraturan TUHAN, maka TUHAN akan meninggalkan Salomo dan membuang dari hadapan-Nya, Bait Suci yang telah dikuduskan TUHAN bagi-Nya (2 Taw. 7:19-22)

Pada perjalanan kehidupannya, Salomo tidak setia kepada TUHAN. Ia berbalik dan meninggalkan segala ketetapan dan perintah TUHAN yang telah diberikan TUHAN kepadanya, dan pergi beribadah kepada Allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Akibatnya, Bait Suci yang dibangun oleh Salomo dengan penuh kesungguhan dan ketelitian selama 7 tahun, dihancurkan oleh Nebukadnezar, Raja Babel dan orang Israel/Yehuda dibuang ke Babel selama 70 tahun (2 Raja-raja 25).

3. APLIKASI
Bait Allah umat Israel adalah lambing kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya Israel. Demikian juga halnya dengan Gereja dalam kehidupan kita sekarang ini. Gereja merupakan lambing kehadiran cinta-kasih Tuhan bagi jemaat-Nya dan bagi masyarakat sekitar.Untuk itu, tentu kita sebagai jemaat, harus memperhatikan :
1. Diri dan kehidup kita yang adalah Gereja itu sendiri agar menjaga kekudusan dan menyatakan kasih Tuhan. Seperti dalam invocation dikatakan, bahwa bait Allah itu adalah diri setiap anak Tuhan.
(bnd. 1 Korintus 3:16-17; 6:19-20). Mari kita bercermin dari kehidupan Salomo yang tidak menjaga kesetiannya kepada Tuhan.
2. Berkaitan dengan Minggu, tanggal 05 Agustus 2018, yang oleh GBKP merupakan minggu perawatan inventaris Gereja, marilah kita menjaga keberadaan gedung Gereja berikut perbendaharaannya atau peralatanna dan juga lingkungan Gereja, sehingga membawa keindahan dan keteduhan bagi setiap orang yang dating dan beribadah. Keindahan, kebersihan dan keteduhan Gereja merupakan salah satu wujud kasih dan pengagungan kita kita kepada Tuhan kita yang Agung dan penuh kasih.

Pdt. Asnila Br Tarigan
GBKP Rg.Cijantung

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD