Khotbah Minggu 08 Oktober 2017
Invocatio:
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Efesus 4: 11)
Bacaan: II Raja-Raja 4: 1-13
Khotbah: Lukas 8: 1-3
Thema: Menopang Pelayanan Hamba Tuhan
Perbuatan-perbuatan ajaib Elisa yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 4: 1-13 menyajikan kebenaran-kebenaran rohani dalam tindakan yang dramatis. Kisah janda dengan dua orang anaknya menyatakan bahwa Allah memperdulikan umat-Nya yang setia yang ada dalam kesulitan dan memerlukan pertolongan. Janda dan kedua anaknya itu mewakili umat Allah yang ditinggalkan dan ditindas. Dalam PL dan PB belas kasihan dan perhatian kepada mereka yang berkekurangan adalah tanda-tanda iman sejati kepada Allah dan kesalehan yang benar (Kel. 22: 22-24; Ul. 10: 18; 14: 29; Ayub 29: 12; Yak. 1: 27).
Pelayanan Elisa sebagai nabi dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak ada kebutuhan baik pribadi maupun nasional yang tidak bisa dipenuhi Allah bahwa segala yang terjadi ada ditangan-Nya dan bahwa Dia memperhatikan umat-Nya. Elisa dalam bahan bacaan ini bisa dikatakan sebagai Hamba Tuhan milik semua orang. Tidak mudah bagi seseorang juga Elisa untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil. Nama Elisa semakin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin daei kelompok para nabi ini (ay. 1). Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini. Kedua, ia tidak sekedar memberi pertolongan tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu. Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya. Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekedar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik.
Elisa yang dalam pelayanannya banyak berhadapan dengan orang-orang kecil dan masyarakat biasa, memberikan teladan yang baik tentang sebuah pelayanan yang mengentaskan. Ketika seorang janda yang anak-anaknya harus dijual sebagai budak untuk membayar hutang-hutangnya datang minta pertolongan kepadanya, maka Elisa menyambut dengan penuh empati dan peduli, menyatakan siap membantunya. Namun, sang janda harus bekerja bersama anak-anaknya meminjam buli-buli sebanyak-banyaknya, menuangkan minyak ke dalamnya dan kemudian dijual. Dari hasil usaha, yang dibantu oleh mujizat Allah, sang janda berhasil membayar hutang dan mempunyai uang untuk hidup selanjutnya. Artinya, hidupnya tidak lagi bergantung pada bantuang orang lain.
Apa yang dialami sang janda itu dan juga Elisa bisa juga disejajarkan dengan apa yang dialami oleh Daud ketika ia dalam masa pelarian dikejar-kejar oleh Saul mertuanya. Daud sedang bersembunyi di Gua Adulam. Ia akan dibunuh oleh Raja Saul. Itu gara-gara Daud terlalu populer. Daud adalah seorang perwira muda yang memang populer. Ia cakap memimpin pasukan. Ia juara memanah. Ia juga digemari orang karena cakap berpantun dan main kecapi. Begitu populernya Daud sehingga putra mahkota Raja Saul, Yonatana sangat memuja Daud. Semua itu menyebabkan Raja Saul mengiri dan membenci Daud. Kebencian itu terus memuncak. Berkali-kali Raja Saul berniat membunuh Daud. Akibatnya, Daud melarikan diri dan bersembunyi di gua-gua. Di tengah kesepian dan tekanan batin itu Daud membutuhkan penghiburan dan dorongan semangat. Apakah Tuhan mendengarkan jeritan hati Daud? Apakah Tuhan mengirim orang-orang yang dapat menghibur Daud? Memang Tuhan mengirim dua gelombang orang ke tempat persembunyian Daud menurut 1 Samuel 22: 1-2. Namun, siapa mereka dan apakah mereka datang untuk menghibur Daud? Gelombang pertama adalah sanak saudara Daud. Mereka bergabung dengan Daud sebab mereka juga sedang dikejar oleh Raja Saul. Mereka mau ikut bersembunyi dengan daud. Gelombang kedua adalah “setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati”. Mereka datang untuk meminta pertolongan Daud. Jadi, orang-orang ini datang kepada Daud bukan untuk menghibur dan mendorong semangat Daud, melainkan sebaliknya yaitu untuk minta penghiburan dan dorongan dari Daud. Mereka datang bukan untuk memberi pertolongan, melainkan untuk meminta pertolongan. Bayangkan reaksi Daud ketika melihat orang-orang ini datang. Apalagi jumlah mereka cukup banyak, yaitu 400 orang. Mungkin Daud berpikir, “Lho, saya sendiri sedang kesusahan. Mengapa Tuhan malah mengirim orang-orang yang juga kesusahan? Mereka malah akan menyusahkan aku”. Ternyata itulah justru cara Tuhan menolong Daud. Tuhan menghibur Daud dengan cara memberikan kesempatan pada Daud untuk menghibur orang lain. Tuhan mendorong semangat Daud dengan menyuruh daud mendorong semangat orang lain. Dengan begitu, Tuhan memakai terapi yang membuak objek berubah fungsi menjadi subjek. Sebagai hasil terapi ini, Daud yang semula meratapi diri sendiri tersentak menghadapi orang-orang yang memerlukan pertolongannya. Lalu Daud bersibuk menolong mereka dan menjalankan peran kepemimpinan atas mereka.
Tiap orang sekali waktu memang perlu berada di pihak penerima: menerima dorongan semangat, menerima penghiburan atau menerima pertolongan. Namun, jika kita terlalu lama berada dalam situasi ini maka kita bisa jatuh dalam sikap “mengasihani diri”. Orang yang mengasihani diri sendiri biasanya membesar-besarkan penderitaan dan kemalangannya, sehingga akibatnya ia merasa sangat iba pada diri sendiri, yaitu kemalangan dirinya. Lalu ia kecewa bahwa orang lain tidak mengasihani dia. Akibatnya ia makin merasa kasihan pada dirinya. Lingkaran setan ini bisa menjadikannya sangat egosentris. Di hadapan Tuhan pun orang yang mengasihani dirinya sendiri dapat menjadi egosentris. Yang menjadi pusat doa adalah kemalangan dirinya. Apa Tuhan mendengar doa itu? Ya. Namun, bentuk pertolongan Tuhan belum tentu sesuai dengan apa yang diminta dalam doa. Daud meminta agar Tuhan mengirim orang-orang yang menghibur dia. Tuhan mendengar doa itu tetapi dengan cara yang sebaliknya, yaitu Tuhan mengirim orang yang meminta penghiburan dari Daud. Ternyata justru dengan menghibur orang lain, Daud menjadi terhibur.
Apa yang senantiasa Kristus kerjakan sepanjang hidup-Nya yaitu memberitakan Injil tanpa kenal lelah dan berbuat kebaikan di mana-mana. Dia seorang pengkhotbah yang berpindah-pindah tempat. Ia tidak membatasi diri pada satu tempat saja, melainkan memancarkan berkas-berkas cahaya-Nya. Ia pergi berkeliling mencari tempat baru yang paling mungkin menerima khotbah-Nya. Ia berjalan berkeliling dari kota ke kota, supaya tidak ada yang bisa mengeluh tidak diperhatikan. Dengan demikian Ia memberikan teladan kepada murid-murid-Nya, supaya mereka juga pergi mengunjungi bangsa-bangsa melintasi bumi seperti yang dilakukan-Nya di kota-kota di tanah Israel. Ia bahkan tidak menetap di kota-kota besar melainkan masuk ke desa, di antara penduduk desa yang sederhana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di pedusunan.
Dari mana Yesus memperoleh dukungan untuk keperluan hidup: Ia hidup dari kebaikan hati sahabat-sahabat-Nya. Ada beberapa orang perempuan, yang dengan teratur mengikuti pelayanan-Nya, yang melayani-Nya dengan kekayaan mereka. Beberapa dari mereka disebut namanya, tetapi masih ada lagi banyak perempuan lain, yang menerima pengajaran Kristus dengan tekun, dan menganggap diri mereka pantas menyokong pemberitaan ajaran-Nya itu karena mereka telah merasakan manfaatnya dan mereka mau beramal dengan harapan banyak orang akan menerima manfaat yang sama juga. Kebanyakan dari mereka pernah disembuhkan oleh Kristus dan mereka merupakan bukti dari kuasa dan rahmat-Nya. Mereka telah disembuhkan oleh-Nya dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit. Beberapa dari mereka pernah terganggu pikiran mereka. Ada yang depresi dan ada pula yang mengalami gangguan kesehatan jasmani dan Ia menyembuhkan mereka semua dengan kuasa-Nya yang ajaib. Dia adalah penyembuh tubuh maupun jiwa dan mereka yang telah disembuhkan oleh-Nya layak melakukan apa saja yang bisa mereka persembahkan kepada-Nya. Kita harus peduli untuk mengikuti-Nya supaya setiap saat kita bisa datang kepada-Nya untuk minta tolong saat tergelincir. Kita juga terikat dalam rasa syukur untuk melayani Dia serta Injil-Nya, karena Dia telah menyelamatkan kita melalui Injil-Nya.
Banyak dari antara mereka yang melayani rombongan Kristus dengan kekayaan mereka. Ini merupakan contoh keadaan berkekurangan yang rela dijalani Juruselamat kita sehingga Ia memerlukan bantuan, dan juga contoh kerendahan hati dan sikap merendahkan diri yang besar sehingga Ia mau menerimanya. Walaupun sebenarnya kaya, namun demi kita Ia rela menjadi miskin dan hidup dari sedekah. Janganlah orang merasa malu untuk meminta kebaikan hati dari sesamanya ketika Allah membawanya ke dalam kesukaran, tetapi biarlah ia meminta dan bersyukur ketika menerimanya sebagai sebuah kemurahan hati. Kristus lebih suka berutang budi kepada sahabat-sahabat-Nya yang sudah dikenali-Nya dan murid-murid-Nya daripada menjadi beban bagi orang-orang yang tidak dikenal-Nya di kota-kota dan desa-desa yang dikunjungi-Nya ketika berkhotbah. Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang diajar dalam firman Tuhan untuk berbagi dengan mereka yang mengajarkan banyak hal yang baik kepada mereka. Mereka yang memberi dengan murah hati dan penuh sukacita, menghormati Tuhan dengan kekayaan mereka dan membawa berkat ke atas kekayaan mereka itu.
Melalui khotbah kita minggu ini dengan Thema “Menopang Pelayanan Hamba Tuhan”. Semua kita diharapkan untuk mengambil bagian dalam mendukung pelayanan yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Karena kita semua meyakini bahwa apapun pekerjaan yang kita kerjakan semua itu semata-mata untuk melayani Tuhan. Baik itu sebagai Pendeta, Pertua, Diaken, Nora, Naras, dll. Tentu kita menyadari bahwa semua itu perlu dukungan baik moril ataupun materil. Kita harus saling mendoakan. Saling menolong. Saling melengkapi. Melalui pengalaman seorang janda yang dilayani oleh Elisa, di situ bisa dilihat bahwa dalam memberikan penghiburan ataupun dukungan, maka sebenarnya kita pun dihibur dan didukung yang sama sekali tidak kita sadari kalau tidak dilanjutkan sampai ke 2 Raja-Raja 4: 8-13. Tuhan pasti memperhitungkan sesaknya batin kita dalam pelayanan yang penuh dengan tantangan. Kita adalah satu keluarga dalam keluarga Tuhan untuk memberitakan Injil, maka kita perlu saling menopang, baik jemaat atau pejabat gereja karena kita semua adalah pelayan Tuhan dalam bentuk yang berbeda. Terkadang kita mengeluh seperti merasa beban pelayanan kita yang paling berat. Namun jika kita melihat apa yang dialami Daud di atas, justru Allah menguatkan Daud dengan memberikan orang yang terguncang hidupnya untuk dihibur oleh Daud, padahal Daud juga sedang tertekan. Agar mereka bisa saling mendukung untuk kehidupan yang lebih kuat. Apapun itu harus jadi perenungan bagi kita semua bahwa dibalik setiap Hamba-Hamba Tuhan yang melayani dengan tulus di gereja kita, ada iblis yang mengharapkan kejatuhannya, jika kita sering mengkritiknya seharusnya 2 kali lipat kita harus lebih sering mendoakannya. Mari terus saling mendukung dan saling menopang untuk pekerjaan Tuhan yang kita kerjakan di kebun anggurnya Tuhan.
Bahan khotbah ini ditutup dengan satu cerita/ilutrasi yang hendaknya jadi perenungan kita bersama. Salah satu tugas yang paling susah yang harus ditangani oleh gereja adalah memilih pendeta yang baik.
Seorang anggota SDM Gereja setelah melewati proses yang panjang dan melelahkan dalam menentukan calon pendeta gerejanya akhirnya kehilangan kesabaran karena satu demi satu pemohon yang memasukkan lamaran ditolak oleh Biro SDM yang bertanggungjawab. Akhirnya anggota ini berdiri dan membacakan sepucuk surat yang katanya dari seorang pemohon:
Yth. Bapak-bapak,
Saya mendapat tahu ada lowongan di gereja Anda. Saya mau melamar untuk posisi itu. Saya mempunyai banyak pengalaman dan cukup layak untuk menjadi seorang pelayan Tuhan. Saya seorang pengkhotbah yang sukses dan juga seorang penulis yang sukses. Ada juga orang yang berkata bahwa saya seorang pengurus yang baik. Selama ini saya telah menjadi seorang pemimpin di tempat-tempat yang saya layani.
Usia saya lebih dari 50 tahun dan saya tidak pernah melayani di suatu tempat lebih dari tiga tahun. Di beberapa tempat saya harus meninggalkan kota itu karena pelayanan saya mengakibatkan kekacauan dan menganggu kesejahteraan orang lain. Saya juga harus mengakui bahwa saya pernah dipenjarakan tiga atau empat kali, tetapi yang jelas penangkapan saya itu bukan karena kesalahan saya.
Kesehatan saya juga kurang bagus, namun saya tetap dapat mengerjakan banyak hal. Gereja-gereja yang pernah saya layani semuanya kecil-kecil walaupun letaknya di beberapa kota yang besar
Hubungan saya dengan pemimpin keagamaan di kota-kota tempat saya melayani tidaklah begitu bagus. Pada kenyataanya, beberapa pernah mengancam saya dan bahkan menyerang saya secara fisik. Saya tidak begitu bagus dalam menyimpan catatan. Saya bahkan sudah lupa siapa yang pernah saya baptis.
Bagaimanapun jika Saudara mau memakai saya, saya berjanji untuk melakukan yang terbaik.
Sekian.
Selesai membaca surat itu, anggota SDM itu berpaling kepada anggota yang lain dan bertanya, "Bagaimana menurut Bapak-bapak?" Apakah kita menerima orang ini saja?"
Anggota-anggota yang lain semuanya kaget!! Mempertimbangkan orang yang sakit-sakitan, pencetus masalah kemana dia pergi, mempunyai ingatan yang kurang bagus dan yang lebih parah lagi mantan narapidana!! Gila!! Siapa dia yang begitu berani melamar kesini dengan latarbelakang yang begitu buruk??
Anggota SDM yang membacakan surat khayalan itu memandang mereka semua dan berkata," Surat ini ditandatangani oleh Rasul Paulus!"
Dibata natap seh kupusuh, manusia natap terjeng rupa...
Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th