Khotbah Minggu 02 Juli 2017

KHOTBAH MINGGU 02 Juli 2017 (MINGGU III SETELAH TRINITATIS/MINGGU PESTA PANEN) Invocatio : “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6) Bacaan : Ulangan 16:13-15 Khotbah : 2 Korintus 9:11-15 Tema : “Persembahkanlah Hasil Panenmu!” I. PENDAHULUAN Ada sebuah tradisi tidak tertulis bahwa ketika kita harus mentraktir orang yang dekat dengan kita ketika kita memperoleh gaji pertama. Banyak yang memberikannya kepada orang tua mereka sebagai tanda terima kasih atau kepada orang-orang yang dianggapnya ‘berjasa’ dalam hidupnya. Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, orang biasa mempersembahkan atau memberikan hasil pertama dari penghasilan mereka kepada orang-orang tertentu dan kepada yang dianggap sesuatu adikodrati/ilahi. Di jawa misalnya, orang yang bercocok tanam dengan menanam padi akan memberikan sebagian padinya kepada dewi sri atau dewi padi. Nelayan yang menangkap ikan misalnya akan membuang ke laut sebagian hasil tangkapannya sebagai tanda syukurnya kepada ‘laut’. Intinya orang memberikan kembali sebagian dari yang mereka terima sebagai ucapan syukur mereka. Tradisi ini juga berlaku bagi “umat Israel”, hanya saja mereka memberikannya sebagai persembahan kepada Allah yang hidup, bukan kepada dewa-dewa tanah atau laut. Dan persembahan itu juga sebagai lambang keadilan sosial bagi umat Allah, dalam mereka berbagi atas berkat-berkat Tuhan. II. PENDALAMAN NAS Dalam Ul. 16:13-15 dikatakan tentang Hari Raya Pondok Daun. Dalam bahasa Ibrani Khag hasukkot (Im. 23:24; Ul. 16:13) atau khag ha’asif (Kel. 23:16; 34:22). Salah satu dari tiga pesta besar Yahudi, yang dirayakan dari tanggal 15-22 bulan ke-7. Inilah akhir tahun ketika panen dituai, dan merupakan salah satu dari pesta ketika setiap laki-laki harus muncul di hadapan Tuhan (Kel. 23:14-17; 34:23; Ul. 26:16). Pesta itu sangat meriah (Ul. 16:14). Nama “hari raya Pondok Daun” berasal dari kebiasaan bahwa setiap orang Israel harus diam di pondok yang dibuat dari cabang dan daun selama 7 hari pesta itu (Im. 23:42). Selama 7 hari pesta itu korban-korban dipersembahkan. Pada hari pertama 13 lembu jantan dan binatang-binatang lain, setiap hari jumlahnya dikurangi sampai pada hari ke tujuh maka 7 ekor lembu jantan dikorbankan. Pada hari ke-8 diadakan perkumpulan khidmat, yang dipersembahkan seekor lembu jantan, seekor kambing jantan dan 7 ekor anak domba (Bil. 29:36). Yoh. 7:37 menyebut hari ini ‘puncak perayaan itu’. Pesta ini yang ditetapkan pleh Allah tidak pernah terlupakan. Diadakan pada waktu Salomo (2 Taw. 8:13), Hizkia (2 Taw. 31:3; bnd. Ul. 16:16) dan sesudah pembuangan (Ezr. 3:4; Zak. 14:5, 18-19). Pesta ini mengingatkan orang Israel akan keluaran dari Mesir dan pengembaraan Israel di padang gurun pada saat mereka tinggal di pondok (Im. 23:43). Tapi ini tidak merupakan bukti bahwa suatu pesta berlatar belakang agraris telah diubah menjadi pesta yang bersifat historis. Malah, pesta ini menunjukkan bahwa kehidupan Israel didasarkan pada penebusan yang pada akarnya berarti pengampunan dosa. 2 Korintus 9:11-15, dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus bagian kedua ini, khusus pasal 9 ditekankan mengenai pengumpulan uang untuk membantu jemaat Yerusalem. Paulus memakai ilustrasi menganai pertanian, dimana seorang petani yang menabur benih, akan kehilangan benih itu dari tangannya ketika dia menaburkannya. Namun benih itu tidak hilang begitu saja, karena ada harapan bahwa benih itu akan memberikan hasil yang berlipat ganda kemudian hari. Jika si petani ingin terus menggenggam benih itu maka ia hanya akan memanen sedikit hasil. Sementara petani yang melepaskan lebih banyak benih akan menghasilkan panen lebih banyak pula. Korintus adalah kota besar, titik temu jalan perdagangan darat utara selatan di propinsi Akhaya. Lagipula Korintus adalah kota pelabuhan dimana semua penduduknya dalam keadaan makmur. Di Korintus hanya ada 200.000 penduduk, tetapi disana juga ada 600.000 tenaga kerja (pembantu, buruh dan budak). Kalau dibandingkan rasionya yaitu 1:3, untuk satu orang Korintus tersedia tiga orang pelayan atau tenaga kerja. Orang Korintus memang makmur tetapi mereka kurang suka memberi bantuan mereka kepada gereja di Yerusalem dan mereka tidak perhatian tentang gereja lain. Mereka hanya sibuk dengan urusan sendiri atau gereja lokalnya saja, mereka sibuk tentang persoalan rebutan kedudukan pemimpin, apakah dari golongan Paulus, Apolos atau golongan Kefas. Yang mereka persoalkan lainnya adalah mengenai makanan sembahyang, persoalan tutup kepala perempuan dalam ibadah, persoalan bahasa lidah, dan lainnya. Kalau urusan ‘memberi’ atau menyokong gereja lainnya seolah-olah mereka tidak perduli dan acuh. Sudah sekian lama jemaat Korintus memberi bantuan kepada jemaat di Yerusalem, tapi upaya itu tetap tidak dirampungkan (bd. 2 Kor. 8:10-11), karena itu Paulus memberi pengandaian sekaligus penekanan lewat kalimat, “orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga”. Bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituai (bd. Amsal 11:24-29; 19:17), bukan cuma persoalan menabur dan menuai secara materi/jasmani, tapi termasuk juga tuaian rohani (Gal. 6:7-10). Disini ditekankan tentang adanya sebab-akibat dari apa yang diperbuat umatNya. Dengan demikian setiap orang sepatutnya tetap mengawasi, mengontrol tingkah laku dan perbuatan diri sendiri. Mawas diri dan mewaspadai setiap apa yang diperbuat (yang ditabur), termasuk dalam praktek ‘memberi’. Selanjutnya Paulus menegaskan untuk “memberi dengan sukacita, bukan karena paksaan, bukan karena sebuah keharusan atau sebuah peraturan. Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita serta mencukupkan, menyediakan, dan melipatgandakan apa yang perlu, baik materi maupun rohani dalam pelbagai kebajikan (bd. Filipi 4:19). Memberi adalah wujud pelayanan kasih dan itu bukan hanya mencukupi keperluan jasmani orang lain. Tapi juga sebagai wujud syukur kepada Allah yang adalah karunia ilahi yang mengilhami segala perbuatan. Dengan memberi orang lain pun akan merasa terberkati dan dengan perbuatan ‘memberi dengan sukacita’, maka orang lain pun semakin kuat dalam keyakinan-keyakinan pengakuan percaya kepada Yesus Kristus. Ini berarti bahwa perbuatan “memberi”, kita akan menjadi kesaksian yang hidup bagi orang lain (bd. 2 Kor. 9:13). Pemberian yang terbaik bagi pelayanan dan pembangunan jemaat adalah pemberian yang dilandasi keterbukaan dan tanpa paksaan. Tuhan tidak melihat besar kecilnya persembahan, melainkan motivasi dan ketulusan hati kita dalam memberi. Jangan pernah hitung-hitungan dengan Tuhan, apalagi menahan berkat yang seharusnya kita salurkan kepada yang berhak dan yang membutuhkannya. Ketika kita memberi dengan kasih maka kita akan memperoleh kelimpahan anugerah dari Allah. III. APLIKASI Ada beberapa hal yang menjadi pusat perhatian kita dalam memberi persembahan dalam rangka ucapan syukur karena berkat Allah, baik oleh karena rejeki dalam pekerjaan, usaha, bisnis maupun dengan jalan lainnya yang kesemuanya itu kita katakan dengan “hasil panen”. Yang pertama adalah sikap kita dalam memberi. Dalam Ul. 16:14 dikatakan “haruslah engkau bersukacita pada hari rayamu itu”. Tuhan meminta kita untuk bersukacita dalam memberikan yang terbaik bagi Allah. Ini bukanlah kewajiban yang mendukakan, melainkan sebuah kesempatan untuk memberi dan bergembira. Bayangkan ketika kita baru saja menerima gaji (apalagi gaji pertama), maka kita pasti sangat berbahagia dan sukacita dan karena sukacitanya mentraktir ‘orang-orang terdekat’ juga kita sangat berbahagia. Perasaan ini jugalah yang harus ada pada kita ketika kita memberi persembahan kita kepada Tuhan. Yang kedua, hal penting yang harus kita perhatikan dalam hal memberi adalah kita diminta untuk memperhatikan yang lain. Kita juga harus membantu orang lain untuk bersukacita. Ada faktor kebersamaan, dalam hari raya pondok daun/pesta panen diingatkan kita harus bersukacita bersama dengan hamba laki-laki, hamba perempuan, orang Lewi, orang asing, anak yatim piatu dan janda yang ada di sekitar kita. Artinya, ketika kita bersukacita atas segala yang Tuhan berikan kepada kita, kita juga membagikannya kepada orang lain dan “Yerusalem-Yerusalem” yang membutuhkan dimanapun mereka berada. Irenaeus, seorang Bapa gereja berkata, “the jews were constrained to a regular payment of tithes; christians, who have liberty, assign all their possessions to the Lord, bestowing freely not the lesser portions of their property, since they have the hope of greater things”, yang berarti orang Yahudi diatur oleh Tuhan memberi pembayaran perpuluhan secara reguler; orang Kristen diberi kebebasan menyerahkan apa yang ada dari milik mereka kepada Tuhannya, tetapi memberi dengan kebebasan ini tidak berarti bahwa kita memberi kurang daripada apa yang diaturkan, sebab kita memiliki pengharapan yang lebih besar di sana. Untuk itu mari kita memberikan persembahan syukur kita bukan dengan terpaksa apalagi merasa rugi karena persembahan kita adalah buah dari berkat yang telah terlebih dulu kita terima dari Tuhan dan persembahan itu akan menjadi berkat yang melimpah apabila “ditaburkan” dengan cara yang baik. Pdt.Irwanta Brahmana,S.Th GBKP Surabaya

Khotbah Minggu 25 Juni 2017

KHOTBAH MINGGU 25 JUNI 2017 Invocatio : “Tangan yang lamban membuat miskin,tapi tangan orang rajin menjadikan kaya” (Amsal 10:4). Bacaan : Kolose 3:22-25 Khotbah : Kejadian 1:28-29 Tema : Bekerja adalah perintah Tuhan A.Pendahuluan Banyak orang merasa bahwa pekerjaan yang mereka tekuni sekarang adalah terasa berat dan membosankan sehingga bekerja tidak lagi menjadi sukacita dalam hidup mereka. Keadaan ini membuat manusia menjadi lelah dan tertekan karena tuntutan dari pekerjaan di lakukan. Mengapa kita harus bekerja? Apa yang menjadi latar belakang atau alasan kita bekerja? Memahami alasan serta latar belakang kita bekerja sangat penting untuk membantu kita melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin serta menentukan prioritas, sasaran serta tujuan yang ingin kita capai melalui pekerjaan tersebut. Dengan pemahaman yang benar tentang bekerja akan memotivasi kita terutama pada masa-masa dimana bekerja adalah melelahkan, membosankan ataupun saat-saat dimana bekerja itu sesuatu yang dipaksakan atau suatu keharusan. Kalau bekerja dihubungkan dengan Alkitab, maka akan kita temukan bahwa manusia dirancang Allah sebagai mahluk yang bekerja. Dengan kata lain bekerja adalah perintah Allah sejak manusia pertama diciptkan. Menurut Alkitab Allah yang menciptakan manusia yang segambar dengan diriNya adalah Allah yang bekerja Kej.1:28-29; Ul 5:13 adalah perintah untuk bekerja. B.Pendalaman Teks 1.Kolose 3:22-25 Dalam kolose 3:22-25 Paulus menekankan 2 hal penting kepada jemaat kolose yaitu: Pertama bekerja adalah ibadah kepada Tuhan. Hal itu menepis anggapan bahwa pekerjaan bukanlah hal yang rohani. Banyak orang beranggapan gereja ya gereja, kerja ya kerja, keduanya terpisah, sehingga kalau di gereja benar dan penuh kasih dan kalau lagi bekerja boleh tidak benar dan tidak ada kasih. Kedua Bekerja adalah pelayanan kepada Kristus, kita adalah pekerja Kristus, oleh karena itu seharusnya kita menjadi pelayanNya di tempat kerja, bekerja menjadi lahan untuk memuliakan Kristus. Dengan pemahaman diatas sebagai orang yang percaya kepada Kristus, Paulus mengatakan sikap yang seharusnya kita miliki yaitu: 1) Taat kepada pimpinan dalam segala segala hal. Di tempat kerja merupakan suatu keharusan taat kepada pimpinan selama ketaatan itu bukan dosa. Memang hal ini terkadang sulit, namun tuntutan kita sebagai pekerja Kristus harus lebih diutamakan. 2) Bekerja dengan memberi yang terbaik. Sebagai pekerja Kristus sudah semestinya kita bekerja dengan sebaik-baiknya, karena buah pekerjaan itu tidak hanya ditujukan untuk pinpinan tapi juga untuk Tuhan. 3) Bekerja dengan takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah kehidupan yang berintergritas, bekerja dalam kebenaran dalam kekudusan dan kejujuran. Tuhan turut menilai buah dari pekerjaan kita. 2. Kejadian 1:28-29 Setelah Allah menciptakan manusia menurut gambar rupaNya, kini Allah memberkati dan memberi mandat kepada manusia. Kata kerja yang dipakai dalam kata “Allah memberkati mereka” adalah “wayvarekh” yang diterjemahkan “Dia telah memberkati”. Perkataan selanjutnya adalah “Beranak cucu lah dan bertambah banyak, penuhilah bumi. Berkat Allah atas manusia yaitu beranak cucu dan bertambah banyak, sama seperti ciptaanNya yang lain. Selanjutnya Tuhan memberitahu kepada manusia, ”taklukkan lah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Ketika Allah memberikan mandat kepada manusia dan berkata taklukkanlah dan berkuasalah mengandung arti harafiah “tundukkanlah dan memerintahlah yang memiliki arti bahwa kuasa dan kemampuan untuk memerintah tersebut diberikan kepada manusia yang sudah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang menjadi wakil Allah diatas bumi. Dengan demikian manusia digambarkan sebagai pengelola yang memelihara dan melindungi ciptaanNya. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia sebagai yang mewakili Allah yang bertugas memelihara ciptaan Penciptanya. Kekuasaan itu bukan mengeksploitasi ciptaanNya, melainkan penatalayanan seorang pengelola yang bertanggung jawab, yang mengakui bahwa segala sesuatu diperoleh dari tangan Allah. Mandat yang diberikan Allah bagi manusia untuk megelola ciptaanNya dikuti dengan perkataan “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, itulah yang akan menjadi makananmu” (ay.29). Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal penciptaan Allah sebenarnya memberikan segala fasilitas bagi manusia. Segala tumbuhan dan pohon yang buahnya berbiji adalah menunjukkan ketersediaan kebutuhan makanan yang tidak akan habisnya karena biji itu bisa ditanam untuk menghasilkan buah. Dengan demikian manusia tidak akan mati kelaparan, Allah ingin manusia bisa memanfaatkan dan menikmati berkat yang sudah Ia sediakan. C. Aplikasi Tema kita adalah Bekerja adalah perintah Tuhan, hal ini memberi pengertian kepada kita bahwa manusia memang dirancang Allah untuk bekerja. Tubuh jasmani kita juga sangat mendukung untuk senantiasa melakukan aktivitas bekerja. Ketika Allah menciptakan manusia, Ia tidak hanya mencipta, melainkan mempunyai tujuan, agar manusia menjadi rekan sekerjanya dibumi (Kej 1:26). Bekerja merupakan hakekat kemahlukan manusia. Menurut Verkuyl yang dikutip oleh Eka Darmaputra dalam bukunya: Etika sederhana untuk semua; bisnis ekonomi dan penatalayanan mengatakan bahwa manusia itu harus bekerja, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak hanya bertalian dengan dosa dan kutuk yang menimpa bumi melainkan juga termasuk tata asali Allah.Istilah antropologi “homo faber” artinya manusia sang pembuat (maker). Dengan tangannya manusia membuat perkakas kerja (teknologi) lalu dengan perkakas itu ia mengubah diri dan dunia sekitarnya (bnd. invocatio). Dengan demikian bekerja bukan hanya sebagai suatu keharusan atau paksaan tetapi merupakan hakekat manusia. Paulus berkata dalam 2 Tes.3:10b bahwa jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Paulus ingin mengatakan bahwa inilah pandangan orang Kristen tentang bekerja. Ungkapan ini menekankan kehendak “jika seseorang menolak bekerja dan selanjutnya buah dari penolakan itu, ia tidak akan makan apapun”. Hal ini menjelaskan bagi kita bahwa kita tidak boleh menjadi pemalas tapi harusnya menjadi pekerja. Untuk mewujudkan bahwa kita manusia adalah segambar dengan Allah dengan cara bekerja sebaik mungkin mengikuti teladanNya. Kita bekerja bukan sekedar mendapatkan upah untuk diri kita sendiri tapi melalui pekerjaan kita bisa melayaniNya. Bekerjalah selagi kita masih mampu melakukannya dan jangan hanya mewariskan harta kepada anak cucu kita tapi wariskan juga kepada mereka semangat dan motivasi untuk bekerja. Pdt Rena Tetty Ginting GBKP Bandung Barat

Khotbah 25 Mei 2017

KHOTBAH  KAMIS  25 MEI 2017

(KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA)

Invocatio         :  Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (II Korintus 3:3)

Bacaan            : Mazmur 47:1-10 (Anthiponal)

Khotbah          : Kisah Para Rasul 1:1-11 (Tunggal)

Tema               :  Jadilah Saksi Kristus

Pendahuluan

Hari ini kita memperingati hari “pentahbisan” Tuhan Yesus untuk kembali menduduki  tahta kemuliaanNya di sorga setelah , melewati ujian-ujian yang berat, menurut kaca mata manusia “tidak ada satu pribadipun yang sanggup melewati “ujian” seberat itu,  di fitnah, dicaci, dipukul, diludahi, di tombak. Hanya yang bersifat  “ Ilahi” yang sanggup  melewati semua itu.  Coba kita renungkan sebuah syair lagu dangdut  yang mengatakan “semut pun kan marah bila terlalu sakit begini”, hanya “Ilahi” yang mampu mengucapkan doa “ampunilah mereka....”, ketika tubuhnya sedang berlumuran darah, menderita,  haus dan dipermalukan.

Yesus ditInggikan setelah melewati “ujian” yang sangat berat,  inilah yang  menjadi dasar  bagi  Paulus mengatakan  dalam Roma  8:18  “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.  Karena seperti  Yesus yang sudah direndahkan serendah-rendahnya, bahkan turun kedalam kerajaan maut (dunia lapisan bawah),  demikian juga kita yang percaya kepadaNya  akan ditinggikan bersama-sama dengan Yesus.

 

Upah dari kerelaan Yesus merendahkan diriNya   Sebagaimana yang dikatakan dalam Filipi 2 :8-9  “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama”.

 

Lalu bagaimana sikap kita dan apa yang harus kita lakukan ?    jalas tema kita hari ini mengatakan : Jadilah Saksi Kristus.

 

Pendalaman Teks Khotbah

 

Ay. 1-1 Asal usul Kitab Kisah Para Rasul

Kitab Kisah Para rasul menurut isi dan gaya penulisannya yang tidak jauh dari Injil Lukas, maka kesaksian kekristenan mula-mula dengan suara bulat, serta bukti intern  yang mendukung kedua kitab tersebut  menunjuk pada  satu orang yaitu “Lukas”.

 

Lukas  bukan “saksi mata”  pada peristiwa “terangkatnya Yesus ke sorga”, tentang pribadi Lukas ada yang mengatakan bahwa dia salah satu dari 70 prang murid  yang diutus Yesus, tapi ada juga yang membantah hal  ini, karena Lukas  bersama –sama dengan Barabas adalah orang yang menerima  Yesus melalui pelayanan Paulus  dan mengikuti pelayanan bersama dengan Paulus. Lukas adalah seorang tabib (Kolose 4:14), tapi apakah kesaksian yang bukan menjadi “ saksi mata” tidak dapat di percaya ? Menrut KBBI  ada beberapa jenis saksi, selain sdaksi mata ada yang disebut dengan “saksi ahli” . Saksi ahli adalah orang yang pendapatnya berdasarkan pendidikan, pelatihan, sertifikasi, keterampilan atau pengalaman, diterima oleh hakim sebagai ahli. Dengan demikian kesaksian Lukas tentang Yesus Kristus  sungguh dapat dipercaya.

Lukas memberikan suratnya kepada Teofilus (Teofilus adalah nama seseorang atau gelar kehormatan yang kepadanya Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ditujukan (Lukas 1:3, Kisah Para Rasul 1:1)

 

Disini Lukas mengatakan kepada teofilus bahwa sebelum “buku” ini sudah ada buku yang lain diberikan kepadanya yaitu Injil Lukas yang berisi tentang apa yang dilakukan dan yang diajarkan Yesus, sampai pada hari dia terangkat ke sorga.

 

Ayat 2-3 Tentang Kebangkitan  Yesus

Kebangkitan Yesus bagi beberapa orang menjadi misteri, ada yang mengatakan mayat Tuhan Yesus di sembunyikan oleh murid-muridNya, dan ada juga yang mengatakan bahwa mayat Tuhan Yesus di curi oleh musuh-musuhnya. Jelas pendapat ini tidak benar, mana mungkin para Murid-murid Tuhan Yesus mau tersiksa bahkan diperhadaapkan acaman kematian hanya oleh sebuah berita “Bohong”, justru karena Jenazah Yesus tidak ada sama mereka sehingga mereka mau mati-matian bahkan rela mati demi berita tentang kebangkitan Yesus Kristu.  Jika jenazah Yesus ada pada musuh-musuh Tuhan Yesus dengan gampang sekali mereka mengagalkan pemberitaan murid-murid tentang kebangkitan Tuhan Yesus,  mereka bisa megatakan “hai pembohong hentikan berita-berita bohongmu itu, ini Yesus yang kamu katakan bangkit itu jenazahnya ada sama kami. Mereka tidak dapat berkata sepeti itu karena memang Yesus sudah bangkit.

 

Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati di amsih “berkeliaran” di dunia selama 40 hari, sebelum Dia terangkat ke sorga. Penampakan-penampakan Yesus yang dicatat dalam Alkitab Perjanjian Baru adalah kepada:

1.      Maria Magdalena (=Maria dari Magdala) di dekat kubur (Markus 16:9Yohanes 20:11-18)

2.      Perempuan-perempuan lain yang ke kubur (Matius 28:8-10)

3.      Dua murid yang berjalan ke Emaus (Markus 16:12-13Lukas 24:13-35)

4.      Simon Petrus (=Kefas) (Lukas 24:341 Korintus 15:5)

5.      Sepuluh murid (tanpa Tomas) (Lukas 24:36-43Yohanes 20:19-25)

6.      Sebelas murid, termasuk Tomas (Markus 16:14Yohanes 20:26-29)

7.      Sejumlah murid di Galilea (Matius 28:16-20Yohanes 21:1-24)

8.      Lima ratus orang sekaligus (1 Korintus 15:6), sampai pada surat 1 korintus ini dituliskan masih banyak  yang masih hidup diantara yang 500 orang itu.

Kebangkitan Yesus menunjukkan Dia sungguh-sungguh Tuhan, karena hanya Tuhah yang mampu mengalahkan kuasa maut.  Kebangkitan Yesus membuka babak baru pada kehidupan setelah kematian.

 

Ayat. 4-5 Larangan Meninggalkan Yerusalem  Sebelum  menerima Baptisan Roh

Kematian Tuhan Yesus merenggut semua asa para murid-murid sehingga mereka mengambil keputusan untuk kembali ke profesi masing-masing.

 

Kebangkitan Yesus   memberikan harapan yang baru bagi murid-murid, tetapi ketika Yesus naik ke sorga  membuat mereka tercengang seakan-akan sangat berat menjalani perpisahan, suasana keberatan hati murid-murid Tuhan Yesus, mungkin bisa kita gambarkan “seperti satu pasangan kekasih yang harus berpisah demi tugas dan tanggung jawab, hanya janji  kesetiaanlah, yang memberikan kekuatan bagi mereka untuk menjalani perpisahan itu.

 

Demikina juga dengan Tuhan Yesus, untuk meneguhkan hati murid-muridNya,  Dia memberikan janji “jangan tinggalkan Yeusalem sbelum “pencurahan Roh Kudus”. Roh Kudus adalah wujud Allah yang akan menolong para Murid-murid  (bd. Yoh. 14:16),   jadi murid-murid tidak ditinggalkan seperti anak yatim piatu (Yoh.14:18).  Yesus memberikan Penghibur, yaitu  Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. (Yoh, 14:26).

 

Ketika kita berbicara tentang janji, berati kita berbicara tentang kesetiaan dan kesabaran, berbicara tentang kesabaran  itu pasti berhubungan erat dengan “keyakinan (kepercayaan),  sebenarnya ketika Yesus berjanji akan memberikan roh Penghibur terkandung juga makna “pengujian keyakinan dan kesetiaan murid-muridNya”.

 

Di tahun ini gereja kita menetapkan 10 hari berdoa, di mulai pada hari ini sampai kita memasuki Hari Pentakosta  dan melakukan Perjamuan Kudus.  Hal ini juga membutuhkan ketaatan, dan kesabaran dan keyakinan, jika tidak mungkin terlalu berat untuk menjalankannya.

 

Ay. 6-8 Perintah Menjadi Saksi

Murid-murid adalah “saksi mata” yang melihat langsung dan mengalami langsung peristiwa    Tuhan Yesus  terangkat ke Sorga.  Kata “terangkat” di pakai  oleh penulis mengandung makna bahwa “peristiwa itu tidak disangka-sangka, tiba-tiba, tidak seperti yang dipikirkan”. Peristiwa terangkatnya Yesus ke sorga di luar pikiran  murid-murid, karena kerinduan mereka adalah bagaiaman Tuhan Yesus dapat membangun kembali kerajaan Israel.  Tapi kata Yesus engkau tidak perlu tahu  masa dan waktunya. Yesus terus memfokuskan hati mereka untuk tugas “menjadi saksi” setelah mereka menerima kuasa melalui  pencurahan Ro Kudus.

Murid-murid diperintahkan menjadi saksi di Yerusalem, seluruh Yudea, dan samaria dan sampai ke ujung bumi.

Perintah Yesus kepada murid-murid sebagai saksi mata, menjadi tanggung jawab kita juga sebagai orang yang sudah menerima Baptisan (dalma nama Bapa, Anak dan Roh Kudus), walaupun kita bukan saksi mata, tetapi melalui “proses pembelajaran kita sebagai orang Kristen sebenarnya kita sudah layak menjadi  “saksi ahli” tentang injil keselamatan yang layak dipercaya. 

 

Ayat. 9-10 Yesus Terangkat Ke Surga

 

Yesus terangkat ke sorga sebagai gambaran “TugasNya di dunia sudah selesai” dan kembali  menduduki tahta kemulianNya di surga.  Peristiwa Yesus terangkat ke sorga setelah 40 hari dari hari kebangkitanNya. Wjahanya ditutpi oleh  awan menutupi pandangan murid-muridNya. , sedangkan murid-muridNya  terus memandang, mungkin berusaha  mencari wajah Yesus  melalui celah-celah awan itu, pada saat itulah  ada dua orang berpakaian putih menyadarkan mereka  dengan menyapa ‘hai orang  Galiela’ mengapa kamu berdiri dan melihat ke langit ?

Sapaan para malaikat inilah yang menyadarkan mereka dari suasana pikiran mereka tentang peristiwa Terangkatnya Yesus ke sorga.

 

 

 

Ay. 11 Janji Kedatangan Tuhan Yang Ke-2 kali.

 

Dua orang yang berpakaian putih yang menyadarkan  para murid-murid, mengatakan kepada mereka bahwa sebagaimana Yesus terangkat ke sorga demikian juga dia kan kembali ke dunia (bd. Lukas 21:27; Why.1:7 ; 1 Tes. 4:16-17). Kedatangan Yesus yang kedua kali kedunia yang penuh dengan kemuliaan, sangat berbeda dengan kedatanganNya yang pertama yang penuh dengan kehinaan. KedatangNya  yang pertama memberikan jalan keselamatan, tetapi kedatanganNya yang kedua kali menjadi hakim (bd. Pengakuan Iman Rasuli;  Matius 16:27)

 

Pointer Aplikasi

 

-          Menjadi saksi, saksi yang dapat di percaya adalah saksi mata  yang mengetahui sebuah peristiwa. Kita memang bukan saksi mata tentang keseluruhan perjalanan kehidupan Tuhan Yesus, tapi kita juga layak menjadi saksi tentang Yesus  karena kita sudah belajar dan mendapat urapan “Roh Kudus”, agar kesaksian kita semakin dapat diteriama, mari lebih banyak lagi belajar hidup didalam Yesus dan menghidupkan Yesus dalam hidup kita.

-          Kepada Siapa kita bersaksi  ? sesuai dengan perintah Yesus

·         Yerusalem è ada orang yang menhatakan bahwa Yerusalem adalah pusat pemerintahan dan peribadahan orang Israel , artinya para murid harus bersaksi kepada pemrintahan sebagai penentu kebijakan negara, agar kehendak Tuhan yang diutamakan, bersaksi di lingkungan persekutuan (geraja) untuk salng menguatkan. Ada juga yang menafsirkan Yerusalem adalah lingkingan terdekat dengan kita, artinya kita bersaksi di lingkungan keluarga dan tetangga kita.

·         Yudea è adalah tempat kelahiran Tuhan Yesus, itu artinya kita  harus  bersaksi  kepada semua orang di tempat kelahiran kita.

·         Samaria è Orang yang  belum menerima Yesus, agar mereka juga dapat mengenal Tuhan Yesus, karena Yesus adalah  Juruselamat seluruh dunia

·         Ke ujung bumi è artinya kapan dan dimana saj kita harus  menjadi saksi Tuhan yang hidup

-          Apa yang harus kita saksikan ?, yang harus kita saksikan adalah :

·         Tentang kasih Allah didalam Yesus yang rela mederita, mati di Kayu salib, agar kita tidak disalibkan

·         KebangkitanNya dari antara orang mati, sebagai wujud kuasaNya yang besar dan membuka jalan kehidupan melewati kematian

·         KenaikanNya Ke sorga yang sudah menyiapkan tempat bagi kita

·         KedatanganNya ke-2 kali untuk menghakimi yang hidup dan yang mati, bahwa setiap orang yang percaya diberikan keidupan yang kekal tetapi  yang tidak percaya  akan dibinasakan.

-          Bagaimana cara kita bersaksi

·         Tuhan akan Mencurahkan Roh Kudus yang membimbing dan menghibur serta memberikan kekuatan

·         Melalui “cinta kasih” yang tercermin dalam perkataan dan perbuatan (kita adalah surat-surat Kristus yang  bdk dengan  Invocatio II  Korintus 3:3

·         Bersyukur dalam segala hal  karena Allah kita berkuasa di sorga dan di bumi,  yang  memberikan kemenangan kepada kita (Mazmur 47 nats bacaan), kita bersaksi melalui cara hidup yang terus “bersyukur”,  kehidupan kita memancarkan aura sukacita, sehingga setiap yang berintraksi dengan kita mereka “ketularan sukacita”.

BERSAKSI TERUS SAMPAI TUHAN DATANG

 

Pdt. Saul Ginting, S.Th.M.Div

                                                                              GBKP Rg.Bekasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD