MINGGU 11 MARET 2018, KHOTBAH YESAYA 54:11-17

Invoctio    :

“Sungguh Ia mengasihi umat Nya ; semua orang Nya yang kudus didalam tanganMulah mereka, pada kamkiMulah mereka duduk, menangkap sesuatu dari firmanMu.

 

Bacaan      :

Yohanes 15 : 9-17

 

Tema        :

Allah membela dan memberi kemenangan.

1. Pendahuluan

Saudara/i minggu 11 Maret 2018 adalah Minggu Passion V, saat-saat menjelang Hari raya Paskah, dimana Tuhan Yesus akan menghadapi hukuman berat di kayu salib.

Saat-saat menjelang penderitaan yang sesungguhnya, maka ia masih menyempatkan waktu untuk mengajar murid-muridNya juga menjelaskan bagi orang yang telah percaya, bahwa proses yang Ia lalui/ hadapi juga bahagian bagi setiap orang percaya di bumi ini.

Saudara : walaupun berbagai-bagai kesukaran dan godaan yang dihadapi orang percaya, namun kasih Allah yang tidak terbatas itu tetap menyertai dan melindungi kita, Dia tidak membiarkan kita hidup tanpa arah dan tujuan.

Ingat dibalik awan ada cerah matahari yang saatnya akan mengusir awan/ kabut itu, sirna dan akhirnya yang tampak langit yang biru. Demikianlah kehidupan orang percaya, walaupun kita sering berhadapan dengan rintangan serta tantangan, ada jalan keluar diberikan oleh Dia yang telah memilih kita jadi pengikutNya. Allah membela dan memberi kemenangan.

2. Uraian teks.

Saudara/i , saat Nabi Yesaya menyampaikan beritanya, dimana umat Israel berada di pembuangan, dan mereka mengharapkan pertolongan yang datangnya dari Tuhan yang punya kuasa dan kemampuan untuk berbuat dan bertindak untuk mengalahkan musuh-musuh Israel.

Allah memeri jaminan yang kuat buat umatNya “Hai orang tertindas yang dilanggar angin badai,” mengingatkan bahwa Tuhan tahu umat-Nya sedang tertindas, maka Ia berbuat dengan mengatakan, Aku akan meletakkan alas mu dengan batu hitam, tentunya disini Allah menghibur dan menjamin bahwa Allah tidak tinggal diam 1000 kata, bahkan berbicara 1000 bahasa, menterjemahkan kasih setianya.

Allah membangun tembok-tembok yang kokoh dari batu delima. Allah membentengi kehidupan umatNya.

Saudara/i, hal ini yang kita rasakan sebagai orang percaya, walaupun terkadang hidup ini penuh dengan kemunafikan orang bagi kita , dan penuh dengan hujatan dan caci maki. Tetapi kita diberikan Dia yang membentengi kita, bahkan hingga anak-anak kita pun tetap dalam tuntunanNya sehingga maenjadikan murid-murudNya.

Kekuatan yang dimiliki oleh manusia mempunyai batas tertentu tapi kekuatan yang dari Allah kekal adanya, maka jika ada orang yang ingin menyerang/ menjatuhkan kita, maka Ia (Tuhan) akan menghadang, sehingga musuh-musuh itu rebah dihadapan orang percaya (ayat 15).

Saudara/i, umat Israel di pembuangan iru terasa berat, mereka mengangap Allah sudah membiarkan hidup dalam tertekan, ternyata Tuhan mengingatkan kembali bahwa Ia menciptakan tukang besi dan menghembuskan api. Besi adalah dipakai untuk alat perang dan api dipakai untuk   alat pemusnah. Inilah terkadang yg ditakuti oleh umat Tuhan, namun Ia (Tuhan) lah ternyata sebagai pemiliknya, penciptanya.

Maka ia berkehendak apa yang diciptakan itu, dan Ia juga akan mematahkan besi sebagai alat perang dan memadamkan api yang dipakai untuyk pemusnah. Sebab Tuhan ingin menciptakan damai dan sukacita bagi umatNya itu.

Dan Ia mempersiapkan umatNya untuk kembali ke tanah Perjanjian itu, dan mambangun masa depannya kembali dalam terang dan damai. Namun untuk itu bukanlah mudah dan tiada kemampuan umatNya, tetapi oleh Dia yang memiliki umat itu sendiri. Maka Ia katakan “Setiap senjata yang ditempah untuk engkau tidak akan berhasil” ( Ayat 17).

  1. Kasih Allah lewat kehadiran Yesus nyata dalam kehidupan orang percaya.
  2. Lewat kasih Allah itu maka ia terus menerus membela/ berpihak pada orang yang Dia kasihi.
  3. Dia (Yesus) menyuruh kita tetap dan terus mengasihi walaupun terkadang sakit dan menyakitkan yang kita terima.
  4. Kasih Kristus itu adalah pengorbanan, namun lewat pengorbanaNya dunia ini diselamatkan oleh Nya.
  5. Segala sesuatu yang dimiliki manusia (Kekuatan, harata dan wibawa) akan ditaklukkan oleh Nya, hanya kasih Allah kekal selama-

Pdt Andarias Brahmana

Ketua Klasis Jakarta-Kalimantan

081317054961

MINGGU 04 MARET 2018, KHOTBAH FILIPI 3:13-16

Invocatio      :

Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain (Ayub 19 : 27a).

 

Bacaan         :

Ibrani 6 : 1 - 6

 

Thema          :

Berlari ke Tujuan

 

Saudara-saudari Yang Dikasihi Dalam Kristus Yesus.

Seorang pelari dalam setiap perlombaan punya satu tujuan yaitu bisa menyentuh garis akhir (finish). Dan untuk setiap jenis perlombaan lari yang dibutuhkan oleh setiap pelari adalah pengenalan dan pengaturan tehnik berlari. Seorang pelari sprinter tentu akan berlari secepat yang ia mampu untuk mencapai garis akhir. Tapi seorang pelari jarak jauh tentu ia akan mengatur larinya agar sesuai dengan tenaga yang ia miliki sehingga pada akhirnya ia sampai juga di garis akhir. Syukur kalau ia jadi pemenang.

Untuk semua ini tentu dibutuhkan latihan yang bukan hanya sekali dua kali, tapi latihan yang rutin. Semua ini dijalankan untuk mengenal kekuatan dan kemampuan, kecepatan dan juga tujuan yang hendak dicapai. Seorang pelari dilatih sedemikian rupa untuk akhirnya dapat mengalahkan lawan-lawannya dan tampil sebagai pemenang. Nah... Bagaimana dengan keimanan kita? Dimanakah posisi kita sekarang? Kemanakah tujuan akhir yang hendak kita capai? Apakah kehidupan ini juga kita ibaratkan sebagai sebuah perlombaan yang pada akhirnya menuntut kita untuk sampai di garis akhir dan keluar sebagai pemenang?

Paulus mengatakan bahwa ia punya masa lalu; namun masa lalu itu bukanlah sesuatu yang perlu diingat secara terus menerus. Justru dalam hal ini Paulus melupakan masalalunya. Mengapa? Karena masing-masing kita mengetahui seperti apa masalalu Paulus sebelum mengenal dan menerima Yesus Kristus. Baginya masa depanlah yang sangat diperlukannya dan menjadikan pemicu dirinya untuk mencapai apa yang diinginkannya pada masa depannya. Dan yang dinginkan oleh Paulus sangatlah jelas (ay. 14).

Lalu bagaimana dengan kita? Setiap orang pasti punya masalalu dalam kehidupannya sebelum ia mengenal dan menerima Yesus Kristus. Namun setelah mengenal dan menerima Kristus, apakah sikap hidup kita masih sama seperti sebelum kita mengenal dan menerima Kristus? Artinya bila sebelumnya juga kita masih suka berbuat dosa dengan mendukakan hati Tuhan dengan melakukan yang tidak Ia kehendaki, dengan menyatakan diri sudah mengenal dan menerima Kristus namun belum mampu “keluar” dari kehidupan masalalu. Jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Paulus. Paulus mengingatkan akan sebuah kata yaitu KOMITMEN. Tanpa adanya komitmen maka apa yang hendak dituju pasti akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik.

Penekanan akan kata komitmen ini dilanjutkan oleh Paulus dengan pengenalan diri yang baik. Melalui bacaan kita, sepertinya Paulus mencoba untuk memahami keberadaan masing-masing yang berbeda tingkat pemahaman dan pengertiannya. Namun bagi Paulus sangatlah jelas bahwa siapapun yang mau mengarahkan dirinya pada tujuan yang benar, Tuhan tidak akan membiarkan “perjuangan” orang itu untuk mengejar tujuannya. Tuhan akan menolong dengan caranya (ay. 15).

Paulus juga mengingatkan kita akan hal yang penting yakni “BERKELANJUTAN”. Artinya dalam melakukan upaya untuk “berlari mengejar tujuan”, kita jangan berhenti pada suatu keadaan. Bisa jadi kita sudah merasa puas ketika sudah mencapai suatu tingkat yang lebih baik daripada yang lain, Atau dikarenakan ketika proses “belajar dan berlatih” yang sedang kita jalani, tiba-tiba ada “persoalan” dan kita merasa tidak mampu untuk melewatinya, lalu kita berhenti. Paulus menyatakan “teruskan” pada jalan yang sudah kita tempuh (ay. 16). Ini juga mengandung pengertian yang dalam bahwa untuk mencapai yang terbaik tentu ada “perjuangan”. Perjuangan yang sudah dimulai dan dijalani janganlah hendaknya menjadi sia-sia dengan tidak meneruskan apa yang sudah dimulai.

Nah... ketika kita kaitkan dengan iman? Pertanyaannya adalah apakah Iblis suka dengan ini? Pasti jawabnya TIDAK. Iblis tentu dengan segala macam cara akan mencoba menggagalkan upaya kita untuk mencapai tujuan seperti yang dikatakan Paulus.

Saudara-saudariku ....

Teringat akan masa kecil dimana ketika diperhadapkan dengan sebuah tantangan, ada dua sisi yang saling bertanding dalam hati. Satu sisi mengatakan “kamu masih kecil, kamu tidak akan sanggup”; sedang satu sisi lagi mengatakan “kapan lagi, ayo coba, kamu pasti bisa”. Pada awalnya saya ikut sisi yang pertama dengan mengatakan “ iya kan, saya masih kecil” sebagai upaya membela diri terhadap “ketidakmauan saya”. Tapi, ada yang mendorong supaya saya melakukan sisi yang kedua dengan memberikan semangat dan motivasi. Lalu saya coba melakukannya... dan..... berhasil..... hati saya sangat senang, orang yang memberikan dorongan dan motivasi juga senang.

Dari cerita singkat ini, menyenangkan hati Tuhan adalah tujuan yang hendak kita lakukan demi mencapai panggilan sorgawi. Untuk itu berlatih dan berlatih dalam iman sangat diperlukan. Jangan pernah biarkan ada sisi kosong dalam kehidupan kita yang mencoba melemahkan kita dalam “perlombaan” ini. Bila sisi itu kita isi dengan hal-hal yang melemahkan maka jadilah kita manusia “gagal”. Tentu kita tidak mau gagal....

Mengakhiri khotbah kali ini, ada sebuah lagu...

DIA BUKA JALAN

Dia buka jalan, saat tiada jalan, Dengan cara yang ajaib Dia buka jalan bagiku,

Dia menuntunku dan memeluk diriku,Dengan kasih dan kuasa-Nya

Dia buka jalan, Dia buka jalan

Di belantara Dia tetap menuntunku, Sungai di gurun kutemui

Langit bumi 'kan lenyap, tapi firman-Nya tetap, Saat ini Dia buka jalan

Kiranya melalui lagu ini, kita diberkati untuk terus berjuang menuju tujuan yang pasti. Tuhan memberkati. Amin

 

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe

GBKP Cisalak

081361131151

MINGGU 18 FEBRUARI 2018 (PASSION II), KHOTBAH MAZMUR 25:1-7

Invocatio :

Aku membaringkan diri, lalu tidur, aku bangun, sebab Tuhan menopang aku! (Masmur 3:5)

Bacaan :

Lukas 9 : 57 – 62

Tema :

“Orang Yang Mengharapkan Tuhan Tidak Dipermalukan”

Pengantar
Kitab Mazmur pada dasarnya kitab kidung dan doa. Jiwa terdalam seorang manusia atau suatu bangsa dinyatakan melalui doanya.Sehingga untuk mengenal jiwa dan hati orang-orang Israel serta pergumulannya dapat dilihat dengan mendengarkan doanya. Dalam kitab Mazmur terkumpul doa umat Israel sepanjang ratusan tahun yang berupa keluh kesah, ratapan, pengharapan, dan nyanyian syukur. Kitab Mazmur memuat 150 kidung(lagu-lagu keagamaan) yang bersumber dari pergumulan umat Israel di masa yang lampau.Kitab Mazmur biasanya disebut kitab Mazmur Daud, walaupun selain Daud, Bani Korah (kelompok penyanyi), Asaf (penyanyi) juga termasuk sebagai pengarangnya. Kitab Mazmur sudah ada sekitar tahun 200 SM, yang isinya berupa pembicaraan manusia dengan Allah, tercetus di dalamnya perasaan hati manusia yang menanggapi karya penyelamatan Allah.

Para ahli kitab mengelompokkan Mazmur menjadi beberapa jenis, misalnya mazmur puji-pujian, doa permohonan (ratapan), baik secara perorangan ataukelompok (umat).Mazmur juga dapat dikelompokkan berdasarkan perasaan hati yang terungkap di dalamnya. Ada perasaan hati yang positip terhadap karya Tuhan, sehingga membuahkan kidung syukur (cth Maz.8 dan 9) ada juga perasaan yang negatip (berupa keluh kesah dan ratapan) terhadap Tuhan(Mazmur 44, 60, 58, 74). Boleh jadi pemasmur yang pada dasarnya adalah orang beriman, mencari sebab- musabab kemalangan yang terjadi pada dirinya dan bangsanya, yaitu akibat dosa dan kesalahan manusia, dengan demikian keluhan dan ratapan itu menjadi doa permohonan, minta tolong, supaya Tuhan berkenan menyelamatkan bangsanya yang menderita.

Tafsiran Bacaan Mazmur 25 : 1- 7
Dalam bacaan Mazmur 25, merupakan ratapan dan doa minta tolong dari Daud (dibuka dengan kalimat :“KepadaMu ya Tuhan, kuangkat jiwaku”)
Ayat 1 – 3. Pemazmur meratap mengeluh dan mengadu kepada Tuhan sebab merasa dipermalukan oleh musuh-musuhnya yang beria-ria atas penderitaannya. Ia tidak mengandalkan kekuatannya tapihanya percaya kepada Tuhan saja. Ia mengangkat jiwanya kepada Allah.Jiwa adalah pusat kepribadian manusia.Mengangkat jiwa kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seluruh perhatian dan konsentrasi pemazmur diarahkan kepada Allah.Dalam menghadapi musuh yang kuat, pemazmur sadar kalau ia tidak berdaya, sehinggga ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga tidak akan dipermalukan oleh musuh. Pada ayat ketiga : “ semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu...”. Kata ” Menanti-nantikan Tuhan” suatu rumus yang tiada bandingnya dalam kebudayaan Israel kuno.Rumus ini mengungkapkan iman dan pengharapan orang percaya karena orang percaya disebut juga orang yang menanti-nantikan Tuhan. Pemazmur menanti-nantikan Tuhan dalam arti mengharapkan Tuhan sebagai penolong dan pembela orang benar, sehingga musuh tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap dirinya, yang membuat ia malu.

Ayat 4-5. Dalam menghadapi permasalahan atau musuh pemazmur memohon “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu..”. Pemazmur memohon agar Tuhan senantiasa menjadi pemandu dalam kehidupannya agar dia senantiasa berjalan dalam kebenaranNya dan tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan.Jalan yang penuh kebenaran dan keadilan sesuai dengan hukum Allah. Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran yang berfaedah dan penuh berkat (Yesaya 48 : 17-18), bukan dengan perkataan saja tapi lewat pengalaman hidup sama seperti orang tua melatih dan membesarkan anak-anaknya.

Ayat 6 – 7.“Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada dari sejak purbakala.Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggar-pelanggaranku janganlah Kau ingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu ya Tuhan”.Kata rahmat seakar dengan kata Rahim, menggambarkan cinta kasih ibu kepada anaknya, dan kata kasih setia yang dalam bahasa Ibrani adalahchesed yang berarti bahwa ketika Allah membuat suatu perjanjian, Dia komitmen kepada diri-Nya sendiri untuk memelihara perjanjian itu, karena Allah adalah setia. Jika Allah memperhitungkan dosa-dosa kita, maka kita akan ‘rapuh seperti kayu lapuk, dan seperti kain yang dimakan ngegat’ (Ayub 13 : 24 – 28). Oleh karena itu pemazmur memohon agar kiranya Allah dengan rahmatnya, seperti ibu terhadap anaknya sendiri demikianlah ia memohon kepada Allah memandang dirinya, dan dengan kasih setia Allah yang melebihi murka-Nya menerima dia dan menjadi penolong baginya. Semua bukan karena kebaikan tetapi hanya karena rahmat dan kasih setia Allah semata yang menolong pemazmur dan kita semua luput dari kesesakan dan pergumulan.

Renungan
Pemazmur menyadari bahwa banyak kesalahan yang dia perbuat pada masa hidupnya, terutama pada masa mudanya. Pada saat menghadapi pergumulan hidup dan kesesakan bahkan ancaman dari musuh-musuhnya, dia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri. Dalam doanya pemazmur sadar akan ketidakmampuannya melawan musuh serta sadar akan dosa-dosa dimasa muda, namun mengingat rahmat dan kasih setia Allah, ia tetap menanti-nantikan Tuhan, sebab dengan mengharapkan Tuhan,pemazmur percaya tidak akan dipermalukan dan akan terluput dari segala permasalahannya.

Pdt.Immanuel Bayak Manik, M. Th., D. Min.
Perp. Purwakarta

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD