Khotbah Minggu 21 Mei 2017

Khotbah Minggu 21 Mei 2017

(Rogate = "Berdoa")

Invocatio: "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26)

Bacaan: Kisah Para Rasul 17: 22-31 

Khotbah: Mazmur 66:8-20

Thema: Berdoalah Berterimakasih" 

I.          Pendahuluan

Tidak semua orang sanggup menerima penderitaan. Umumnya orang suka menerima kemenagan dan mendapatkan apa yang di cita-citakannya. Apabila penderitaan menindas hidupnya mereka menjadi rapuh dan semakin lemah dan tidak berdaya, diliputi keputus asaan yang mendalam. Sulit bagi orang-orang yang seperti ini bangki dari penderitaannya dan berharap bahwa di hari depan masih ada harapan. 

II.       Pembahasan

Nyanyian syukur ini disampaikan Israel kepada Allah di dalam suatu ibadah ucapan syukur kemenangan setelah mereka dibebaskan Allah dari tawanan bangsa Babel dan sesudah Bait Allah selesai dibangun kembali. 

Bagi Israel tidakan pembebasan yang dilakukan Allah adalah bukti kasih Allah kepada umatNya, bukti keperkasaan Allah; Dia lebih kuat dari bangsa Babel. Tindakan Allah tersebut bukan sekedar tindakan Allah kepada umatnya tetapi suatu pengumuman dan undangan Allah kepada bangsa-bangsa supaya mereka mengenal Allah dan menyembahNya. Allah yang memelihara Israel umatNya bukanlah hanya peduli kepada kesejahteraan Israel tetapi juga kepada dunia. Karena itu melalui nyanyian syukur tersebut Israel mengajak segenap bangsa masuk kedalam pujian dan penyembahan itu.

Tidak cukup bagi para penyembah hanya memberikan persembahan bakaran korban syukur, tetapi juga bersama persembahan syukur para penyembah harus berseru-seru menceritakan semua perbuatan Allah yang telah mereka alami. Di dalam nyanyian pujian itu Israel menceritakan alasan mereka memuji Tuhan bahwa Allah tetap menjaga hidup umatNya, mempertahankan jiwanya tetap terpelihara dan kakinya tidak goyah (bd. Maz 121:3), tetap berdiri tegak tidak tergoyahkan oleh karena rupa-rupa penderitaan. Israel melihat bahwa penderitaan-penderitaan berat yang mereka alami dengan pertimbangan yang positif tujuannya adalah untuk memurnikan iman dan kesetiannya kepada Allah. Penderitaan itu bagaikan dapur api pandai logam ketika melebur logam untuk memurnikannya. Israel memahami mereka di tawan bangsa Babel bagaikan ikan yang tertangkap oleh jaring nelayan, ikan tidak berdaya untuk membebaskan dirinya. Demikin juga keberadaan Israel di tawan bangsa Babel dan dikenakan beban berat dan kesusahan yang membuatnya tidak berdaya untuk bangkit lagi. Israel menggambarkan betapa tidak berdaya mereka sehingga penguasa Babel merendahkan mereka dengan cara berjalan di atas tubuhnya, memijak pundak dan kepala orang-orang Israel yang di suruhnya duduk. Beratnya penderitaan itu digambarkan Israel bagaikan api dan air, tetapi pada saatnya Tuhan membebaskan mereka. (Bd. Yes. 43:2 "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.") Penyertaan dan pertolongan Allah itu nyata.

Setelah melalui segala penderitaan itu dan bait Allah sudah selesai dibangun kembali, maka umat Tuhan secara pribadi dan bersama-sama memutuskan: menghadap Tuhan di dalam baitNya dan mempersembahkan korban bakaran dari hewan ternak yang terbaik. Menguduskan diri (ayt. 18) dan melakukan penyembahan yang tulus. Ketika di dalam pembuangan kemungkinan Israel telah banyak merenungkan kehidupannya dan menyampaikan nazar bahwa apabila mereka mengalami kebebasan akan melakukan ........., dan ibadah syukur itu merupakan kesempatan untuk menyampaikan apa yang telah dinazarkannya. Israel betekad bahwa dalam segala situasi mereka akan menceritakan segala perbuatan Allah dan senantiasa menyanyikan nyanyian pujian kepada Allah. Mereka mengimani bahwa Tuhan mau mendengarkan doanya, pujian dan persembahannya dan Tuhan selalu menyertainya dengan kasih setiaNya.

III.       Refleksi

Seberapa besar Allah dikenal para penyembahnya akan memampukannya bergantung kepada pertolongan dan penyertaan Allah. Jika Allah itu diterima dalam kebesaranNya yang tidak terhingga dan tidak terbandingkan dengan segala kuasa akan membuat para penyembahNya terkagum-kagum, setia menyembah, memuji dan memberikan persembahan yang terbaik. Menerima Allah sebagai Allah yang maha besar membuat para penyembahNya setia menyembah dan senantiasa bersyukur kepadaNya sebab campur tangan Allah sudah menjaganya, melepaskan dari segala bahaya dan yang jahat. Para penyembah yang benar akan selalu memiliki cerita yang baru tentang kebesaran Allah yang dialaminya dan menikmati segala kesaksian perbuatan Allah di masa lampau yang diterima pendahulunya sebagai suatu kebahagiaan dan kesaksian yang baru, berkuasa dan abadi. 

Orang-orang yang menjadikan dirinya menjadi pusat tidak akan dapat memuliakan Allah, tidak tahu berterima kasih kepada Allah dan ia tidak suka menceritakan kebesaran Allah. Allah itu maha kuasa dan kebesaranNya tidak di tentukan para penyembahNya. Para penyembah melakukan penyembahan karena alasan tanggung jawab menyembah dan menceritakan segala kebesaran Allah. Apabila orang percaya berhenti menyembah Allah tidak akan mengurangi kemuliaan Allah, tapi sikap berhenti menyembah Allah berarti melupakan pertolongan dan penyertaan Allah. Hanya Allah jaminan yang pasti yang senantiasa menjamini kehidupan orang percaya, menjaga dan memeliharanya, membuatnya berhasil, karena itu berterimakasihlah senantiasa kepada Allah di dalam doa dan pujian.

Pdt. Ekwin Wesly Ginting

GBKP Sitelusada-Bekasi

 
 

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Khotbah Minggu 28 Mei 2017

Bimbingan Kotbah Minggu 28 Mei 2017 (Minggu Exaudi)

Invocatio        : Perhatikanlah, IA memperdengarkan suaraNya, suaraNya yang dahsyat !     (Masmur 68:34b)

Bacaan           : 1 Petrus 5:6-11 (Tunggal)

Kotbah           : Masmur 68:20-22, 32-36 (Responsoria)

Tema              : Bersiaplah, Dengarkanlah Suara Tuhan !

****************************************************************************

Pengantar

            Mendengar merupakan suatu kemampuan yang Allah anugerahkan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Mendengar merupakan hal sangat penting dalam kehidupan setiap orang. Setiap orang yang percaya kepada Tuhan harus dapat mendengarkan suara Tuhan, yang menjadi penunjuk bagi jalan kehidupan setiap hari baik pada saat sukacita dan juga dalam berbagai persoalan kehidupan yang dialami sehingga tetap memperoleh kemenangan di dalam Tuhan.

            Melalui bahan kotbah minggu ini, mari kita belajar untuk “Bersiaplah, Dengarkanlah Suara Tuhan!”

 

Pembahasan

            Masmur 68:20-22, 32-36 ini merupakan masmur pujian jemaat (bd. Ayat 4-7; 20-21; 35-36) yang dinyanyikan pada suatu perayaan, dimana Tuhan dipuji sebagai Raja di Yerusalem. Masmur ini mencerminkan sejarah kehidupan umat Israel yang telah bebas dari Mesir. Masmur ini disebut juga sebagai “nyanyian kemenangan”. Masmur ini, yaitu Masmur yang merayakan pemerintahan dan pemeliharaan Allah atas umatNya dan kemenanganNya, yang melambangkan pembinasaan kejahatan dan kemanangan semua orang yang percaya kepada Tuhan.

            Dalam hal ini, pembahasan bahan kotbah ini akan dilakukan ke dalam dua bagian :

1. Ayat 20-22 “Allah Keselematanku”

Terpujilah Tuhan! Hari demi hari IA menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela. Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, Allah, Tuhanku memberi keluputan dari maut. Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuhMya, tempurung kepala yang berambut dari orang yang tetap hidup dalam kesalahan-kesalahannya.

            Ketika menghadapi pencobaan yang terlalu berat untuk ditanggung, Allah mengajak kita untuk meyerahkan beban dan kekawatiran kita kepadaNya. Maka Dia-lah yang menanggung beban itu bersama kita dan memelihara kita dalam setiap situasi. Roh Kudus telah berkali-kali menyampaikan undangan ini sepanjang sejarah penebusan. Yesus menyampaikan dalam Matius 11:28-30. Rasul Petrus menyatakan bahwa orang percaya harus merendahkan diri dihadapan Allah dan “menyerahkan segala kuatir kita kepadaNya karena Dia-lah yang memperdulikan kita” (1 Petrus 5:7). Dan rasul Paulus menasehati kita untuk membawa semua kecemasan kita kepada Allah di dalam doa sambil berjanji bahwa damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita.

            Nyanyian pujian kemenangan kita kepada Allah karena IA telah menolong dan menyelamatkan kita dari maut, sehingga damai sejahtera Allah akan memenuhi jiwa kita. Tuhan akan berkarya di dalam kehidupan kita demi kebaikan (Roma 8:28,32 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”). Ketika kita menyerahkan beban kita kepada Allah, maka damai sejahtera serta keselamatan akan mengawali pintu hati dan pikiran kita, dan mencegah kesusahan meruntuhkan pengharapan kita dalam Kristus (1 Petrus 5:7). Jikalau ketakutan serta kecemasan datang kembali, merongrong kehidupan kita, maka doa, permohonan dan ucapan syukur “nyanyian kemenangan” akan menempatkan kita dalam damai sejahtera Allah yang mengawali hati kita, sehingga kita tetap akan merasa aman dan sukacita di dalam Tuhan yang adalah keselamatan kita.

 

2. Ayat 32-36

Dari Mesir orang membawa barang-barang tembaga, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya kepada Allah. Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermasmurlah bagi Tuhan. Sela. Bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, IA memperdengarkan suaraNya, suaraNya yang dahsyat! Akuilah kekuasaan Allah; KemegahanNya ada di atas Israel, kekuasaannya di dalam awan-awan. Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudusNya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umatNya. Terpujilah Allah!

             Pemasmur menyatakan bahwa bahwa Mesir, Etiopia dan bangsa-bangsa lainnya akan membawa pemberian untuk menghormati Allah Israel. Hal ini memperlihatkan bahwa semua bangsa bahkan bangsa yang menyembah dewa-dewa Baal, yang belum percaya kepada Tuhan sekalipun diberi kesempatan untuk menyembah Allah.  Disampaikan juga bahwa “kekuasaannya di dalam awan-awan” artinya Dialah yang menyediakan hujan yang dibutuhkan. Tuhan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan manusia, Allah menyediakan keselamatan yang memberikan kedamaian bagi kita. Pemasmur juga mendorong kita untuk memperhatikan serta mendengarkan suara Tuhan yang dahsyat serta kekuasaanNya yang dikaruniakannya kepada umatNya.

 

Aplikasi

            Kemenangan atas kuasa maut serta memberikan kekuatan yang baru setiap hari bagi umatNya, inilah yang menjadi pokok puji-pujian kepada Allah. Kini, Tuhan dan Raja kita telah datang ke dunia, ia menanggung beban dosa kita. IA memenuhi kebutuhan orang-orang yang tertindas, tertekan dan teraniaya oleh karena iman kepada Tuhan. Penderitaan yang dialami dapat menghanyutkan sesorang ke dalam kegetiran, keputusasaan, bahkan dapat merampas imannya. Akan tetapi, jika hal itu diterima dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa tangan Tuhan tidak akan pernah membiarkannya sendiri dalam penderitaannya, maka dari penderitaan itu akan keluar hal-hal yang berharga yang tidak dengan mudah di dapatkan.

            Karena iman kepada Tuhan, membuat kita tetap teguh berpengharapan kepada Tuhan dalam menjalani penderitaan. Iblis, berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Dalam keadaan seperti ini tetaplah berserah penuh kepada Tuhan dalam menjalani penderitaan karena Allah, sumber segala kasih karunia yang telah memanggil kita dalam Kristus kepada kemulianNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita sesudah kita menderita seketika lamanya (1 Petrus 5:6-11) Persoalannya adalah, bagaimana agar kita tetap teguh menjalani perjuangan kehidupan bersama Tuhan ?

            Dengarkanlah suara Tuhan. Pada segala situasi kehidupan, tetaplah setia menjalin persekutuan dengan Tuhan, baik melalui pembacaan kita suci, doa, pujian serta melakukan kehendakNya dalam kehidupan. Kehidupan spiritualitas yang perlu dipelihara setiap hari, sehingga ketika menjalani kehidupan dalam penderitaan sekalipun, Tuhan yang memberi kekuatan serta kemenangan. Tuhan menuntun kita dalam menjalani serta menghadapi persoalan kehidupan. Jangan hanya banyak berbicara tentang Tuhan, tetapi biarlah Tuhan yang banyak berbicara kepada kita, dengarkanlah suara Tuhan. Mengapa kita harus selalu mendengar suara Tuhan?  Karena suaraNya adalah suara yang mendatangkan iman dan kehidupan.  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).

            Mulailah kehidupan setiap hari dengan mendengarkan suara Tuhan.

 

 

Pdt. Crismori Veronika br Ginting Manik

GBKP Yogyakarta

 

Khotbah Minggu 14 Mei 2017

BIMBINGAN KHOTBAH

TANGGAL 14 MEI 2017

(MINGGU KANTATE)

 

Invocatio    : “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:1)

Bacaan       : Mazmur 22:23-32

Khotbah      : I Petrus 2:4-10

Tema          : “Tuhan Memberi Kemenangan, Pujilah Dia!”

 

I.      PENDAHULUAN

Saat ini sedang digalakkan pemanfaatan ulang barang-barang bekas. Sampah bisa menjadi berkah. Barang-barang buangan bisa di daur ulang dan menjadi pajangan mahal yang dicari banyak orang. Apa yang dianggap tidak berharga oleh banyak orang ternyata mampu menjadi barang berharga yang menawan hati dan bernilai tinggi.

Kitab I Petrus menggambarkan Tuhan Yesus dengan metafora batu. Tuhan Yesus adalah batu yang hidup, yang dipilih Allah dengan hormat. Demikian pula para pengikut Kristus, kita semua adalah batu hidup yang menjadi bagian dari pembangunan rumah rohani. Batu-batu yang dipilih oleh Allah terangkai satu dengan yang lain menjadi suatu imamat kudus yang saling melengkapi. Batu-batu itu dulunya dibuang dan tidak lagi diperhitungkan, tapi oleh karena kasih-Nya kita dijadikan sebuah “batu yang berharga”, untuk itu patut kita memuji Dia yang telah “mendaur ulang” dan memberikan kemenangan kepada kita melalui kematianNya di kayu salib.

 

II.    PENDALAMAN NAS

Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat yang dituliskan oleh Rasul Petrus, yang ditulis dengan bantuan Silas sebagai juru tulisnya (1 Pet. 5:12). Petrus mengalamatkan surat ini kepada “orang-orang pendatang yang tersebar (diaspora)” di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1:1). Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita.

Ayat 4-5, batu hidup, batu penjuru yang diungkapkan Petrus hendak menegaskan apa yang telah mereka mengerti dalam Perjanjian Lama. Dalam Mazmur 118:22 dikatakan, “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru” (bnd. Yes. 28:16 “sebab itu beginilah firman Tuhan Allah: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagi dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”). Bahwa batu penjuru itu adalah Kristus Yesus, namun Ia telah menjadi batu penjuru yang tidak memiliki arti sebab dibuang di hadapan manusia umat pilihanNya (bnd. Kis. 4:11).

Ayat 6-8, Petrus kembali mengingatkan maksud batu penjuru (Yes. 28:16) sebagai fungsi dasar dari bangunan yang kokoh (bnd. 1 Kor. 3:11). Petrus juga ingin mempertegas bahwa orang yang mempercayai Kristus Yesus adalah batu yang mahal karena dengan menjadi orang percaya pada Kristus berarti memberi diri menjadi batu hidup yang dipergunakan oleh Allah untuk dipakai dalam membangun rumah rohani atau menjadi bait Allah masa kini. Dengan kata lain, bersedia untuk ditata dan dibangun di atas dasar batu penjuru yakni Kristus yang memberi kehidupan kekal.

Ayat 9-10, setiap orang percaya adalah yang terpilih menjadi susunan batu yang fondasinya adalah Kristus Yesus. Menjadi batu yang berharga dan mahal “bangsa yang terpilih” dinyatakan juga imamat yang rajani berarti bahwa setiap orang Kristen mempunyai hak masuk kepada Allah, pada kemuliaan Allah, bnd. Wahyu 3:21 “barang siapa menang ia akan kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhtaKu, sebgimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhtaNya”. Bandingkan juga dengan Wahyu 5:10 yang berkata, “dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi”. ‘Bangsa yang kudus’ setiap orang yang percaya adalah special, sebab walaupun berada dalam kehidupan dunia tetapi tidak hidup dalam tata cara duniawi, melainkan yang dikuduskan, “kepunyaan Allah sendiri”. Sebutan terhormat ini dulunya diberikan kepada bangsa Israel. Dalam Keluaran 19:6 dikatakan, “Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada orang Israel” sementara dalam Ulangan 7:6-7 dikatakan “sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu, engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu, dari segala bangsa ynag di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangaNya. Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu, bukankah kam ini yang paling kecil dari segala bangsa?”. Akan tetapi sebutan itu telah digantikan kedudukannya oleh gereja “orang percaya”.

 

Imamat Kudus, dalam Perjanjian Lama keimaman terbatas pada suatu golongan minoritas tertentu. Kegiatan mereka yang khusus ialah mempersembahkan kurban kepada Allah, mewakili umayNya dan berbicara langsung dengan Allah (Kel. 28:1; 2 Taw. 29:11). Kini melalui Yesus Kristus, setiap orang Kristen sudah menjadi imam di hadapan Allah (Why. 1:6; 5:10; 20:6). Keimaman semua orang percaya berarti:

1.      Semua orang percaya boleh langsung menghadap Allah melalui Kristus (1 Pet. 3:18; Yoh. 14:6; Ef. 2:18)

2.      Semua orang percaya berkewajiban untuk hidup kudus (ay.5,9)

3.      Semua orang percaya harus mempersembahkan “persembahan rohani” kepada Allah, antara lain: (a) hidup dalam ketaatan kepada Allah dan jangan menjadi serupa dengan dunia-Roma 12:1-2; (b) berdoa kepada Allah dan memuji Dia-Mazmur 50:14; Ibrani 13:15; (c) melayani dengan sepenuh hati dan pikiran-1 Tawarik 28:9; Efesus 5:1-2; Filipi 2:17; (d) melakukan perbuatan baik-Ibrani 13:16; (e) memberi dari harta milik-Roma 12:13; Filipi 4:18; (f) mempersembahkan tubuh kita kepada Allah sebagai senjata kebenaran-Roma 6:13,19.

4.      Semua orang percaya harus bersyafaat dan saling mendoakan serta berdoa untuk semua orang (Kol. 4:12; 1 Tim. 2:1; Why. 8:3)

5.      Semua orang percaya harus saling memberitakan Firman Allah dan mendoakan keberhasilannya (Kis. 4:31; 1 Kor. 14:26; 2 Tes. 3:1)

 

Bangsa yang kudus, orang percaya dipisahkan dari dunia supaya menjadi milik Allah sepenuhnya (bnd. Kis. 20:28; Tit 2:14) dan memberitakan injil keselamatan demi kemuliaan dan kebesaranNya.

 

Bacaan: Mazmur 22:23-32 disebut juga dengan Mazmur Messianis yang tidak terpisahkan dengan peristiwa Yesus di kayu salib. Seperti yang diucapkan Yesus, “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Markus 15:34). Dalam Mazmur 22:2 dituliskan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Pengalaman hidup yang penuh dengan tantangan, masalah dan penderitaan serta peristiwa penebusan dosa dan pemberian keselamatan dari Tuhan melalui kematianNya di kayu salib menjadikan kita “merdeka” dari kematian kekal. Hal inilah yang mendasari kita untuk bersyukur dan memuji Tuhan atas segala perbuatanNya yang ajaib.

 

III.  APLIKASI

Kita patut bersyukur karena Kristus, sang batu penjuru telah menyelamatkan dan memberikan arah dalam kehidupan kita. Kita mendapatkan anugerah keselamatan dan sekaligus kepercayaan untuk menjadi anak-anak Allah yang “memberitakan perbuatan besar Allah”. Orang Kristen diselamatkan dengan tujuan: Pertama, agar kita menjadi “alat di tangan” Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini adalah anugerah dan kepercayaan yang berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.

KeKristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang besar selain pemberitaan Firman. Selain karena kita sudah “dimenangkan” dan “diangkat” menjadi anak-anak Tuhan, imamat rajani ada beberapa alasan mengapa orang-orang percaya harus memuji Tuhan:

1.      Sebab kita diciptakan untuk memuji Tuhan, alasan utama yang patut direnungkan mengapa Tuhan menciptakan manusia, meyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, itu tertulis dalam Yesaya 43:21, “umat yang telah Ku bentuk bagiKu akan memberitakan kemasyhuranKu”. Allah rindu agar setiap aspek kehidupan manusia dipenuhi pujian akan kebesaranNya (bnd. Teologia Calvin tentang “Gloria Dei”, bahwa kita ada untuk memuliakan dan memuji Tuhan).

2.      Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan, firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!” (Mazmur 150:6)

3.      Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita, dalam 1 Tawarikh 16:35 dikatakan “Selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada namaMu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepadaMu”.

4.      Ekspresi syukur kepadaNya, bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam I Tawarikh 16:36 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka semua umat mengatakan “Amin! Pujilah Tuhan!” demikian pula anjuran dalam kitab Ibrani 13:15 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya”.

5.      Sebab kasih setiaNya kekal, Daud yang sangat memahami sifat Allah, melantunkannya dalam sebuah mazmur: “Haleluya! Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (Mazmur 106:1)

6.      Sebab Tuhan bertahkta di atas pujian kita, Alkitab menulis, “padahal Engkaulah yang kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian dan penyembahan umatNya. Hal ini nampak nyata dari tindakanNya yang “duduk bertakhta” di atas puji-pujian.

7.      Indah dan baik memuji-muji Tuhan, Mazmur 147:1 “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah dan layaklah memuji-nuji itu”

8.      Sebab Tuhan layak dipuji, tidak ada pribadi yang layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita dan berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Imanuel” yang disandangNya (bnd. Wah. 5:13-14; Mzm 146:1-2).

9.      Ada kuasa dalam pujian. Dalam I Samuel 16:14,23 menulis “Tetapi Roh Tuhan telah mundur daripada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang daripada Tuhan. Dan setiap kali apabila roh yang daripada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya, Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur daripadanya”.

10.  Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan. Dalam Mazmur 43:5 “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi padaNya, penolongku dan Allahku!”

11.  Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga. Wahyu 22:2-3 “Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali, dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya”.

Pdt                                                                                                                                                                                                 Pdt. Irwanta Sembiring, S.Th

                                                                                                                                                                                                                GBKP Surabaya

GB

GB

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD