Khotbah Minggu 26 Maret 2017

Khotbah Minggu 26 Maret 2017

(Minggu Passion V : Letare : “Bersukacitalah”)

Invocatio : Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7).

Bacaan    :  Efesus 5 : 8 - 14

Khotbah  :  1 Samuel 16 : 1 - 13

Thema     :  Engkau Dipilih Tuhan, Bersukacitalah!”

 

I.          Pendahuluan

Orang yang merasa punya tanggungjawab akan merasa terbeban, tetapi orang tidak punya rasa tanggungjawab akan merasa santai dan tidak merasa susah walaupun ada masalah di depan matanya. Dan tanggungjawab itu harus dibawa dengan tekun dan setia, menyelesaikan tugas sampai tuntas.

Menjadi orang pilihan Tuhan bukan merupakan tugas yang mudah, Tuhan memberikan beban yang lebih berat bagi orang pilihan-Nya. Tetapi Tuhan juga menyatakan penyertaan-Nya bagi orang-orang pilihan-Nya. Tuhan memberi kekuatan bagi orang pilihan-Nya untuk setia sampai akhir.

 

II.       Pendalaman Nats

Hati dan pikiran Samuel sangat tersita oleh pelanggaran Saul. Karena Saul tidak mau mengakui kesalahannya sehingga Allah menolak Saul. Dan Tuhan menegur Samuel karena begitu lama meratapi pelanggaran Saul. Meratapi boleh-boleh saja, tetapi jangan terlalu lama, karena kehidupan harus terus berjalan. Ratapan dan kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena Allah yang telah mengambil keputusan maka Samuel seharusnya menerima keputusan tersebut. Tapi Samuel tidak habis pikir, tidak sanggup memikirkan masalah yang terjadi.

Sepertinya Samuel telah memilih untuk pensiun dari tugas keimamannya, tetapi Tuhan masih mempunyai tugas yang harus dikerjakannya. Tuhan memulihkan Samuel dengan memberi perintah mengurapi raja Israel yang baru. Perintah Tuhan, Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah.

Samuel masih berdalih kepada Tuhan bahwa ada bahaya yang akan menghadang dirinya. “Jika Saul mendengarnya, ia akan membunuh aku.  Samuel telah melihat bagaimana hati Saul sudah sangat jauh berbalik dari Allah sehingga akan mampu membunuh seorang imam Allah. Karena Saul telah terbawa oleh ketinggian dan kedegilan hatinya, memakai kekuasaan yang diberikan kepadanya dengan sewenang-wenang. Seorang yang telah mengabaikan Allah termasuk sebagai orang yang sangat berbahaya karena membahayakan hidup orang lain.

Namun Tuhan mempunyai jalan dan cara yang tersembunyi. Tuhan juga tidak ingin melakukan rencana-Nya dengan terbuka. Hal ini juga perlu kita pahami bahwa cara Tuhan tidak selalu dengan konfrontasi, tetapi dilakukan dengan diam-diam. Samuel disuruh pergi sendiri dengan menuntun seekor lembu ke Betlehem, dia tidak membawa rombongan sehingga tidak menarik perhatian Saul atau siapa saja. Walaupun begitu, kedatangannya menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat Betlehem. Tua-tua Betlehem menghampiri Samuel dan para tua-tua berpikir jangan-jangan kedatangan Samuel mendatangkan celaka bagi masyarakat Betlehem. Tetapi Samuel berkata bahwa ia datang untuk mempersembahkan kurban di Betlehem. Samuel menyuruh mereka untuk mempersiapkan diri untuk melakukan ibadah persembahan korban. Dan tentunya setelah acara mempersembahkan korban ini, dilanjutkan hanya dengan keluarga Isai.

Tuhan membiarkan Samuel terlebih dahulu untuk memperhatikan siapa yang telah Tuhan pilih. Dan tampaknya Samuel salah menilai yang disukai oleh Allah, sebab ia memperhatikan perawakannya dan menyatakan dalam hatinya, inilah orangnya.  Sehingga Tuhan berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. Berarti Firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” bukan saja bagi perempuan. Kita harus lebih mementingkan manusia batiniah kita daripada penampilan.

Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi semuanya tidak dipilih TUHAN. Isai terlihat, kurang memperhatikan Daud, karena tidak segera memanggil Daud. Isai merasa sudah cukup bersama dengan ketujuh anaknya, sedangkan yang bungsu tidak perlu dipanggil. Setelah diketahui bahwa ketujuh orang anak Isai tersebut bukan yang dipilih menjadi raja, maka Samuel bertanya "Inikah anakmu semuanya?" Sehingga Isai mengingat anak bungsunya. Samuel berkata "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari". Yang dianggap Isai tidak penting, justru Daud-lah yang lebih penting.

Daud terlihat masih sangat muda, umurnya masih sekitar 20 tahun, tetapi TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Kalau Samuel saja disuruh untuk memilih salah satu dari antara anak Isai, tentu akan terjadi kesalahan fatal. Sehingga Tuhan menuntun Samuel untuk memberikan pengurapan kepada orang yang tepat. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Walaupun tidak langsung menduduki tahta kerajaan Israel, tetapi Daud telah diurapi menjadi raja. Berarti yang terpenting telah dia terima, karena Saul telah ditinggalkan Roh Allah dan Daud telah mendapatkan pengurapan (Roh TUHAN berkuasa atasnya). Daud harus menunggu 10 tahun lagi, mengalami pergumulan yang berat mengahadapi Saul. Tetapi akhirnya ia memulai kariernya sebagai raja pada umur sekitar 30 tahun.

Dalam hal ini Samuel telah menuntaskan tugasnya, sehingga ia dapat pergi dengan damai. Beban yang berat dipundaknya telah diringankan dengan menyelesaikan tugasnya. Walaupun pekerjaan belum tuntas secara keseluruhan, tetapi bagian yang diberikan Tuhan baginya telah dikerjakan dengan baik.

 

III.    Pointer Aplikasi

Samuel adalah seorang pilihan Tuhan, tampak dalam kehidupan dan pekerjaan yang ia lakukan seumur hidupnya. Dia sungguh-sungguh memikirkan kepentingan Allah dan bangsa Israel. Segenap hidupnya telah dipakai untuk melakukan kehendak Tuhan.

Daud juga merupakan orang pilihan Tuhan untuk mengemban tugas yang diberikan oleh Tuhan. Bahwa Tuhan telah mengangkat Daud dari belakang panggung sejarah dan membawanya kedepan panggung sejarah. Bahwa Tuhan menyatakan diri dalam menegakkan kerajaan Daud.

Tuhan memperhatikan orang-orang pilihan-Nya. 2 Tawarikh 16:9 “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia”. Kesungguhan hati sebagai orang pilihan Tuhan sangat penting, bukan saja pada awalnya baik tetapi akhirnya melawan Allah seperti Saul. Keistimewaan orang-orang pilihan Allah di dalam menjaga hubungan dengan Tuhan.

Sebagai orang pilihan Allah harus menjaga sikap dan rasa hormat kepada Tuhan. Bacaan kita dalam Efesus 5:10 “ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”, kita harus bertindak dalam kehati-hatian. Jabatan atau kedudukan yang diberikan Tuhan bukan bagi diri sendiri, untuk memegahkan diri. Jabatan adalah sarana melakukan kehendak Tuhan. Kis. 13:22 “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku”. Yang terutama bagi orang pilihan Tuhan adalah perkenanan Tuhan. Dan Tuhan sangat mengasihi orang yang rendah hati dan tetap mengandalkan Tuhan dalam segenap hidupnya.

Semua orang Kristen adalah pilihan Allah, setiap orang pilihan mempunyai tanggungjawab dan Tuhan menolongnya untuk melakukan tugasnya. Pertolongan Tuhanlah yang memberi penghiburan bagi kita didalam pergumulan. Tuhan tetap mempunyai cara untuk menyelesaikan tujuan-Nya. Berbahagialah karena ikut ambil bagian dalam tujuan Allah. Tuhan memberikan patokan kehidupan bagi orang pilihan-Nya, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Why.2:10c). Amin.

 

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Harapan Indah

Khotbah Minggu 12 Maret 2017

Khotbah Minggu 12 Maret 2017

Minggu Passion III

(Reminiscere: Mengingat kasih karunia Tuhan)

 

Invoctio     : Sebab Tuhan Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah-rumah perbudakan dan yang telah melakukan tanda tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh dan diantara semua bangsa yang kita lalui, (Yosua 24:17)

Bacaan      : Yohanes 3:1-17 (responsorial)

Khotbah     : Mazmur 121:1-8 (tunggal)

Tema         : Tuhanlah Perlindunganku

 

1. Masmur 121 merupakan masmur Ziarah yang biasa dinyanyikan umat dalam perjalanan menuju atau mendaki ke bukit Sion yaitu kota Yerusalem, yang terletak di dataran tinggi pegunungan Yehuda. Seluruh orang Israel yang berziarah akan berjalan dengan hati yang sukacita (Mazmur 42:5; Yesaya 30:29) untuk menghadiri tiga perayaan besar orang Israel yang terdapat di Ulangan 16:16 dan juga  Keluaran 23:14-17 yaitu hari raya Roti tidak beragi, hari raya Tujuh minggu dan hari raya Pondok daun. Ditambahkan dalam Ulangan 12:5-7 disebutkan tentang pemberian persembahan bakaran, korban sembelihan, persembahan persepuluhan, persembahan khusus, korban nazar dan korban sukarela. Dalam hal ini ziarah berarti datang ketempat yang mulia (rumah ibadah), mengikuti perayaan besar keagamaan dan mempersembahkan persembahan. Ziarah dalam konteks mengunjungi tempat sakral (bermakna dalam sejarah iman/ agama) juga merupaken tindaken konkrit sebagai latihen rohani yang secara khusus masih dilakukan oleh umat Islam dan Katolik dengan cara yang berbeda.

2. Dalam perjalanan ziarah tersebut juga sekaligus membawa korban persembahan sehingga dengan banyaknya beban maka perjalanan akan semakin sulit ditambah dengan medan yang cukup sulit dilalui. Perjalanan mendaki dengan barang yang banyak ditambah cuaca ekstrim panas disiang hari dan dingin dimalam hari sehingga pemazmur mengatakan alam Ayat 1 “Aku melayangkan pandanganku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?” Kata gunung-gungung mengacu ke kondisi perjalanan yang dilalui peziarah yaitu daerah perbukitan dan rawan kejahatan juga, bandingkan dengan perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati dalam Lukas 10:25-37. Peristiwa pemberian Hukum Taurat kepada Musa terjadi di Gunung Sinai (Kel 20) yang akhirnya mempengaruhi pemahaman bangsa Israel bahwa Allah itu berada di tempat yang tinggi. Pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh pemazmur dengan kesadaran tentang siapa yang akan sanggup menolongnya, ayat 2 “…Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi”. Jawaban tersebut menjelaskan sumber/ asal pertolongan yang diharapkan yaitu dari Tuhan semata. Menjadi perenungan untuk kita bahwa ketika kita dalam kesusahan hidup ada begitu banyak tawaran yang menjanjikan penyelesaian dan jalan keluar namun pemazmur memastikan bahwa pertolongan yang kita butuhkan yaitu yang datangnya dari Tuhan pencipta langit dan bumi.

3. Tuhan adalah Penolong dijelaskan secara lebih mendetail di ayat-ayat berikutnya. Tuhan Penjagamu tidak akan terlelap (ay 3); tidak tertidur (ay 4) artinya Tuhan menempatkan manusia dibawah pengawasan dan penjagaanNya.  Menjadi renungan bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam membantu sesamanya namun Tuhan sangat mampu memberi pertolongan tepat pada waktunya. Tuhan memberikan perlindungan sekaligus pertolongan, dalam konteks pemazmur pertolongan dan perlindungan diterima saat melakukan perjalanan ziarah yang penuh dengan tantangan yaitu matahari tidak akan menyakiti pada waktu siang dan bulan pada waktu malam (ayat 6) dan Tuhan akan menjaga dari segala kecelakaan, menjaga nyawa (ayat 7).  Demikianlah kesetiaan Tuhan yang memberikan rasa aman dan tenteram selama perjalanan ziarah. Menjadi renungan bahwa dalam perjalanan hidup setiap harinya (ziarah?) Tuhan hadir menjadi Penjaga dan Penolong umatNya sekarang dan selamanya (ayat 8). Dalam Perjanjian Baru kita mendapat penegasan tentang kasih setia Tuhan dalam Yohanes 3:16 “ karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”. Demikianlah kesetiaan Allah memberikan rasa aman dan tenteram dalam perjalanan ziarah, tidak saja dalam ziarah tapi dalam perjalanan kehidupan setiap harinya sehingga kehadiran Allah dalam kehidupan umat-Nya pasti. Oleh karena itu Martin Luther menyebut Yoh.3:16 sebagai miniature of Gospel.

4. Nikodemus peminpin agama Yahudi, menjumpai Yesus ketika hari sudah gelap untuk berbincang dengan Yesus, pemilihan waktu ini diambil supaya orang banyak tidak tahu tentang pertemuan tersebut. Dalam percakapan ada dibahas tentang dilahirkan kembali. Nikodemus memahami dilahirkan kembali berarti masuk kembali kerahim ibunya dan dilahirkan lagi. Namun Yesus menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dilahirkan dari air dan Roh, hidup baru. Karya Roh Kudus tidak dapat dikendalikan oleh manusia dan manusia yang sudah lahir kembali dalam Roh, keselamatanya tidak dapat diukur dengan ukuran manusia. Hal ini baru bagi Nikodemus karena bagi orang Parisi, kebaikan/ keselamatan seseorang biasanya diukur dengan melihat kepatuhannya terhadap hukum Taurat. Keselamatan tidak akan didapatkan hanya dengan taat melakukan Hukum Taurat tapi merupakan anugerah  Allah. Tuhan langsung turun tangan untuk menyelamatkan manusia.

5. Masing-masing kita sedang berjalan dalam  “ziarah” di dunia ini dan pasti banyak tantangan dan pergumulan yang sudah dan akan kita temui. Melalui bahan renungan kita diminggu ini ditegaskan kembali bahwa Tuhan yang kita sembah tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri tanpa pengawalan, pengawasan dan pertolongan. Keyakinan ini akan memberi kita kepercayaan diri bahwa dalam ziarah ini, dalam penyertaan Tuhan, akan membawa kita dengan selamat pada tujuan. Tantangan yang dihadapi pengikut Kristus tidak akan membuat kita berhenti apalagi hilang pengharapan namun tetaplah focus pada anugerah Tuhan yang telah disediakan bagi kita sekarang dan selamanya. 

                                                                                                                                                   Pdt. Erlikasna Purba

                                                                                                                                                   GBKP Denpasar

Khotbah Minggu 19 Pebruari 2017

KHOTBAH MINGGU TGL 19 FEBRUARI 2017

(Sexagesima)

Invocatio      : Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kau kembalikan binatang itu (Kel.23:4).

Bacaan          : Imamat 19:1,2;9-18

Khotbah        : Matius 5:38-48

Tema               : Mengasihi Lebih dari Biasa (Lebih asa siniarapken kalak)

 

I.Pendahuluan

                                   Matius 5:38-48 merupakan bagian dari Khotbah di Bukit yang si sampaikan oleh Yesus, Dia adalah Mesias yang di nubuatkan para nabi-nabi yang akan membawa “Taurat Baru“, bukan melawan Hukum taurat tapi melawan penafsiran orang-orang Farisi yang sangat ketat melakukan hukum taurat. Yesus menjelaskan inti pengajaran hukum taurat adalah kasih yang ada dalam hidup orang-orang yang percaya kepadaNya.

 

II. Pendalaman Nats

1.      Bacaan : Imamat 19:12, 9-18

Selain memuat tentang tugas para imam dalam ruang ibadah kitab Imamat juga memperlihatkan kehidupan umat Allah. Ajarannya mengutamakan pengenalan manusia akan kekudusan Allah dan bagaimana manusia menghampiri Allah yang kudus. Hal ini menunjukkan kepada kita bagaiman suasana Israel pada masa pembagian tanah pusaka, ketika bangsa itu telah menduduki negeri yang dijanjikan Allah bagi mereka. Di atas tanahlah kehidupan terselenggara dan tanah sebagai sumber kehidupan karena tanah tidak pernah berhenti memberikan hasil bagi mereka.

Tanah diyakini sebagai keadilan Allah yang telah membela bangsa Israel yag kecil dan memberikan kehidupan bagi bangsa ini. Pengalaman bangsa Isreal yang pernah di tindas oleh bangsa lain, merupakan suatu pengalaman berharga yang akhirnya di ikuti pemberian tanah pusaka oleh Tuhan Allah. Kini mereka bisa hidup dari pemberian tanah oleh Allah, tanah itu menghasilkan gandum, anggur, susu dan daging serta buah-buahan yang lain. Mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka dari tanah pemberian Allah. Oleh karena itu Allah melalui Musa memperingatkan bangsa itu bahwa tanah itu harus memberikan hasil yang bisa memberi makan semua orang, termasuk orang yang miskin hendaknya diberi kesempatan untuk bisa juga menikmati hasil dari tanah itu “Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu; janganlah kau sabit ladangmu bahis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kau pungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu”(ay 9). Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Israel yang telah memperoleh belas kasihan Allah dengan pemberian tanah, maka dia juga harus mengasihi orang lain. Itulah keadilan yang di tunggu oleh Allah. Selanjutnya Allah juga membenci kesombongan, tidak adil dalam bentuk merampas hak, memfitnah demi memuluskan rencana jahat. Allah menghendaki agar bangsa ini dapat hidup kudus dengan menjauhkan diri dari praktek curang dipengadilan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Khotbah: Matius 5:38-48

Di sini diperlihatkan bagaimana Yesus mengungkapkan kehidupan orang beriman terhadap sesamanya atau bahkan terhadap musuhnya. Ajaran ini melampaui tradisi kebiasaan yang sudah baku yang penuh dendam dan amarah. Salah satu contoh yang jelas adalah adanya hukum yang setimpal. Latar belakang hukuman di Timur Tenggah dikatakan adil ketika pelaku (tersangka) menerima ganjaran yang setimpal atau berbanding dengan penderitaan korban. Seorang terhukum mati bisa bebas dari tiang gantungan setelah keluarga mengampuni dan pihak korban menerima uang darah. Seorang raja sekalipun tidak berhak mencabut hukumannya, karena bagi mereka adil itu adalah ketika tersangka itu mengalami penderitaan seperti yang dialami pihak korban, oleh karena hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi berlaku dalam kehidupan sosial saat itu. Demikian juga dengan sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang  berbuat jahat ada tempat untuk membalas kejahatan yang setimpal dengan yang dilakukannya bagi kita.

Dalam kondisi ratusan tahun dalam prinsip kaku yang mendarah daging, Yesus hadir dan memberikan etika baru yang tertuang dalam khotbah di bukit yang sangat terkenal, bahwa murid-murid Yesus serta orang-orang yang percaya kepadaNya harus tampil beda dengan dunia dengan segala peraturannya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”(ay 39). Hal ini berbicara tentang sikap dan perbuatan kita terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada kita, dengan kata lain balas dendam tidak memiliki tempat dalam kamus orang Kristen. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu”(ay 40). Dimata orang Yahudi “jubah” mempunyai makna yang sangat penting yaitu “dirinya sendiri”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang ingin hidup sebagai pengikut Kristus memang harus lebih dahulu meninggalkan “dirinya sendiri”(ego-nya) dengan melakukan kepentingan orang lain, tidak hanya memberikan apa yang secara tidak sah diambil dari kita, akan tetapi memberikan lebih lagi  dari yang kita miliki. Siapa yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (ay 41). Hal ini berarti bahwa dalam situasi yang masih memungkinkan janganlah kita menolak orang yang memohon bantuan dari kita.

 

III.  Pointer Aplikasi

            Tuhan Yesus memberikan ajaran baru bagi murid-murid dan juga orang-orang yang percaya kepadaNya. Kita disuruh untuk keluar dari aturan dan kebiasaan yang sudah mendarah daging dikehidupan sehari-hari. Mengasihi musuh adalah ajaran Yesus yang nampaknya susah untuk dilakukan, sebab seseorang pasti pernah punya pengalaman memandang seseorang sebagai musuh, atau sampai sekarangpun kita masih punya daftar orang-orang yang dianggap musuh. Permusuhan biasanya beriringan dengan sakit hati. Orang yang menganggap seseorang sebagai musuh akan selalu ingin membalas perbuatan jahat, dendam dan kebencian tidak terhindarkan, semakin lama rasa ini semakin dalam hingga kita sering mendengar perkataan “sada matawari pe ateku lang ras ia”.

            Ajaran yang diberikan oleh Yesus walau sulit bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin. Yesus adalah model kita, melalui kasih dan pengampunanNya terhadap mereka yang menganiayaNya (Luk.23:34). Seorang penulis Kristen Alfred Plummer (1841-1926) menulis: Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian, iri dan dengki, membalas kebaikan dengan kebaikan adalah suatu hal yang manusiawi. Sedangkan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat ilahi. Kita tidak akan pernah bisa bahagia dan damai sejahtera jika masih menyimpan dendam dan kebencian.

            Melakukan lebih dari yang diharapkan oleh orang lain, ini menunjukkan sikap bahwa hidup dan perbuatan kita yang tidak tergantung pada apa yang kita dengar dan apa yang kita terima dari orang lain (bnd. Roma 12:2). Hidup kita haruslah tergantung dari pemeliharaan Allah, bagaimana Allah telah menunjukkan keadilanNya dengan memberikan kita hidup dari apa yang telah Dia sediakan.

            Mengasihi lebih dari yang diberikan oleh orang lain (tema) adalah bentuk keadilan yang bercirikan kasih. Kekristenan tidaklah mengorbankan keadilan demi kasih, sebab tidak ada kejahatan yang dibiarkan oleh keadilan Allah. Akan tetapi pembalasan adalah hak Allah bukan hak manusia. Untuk mendapatkan berkat dari Allah, kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan tapi mengasihinya, inilah kelebihan kita sebagai orang kristen, Allah tidak pernah menuntut kita, yang ada Dia selalu memberi lebih, melebihi segala perbuatan baik kita.

 

                                                                                                                                                                                      Pdt.Rena Tetty Ginting, S.Th

                                                                                                                                                                                 GBKP Runggun Bandung Barat

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD