Minggu 08 Juli 2018, Khotbah : Amsal 31:10-31
Invocatio :
“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan
malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?
Bacaan :
Kisah Para Rasul 18:1-3 (Tunggal)
Tema :
PERGUNAKANLAH POTENSI DENGAN CAKAP
I. KATA PENGANTAR
• Sering sekali manusia sulit mempergunakan potensi yang ada dalam dirinya ketika menghadapi rintangan dalam hidupnya, tapi tidak dengan Abraham Lincoln salah seorang mantan Presiden Amerika Serikat. Saat Abraham Lincoln (1809-1865) masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”Lincoln berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi.”Waktu berlalu…Lincoln menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.
• Tapi pada kenyatannya manusia sangat sulit bekerja sama dengan orang-orang yang mereka benci atau yang tidak sependapat dengan mereka. Melalui firman Tuhan hari ini kita mau belajar bagaimana kita mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan cakap dan tidak melihat kelemahan atau kekurangan yang kita miliki.
II. PEMBAHASAN TEKS ALKITAB
• Nas ini berbicara tentang Istri yang Cakap (31:10-31). Penggambaran tentang istri yang cakap ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada para perempuan, harus menjadi istri seperti apakah mereka dan istri seperti apakah yang harus dipilih para lelaki yang bijak. Karena jika para ibu bersikap bijaksana dan baik sangat membantu dalam memelihara penghayatan agama di dalam keluarga, dan pewarisannya kepada keturunan selanjutnya. Juga, ada akibatnya terhadap kesejahteraan dan kemakmuran yang akan dinikmati seisi rumah. Orang yang ingin berhasil harus bertanya-tanya akan istri yang akan dipilihnya.
• Dalam nas ini ada beberapa hal yang ditekankan seperti apakah istri yang harus dicari yakni istri yang cakap, perempuan yang kuat (begitulah maksud istilah ini). Meskipun dianggap kaum yang lemah, namun dibuat kuat oleh hikmat dan anugerah, serta takut akan Allah. (ay. 10). Istri yang cakap adalah perempuan yang dipenuhi roh, mampu mengendalikan diri, dan tahu cara mengendalikan orang lain. Ia seorang yang saleh, rajin, dan penolong bagi suaminya. Istri yang cakap adalah perempuan yang penuh tekad, yang setelah memegang asas-asas yang baik, bersikap tegas dan kukuh terhadapnya, serta tidak akan takut menghadapi topan dan badai yang menghadang setiap kewajibannya.
• Sulitnya menemukan perempuan seperti itu menyiratkan bahwa perempuan baik sangat jarang ditemui, dan banyak perempuan yang tampak baik ternyata tidak seperti itu. Namun, orang yang berencana menikah harus mencari perempuan seperti itu dengan tekun, dan mengutamakan dasar penilaian ini dalam pencariannya. Ia harus berhati-hati supaya tidak terkecoh oleh kecantikan atau keriangan, kekayaan atau asal usul keluarga, dan selera tinggi dalam berpakaian atau keterampilan menarinya. Sebab semua hal ini bisa saja terdapat pada diri seorang perempuan, padahal dia bukan perempuan yang cakap.
• Perempuan cakap sangat tekun dalam membawa dirinya sehingga mendapat penghargaan dan kasih sayang suaminya. Orang-orang yang baik akan bersikap baik juga dalam hampir semua hal. Bila seorang perempuan yang baik menikah, maka ia juga akan menjadi istri yang baik dan berusaha untuk menyenangkan suaminya (1Kor. 7:34). Walaupun dia sendiri seorang perempuan yang dipenuhi roh, keinginannya adalah untuk takluk kepada laki nya, untuk memahami pikirannya supaya bisa menyesuaikan diri dengan pikiran suaminya itu, serta bersedia suaminya memerintahkan atas dia.
• Ia berperilaku sedemikian rupa hingga suaminya bisa merasa tenang dan percaya penuh kepadanya. Suaminya percaya akan kesuciannya dan sang istri tidak pernah memberi dia kesempatan untuk merasa curiga ataupun cemburu. Dia bukan termasuk perempuan yang murung dan suka menyendiri, melainkan rendah hati sekaligus berwibawa, serta memiliki semua tanda kebajikan dalam penampilan dan perilakunya.
• Istri yang cakap senantiasa giat berbuat baik kepada suaminya, dan takut melakukan apa pun yang dapat merugikan suaminya, walau tanpa sengaja sekalipun (ay. 12). Ia menyatakan kasih sayang kepada suaminya, bukan dengan kemesraan yang bodoh, melainkan dengan perilaku bijaksana yang membuatnya disukai, sambil menyesuaikan diri dengan suasana hati sang suami, bukannya membuat dia marah. Ia mengucapkan kata-kata yang baik dan bukan yang jahat, terutama saat suasana hati suaminya kurang baik. Ia berusaha membuat suaminya merasa nyaman, menyediakan segala sesuatu yang cocok baginya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, serta melayani dengan tekun dan lembut pada waktu sang suami sedang menderita sakit. Ia tidak lelah melaksanakan tugas-tugasnya bagi suami: Ia berbuat baik, bukan saja sepanjang umur suaminya, tetapi sepanjang umurnya juga.
• Istri yang cakap di dalam keluarga ia adalah seorang istri yang berperan aktif di balik nama besar suaminya (23). Ia dipercaya suaminya karena tidak sekalipun ia berbuat yang jahat terhadap suaminya (11-12). Ia bangun lebih pagi dari suami dan anak- anaknya dan pandai menata semua pekerjaannya, sehingga ketika semua bangun, segala makanan telah tersedia (13-15, 27). Ia memelihara lingkungan rumahnya dengan keindahan agar keluarganya merasakan bahwa rumah mereka adalah tempat tinggal yang paling menyenangkan (16). Ia penuh perhatian kepada seluruh isi rumahnya, ia menyediakan dan memperlengkapi semuanya dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak pernah terabaikan (21). Ia tidak pernah berpangku tangan, tetapi bekerja keras membantu kebutuhan keluarga dengan ketrampilan yang dimilikinya (17-19, 24). Seorang istri yang cakap berkata-kata dengan hikmat dan pengajaran yang lemah lembut, sehingga suami dan anak-anaknya tidak pernah menganggapnya remeh (26). Ia pun senantiasa menjaga penampilan dirinya agar selalu tampil menarik dan indah (22) sehingga hati suaminya tidak beralih kepada wanita lain dan keharmonisan keluarga terpelihara. Di tengah masyarakat, ia adalah seorang wanita yang bersosialisasi, memperhatikan kebutuhan masyarakat dan tidak segan-segan mengulurkan tangannya memberikan bantuan kepada mereka (20). Demikianlah ia merencanakan masa depan dengan begitu mantap, sehingga ia tidak kuatir akan apa yang terjadi pada masa mendatang (25) dan hal yang menyempurnakan dan memahkotai tabiatnya adalah bahwa ia takut akan TUHAN (ay. 30).
III. APLIKASI
• Tema kita adalah PERGUNAKANLAH POTENSI CAKAP. Dalam KBBI potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Tentu dappat kita pahami melalui tema ini memberikan pengertian kepada kita bagaimana kita mempergunakan kekuatan, kesanggupan, daya yang kita miliki.
• Dalam bacaan khotbah kita kita belajar dari seorang istri yang cakap yang mempergunakan kekuatan, kesanggupan daya yang dia miliki dengan cakap. Arti kata “cakap” dalam bahasa ibrani disebut denganChayil yang artinya bijaksana, berhikmat, yang sifatnya baik, yang moralnya baik, yang karakternya baik, yang kuat, yang konfiden, yang punya wibawa, yang punya prinsip yang kuat didalam kebenaran, yang tenang, yang tidak cepat menyerah, rendah hati.
• Sebagai orang yang beriman kita harus hidup dan mempergunakan potensi yang ada pada kita dengan baik (cakap). Seperti yang dilakukan Paulus dalam Kisah Para Rasul 18:1-3, Walaupun dia berhak dihidupi oleh gereja-gereja yang dia tanam, dan oleh orang-orang yang mendengarkan khotbahnya, Paulus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (ay. Kis 18:2-3). Paulus pembuat kemah untuk digunakan oleh serdadu-serdadu dan gembala-gembala, dari kain atau bahan tekstil. Apapun profesi kita saat ini, apapun usaha kita saat ini kerjakanlah itu dengan cakap. Pergunakanlah kemampuan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dan jangan sia-siakan kesempatan sudah diberikan Tuhan kepada kita. Dengan demikian tiba waktunya kita akan menerima kebahagiaan bukan penderitaan seperti yang disampaikan dalam Matius 25:26-27,“Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya?’ Amin.
Pdt. Jaya Abadi Tarigan
GBKP Runggun Bandung Pusat