MINGGU 28 OKTOBER 2018, KHOTBAH ROMA 1:16-17
Invocatio :
“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12)
Bacaan :
2 Raja-Raja 23:24-27
Tema :
“Dimulai Dalam Iman dan Diakhiri Dalam Iman”
I. PENDAHULUAN
Hari Reformasi Gereja diperingati setiap tanggal 31 Oktober, hari yang mengingatkan orang-orang Kristen Protestan akan peristiwa DR. Martin Luther mereformasi gereja dengan menempelkan 95 tesis/dalil di depan pintu gereja Wittenberg-Jerman pada tanggal 31 Oktober 1517. 95 tesis/dalil yang dipakukan itu berisi protes DR. Luther akan kesalahan praktik-praktik yang dilakukan oleh gereja Katolik Roma pada waktu itu, terutama penyebaran surat pengampunan dosa (indulgensia) untuk membangun Gereja Basilea St. Petrus. Karena itu dalil yang ditempelkan Martin Luther itu mengungkapkan kebenaran/pemahaman Alkitab dan mengkritik dogma yang telah berlangsung sekian lama di Institusi gereja di masa itu. Keselamatan itu bukan berasal dari gereja atau pemimpin gereja, tetapi iman kitalah yang menyelamatkan kita. Dari terobosan inilah kita mengenal ajaran Martin Luther yakni: Hanya oleh Iman (Sola fide), Hanya oleh anugerah Allah kita diselamatkan (Sola Gratia) dan kebenaran hanya didapatkan dari Alkitab (Sola Scriptura). Semangat Martin Luther mereformasi gereja bukan karena ingin memecah belah gereja melainkan dia mau mengingatkan supaya gereja kembali kepada Alkitab (back to the Bible), sebagai dasar pengajaran kebenaran.
II. PENDALAMAN NATS
Surat Paulus kepada jemaat Roma, khususnya dalam Pasal 1:16-17 memegang peran sentral. Hampir semua penafsir Alkitab sepakat bawa inti keseluruhan Surat Roma terletak pada bagian ini. Ini adalah tema surat. Bagian yang lain, terutama Roma 1:18-8:39, hanyalah penjelasan terhadap Roma 1:16-17. Di dalam kedua ayat ini, Paulus menjelaskan alasan mengapa di ayat 15, ia berkeinginan untuk memberitakan Injil kepada jemaat di Roma yaitu karena Injil adalah kekuatan Allah. Di dalam ayat 16, Paulus dengan berani memproklamasikan bahwa dirinya tidak malu akan Injil (KJV: “For I am not ashamed of the gospel of Christ”). Terjemahan King James Version ini lebih sesuai dengan naskah aslinya dimana kata ashamed dalam naskah Yunaninya: epaischunomai yang berarti to feel shamed for something. Sungguh menarik apa yang Paulus nyatakan, mengingat dulunya Paulus adalah seorang yang membenci Kristus dan para pengikutNya. Tetapi setelah dirinya diperbaharui olehNya, ia tidak malu lagi akan Injil bahkan rela mati demi Injil. Sebab Paulus tahu dengan pasti bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”. Injil bukan membuat orang sakit menjadi sembuh atau membuat orang miskin menjadi kaya, itu sama sekali bukan Injil, tetapi “injil” palsu dan murahan yang Paulus kutuk habis di dalam Galatia 1:6-10. Injil Kristus sejati yang Paulus tekankan tetap berintikan kepada Kristus, karya pengorbananNya di kayu salib dan pengampunan serta penebusan dosa. Injil tidak boleh dipisahkan dengan penebusan dan karya Kristus. Di dalam pernyataan ini, Paulus mengartikan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil itu diberikan oleh Allah melalui anugerahNya untuk membawa manusia pilianNya yang sudah berdosa kembali direkatkan ubungannya dengan Allah yang maha kudus. Matthew Henry di dalam tafsirannya, “In these verses the apostle opens the design of the whole epistle, in which he brings forward a charge of sinfulness against all flesh; declares the only method of deliverance from condemnation, by faith in the mercy of God, through Jesus Christ; and then builds upon it purity of heart, grateful obedience, and earnest desires to improve in all those Christian graces and tempers, which nothing but a lively faith in Christ can bring forth”. Matthew Henry mengajarkan dan mengingatkan kita bahwa satu-satunya jalan kita dibebaskan dari belenggu kutuk dosa adalah melalui iman di dalam anugerah Allah, melalui Yesus Kristus. Itulah janji Kristus sejati membawa manusia pilihanNya yang sudah jatuh ke dalam dosa untuk direkatkan kembali hubungannya dengan Allah yang maha kudus. Kristus itu satu-satunya jalan. Injil sejati memerdekakan manusia dari dosa, sebagaimana Tuhan Yesus berfirman, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoanes 8:31-32). Kembali Paulus menyatakan dalam 2 Timotius 1:10, “bahwa kuasa Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.
Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman”. Kuasa Injil tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin iman. Paulus mengungkapkan bahwa di dalam Injil dan Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata “kebenaran” diterjemakan ke dalam bahasa Yunani dikaiosune yang berarti pembenaran/justification. Pembenaran Allah yang dimaksud adalah bagaimana cara Allah merekatkan hubungan manusia denganNya melalui Kristus yang di dalamnya kita harus percayai dan taati secara mutlak dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu membenarkan manusia berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini Paulus mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman sejati tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain, iman harus terus-menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah (Kristus) sebagai obyek sekaligus subyek iman. Hal ini sesuai dengan pemaparan Paulus di dalam ayat 17 ini, dimana kebenaran Allah memimpin iman yang mula-mula kepada iman pada akhirnya. Allah adalah pemberi atau sumber/subyek iman yang memberikan iman sejati di dalam Krsitus kepada umat pilianNya. Ini berarti iman adalah anugerah Allah. Iman bukan hasil usaha kita sendiri, tetapi anugerah Allah. Iman ini mengakibatkan anak-anakNya tidak terlebih dahulu berusaha keras untuk menggapai iman dan perkenaan Allah, tetapi menyerahkan keseluruhan hidup mereka kepada Tuhan yang menganugerahkan iman. Karena manusia tidak pernah sanggup dapat melepaskan diri dari dosa apalagi dapat memilih iman yang benar di dalam Kristus. Kerusakan total manusia mengakibatkan manusia tidak dapat memiliki keinginan dan motivasi yang beres dan memuliakan Allah. Lalu apakah iman berhenti pada posisi manusia sebagai yang pasif saja? Tentu tidak, karena iman bukan saja berhenti pada iman yang merupakan anugerah Allah untuk keselamatan, tetapi iman itu terus bertumbuh. Iman yang bertumbuh adalah iman yang berada di dalam proses terus-menerus bersama dan di dalam jalur Allah melalui firman dan RohNya yang kudus. Iman yang bertumbuh adalah iman yang terus-menerus menghendaki hidup kudus sebagaimana Allah yang memanggil umatNya adalah Allah yang kudus, dan kemudian iman itu juga bertumbuh di dalam pengetahuan yang melimpah di dalam Kristus. Paulus menyimpulkan, “Orang benar akan hidup oleh iman”. Siapakah “orang benar” itu? Mereka yang sudah dibenarkan Allah di dalam Kristus (umat pilianNya), sehingga mereka pasti hidup oleh iman.
Teks ini bukan hanya terkenal, tetapi sangat penting. Dari sisi sejarah, Allah telah menggunakan teks ini untuk mempertobatkan Martin Luther tokoh reformasi itu. Sekian lama berupaya untuk memperole kebenaran di hadapan Allah melalui perbuatan baik tetapi tanpa kepastian dan kedamaian, Luther akhirnya menyadari bahwa kebenaran merupakan anugerah Allah bagi orang berdosa yang beriman kepada Yesus Kristus. Pembenaran adalah melalui iman. Dari sisi theologi, pembenaran melalui iman secara esensial membedakan iman protestan dari Yudaisme, Roma Katholik, maupun agama-agama lain. Yang lain menambahkan perbuatan baik pada iman sebagai syarat untuk dibenarkan oleh Allah. Roma 1:16-17 menegaskan bahwa pembenaran hanya melalui iman.
Demikian juga dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-Raja 23:24-27, dimana reformasi yang dilakukan Yosia dalam hal keagamaan (peribadahan kepada Allah) yang selama ini oleh pendahulu-pendahulunya sudah menyimpang dan melukai hati Tuhan. Reformasi Yosia dimulai dengan memusnahkan bukit-bukit pengorbanan bamot, menghancurkan semua peranti dan sarana ibadah kafir. Kebijakan Yosia selanjutnya adalah pemberlakuan kembali perayaan Paskah (2 Raja-Raja 35:18). Dihapuskannya peran para pemanggil arwah, dan para peramal serta segala berhala-berhala lainnya.
III. APLIKASI
Semangat Reformasi yang terutama adalah semangat mencintai firman Tuhan (Alkitab). Tapi sayang, semangat ini terkadang sudah luntur dan terkadang dipelintir oleh gereja-gereja yang katanya dipengaruhi oleh teologi Reformasi dengan pemberitaan “yang enak dan sedap” untuk didengar dan membuat jemaat ‘terhibur’ dan ‘tertawa’ (pemberitaan Stand Up Comedy) yang tidak lagi bernilai alkitabiah. Hal ini bukanlah semangat Reformasi gereja, inti semangat reformasi gereja adalah kembali kepada Alkitab. Seorang yang memiliki kerinduan kembali kepada Alkitab adala orang yang mencintai firmanNya. Tanpa didasari oleh kecintaan akan Allah dan firmanNya, tak mungkin seorang benar-benar mau kembali kepada Alkitab. Orang yang mencintai Allah dan firmanNya pasti sungguh-sungguh kembali kepada Alkitab, lalu orang yang kembali kepada Alkitab adalah orang yang mempelajari firmanNya dan selanjutnya adalah orang yang taat dan menjalankan apa yang Tuhan firmankan.
Reformasi sangat jelas menjadi sejarah gereja dan juga semangat gereja. Slogan “Ecclesia Reformata Semper Reformanda”, yang berarti gereja (persekutuan orang percaya) yang terus menerus diperbaharui. Jadi reformasi bukan sekedar sebuah gerakan melainkan proses yang tiada henti. Bagaimana gereja dari masa ke masa makin menyerupai Kristus/Imitatio Christi (Kolose 3:1-4) dan menjadi sempurna seperti Bapa sempurna (Matius 5:48).
Minggu Reformasi gereja ini menyadarkan kita akan pentingnya Alkitab sebagai satu-satunya sumber dan standar bagi iman, spiritualitas, etika, dan moralitas hidup. Kiranya Roh Kudus memimpin dan memampukan kita menjalankan apa yang Allah firmankan di dalam Alkitab, sehingga nama Tuhan sajalah yang ditinggikan selama-lamanya. Soli Deo Gloria. Sola Scriptura. Sola Gratia. Sola Fide. Solus Cristus.
Pdt. Irwanta Brahmana
(GBKP Rg. Surabaya)