MINGGU 04 FEBRUARI 2018, KHOTBAH LUKAS 8:9-15 (SEXAGESIMA)
Invocatio :
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambat akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetep hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (Yeremia 17:8)
Bacaan :
Yesaya 55:6-9
Tema :
“Bertumbuh dan Berbuahlah Firman Tuhan Yang Kau
Dengarkan”
Pendahuluan
Dalam sebuah buku karya Krispurwana Cahyadi, SJ yang berjudul Benediktus XVI ada satu pernyataan yang ditulis: “betapa sulitnya mengenali Allah dan realitas Ilahi”. Atau dengan kata lain tidak mudah mengenal dan memahami tentang Allah dan segala hal yang dikerjakanNya dalam kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan bacaan kita dari Yesaya 55:6-9, di mana TUHAN berkata, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9). Seperti itulah digambarkan bagi kita, sehingga tidak mudah mengenal dan memahami tentang Allah dan segala yang dikerjakanNya dalam kehidupan ini. Tetapi, jika kita melihat bagaimana Yesus dalam segala pengajaranNya yang banyak memakai perumpamaan, tentulah bertujuan supaya semua yang mendengarkan pengajaran teresebut mendapatkan pemahaman yang benar.
Isi
Jika kita melihat bahan khotbah minggu ini, Lukas 8:9-15 ada baiknya kita membacanya dari awal (dimulai dari ay. 1). Di situ dijelaskan bagaiman Yesus memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah. Tentunya kepada orang banyak yang mendengar pada waktu itu, berbicara tentang Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang mudah dipahami dan mungkin belum memahaminya dengan baik. Oleh karena itu, ketika orang banyak itu berbondong-bondong datang kepada Yesus, maka Ia menyampaikan perumpamaan seperti yang tertulis pada ayat 5-8 (perumpamaan tentang seorang penabur). Setelah Yesus menyampaikan perumpamaan tersebut, Ia berkata, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendenga!”, ini adalah sebuah penekanan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak itu.
Selanjutnya kita masuk ke bahan khotbah yang merupakan bagian di mana murid-murid Yesus bertanya kepadaNya tentang maksud dan tujuan perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada orang banyak itu (ay. 9). Dijelaskan maka ada dua bagian jawaban Yesus atas pertanyaan murid-muridNya tersebut:
1. Kepada para murid, Yesus mengatakan bahwa mereka sudah diberikan pengetahuan tentang rahasia Kerajaan Allah. Sudah dijelaskan kepada para murid, bahwa sebenarnya Kerajaan Allah itu datang dalam diri Yesus Kristus. Saat Yesus datang ke dunia ini di situ pun Kerajaan Allah itu sudah ada. Rahasia kebenaran yang mau menyatakan bahwa sesungguhnya Yesus adalah Mesias itu sendiri.
2. Kepada orang lain yang mendengarkan Kabar Baik itu disampaikan melalui perumpamaan yang bisa saja tidak dipahami oleh mereka. Oleh sebab itu sekalipun mereka memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti (ay. 10).
Kemudian Yesus menjelaskan arti dari perumpamaan tetnang seorang penabur itu (ay. 11-15). Benih itu adalah Firman Allah dan keempat tempat ditaburnya Firman itu menggambarkan empat tipe orang dalam menerima Firman Allah tersebut:
1. Benih yang jatuh ke pinggir jalan digambarkan sebagai orang yang telah mendengar Firman, di dengarnya, tapi kemudian datanglah Iblis lalu mengambil Firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan (ay. 12).
2. Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu digambarkan sebagai orang yang setelah mendengar Firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka menjadi murtad (ay. 13).
3. Benih yang jatuh dalam semak duri digambarkan sebagai orang yang telah mendengar Firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup (dikuasai oleh keinginan daging), seperti semak duri yang menghimpit pertumbuhan benih tersebut tentunya tidak akan menghasilkan buah yang matang (ay. 14).
4. Benih yang jatuh di tanah yang baik digambarkan sebagai orang yang setelah mendengar Firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buahnya dalam ketekunan (ay. 15). Artinya, orang yang demikianlah yang harus dicontoh di mana dia memegang teguh dan menjalankan Firman Allah itu, dia memberikan dirinya dikuasai oleh Firman Allah. Firman itu dipakai untuk mengatur kehidupannya, ketika ada pergumulan dan pencobaan, dia tekun dan tabah menjalaninya sampai pada akhirnya berbuahlah Firman Allah itu dalam kehidupannya.
Aplikasi
Berbuah adalah satu keharusan bagi kita selaku orang percaya. Menjalankan Firman Tuhan adalah suatu keharusan. Tapi dari perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus dalam bahan khotbah ini, kita tidak boleh melupakan bahwa ada proses yang dimulai dari benih sampai benih itu tumbuh dan berbuah. Proses itu demikian: benih itu harus “masuk” benar ke dalam tanah yang baik, berakar perlahan-lahan ke bawah dan bertumbuh perlahan-lahan ke atas. Seperti itu jugalah ada proses yang dimulai dari “mendengarkan Firman Tuhan” sampai kepada “melakukan Firman Tuhan” (berbuah). Seperti itulah analoginya, minimal 3 hal yang perlu kita perhatikan:
1. Firman Tuhan itu harus “masuk benar” ke dalam diri kita dan menjadi satu kesukaan bagi kita seperti yang disampaikan dalam Mazmur 1:2 (kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam).
2. Supaya dapat berakar ke bawah dan bertumbuh ke atas, tentunya tanah itu harus dibersihkan sehingga tidak ada lagi batu-batu dan semak duri. Ini bukanlah satu pekerjaan yang mudah. Ada dosa, kekuatiran, kekerasan hati, kepahitan hidup, semua ini harus kita bawa satu persatu kepada Tuhan untuk “dibersihkan”. Sehingga hati kita sama seperti tanah yang baik (subur) untuk benih Firman Tuhan itu berakar dan bertumbuh.
3. Dan yang terakhir, sabar membiarkan Tuhan bekerja. Tidak ada pertumbuhan yang bisa dipercepat. Kita hanya perlu membiarkan Tuhan bekerja dalam diri kita. Sungguh-sungguh MEMBIARKAN Tuhan bekerja. Jangan halangi dengan dosa, jangan halangi dengan ketidaktaatan kita, jangan halangi dengan kemalasan kita.
Kita akan melihat pada waktunya Firman Tuhan itu berbuah dalam diri kita. Menjalankan Firman Tuhan akhirnya bukan sebagai suatu beban tetapi mengalira dan keluar begitu saja dari dalam diri kita setiap saat. Seperti benih yang mengakar dan tumbuh di tanah yang baik, menjadi pohon yang baik, demikianlah pula akan menghasilkan buah yang baik. Amin.
Solideoa Gloria
Pdt. Andinata GintingPdt. Andinata Ginting
GBKP Rg. Palangkaraya