• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 16 OKTOBER 2022, KEJADIAN 24:54-61 (MINGGU MORIA)

Invocatio         : “Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah menjadi ibu semua yang hidup” (Kej. 3:20)

Bacaan            : Kis 12:12-16 (T)

Kotbah            : Kej. 24:54-61 (T)

Tema               : “Menjadi Ibu bagi orang Banyak”


Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan

Melansir dari buku “ Tugas Rangkap Wanita : Anne Borrow dale, 1993, peran sebagai ibu rumah tangga itu dianggap kurang penting, karena tidak menghasilkan apa-apa, ini mungkin berdampak terhadap wanita pada jaman sekarang menganggap bahwa menjadi ibu rumah tangga itu bukan tugas mulia lagi sehingga para wanita pada era ini sudah fokus memanfaatkan pendidikannya serta terbukanya pekerjaan untuk para perempuan untuk mendukung dan menambah ekonomi keluarga.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak wanita Kristen yang memiliki peran ganda di dalam keluarganya. Sebagai ibu rumah tangga (mengurus suami, anak-anaknya dan rumah tangga) dan mampu berperan dalam pekerjaannya (karir). Inilah saatnya para wanita Kristen mengoreksi/mengevaluasi tanggung jawabnya dan komitmennya sesuai dengan arahan Firman Tuhan yang menjadi renungan kita di minggu ini.

Kej. 24:54-61

Jemaat Tuhan yang terkasih …

Ada 2 hal yang selalu ditekankan dalam bimbingan pra nikah :

Pertama : Bagaimana menemukan kehendak Tuhan dalam perjodohan.

Kedua : Bagaimana memaknai jodoh sebagai pemberian Tuhan

Dalam hal mencari jodoh, terlihat jelas bagaimana Tuhan menuntun Abraham menemukan Ribka sebagai jodoh Ishak. Ketika Abraham sudah tua dan Sara sudah meninggal dunia, Abraham masih memiliki tanggung jawab untuk mencarikan istri bagi anaknya Ishak. Abraham sangat serius didalam pencarian jodoh buat anaknya. Sehingga dia mempertimbangkan bibit, bobot, bebet, dari segi pandang Iman.

Kenapa ini penting? Sebab ini berkaitan secara langsung dengan janji Allah tentang Abraham dan keturunannya. Tuhan berjanji bahwa keturunan Abraham akan banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut. Keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang kuat. Melalui keturunan Abraham semua bangsa akan mendapat berkat. Janji inilah yang selalu dipegang oleh Abraham sampai putih rambutnya.

Sehingga melalui Kotbah minggu ini ada beberapa point penting dalam penekannya :

  • Cara Tuhan bekerja dan memberi jalan atas hamba Abraham yaitu Eliezer bertemu dengan Ribka ini bukan kebetulan
  • 57 Keputusan orang yang sudah Tuhan pilih adalah baik dan tepat adanya. Seperti yang dilakukan oleh Ribka.
  • Ribka akan menjadi ibu berjuta-juta orang.

Ribka ini adalah wanita yang sudah dipersiapkan Tuhan bagi Ishak anak Abraham.

Kis 12:12-16 (Bacaan)

Maria dan Rode perempuan-perempuan pada jemaat mula-mula yang ikut mengambil bagian bersama orang-orang percaya, berjuang dalam menghadapi segala pergumulan-pergumulan, mereka wanita pejuang dan pemberani dalam menyatakan kasih dan mempraktekkan kasih Kristus dalam kehidupan orang-orang percaya kepada Tuhan.

Kej. 3:20 (Invo)

Pertama kalinya wanita desebut “Hawa”. Karena dialah ibu semua yang hidup, artinya ibu dari pemberi kehidupan. Perbuatan Adam merupakan respons, Iman atas janji Allah untuk mempersiapkan karyaNya.

Seperti itulah kehadiran para perempuan-perempuan didalam Alkitab yang banyak sekali berperan di dalam hal membuat Iman banyak orang bertumbuh dan ikut dalam menyebarkan Injil bagi banyak jiwa. Ribka, Maria, Rode dan Hawa adalah perempuan-perempuan yang sudah mengambil bagian dalam rencana dan Karya Tuhan atas hidup mereka. Nande (Ibu) dalam minggu Moria ini mengingatkan sebuah arti yang begiti besar peran dan dukungannya baik didalam keluarga, gereja masyarakat ikut mempersiapkan segala kehidupan yang baik dan berharga di mata Tuhan.

Salam damai TYM

 

 Pdt. Neni Triana S-Runggun Cisalak

MINGGU 25 SEPTEMBER 2022, KHOTBAH KELUARAN 22:21-24 (MINGGU MENGHARGAI HAM)

Invocatio :    Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah. (I Kor 11:11-12)

Ogen        :    Kolose 3:8-17 (Responsoria)

Khotbah   :    Keluaran 22:21-24 (Antiponal)

Tema        :    Tetap melakukan kebenaran


Pengantar

Kalau kita berbicara tentang Hak Azasi Manusia, sampai saat ini masih banyak pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan kita, terutama kepada perempuan dan anak. Sebagai contoh pelecehan seksual, pemerkosaan guru terhadap murid-muridnya. Kejahatan-kejahatan dengan berkedok agama, misalnya penggelapan dan penipuan donasi dengan cara mengeksploitasi penderitaan orang lain. Termasuk kebebesan beribadah kaum minoritas sampai saat ini masih dihambat. Dan masih banyak lagi kasus-kasuh pelanggaraan HAM yang terjadi di Indonesia. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa penghargaan terhadap hak asasi manusia masih belum sesuai dengan harapan walaupun setiap tahun kita memperingati hari HAM sedunia seperti yang kita peringati pada hari minggu ini.    

Pendalaman Teks

Setelah bangsa Israel menerima 10 hukum Tuhan dari Tuhan melalui Musa di Gunung Sinai, Tuhan memberikan aturan-aturan lainnya (Aturan tentang kebaktian 20:22-26, peraturan tentang jaminan nyawan sesama manusia 21:12-36, Aturan tentang jaminan harta sesama manusia 22:1-17, Peraturan tentang dosa yang keji, Peraturan tentang orang yang tidak mampu, peraturan tentang hak-hak manusia 23:1-13). Dan renungan kita merupakan bagian dari peraturan tentang orang yang tidak mampu.

Tuhan memanggil bangsa Israel menjadi bangsa pilihanNya agar menjadi umat yang kudus. Implikasi langsungnya adalah umat harus memiliki gaya hidup yang berbeda dengan bangsa lain; pola hidup, pola beribadah, pola makan, dll. Sudah pasti, ketika hal ini dilakukan bisa saja membuat bangsa Israel menjadi eksklusif, di mana perbedaan gaya hidup ini membuat sekolompok manusia memandang kelompok manusia lainnya sebagai kelompok manusia yang lebih rendah karena gaya hidup yang berbeda. Tetapi bukan hal ini yang diinginkan Tuhan. Kalaupun persoalan ini muncul, hal itu harus diatasi. Tetapi Tuhan menginginkan gaya hidup yang lebih baik sebagai umat Tuhan.

Aturan yang diperintahkan Tuhan dalam teks kita, supaya bangsa Israel jangan menindas atau menekan seorang asing,seorang janda/anak yang yatim. Sabab bangsa Israel dahulu pun adalah orang asing di tanah Mesir. Artinya, sikap etis terhadap orang lain didasarkan pada ingatan kolektif bahwa mereka pun dulu pernah menjadi umat yang tertindas. Tuhan menghendaki agar umatNya berempati kepada orang-orang yang tersingkir dalam masyarakat, yaitu janda, anak yatim, orang miskin. Ketika hal itu dilanggar, jelas Tuhan mengatakan, Tuhan yang akan menjadi lawan dari umatnya sendiri. Tuhan akan mendengar seruan orang-orang yang tertindas ini, jika mereka berseru-seru kepada Tuhan dengan nyaring (band. Pengalaman bangsa Israel ps. 2:23b dan mereka berseru-seru sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah).

Bacaan Firman Tuhan pertama, Surat Paulus kepada jemaat Kolose dilatarbelakangi munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose. Sehingga secara khusus di Ps. 3 Paulus memberikan tuntunan praktis yang harus dilakukan sebagai orang percaya, yang sudah hidup baru di dalam Tuhan. Paulus menasehati jemaat Kolose untuk mematikan, membuang dan menanggalkan segala yang duniawi (5-9, kemarahan, kejahatan, fitnah, kata-kata yang tidak membangun, berdusta, dll). Hal itu berarti, walaupun secara rohani Jemaat sudah memiliki hidup baru, secara praktis dalam hidup sehari-hari harus berjuang dalam memelihara kehidupan baru itu. Mereka harus secara sadar berusaha menepis kecendrungan untuk kembali dalam kehidupan mereka yang lama. Hidup baru adalah anugrah Tuhan, tetapi haruslah tetap dipelihara dalam upaya yang berkelanjutan. Rasul Paulus melihat pentingnya pembaharuan dengan ungkapan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang terus menerus dibaharui. Sebagaimana dengan rela hati dan terus berjuang melalui kuasa Roh kudus untuk menanggalkan dan mematikan keinginan dunia, pengikut Kristus juga harus dengan sadar dan berusaha mengenakan segala hal baik. Belaskasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, saling mengampuni, dll. Dan kasih yang telah diberikan Kristus kepada umatNya menjadi dasar sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Aplikasi

Setiap manusia memiliki hak yang harus dihargai. Hak asai yang merupakan anugrah Tuhan sejak seseorang dilahirkan. Hal tersebut adalah hak dasar dan mutlak. Dalam UU no. 39 th. 1999, disebutkan bahwa HAM adalah ‘seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Artinya setiap manusia harus saling menghargai sesamanya, hak individu tersebut harus dihormati. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini masih banyak pelanggaraan HAM terjadi (lihat pengantar, pelecehan seksual, kejahatan berkedok agama, tindakan bullyng, diskriminasi SARA

Ada beberapa point yang menjadi pesan firman Tuhan dalam minggu ini :

1.Tetap melakukan kebenaran, menghargai dan menghormati apa yang menjadi hak dasar setiap pribadi adalah satu keharusan bukan karena dorongan supaya kita selamat tetapi mengingat bahwa kita sudah terlebih dahulu diselamatkan. Bangsa Israel selalu diingatkan bahwa dulu mereka juga budak di tanah Mesir mengalami penindasan. Pengalaman penderitan dan saat ini hidup dalam kebebasan menjadi pengingat dan pendorong untuk tetap melakukan tindakan peduli, empati kepada orang-orang yang dipinggirkan. Bukan sebaliknya, pengalaman penderitaan yang sudah dialami menjadi pendorong untuk melakukan penindasan sebagai tindakan balas dendam.

2.Kita adalah manusia baru yang harus tetap dibaharui dari hari ke sehari melalui tuntunan Roh Kudus dan hidup dalam FirmanNya.Tetap melakukan kebenaran hanya bisa terjadi ketika hidup tunduk pada pimpinan Roh Kudus dan hidup di dalam kebenaran Firman Tuhan.

3.Gereja baik secara pribadi dan organisasi harus terus menerus ikut dalam gerakan perjuangan HAM. Ketika kita melihat pelanggaran HAM, gereja jangan diam tetapi menyuarakan suara kenabiaanNya. Bahkan jangan kita terlibat sebagai pelaku dari pelangaraan HAM. Paling tidak ada beberapa hal praktis yang dapat kita lakukan :

-Menghargai hidup yang sudah diberikan oleh Tuhan.

-Menolak dengan tegas segala bentuk pelanggaran HAM

-Bersikap kritis terhadap upaya penegakan HAM. Ikut memantau dan melaporkan ketika ditemukan pelanggaran dalam proses peradilan HAM, juga bersikap tegas dan tidak pandang bulu terhadap pelanggar HAM.

-Melaporkan bila terjadi pelanggaran HAM.

Biarlah kita tetap hidup berdampingan dengan sesama kita, dengan saling menghargai, menghormati dan mengasihi kalau banyak yang membedakan kita, baik jenis kelamin, tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, agama dan suku yang berbeda. Tuhan menciptakan kita berbeda agar kita tetapi saling menghargai dan melengkapi.

Manusia yang mengingkari hak asasi manusia mereka adalah menantang kemanusian mereka..Nelson Mandela.

Pdt. Larena Sinuhadji-GBKP Cikarang

MINGGU 18 SEPTEMBER 2022, KHOTBAH FILEMON 1:8-18

Invocatio :

Mazmur 29:11

Bacaan :

Amsal 16:5-7

Thema :

Saudara Yang Berharga Di Dalam Kristus

 

I. Pendahuluan

Model pendidikan kedamaian bagi kita adalah Yesus sendiri. Ia hidup dalam masyarakat yang memendam kebencian karena prasangka begitu juga konflik laten. Yesus tidak pernah memanaskan dan menghasut suasana permusuhan. Ia malah mendamaikan. Ia tidak ikut-ikutan menyingkirkan, melainkan justru menerima dan merangkul orang yang tersingkir. Ia membawa damai. Kristus datang untuk mendamaikan surga dan dunia. Tugas membawa damai itu diserahkan kepada gereja. Di dalam minggu perdamaian kali ini kita akan belajar kembali bagaimana makna pendamaian itu berguna di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Merekatkan kembali relasi yang sempat terputus dengan mengakui bahwa kita semua saudara di dalam Kristus.

II. Isi

Bahan invocatio kali ini Mazmur 29:11 memberi pesan kepada kita bahwa Tuhan yang mahakuasa itu bisa menghancurkan segalanya dengan kuasaNya, tetapi umatNya yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menggunakan kuasaNya juga untuk memberkati umatNya dengan damai sejahtera (syaloom). Semua ini bisa diterima oleh umat Tuhan di dalam persekutuannya dengan Tuhan itu sendiri. Di dalam tekanan hidup, jika umat Tuhan itu tetap berserah kepada Tuhan tentu ada kedamaian dan berkat Tuhan tetap mengalir di dalam kehidupan.

Bahan bacaan kita yang diambil dari Amsal 16:5-7 yang dimulai dari ayat 5 memberi pesan kepada kita semua tentang peringatan yang diberikan bagi orang yang tinggi hati. Karena sifat tinggi hati adalah kekejian di mata Tuhan. Di dalam ayat ini sifat tinggi hati adalah sifat di dalam diri seseorang yang melupakan kelemahan dan keterbatasan dirinya sebagai manusia sehingga gampang sekali melakukan kesalahan, baik terhadap dirinya, sesama manusia, atau Tuhan. Orang seperti ini tidak akan luput dari hukuman. Kesombongan merupakan salah satu dari sekian banyak karakter orang bejat moral di tengah-tengah masyarakat Israel kuno, yang menjadi kekejian bagi Tuhan. Peringatan tentang hukuman bagi orang fasik pada ayat 5 dilengkapi dengan pengajaran tentang pengampunan dan perubahan hidup dalam ayat 6. Dengan kebaikan dan kebenaran, kesalahan diampuni. Allah tidak hanya mengatur penghukuman, tetapi juga menyediakan pengampunan bagi orang fasik. Pengampunan diberikan bagi orang fasik yang memperlihatkan pertobatannya bukan saja melalui persembahan kurban, melainkan melalui pelaksanaan kebaikan dan kebenaran dalam hidupnya setiap hari. Kebaikan dan kebenaran yang dimaksud ayat ini memiliki konteks khusus yaitu hubungan dengan sesama manusia atau hubungan dekat dengan Tuhan. Kebaikan adalah sikap dan perilaku kasih terhadap sesama manusia, sementara itu kebenaran adalah sikap dan perilaku yang benar dan akurat berdasarkan norma-norman Tuhan. Dalam ayat ini, kebaikan dan kebenaran itu disejajarkan dengan perbuatan “menjauhi kejahatan”. Semua itu akan ada dalam diri orang yang takut akan Tuhan. Oleh karena orang yang takut akan Tuhan adalah karakter moral orang setia yang melakukan perintahNya dan menjauhi kejahatan. Tuhan berkenan akan sikap, kata-kata dan perilaku seseorang yang didasarkan kepada kebaikan dan kebenaran, dan takut akan Tuhan. Sikap, kata-kata dan perilaku ini harus terbukti lewat kesediaan berdamai dengan musuh. Dengan demikian, orang yang diperkenankan Tuhan tidak memiliki musuh. Tidak memiliki musuh adalah salah satu cara untuk menerima berkat Allah. Kalaupun ia memiliki musuh segera ia akan berdamai dengannya.

Paulus menulis surat kepada Filemon untuk memberikan berbagai penjelasan agar menerima kembali Onesimus, budak Filemon yang telah melarikan diri dari tuannya itu. Tujuan dari surat Filemon diungkapkan dalam ayat 16 dan 17. Filemon diminta untuk menerima kembali Onesimus bukan dengan cara penghukuman yang biasanya dipraktikkan dalam zaman kerajaan Romawi waktu itu, melainkan diminta untuk menerimanya sebagai saudaranya sendiri. Tujuan Paulus bukanlah terutama agar Onesimus dimerdekakan sebagai budak, melainkan penerimaan Onesimus sebagai Saudara Dalam Kristus. Walaupun demikian, “keinginan” Paulus untuk dapat mempertahankan Onesimus sebagai teman sekerja dalam pelayanannya tidaklah dapat dipungkiri. Hal ini tampak dalam ayat 8, 9, 12-14 begitu juga ayat 21. Dengan demikian, penerimaan kembali Onesimus sebagai saudara dan pelepasannya untuk menolong pelayanan Pekabaran Injil oleh Paulus, juga merupakan suatu alasan penting penulisan surat Paulus ini kepada Filemon.

Onesimus dikenal dalam pelayanannya bersama-sama dengan Tikhikus yang mengantar surat ke jemaat Efesus dan jemaat Kolose, yang tentunya juga Paulus membela Onesimus di hadapan Filemon, Paulus merasa perlu menyertakan sepucuk surat pribadi untuk menyelesaikan permasalahan Onesimus. Banyak orang menganggap surat Paulus kepada Filemon adalah surat pribadi. Tapi hal ini tidaklah tepat, karena jemaat rumah Filemon diharapkan ikut mendengar isi surat tersebut. Walaupun Filemon secara pribadi adalah penerima surat tersebut, tapi ia harus mempertanggungjawabkan keputusannya terhadap jemaat di rumahnya. Paulus tidak menulis surat ini halnya sebagai seorang pribadi biasa, tapi sebagai seorang rasul. Walau demikian, Paulus tidak menggunakan wibawa kerasulannya untuk memaksa Filemon taat kepadanya. Surat Filemon ini adalah sebuah surat kerasulan (apostolis) yang memiliki gaya bahasa pribadi.

Onesimus adalah seorang budak yang melarikan diri dari tuannya. Kemungkinan besar sebelumnya Onesimus telah mencuri milik Filemon. Menurut ayat 18 dikatakan bahwa Onesimus berutang kepada Filemon. Hal ini bisa juga merupakan petunjuk tentang waktu selama Onesimus tidak bekerja, yang dapat diperhitungkan sebagai utang. Mungkin juga bahwa, baik waktu kerja yang hilang maupun pencurian yang dilakukan Onesimus, mengakibatkan ia berutang kepada tuannya. Pencurian yang dilakukan oleh seseorang pada waktu melarikan diri dari tuannya adalah hal yang biasa dalam kerajaan Romawi waktu itu. Alasan mengapa Onesimus melarikan diri tidaklah diberitahukan. Sebuah alasan untuk melarikan diri yang sering diutarakan pada zaman itu adalah keinginan untuk bebas dan mendapatkan perlakuan yang manusiawi.

Onesimus bertemu dengan Paulus di penjara di Roma. Onesimus kemudian melayani Paulus di penjara. Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus menekankan keuntungan yang ia peroleh melalaui pelayanan Onesimus (ayat 11 dan 13). Hal ini terlihat dalam penggunaan kata Yunani achreston (tak berguna) dan euchreston (berguna). Dengan permainan kata ini Paulus ingin menjelaskan kepada Filemon perubahan pribadi Onesimus yang sangat positif. Walaupun Onesimus sangat berguna bagi Paulus, tetapi Paulus tidak mau bertindak melawan hukum dan bertindak semena-mena. Oleh karena itu, Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon dan memberikan kepadanya sepucuk surat pengantar. Onesimus memang telah bertobat, tetapi penyelesaian persoalan dengan Filemon masih perlu dilakukan. Dengan mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, Onesimus bergantung pada anugerah atau rahmat tuannya, karena seorang pencuri dan seorang budak pelarian tidak memiliki hak atas pengampunan. Paulus ingin agar Filemon secara sukarela mengambil keputusan untuk melakukan kebaikan. Di sini Paulus benar-benar tidak memberikan petunjuk/perintah dalam kapasitasnya sebagai rasul, melainkan memberikan motivasi untuk melakukan tindakan kasih.

Paulus mengakui bahwa Onesimus telah berbuat salah. Tapi, Paulus tidak berhenti pada masa lalu semata, karena masa lalu tersebut telah diampuni Tuhan. Paulus mengarahkan perhatian Filemon pada pembaharuan yang telah terjadi pada diri Onesimus pada masa kini melalui Yesus Kristus. Paulus bukan berarti menyepelekan kesalahan yang telah diperbuat Onesimus, melainkan menunjuk pada suatu kemungkinan campur tangan Allah dalam hal Onesimus. Paulus telah melihat pertobatan Onesimus. Paulus menunjuk pada hubungan yang baru antara Filemon dan Onesimus, yaitu suatu hubungan dalam Kristus yang memiliki dimensi kekekalan. Filemon dipersatukan dengan Onesimus sebagai saudara di dalam Kristus untuk selama-lamanya dalam perwujudan kekekalan kerajaan Allah. Diharapkan perhatian Filemon janganlah tertuju pada masa lalu Onesimus, tetapi haruslah tertuju pada masa sekarang, di mana Onesimus baginya telah menjadi saudara di dalam Kristus. Filemon dihimbau untuk menerima dan memberlakukan Onesimus sebagai seorang saudara yang kekasih. Termasuk dalam hal ini adalah tidak memberlakukan penghukuman terhadap Onesimus. Cara berpikir Paulus dalam hal ini adalah hubungan orang Kristen satu dengan yang lainnya memiliki dimensi yang melampaui hukum manusiawi dan segala posisi dan status secara individu. Persaudaraan ini bukanlah persaudaraan dalam pengertian karena berasal dari benih yang sama, melainkan suatu persaudaraan secara baru yang dilandaskan pada kepemilikan oleh Yesus Kristus.

III. Refleksi

Tentu kita mengingat apa yang Yesus katakan bagi kita semua “Aku tidak lagi menyebut engkau sebagai hamba tetapi sebagai sahabatKu”. Semua kita ini tidak layak dikatakan sebagai temannya Tuhan. Tapi karena pendamaian itu diberikan bagi kita akhirnya kita disebut sebagai temannya Tuhan. Maka marilah bersahabat dengan semua orang. Seorang sahabat adalah dia yang menerima kita sebagaimana adanya. Ia menyelami kelemahan kita dan rela menolong kelemahan itu; sekaligus mengagumi keunggulan kita dan mau mengambil pelajaran dari keunggulan itu. Hanya orang yang berjiwa besar bisa bersikap bersahabat. Ia bersih dari iri dan dengki. Merubah paradigma dari hamba ke saudara, Paulus mau merekatkan relasi antara Filemon dan Onesimus bukan dengan embel-embel status, termasuk juga dengan status sosial. Tapi yang mau dikatakan itu adalah ketika kita melihat status kita di hadapan Allah yang penuh kasih. Karena itu haruslah dilihat sebagai saudara yang berharga di dalam Kristus. Di dalam minggu perdamaian ini themanya Saudara yang berharga di dalam Kristus. Orang lain pun bisa menjadi saudara kita di dalam Kristus. Tapi kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen ataupun sebagai orang yang bersaudara. Ternyata sekarang saudara kita pun tidak kita anggap berharga karena warisan mungkin. Saudara kita yang satu rahim, satu ibu tidak lagi berharga karena semuanya yang bersifat semu. Oleh karena itu, mari perbaiki relasi yang tidak terlalu baik di antara kita. Sebab kalau kita baik di luar sana sementara di dalam keluarga kita sendiri tidak ada relasi yang baik, jangan-jangan apa yang kita lakukan ini sia-sia adanya. Maka pesannya kali ini orang yang tinggi hati, orang yang tidak mau dan tidak bisa mengampuni adalah kekejian di mata Tuhan. Mari merendahkan hati karena orang yang rendah hati dia belajar menghidupi pengakuannya yaitu hidup ini ada karena Tuhan memperdamaikan diri kita melalui Yesus Kristus di hadapan Allah Bapa. Tapi kalau kita meninggikan hati kita, tidak mau dan tidak bisa mengampuni salah orang lain, tidak mampu kita meneriman permintaan maaf orang lain, tidak mampu membuka hati bagi orang lain, kata firman Tuhan itu adalah kekejian di mata Tuhan. Maka melalui minggu ini mari buka hati kita, semua bisa berubah menjadi lebih baik, selagi kita mau membuka hidup kita. Begitu pentingnya perdamaian itu agar kita bisa hidup damai, bisa hidup bersekutu dengan baik. Bukalah hati kita untuk sebuah pendamaian bahkan bagi orang yang pernah melukai ataupun yang merugikan diri kita. Kiranya kita terbuka bagi pendamaian itu sendiri. Dan Tuhan memberkati bagi setiap orang yang menerima saudaranya di dalam Kristus.

 

Pdt. Andreas Pranata Meliala-GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD