MINGGU 13 AGUSTUS 2023, KHOTBAH MAZMUR 71:17-24
Invocatio :
Kata orang: hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut usia. Padahal pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. (Ayub 12:12-13)
Ogen :
1 Petrus 5:5-7
Tema :
Ermomo Kerna Kuasa Ras Kinimbisan Dibata/Memberitakan tentang Kekuatan dan Kemahakuasaan Allah
PENDAHULUAN
Topik mengenai usia dan cara berfikir sering sekali menjadi tolak ukur manusia untuk menentukan nilai dan karakter sesorang. Pertanyaan yang timbul dari sebuah artikel menyatakan, Which would you rather keep and why? The mind of a a 20 year old, while your body ages? Or The body of a 20 year old, while your mind ages? What gets better with age? What gets worse? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin dapat kita pilih dan jawab sesuai pemahaman kita masing-masing orang. Hidup memang dipenuhi dengan pendapat yang paradoks. Kadang anak-anak muda berfikir dan berharap seperti layaknya orang dewasa yang sudah seharusnya lebih bijaksana. Disisi lain, kaum orang tua dan dewasa lainnya berharap memiliki semangat dan cara pikir orang-orang muda. Minggu ini merupakan minggu Saitun, yaitu salah satu kategorial termuda di gereja kita GBKP. Disisi lain, Saitun juga merupakan perkumpulan orang tua kita yang telah dikatakan lanjut usia sesuai ketentuan yang diberikan oleh Gereja kita. Apakah menjadi Saitun merupakan hal yang tidak populer? Karena pandangan umum jika dikatakan Saitun berarti sudah lanjut usia, memiliki banyak keterbatasan dan seolah-olah orang tidak mau membicarakan tentang hal itu karena mungkin masih muda dan sebagainya. Dalam teks kita Mazmur 71 yang merupakan bagian dari produksi Davidik memperlihatkan bahwa ternyata semua orang pada waktunya akan mengalami masa tua dan pasti menuju kesana seperti Daud yang berdoa di masa tuanya. Oleh sebab itu, mari kita melihat bagaimana kesaksian iman Daud yang sudah menjadi Saitun tetapi senantiasa berserah, percaya dan memberikan pujian-pujiannya kepada Allah.
ISI
Invocatio
Invocatio kita yang di ambil dari Ayub 12 : 12-13 , “Kata orang: hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut usia. Padahal pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.” Terjemahan LAI pada ayat ini memberikan sebuah pernyataan. Jika melihat terjemahan alkitab New Revised Standard (NRS) dan New International Version (NIV) maka kalimatnya, “Is wisdom with the aged, and understanding in length of days? (12:12) "With God are wisdom and strength; he has counsel and understanding. (12:13) Terjemahan LAI yang tadinya berbentuk sebuah pernyataan melalui terjemahan NRS dan NIV justru berbunyi pertanyaan di ayat 12 dan jawabannya di ayat 13. Ayub hendak menegaskan bahwa di bawah kemahakuasaan Allah, hikmat dan pengertian bekerja membentuk kehidupan seseorang. Ayub tidak menolak bahwa melalui pengalaman hidup dan pertambahan umur manusia, kita semakin berhikmat dan berperngertian. Ayub ingin menegaskan bahwa di dalam pertambahan umur serta pengalaman-pengalaman hidup tersebut Allah berperan sebagai sumber segalanya yang bertujuan membentuk pengalaman-pengalaman hidup manusia agar mendapatkan hikmat dan pengertian. Proses skema kehidupan manusia seluruhnya berada dalam kendali Allah. Maka dari itu, pertanyaan di ayat 12 langsung di jawab di ayat 13 yaitu,” With God are wisdom and strength; he has counsel and understanding.”Umur manusia adalah keterbatasan dan kelemahan manusia dalam menghadapi waktu, tapi pada Allah ada hikmat dan kekuatan yang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika bersama Allah berarti hikmat berfungsi memberi kekuatan, kebranian dan hal-hal yang luar biasa dalam hidup kita. Selanjutnya penekanan bahwa Allah memiliki Counsel dan Understanding, yang artinya Allah dapat dijadikan sebagai konselor yang dapat membangun dan memperdalam pengertian kita. Kata asli yang dipakai adalah tebunah yang bisa juga berarti sebuah proses discernment. Apa itu discernment? Dalam agama Kristen, proses ini adalah kemampuan untuk memperoleh persepsi yang tajam atau menilai dengan baik. Dalam hal penilaian, proses ini dapat bersifat psikologis, moral atau estetika. Proses ini juga dapat didefinisikan dalam konteks; ilmiah, normatif dan formal.[1] Dalam proses inilah pentingnya Roh Kudus mengambil peran dan memberi hikmat agar dalam menjalani dan menghadapi tantangan hidup kita mampu melihat rancangan Allah dalam hidup kita. Allah menjadi konselor utama kita untuk sampai kepada proses discernment.
Bacaan kita yang diambil dari 1 Petrus 5:5-7, mengingatkan saya akan pintu masuk Gereja Kelahiran di Betlehem telah dua kali diperkecil. Tujuannya adalah agar para perampok berkuda tidak dapat menerobos masuk. Pintu itu sekarang disebut “Pintu Kerendahan Hati”, karena para pengunjung harus membungkuk untuk dapat masuk.
Saat kita beranjak tua, menekuk lutut menjadi semakin sulit dan sakit. Di dunia kesehatan, beberapa orang dengan berani menjalani operasi penggantian lutut. Untuk menghindari kerusakan sambungan yang semakin sakit selama bertahun-tahun, mereka rela menderita selama beberapa minggu.
Seperti lutut fisik kita, lutut rohani pun dapat menjadi kaku seiring dengan berjalannya waktu. Tahun-tahun yang penuh kesombongan dan keegoisan yang keras kepala membuat kita tidak fleksibel, sehingga semakin sulit dan menyakitkan bagi kita untuk merendahkan diri. Karena terbujuk oleh perasaan penting yang palsu saat orang lain tunduk kepada kita, kita tidak pernah belajar bahwa arti penting yang sejati muncul bila kita tunduk kepada Allah dan orang lain (Efesus 5:21; 1 Petrus 5:5).
Bacaan khotbah kita yang diambil dari Mazmur 71 : 17-24 menceritakan bagaimana seorang Daud sedang hanyut dalam kegirangan dan puji-pujian yang timbul dari iman dan pengharapannya kepada Allah. Kita bisa mendapati kedua hal itu bersama-sama (ay. 14), ketika tiba-tiba saja nada suaranya berubah. Ketakutannya mereda, pengharapannya diteguhkan, dan doa-doanya diubahkan menjadi pujian syukur. “Biar saja musuh-musuhku berkata semau-maunya untuk menjerumuskanku ke dalam keputusasaan, tetapi aku senantiasa mau berharap, berharap dalam segala keadaan, bahkan di hari yang termendung dan tergelap sekalipun. Aku akan hidup dalam pengharapan dan akan senantiasa berharap sampai akhir.” Karena kita berharap kepada Pribadi yang tidak akan pernah mengecewakan kita, maka biarlah harapan kita kepada-Nya pun tidak pernah sirna, sehingga kita akan terus memuji-Nya dengan lebih-lebih lagi.
Refleksi
Seorang ibu menemukan sebuah kepompong kupu-kupu di halaman rumahnya. Suatu hari terlihat sebuah lubang kecil. Lalu ibu ini melihat kupu-kupu sedang berjuang melalui lubang kecil tersebut. Sudah beberapa jam berlalu tanpa hasil. Ibu ini memutuskan untuk menolongnya. Ia mengambil gunting dan membuka kepompong tersebut. Akhirnya kupu-kupu tersebut bisa keluar dengan mudah. Kupu – kupu tersebut mempunyai badan yang besar tetapi sayap yang kecil dan lemah. Ibu ini beharap pada saatnya sayapnya akan membesar dan sanggup menopang. tubuhnya. Namun harapannya sia-sia! Kupu-kupu itu tak kunjung terbang , ia hanya bisa merayap. Ibu tersebut baikhati, tetapi terlalu tergesa -gesa sehingga tidak menyadari bahwa ia telah menjadi penghambat bagi kupu-kupu tersebut. Perjuangan kupu-kupu untuk keluar dari lubang yang kecil kepompongnya sesungguhnya adalah cara Tuhan untuk memindahkan cairan dari tubuh si kupu-kupu kesayapnya. Jadi,pada waktu kupu-kupu tersebut keluar dari kepompongmya, ia dapat segera terbang. Sama halnya dengan kupu-kupu tersebut, seringkali Tuhan izinkan ada banyak kepompong-kepompong perjuangan yang harus kita hadapi dalam hidup ini, baik itu dalam pekerjaan, karier, cita-cita, keluarga, dsb. Jika Tuhan membiarkan hidup kita tanpa hambatan dan kesulitan, hal itu justru akan melumpuhkan kita. Kita tidak akan pernah mengembangkan potensi dan kekuatan yang sudah Tuhan tanamkan dalam diri kita. Namun, dalam renungan hari ini dengan sangat jelas berkata bahwa meski Tuhan mengizinkan kesukaran dalam hidup kita, tetapi Dia juga yang akan menghibur, menaikkan, dan bahkan menambah kebesaran kita. Di setiap kesendirian kita, ada Tuhan yang menemani. Di setiap sedih kita, ada Tuhan yang menghibur. Di setiap kesusahan, ada Tuhan yang membuka jalan. Dan di setiap kekurangan, ada Tuhan yang mencukupkan. Tuhan yang akan membawa kita mengalami hal-hal lebih besar dan lebih cepat, serta menyatakan pelangi kemulian-Nya dalam hidup kita. Dan dari kesemua ini, yang terpenting bahwa hal itu tidak hanya dilakukan semasa kita muda. Tapi sampai usia kita menua, seperti yang disaksikan Daud dalam Mazmur yang menjadi bahan khotbah kita.
Inilah yang menjadi pengharapan bagi kita dan menjadi kesaksian akan kekuatan dan kemahakuasaan Allah yang selalu menyertai seumur hidup kita
Det. Samuel Barcley. A Barus, S.Si Teol, CCM
[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Discernment_(Christianity) diakses pada Selasa 13 Juni 2023