MINGGU 23 JULI 2023, KHOTBAH EFESUS 4:7-16
Invocatio :
“Tetapi yang kesukaannya ialah merenungkan Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2)
Bacaan :
Esra 3:1-6 (Tunggal)
Tema :
Mengerjakan Tugas Pelayanan / Ndahiken Dahin Pelayanen
Bagi setiap orang tua, dapat melihat dan mendampingi pertumbuhkembangan anak adalah suatu hal yang membahagiakan. Walaupun tidak mudah mengajarkan anak mengerti tahap-tahap awal kehidupan, tetapi akan ada kebanggaan yang dirasakan orang tua jika suatu waktu nanti, anak bisa menjadi dewasa dan hidup mandiri.
Seperti itu jugalah dalam hal membangun iman. Pertumbuhkembangannya sangat penting dan perlu terus dibina. Karena iman tidak akan menjadi dewasa begitu saja, tetapi harus terus dipelajari agar bertambah pengetahuan dan mengalaminya sendiri dari pengalaman hidup. Iman yang dewasa akan membuat setiap pribadi yang memilikinya mampu bertahan dalam tantangan dan membuahkan hasil yang baik, termasuk dalam kesiapan melayani. Gereja berperan penting dalam pembinaan iman bagi warganya.
Dalam Minggu GBKP Njayo atau minggu kemandirian GBKP, tentu kita juga mengingat betapa banyaknya hal yang telah dilalui GBKP untuk terus bertumbuh dan berbuah, menjadi wadah pembinaan iman yang baik bagi jemaat gereja. Tidak mudah perjalanannya, namun inilah tugas gereja, agar dapat berperan sebagai “orang tua” yang mendampingi setiap “anak-anaknya” dalam kedewasaan iman.
Efesus 4:7-16 : Seperti halnya Paulus kepada jemaat Efesus. Dalam pelayanannya, Paulus sangat mengharapkan perkembangan iman jemaat, agar mengalami kedewasaan dan bertumbuh menjadi semakin sempurna seperti Kristus (ay 13). Lebih dulu Paulus mengingatkan jemaat Efesus, bahwa Kristus memiliki kuasa tertinggi dan memberikan berbagai hal baik untuk memperlengkapi manusia “kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus..” Paulus juga mengutip perkataan Daud – Maz 68:19 sebagai penegasan kuasa Kristus di atas segalanya (ay 7-8).
Pemberian Kristus itu adalah kasih karunia. Melalui kuasaNya (Dia telah turun dan naik dari dunia dalam kelahiran, kematian, kebangkitan hingga kenaikanNya) dan kesempurnaan Kristus yang telah dijelaskan Paulus (ay 9-10) memberikan kemampuan bagi manusia untuk menyatakan karunia itu, ditengah kehidupan berjemaat. Tugas sebagai rasul, nabi, pemberita Injil, gembala dan pengajar, bertujuan memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (orang yag diberikan penyataan khusus atau jabatan pada jemaat mula-mula). Artinya kasih karunia Kristus yang telah diterima menolong pelayanan, agar terbangunlah tubuh Kristus (kesatuan jemaat yang percaya dalam gereja) yang berdampak juga bagi dunia (ay 11-12).
Masing-masing jemaat diberikan berbagai karunia yang berbeda-beda, agar setiap orang dapat belajar saling berbagi, mengasihi, memperlengkapi, memperhatikan dan melayani seorang dengan yang lain. Kesanggupan gereja memakaikan karunia yang Tuhan berikan, bukan dinilai dari banyaknya jumlah jemaat, atau besarnya gedung bukan pula berapa luas jangkauan pelayanannya saja. Melainkan adanya kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus sebagai Anak Allah dalam inti pengajarannya. Inilah pentingnya kedewasaan penuh dan pertumbuhan iman yang telah mengalami tingkat yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kedewasaan itu berhubungan dengan kualitas (ay 13). Tujuannya agar setiap orang yang teguh berpegang pada kebenaran dan mengalami pertumbuhan di dalam Kristus, tidak mudah diombang-ambingkan pengajaran palsu yang menyesatkan (ay 14-15).
Setiap jemaat yang mengalami kedewasaan iman, akan menunjukkan pula sikap hidup yang siap untuk melakukan pelayanan. Melakukan tugas dengan kadar pekerjaan atau sesuai karunia yang Tuhan berikan untuk membangun diri dan kebersatuan dalam kasih. Gereja secara pribadi dan komunal akan siap mengerjakan tugas pelayanan dengan setia (ay 16). Gereja saat ini memerlukan berbagai bentuk pelayanan. Tentunya tidak hanya terbatas sebagai seorang pelayan khusus, pengurus ataupun panitia yang melayani, melainkan kebersatuan jemaat dalam mengerjakan tugas pelayanan. Karena setiap kita telah diberikan karunia untuk membangun tubuh Kristus yaitu gereja.
Ezra 3:1-6 Seperti halnya bangsa Israel. Dalam masa paska pembuangan zaman Ezra, bangsa Israel mulai menetap dan berkumpul di Yerusalem. Dipimpin oleh para imam, mereka mulai membangun mezbah Allah sebagai tempat mempersembahkan korban bakaran bagi Allah seturut Taurat Musa (ay 1-2). Hal ini menjadi sangat penting bagi bangsa Israel, untuk merasakan kembali persekutuannya dengan Tuhan. Mereka rindu memberi persembahan dengan sukarela dan menetapkan hari raya Pondok Daun sebagai tanda ucapan syukur atas pertolongan Tuhan (ay 3-6). Pelayanan yang dilakukan tetap menjadi prioritas bagi bangsa Israel walaupun mereka menghadapi ketakutan ditengah penduduk negeri saat itu.
Tentunya dalam kehidupan gereja saat ini, kita memang tidak lagi memberi persembahan dalan bentuk korban bakaran atau pun perayaan keagamaan seperti orang Israel. Karena melalui Kristus semua digenapiNya. Tapi dalam hal mengucap syukur kepada Tuhan, kita tetap harus melakukannya sebagai respon atas pemberian Tuhan dalam hidup kita. Temasuk jika kita menghubungkan dengan panggilan untuk melakukan tugas pelayanan, tentunya menjadi suatu sukacita mengerjakannya karena kita juga telah menerima pemberian Tuhan. Sekalipun melakukan pelayanan juga akan menghadapi berbagai tantangan. Tapi kita dapat mengingat bahwa Tuhan telah lebih dulu memberi kesanggupan dalam berbagai karunia bagi masing-masing jemaat. Maka kerjakanlah tugas pelayanan dalam keseharian dan bersama sebagai gereja, karena itulah bentuk syukur kepada Tuhan dan mengingat kebaikanNya.
APLIKASI
82 Tahun perjalanan kemandirian GBKP pastinya mengalami pasang surut dan tantangan di berbagai masa. Jemaat GBKP juga sangat beragam keberadaannya, karakternya pun berbagai-bagai dan karunia yang dimiliki juga berbeda-beda. Oleh karena itulah sangat diperlukan kedewasaan iman bagi setiap jemaat untuk membangun gereja yang semakin kuat dalam kemandirian. Masing-masing jemaat harus ikut ambil bagian sebagai keluarga besar yang saling mengasihi dan membangun. Selayaknya keluarga, masing-masing jemaat berperan seperti seorang bapak dalam kepemimpinan dan menerapkan kedisiplinan bergereja, seperti ibu yang selalu rela mengasihi dan memperhatikan juga seperti anak yang taat mendengar aturan dan mengerjakan nasihat. Artinya dalam keberadaan dan karunia yang dimiliki masing-masing jemaat saling melengkapi dan menjalankan tugas pelayanan dalam kasih (kepada Kristus dan sesama).
Di dalam gereja telah ditetapkan tugas pelayanan khusus sebagai pendeta, pertua, diaken, pelayan KAKR, berbagai tim pendukung ibadah dan organisasi gereja. Agar berbagai karunia dapat berjalan sinergi dan etiap pelayanan yang dilakukan pun menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan. namun pastinya tidak terlepas dari keterlibatan tiap-tiap anggota jemaat. Karena masing-masing dari kita juga harus merasakan pertumbuhan kualitas iman. Gereja adalah wadah kebersatuan dan setiap kita di dalamnya mau belajar dan saling memperlengkapi. Dan itu akan terwujud jika masing-masing dari kita berperan meningkatkan kedewasaan. “Tetapi yang kesukaannya ialah merenungkan Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” (Mazmur 1:2) maka jika kita semua ambil bagian, maka tentunya tugas pelayanan akan berjalan baik dalam kesempurnaan Kristus.
Kemandirian gereja berarti adanya upaya yang terus-menerus dilakukan untuk mengembangkan segala kemampuan, potensi dan sumber daya yang dimiliki. Dikerjakan dengan bebas (kreatif dan inovatif) namun juga bertanggung jawab dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
Pdt Deci Kinita Sembiring-Runggun Studio Alam