MINGGU 08 JANUARI 2023, KHOTBAH YOHANES 8:12-20
Invocatio :Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. (Yohanes 1:9).
Bacaan : Yesaya 60:19-22,
Khotbah : Yohanes 8:12-20
Tema : YESUS TERANG DUNIA
I. KATA PENGANTAR
Setiap manusia pasti memerlukan penerang ketika dia berjalan dalam kegelapan. Bahkan Ketika lampu padam, maka suasana hati kita juga ikut padam karena segala aktifitas kita akan terhenti karena kita akan diliputi kegelapan. Bahkan ketika lampu padam maka banyak orang yang akan meluapkan kekesalannya baik melalui media sosial ataupun dengan berteriak-terik dan menyalahkan orang lain. Karena begitu pentingnya terang itu, maka tanpa kita sadari bahwa saat-saat lampu padam dan kegelapan melingkupi kita dan ketika tiba-tiba lampu meyala maka dengan spontan kita bersorak untuk mengungkapkan suka cita kita. Bahlan bagi orang buta sekalipun, meskipun dia tidak dapat melihat, akan tetapi terang itu sangat berguna baginya. Seperti seorang buta yang membawa sebuah obor dan berjalan di malam hari. Tangan kirinya memegang tongkat, sementara tangan kanannya memegang lampu. Orang disekitarnya menatapnya heran. Mengapa pria buta ini membawa lampu, sementara matanya tidak bisa melihat! Begitu orang orang disekitarnya berpikir tentang dia. Dalam rasa heran dan penasaran, seseorang bertanya.”Mengapa Anda berjalan membawa lampu?” Orang buta menjawab. “Sebagai penerang.” Dengan tersenyum ia berkata: Meskipun saya tidak bisa melihat, tapi paling tidak orang lain bisa melihat saya dan tidak menabrak saya karena dengan terang ini dia bisa melihat saya berjalan.
Melalui khotbah kita hari ini juga mau mengajarkan kepada kita, terang yang bagaimanakah yang kita perlukan dalam hidup kita supaya kita senantiasa hidup dalam keselamatan yang datangnya dari Tuhan.
II. PENDALAMAN TEKS
Nas khotbah kita hari ini merupakan perdebatan antara Kristus dan orang-orang berdosa yang menentang-Nya yaitu orang Farisi. Orang-orang Farisi menentang ajaran yang disampaikan Yesus tentang Yesus adalah terang dunia (ay. 12). Yesus berkata: "Akulah terang dunia." Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah Terang dunia. Salah seorang Rabi pernah berkata bahwa Terang adalah nama Mesias, seperti ada tertulis (Dan. 2:22), "Dan terang ada pada-Nya." Allah adalah terang, dan Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, Allah dari segala allah, Terang dari segala terang. Dia dinantikan sebagai terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain (Luk. 2:32), dan dengan demikian Dia adalah terang dunia, dan bukan hanya terang bagi jemaat Yahudi.
Kristus, dengan menyebut diri-Nya sebagai Terang, mengungkapkan:
- Siapakah Dia dalam diri-Nya sendiri yaitu Yang Terunggul dan Termulia.
- Siapa Dia bagi dunia yaitu Sumber terang, yang menerangi setiap umat manusia. Betapa dunia ini akan menjadi kolong yang gelap gulita jika tanpa matahari! Demikian pula dunia ini jadinya bila tanpa Kristus, yang oleh-Nya terang telah datang ke dalam dunia (3:19).
Kesimpulan dari ajaran ini adalah, barangsiapa mengikut Yesus, seperti pengembara yang mengikuti terang dalam gelapnya malam, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup. Jika Kristus adalah terang, maka:
- Kewajiban kitalah untuk mengikuti-Nya, untuk menyerahkan diri kita terhadap bimbingan-Nya, dan dalam segala hal meminta petunjuk dari-Nya, untuk berjalan di jalan yang menuju kepada kebahagiaan.
- Adalah kebahagiaan orang-orang yang mengikuti Kristus bahwa mereka tidak akan berjalan dalam kegelapan.
Atas pengajaran Yesus ini, maka orang Farisi merasa keberatan. Keberatan yang diajukan orang-orang Farisi terhadap ajaran ini dengan mengatakan: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar" (ay. 13). Orang Farisi menuduh Yesus bersaksi palsu (ayat 13). Mereka menyerang balik Tuhan Yesus dengan perkataan-Nya sendiri, bahwa kesaksian diri sendiri tidak sah (lih. 5:31). Orang Yahudi mengklaim suatu teknikalitas bukti yang resmi yang mengatakan bahwa jikalau tidak ada 2 atau tiga saksi maka tidah sah tentang apapun yang kita sampaikan. (lih. Bil 35:30; Ul 17:6; 19:15-21;). Namun, kesaksian Tuhan Yesus benar adanya karena hubungan-Nya dengan Allah Bapa: Ia berasal dari Allah Bapa dan akan pergi kembali kepada-Nya (ayat 8:14a), bahkan Allah Bapa juga bersama dengan Tuhan Yesus (ayat 16). Dengan demikian tuduhan mereka salah karena mereka tidak mengenal Dia (ayat 14b) dan mencoba menilai Dia secara manusia (ayat 15). Dalam konteks ini saksiNya ialah Bapa!
Tuhan Yesus mengklaim kesaksian diri-Nya sah menurut Hukum Taurat yang mengharuskan dua saksi (ayat 17; lih. Ul. 17:6) karena Dia adalah saksi yang benar, demikian juga Allah Bapa (Yoh. 8:18). Klaim Tuhan Yesus sebagai Terang Dunia dan klaim-Nya akan hubungan yang khusus dengan Allah Bapa saling berkaitan. Dia bersama-sama dengan Allah Bapa dan Dia adalah Allah; Dalam Dia ada hidup dan hidup itu terang manusia (ps. 1:1-4). Klaim ini tidak mungkin dimengerti oleh manusia berdosa, kecuali ia menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 8:19b). Terlihat bahwa yang dipersoalkan oleh orang Farisi bukanlah arti terang itu, melainkan diri Yesus. Bagaimana Tuhan Yesus menanggapi keberatan orang-orang Farisi? Dalam Yohanes 7:29, Tuhan Yesus telah menyatakan kehadiran Bapa dalam diri-Nya. Kemudian dalam bagian ini Tuhan Yesus menjelaskan kesatuan-Nya dan juga keterpisahan-Nya dengan Bapa. Kesatuan Tuhan Yesus dengan Bapa juga dijelaskan dalam hal penghakiman. Ia dan Bapa bersama-sama menghakimi (ayat 16).
Orang Farisi menghakimi menurut ukuran manusia (ayat 15), namun tidak demikian dengan Yesus. Kesatuan-Nya dengan Bapa menjadi dasar bahwa penghakiman-Nya tidak menurut ukuran manusia. Juga Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Bapa pun bersaksi tentang-Nya (ayat 18). Jika orang Farisi mengenal Yesus, maka mereka akan melihat kesaksian Bapa. Semua penjelasan ini berpuncak pada pernyataan yang tertuang dalam ayat 19. Dalam ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang yang melihat dan mengenal-Nya berarti juga melihat dan mengenal Allah. Ia dan Bapa adalah satu. Orang Farisi masih memahami Yesus pada tingkat jasmani, hurufiah. Pikiran mereka yang penuh prasangka dan keangkuhan tertutup terhadap kebenaran sehingga mereka tidak dapat merasakan dan menikmati kehadiran Terang itu sendiri (lih. ay Yoh 8:27).
III. APLIKASI
Tema kita adalah YESUS ADALAH TERANG. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terang artinya dalam keadaan dapat dilihat (didengar), nyata, jelas, cerah; bersinar, bersih, jernih, bersih. Dengan kata lain Yesus lah yang dapat membuat segala sesuatu menjadi terang, nyata, bersinar, bersih, dan sebagainya. Oleh sebab itu sebagai orang beriman hendaknyalah kita sadar bahwa sekalipun di dalam dunia ini banyak penerang-penerang-penerang yang dapat menerangi kita, akan tetapi belum tentu membawa kita kepada keselamatan yang kekal. Seperti yang disampaikan dalam bacaan kita yang pertama Yesaya 60:19-22, bahwa Matahari tidak lagi menjadi penerang pada siang hari dan cahaya Bulan tidak lagi memberi terang pada malam hari, tetapi TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu dan Allahmu akan menjadi keagunganmu. Oleh sebab itu hendaknyalah kita senantiasa mau berusaha mengenal Tuhan itu lebih dalam lagi agar kita tahu bahwa Yesuslah terang sesungguhnya dan “penerang-penerang” dunia ini tidak akan dapat menerangi kehidupan kita selamanya.
Seperti yang disampaikan Yesaya 60:20 bahwa jika kita menjadikan Yesus sebagai terang yang sesunggunya dalam hidup kita maka bagi kita akan ada matahari yang tidak pernah terbenam dan bulan yang tidak surut, sebab TUHAN akan menjadi penerang abadi bagi kita dan hari-hari perkabungan kita akan berakhir. Bahkan orang yang menjadikan Yesus sebagai terang dalam hidupnya maka orang-orang sekitar mereka adalah orang-orang benar 5 dan yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat.
Oleh sebab itu sebab itu sebagai orang beriman, ditengah-tengah beratnya pergumulan hidup kita jangan biarkan membuat hati kita gelisah melainkan percaya saja ke[ada Yesus yang menjadi terang satu-satunya dalam hidup kit. Seperti yang Yesus sampaikan dalam Yohanes 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, y percayalah juga kepada-Ku. Sekalipun banyak godaan, jangan pernah mau meninggalkan Yesus sebagai terang dalam hidup kita karena sekalipun kita merasa kehidupan kita dipenuhi kegelapan karena beratnya beban hidup kita, percayalah sesungguhnya terang itu akan Datang untuk menyelamatkan kita dari gelapnya beban hidup kita. Seperti yang disampaikan dalam invocation kita Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
Pdt. Jaya Abadi Tarigan
Runggun Bekasi
SENIN 31 DESEMBER 2022, KHOTBAH ROMA11:33-36
Invocatio : Langa bo keri keleng ate Tuhan perkuah ateNa tetap nge lit (Perng. 3 22)
Ogen : 1 Raja-Raja 8:54-61
Khotbah : Roma 11:33-36
Thema : Terpuji Dibata Rasa Lalap/ Terpujilah Tuhan selama-lamanya!
PENDAHULUAN
Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus..
Ada banyak ungkapan yang digunakan oleh orang-orang percaya sepanjang zaman untuk menggambarkan pengenalan mereka akan Tuhan. Dalam kidung pujian misalnya kita bisa menjumpai berbagai nama yang menggambarkan sifat Tuhan antara lain : Sungai Rahmat, Surya kehidupan, Yang Rahmani dan Rahimi, dan masih banyak nama-nama lain. Bahkan ada seorang pendeta yang menulis salah satu lagu dalam Kidung jemaat yaitu Pendeta Augustus M. Toplady menyebut Tuhan sebagai “Batu Karang yang teguh”/ (Rock Of Ages, Cleft for me) Pengalamannya dalam menulis lagu ini dimulai dari sebuah perjalanan yang dia lakukan sepulang pelayanan. Kala itu ia terjebak dalam badai keras dan untungnya dia menemukan sebuah celah di gunung batu yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung hingga badai reda dan ia pulang dengan selamat. Semasa berteduh disana, ia memperhatikan bahwa celah gunung batu itu serupa seperti luka di lambung Kristus yang darahNya mengalir untuk membersihkan dosa manusia. Tuhan yang dia kenal dari pengalaman ini adalah Tuhan yang bukan saja melindungi dia dari badai alami, tapi juga Tuhan yang melindungi dengan kokoh dan teguh dari badai hidup yang disebabkan oleh dosa. Dia kemudian menggubahnya menjadi lagu pujian yang mengungkapkan pengalaman imannya bersama Tuhan.
Jemaat yang terkasih..., sebagai manusia ada beragam pengalaman yang telah kita alami, terkhusus sepanjang tahun 2022 yang akan segera berlalu ini. Karena itu beragam pula-lah pengenalan manusia akan Allah. Proses Mengenal Allah adalah sebuah perjalanan iman yang tidak akan pernah habis. Ibarat menggapai sebuah sumur yang tidak berdasar seringkali kita pikir kita sudah sampai di dasar sumur yang kita tuju, padahal masih ada lagi lapisan berikutnya dan demikian seterusnya. Kita sering berpikir kita sudah mengerti dan tahu semua tentang Tuhan, padahal masih banyak lagi hal baru yang membuat kita semakin mendalami kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Karena itu memang manusia tidak akan pernah mampu dengan sempurna dalam mengenal dan menggambarkan siapa dan bagaimana sesungguhnya Tuhan itu.
PENDALAMAN TEKS
Jemaat Tuhan yang terkasih, hal ini disadari benar oleh Rasul Paulus dimana dalam Roma 11:33-36 dia mengungkapkan pengakuan dan ketakjubannya akan Tuhan lewat kalimat “dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah” (ay. 33). Pengakuan Rasul Paulus ini tentu bukan hanya hasil perenungan semalam tetapi ia tiba kepada pengakuan akan ketidakmampuan manusia menangkap rencana Tuhan lewat perjumpaan pribadinya dengan Allah dimana ia diubahkan 180 derajat dari pembenci Yesus menjadi seorang pekabar Injil yang taat. Perjumpaan ini membuat dia terkagum-kagum bagaimana mungkin seorang pendosa besar yang telah membunuh sesama manusia dijumpai Allah dan menyatakan kasih –penyelamatan untuk dirinya? Tidak ada seorang pun yang dapat menyelami jalan Allah dan mengetahui pikiran Allah dengan akal pikiran manusia yang terbatas ini.
Dalam ayat 34-36 Rasul Paulus menunjukkan kekagumannya atas perbuatan Tuhan yang begitu mulia. Tuhan menyelamatkan seluruh ciptaan tanpa kecuali, hikmat Allah tidak tertandingi oleh hikmat apa pun juga sehingga pada pengakuan akhirnya Rasul Paulus memberikan sebuah ajakan: sebab segala sesuatu yang ada di jagad raya ini bersumber dari Allah maka patutlah semua itu dipakai demi kemuliaan namaNya. Hal ini disampaikan Rasul Paulus mengingat jemaat Tuhan di Roma yang ada dalam perselisihan dan saling menganggap rendah antara golongan Yahudi dan non-Yahudi apalagi terkait tentang paham keselamatan yang diberikan Tuhan kepada umatNya. Bila jemaat Roma dan kita semua meresapi apa yang disampaikan bagian firman Tuhan ini maka kita akan memahami bahwa kemuliaan itu adalah milik Tuhan semata, dan karena itu akan ada perubahan dalam cara kita memandang kehidupan dan cara pandang kita terhadap sesama manusia.
Raja Salomo dalam hal ini adalah salah satu contoh hidup bagaimana ia mengalami kuasa Allah yang tidak terbatas yang telah mengizinkan dia menyelesaikan pekerjaan pembangunan Bait Suci sampai berlangsungnya pentahbisan Bait Suci tersebut. Dalam doanya Raja Salomo meminta 3 hal; ia memohon agar Tuhan menyertai Israel, ia memohon agar Tuhan membuat condong hati umatNya kepada Tuhan dan yang ketiga adalah dia meminta agar Tuhan menyimpan kedua permohonannya di dalam hati Tuhan. Semua permohonan ini dia naikkan dengan sebuah tujuan yakni agar semua bangsa di bumi tahu bahwa Tuhanlah Allah, dan tidak ada lagi yang lainnya. Walau banyak tantangan dan proses yang dijalani Salomo dan bangsaNya hingga Bait Suci itu selesai, tetapi pada akhirnya kita melihat kebesaran kuasa Tuhan yang menopang segala sesuatunya. Dalam ungkapan syukur itu, Salomo mengajak bangsanya untuk tidak hanya mempersembahkan korban syukur dan memuji Tuhan, tetapi juga untuk hidup melayani Tuhan sepenuh hati dan taat mengikuti perintahNya.
APLIKASI
Jemaat Tuhan yang terkasih, kehidupan ini memang penuh misteri baik yang sudah berlalu ataupun yang akan datang di tahun yang baru. Mungkin banyak hal yang terjadi dalam hidup kita yang sampai saat ini masih sulit kita terima secara akal pikiran kita. Bisa jadi masa depan kita terasa gelap dan tidak menentu. Paulus sendiri pun bergumul dengan hal ini. Dalam pengalaman hidupnya, ia adalah orang yang tidak pernah lelah untuk mencoba memahami tentang Tuhan, tentang segala hikmat dan keputusan-Nya. Namun, tetap saja ada banyak hal yang melampaui akal pikirannya. Ada batas yang tidak bisa dilampaui untuk ia bisa memahami segala sesuatunya. Sampai di titik itu, ia belajar untuk menerimanya. Di titik itulah, ia paham betul bahwa Tuhan itu sungguh jauh lebih besar dan melampaui apa yang bisa ia pikirkan tentang-Nya. Di titik itulah, yang tetap tinggal dalam dirinya adalah iman dan percaya. Allah yang memang jauh lebih besar dari apa yang bisa kita bayangkan atau pikirkan, tidak bisa kita tangkap dengan seluruh pikiran kita yang terbatas ini. Namun, biarlah dengan seluruh hati kita, kita tetap percaya akan cinta-Nya yang senantiasa menyelenggarkan kehidupan untuk kita sekarang dan kelak.
Demikian pula sebuah ajakan telah disampaikan kepada kita yang mendengar firmanNya hari ini; apapun yang terjadi dalam kehidupan kita biarlah tujuan hidup kita adalah memuliakan Tuhan dalam segala laku kita. Saat tujuan hidup kita bukan untuk memuliakan Tuhan, maka kita akan salah memandang kehidupan ini dimana kita memuliakan diri kita sendiri, mengagungkan usaha kita dalam mecapai kesuksesan pribadi, memenuhi obsesi diri yang pada akhirnya akan semakin membawa kita merasakan kekosongan sehingga akhirnya tenggelam dalam rasa ketidakpuasan dan tidak bersyukur. Kiranya kita bisa meninggalkan tahun 2022 dengan hati yang bersyukur dan memuliakan Tuhan, sebab kehidupan kita tidak akan berlangsung tanpa kasih setiaNya dan menyongsong tahun yang baru dalam keteguhan hati. Jurgen Moltmann mengemukakan dalam salah satu karyanya: God is the God of hope (Allah adalah Allah harapan), God is the God of Future (Allah adalah Allah masa mendatang). Artinya Tuhan yang tak terselami itu telah merencanakan masa depan kita dan dari sana IA menarik kita datang kepadaNya. Dengan demikian hati kita pun diteguhkan, sebab di masa lalu Tuhan sudah menolong dan memampukan dan dimasa depan, kita dimampukan semakin memahami rancanganNya bagi hidup kita.
Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.Si (Teol)
GBKP Perpulungen Kupang
SENIN 26 DESEMBER 2022, KHOTBAH TITUS 2:11-15
Invocation : Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus (Efesus 2:7)
Bacaan I : Yesaya 63: 7-10 (Antiponal)
Kotbah : Titus 2 : 11-15 (Tunggal)
Tema : Sudah Nyata Kasih Karunia Allah
- Pendahuluan
Natal adalah hari yang penuh kegembiraan, karena Yesus Kristus telah lahir ke dunia. Yesus lahir untuk membawa damai dan mengajarkan kasih kepada sesama manusia, sebab itu Natal menjadi sukacita yang besar. Sudah sepatutnya, momen Natal digunakan untuk merefleksikan diri akan karunia yang nyata dengan lahirnya Yesus ke dunia. Natal bukan cuma ucapan atau posting foto di media sosial. Kita harus menunjukKan arti natal yang sesungguhnya lewat perbuatan. Pakai momen natal untuk menyebarkan kebaikan. Dengan begitu, natal tidak hanya menjadi perayaan sekali setahun, melainkan tindakan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Isi
Kasih karunia Allah sudah nyata, tidak hanya kepada orang Yahudi saja, tetapi dinyatakan kepada semua orang. Anugerah keselamatan itu diberikan kepada semua orang. Anugerah keselamatan tidak membiarkan kita hidup semberono. Anugerah menggerakkan pola hidup kudus. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. Orang fasik bukan orang kafir, tetapi orang fasik adalah orang yang tahu Firman, tahu juga kehendak-Nya tetapi tidak mau melakukan kehendak-Nya, tidak mau menjadi pelaku Firman. Sedangkan Tuhan Yesus berkata “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di surga” (Mat. 7: 21). Yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga itu adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa di Sorga. Walaupun aktif dalam pelayanan, “bernubuat .. mengusir setan ... mengadakan banyak mujijat demi nama-Mu juga” (Mat. 7:22) – tidak menjadi jaminan.
Dampak dari anugerah keselamatan adalah kemenangan atas kuasa dosa. Kita memperoleh kuasa untuk mengalahkan kuasa yang menyeret kita kepada kejahatan. Kristus mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk membebaskan kita dari ikatan dosa serta tidak akan membiarkan kita kembali pada keadaan itu. Kematian Yesus membebaskan kita dari perbudakan Iblis, dipisahkan dari dunia, dan dikhususkan untuk melayani Tuhan dalam kekudusan dan kebenaran. Dengan kasih karunia itu, kita harus mengalami perubahan hidup. Kita harus rajin berbuat baik, artinya sangat bergairah dan tekun melakukannya. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10). Kita diwajibkan beribadah selama hidup di dunia ini. Kesempatan hanya satu kali yaitu selama kita hidup di dunia ini. Rasul Paulus berkata “mempersembahkan tubuhmu ... berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah..” (Rm. 12: 1-2). Ini adalah penyerahan diri secara total tubuh dan jiwa (roh kita milik Tuhan) agar supaya dikuduskan atau dipisahkan dari kejahatan dunia ini “bagi diri-Nya ... umat kepunyaan-Nya”;
Di ayat 15 Paulus mengingatkan Titus untuk: pertama, memberitakan kabar kesukaan tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua orang, bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya untuk memebebaskan kita dari segala kejahatan. Kedua, menasihatkan atau membina orang-orang yang telah dimenangkan untuk membangun karakter kehidupan Kristiani yang baik, yang berbeda dengan dunia ini. Dengan kata lain, sebetulnya Paulus berbicara tentang dua jenis perubahan yaitu menerima kasih karunia Allah yaang menyelamatkan, serta perubahan kehidupan dari kehidupan yang bersifat duniawi menjadi kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.
Melalui bacaan kita di Yesaya 63:7-10 dapat kita lihat betapa besarnya kasih setia Tuhan kepada umatnya. Walaupun bangsa Israel telah memberontak melawan Dia dan sudah tidak setia. Tetapi Allah tetap sama. Ia selalu setia kepada segala janji-Nya. Yesaya menggambarkan sikap Allah terhadap Israel di sepanjang sejarah mereka, 'Kasih' dan "belas kasihan-Nya" tetap tidak berubah terhadap mereka.
3. Aplikasi
Mungkin kitapernah mendengar pertanyaan bernada miring seperti ini: “Enak sekali ya menjadi orang Kristen? Tinggal percaya kepada Yesus kemudian diselamatkan. Boleh seenaknya berbuat apa saja kemudian dosa-dosanya diampuni.” Inilah anggapan sementara orang yang tidak mengerti ajaran kekristenan yang sesungguhnya. Memang benar kekristenan mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan semata. Hal ini berarti tidak ada peran serta atau usaha manusia sedikitpun, semua murni pekerjaan Tuhan. Anugerah diperlukan karena tidak ada cara lain, termasuk perbuatan baik manusia sekalipun, untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Tetapi bukan berarti orang Kristen setelah diampuni dan diselamatkan kemudian boleh berbuat apa saja. Orang yang sudah mendapatkan anugerah Allah akan belajar siapakah Allah, karakter dan kehendak-Nya. Pengenalan akan Allah selanjutnya memberi kita motivasi untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya.
Orang yang menerima keselamatan berarti diubah oleh kasih karunia Tuhan. Kasih karunia yang menyelamatkan itu terjadi melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Maka kasih karunia mendorong penerimanya untuk menyenangkan Tuhan dalam segala sesuatu yang dilakukan. Bukan hanya bicara masalah hidup tak bermoral atau keinginan duniawi yang jahat, bisa saja orang yang tampak baik-baik tidak memiliki tempat bagi Tuhan dalam hidupnya. Maka perubahan hidup yang dimaksud adalah perubahan hingga seseorang menempatkan Tuhan sebagai yang terutama di dalam hidupnya. Konsekuensinya, segala sesuatu yang dapat menggeser tempat Tuhan akan disingkirkan.
Orang Kristen yang sungguh telah mengalami perubahan menolak keegoisan, kesombongan, ketamakan, dan segala kesenangan hidup dalam dosa. Perubahan hidup berarti hidup dalam pengendalian diri, dalam kebenaran, dan dalam kesalehan. Pengharapan akan kedatangan Kristus yang kedua kali juga mendorong orang beriman untuk memiliki sikap siap sedia menyambut kedatangan Dia. Itu menghasilkan buah-buah perbuatan baik. Keselamatan memang seharusnya menghadirkan dampak positif yang mewujud pada aspek-aspek praktis dalam hidup orang yang telah dibebaskan Kristus. Karena memang untuk itulah Kristus mengorbankan diri-Nya. Namun tak cukup sampai di situ. Bicara tentang kasih karunia bukan hanya bicara tentang manfaatnya bagi diri sendiri, melainkan juga bicara tentang memberitakannya kepada orang lain agar mereka pun menikmatinya juga.
Bagaimana hidup kita setelah menerima kasih karunia Tuhan? Adakah yang dikikis dan adakah yang bertumbuh? Tunjukkanlah syukur kita atas kasih karunia yang kita peroleh dengan meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi, belajar hidup bijaksana, adil, serta rajin berbuat baik.