MINGGU 24 JANUARI 2024, 1 KORINTUS 7:17-24
Invocatio :
“Tapi Sekalak -sekalak kita arus mperdiateken temanta manusia janah ngukuri kai si mereken kiniulin man bana gelah aku bage erteguhna kinitekenna” (Roma 15:2)
Ogen :
Mazmur 132:13-18 (Responsoria)
Tema :
Nggeluhken Geluh Bagi Itentuken Tuhan / Menjalani Hidup Sesuai Dengan Kehendak Tuhan
Pengantar
Setiap orang beriman mendapatkan panggilannya sendiri. Tidak ada panggilan yang sama sekalipun yang memanggil adalah sama : Tuhan. Abram dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi umat pilihan-Nya. Dari keturunan-Nya Tuhan akan menghadirkan berkat, dan mereka sendiri juga diberkati Tuhan. Kepada Abram diberikan tanah Kanaan untuk Abram dan keturunannya tinggal dan berkarya. Setiap kita juga dipanggil untuk pekerjaan Tuhan. Masing-masing sesuai talenta dan bidangnya. Paulus mengajak kita untuk menghayati panggilan kita sebagai orang percaya bahwa panggilan kita bukan karena keinginan kita. Panggilan kita oleh karena Tuhan sudah membebaskan kita yang tadinya adalah hamba dosa. Kita dibeli dan telah dilunaskan. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
ISI 1 Korintus 7: 14-24
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, sebuah kota yang terkenal dengan keragaman budaya dan masalah sosial yang kompleks. Problem utama yang dihadapi jemaat Korintus adalah konsep spiritualitas yang salah. Mereka berpikir bahwa hubungan antara suami-istri dapat merusak spiritualitas (ay. 1b), karena itu mereka berusaha saling menjauhi (ay. 2-5), bahkan mengupayakan perceraian (ay. 10-16). Dengan kata lain mereka berusaha mengadakan perubahan status sosial untuk kepentingan spiritual. Mereka menganggap bahwa perubahan status sosial akan berdampak pada keadaan spiritual mereka. Untuk meresponi kesalahpahaman ini Paulus di ayat 17-24 menegaskan bahwa mereka tidak perlu mengupayakan perubahan status. Tiga kali dalam bagian ini ia menasehati agar mereka tetap berada dalam keadaan seperti pada waktu mereka dipanggil (ay. 17, 20, 24). Ia bahkan secara eksplisit menerapkan prinsip ini dalam konteks perkawinan (ay. 26-27). Pengulangan ini sekaligus menjadi inti, bukan hanya untuk ayat 17-24, tetapi seluruh pasal 7. Jemaat Korintus tidak perlu mengupayakan perubahan status dengan harapan bahwa perubahan itu akan mempengaruhi spiritual mereka. Nasehat ini tidak berarti bahwa Paulus melarang semua bentuk perubahan status sosial. Sebelumnya di ayat 9 ia tidak melarang para duda dan janda untuk kawin lagi. Di ayat 21 ia mengizinkan para budak yang mendapat kesempatan menjadi orang bebas untuk menggunakan kesempatan itu. Di ayat 28 ia mengizinkan perkawinan, walaupun ia tetap menganggap hal itu bukan pilihan yang terbaik. Selanjutnya ia mengambil contoh status sosial yang berkaitan dengan etnis. Orang Yahudi tidak perlu mengubah keadaan dirinya yang bersunat, begitu pula orang non-Yahudi tidak perlu menyunatkan diri mereka (ay. 18). Yang dilarang Paulus bukanlah perubahan status sosial itu sendiri, tetapi motivasi di baliknya yang didasarkan pada konsep spiritualitas yang salah.
Bagian selanjutnya dari ayat 17 dimulai dengan kata “sebagaimana kepada tiap-tiap orang Tuhan sudah menentukan” (LAI:TB memilih untuk meletakkan kata perintah “hendaklah tiap-tiap orang hidup” di bagian depan). Peletakan ungkapan “kepada tiap-tiap orang” (ēkastō) di bagian awal kalimat menyiratkan penekanan. Paulus ingin menegaskan bahwa setiap individu adalah unik di mata Tuhan, terlepas dari apa pun status sosial mereka. Paulus sebelumnya pernah menyinggung kaitan antara panggilan Allah dan status sosial jemaat. Allah tetap berkenan memanggil mereka ke dalam pertobatan, terlepas dari etnis mereka (1:24) maupun derajad sosial mereka (1:26). Makna seperti inilah yang ada dalam pikiran Paulus ketika ia menggunakan frase “Allah memanggil” di pasal 7. Melalui frase ini ia ingin mengingatkan jemaat untuk tetap hidup seperti pada waktu mereka dipanggil dalam pertobatan oleh Allah. Panggilan itu menunjukkan bahwa relasi dengan Allah tidak dibatasi oleh status sosial apa pun. Penggunaan tense perfect untuk kata “memanggil” (keklēsen) dalam konteks ini menyiratkan bahwa tindakan tersebut dilakukan di masa lampau tetapi akibatnya masih ada sampai sekarang. Pertobatan harus membawa perubahan tertentu (6:11) yang permanen, tetapi perubahan itu tidak mencakup perubahan status sosial. Karakter kitalah yang perlu diubah supaya lebih berkenan di hadapan Tuhan, bukan status sosial kita. Di ayat 18 dan 19 Paulus lebih lanjut memberikan contoh praktis dari prinsip yang sudah ia ajarkan di ayat 17 dimana ia mengambil contoh tentang sunat. Pada waktu itu orang-orang non-Yahudi memandang sunat sebagai tindakan yang tidak beradab. Di sisi lain, orang-orang non-Yahudi juga mungkin ingin menyunatkan diri mereka, walaupun hal itu secara sosial/kultural membuat mereka dipandang rendah. Ketika Paulus mengatakan “sunat tidak penting” (ay. 19a), Maksud Paulus di sini adalah dalam konteks relasi dengan Allah. Baik orang bersunat maupun tidak bersunat adalah sama-sama orang berdosa (Rm. 3:9-20) dan diselamatkan dengan cara yang sama (Rm. 3:21-23). Jika Allah berkenan memanggil orang Yahudi dan Yunani, maka hal itu berarti bahwa sunat atau tidak bersunat bukanlah hal yang menentukan dalam kerohanian. Yang paling penting adalah menaati hukum-hukum Allah (ay. 19b) yaitu kehendak Allah yang harus dilakukan oleh orang percaya.
OGEN : Mazmur 132: 13-18
Pemazmur mengajak pembaca melihat Daud yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Ayat 3-5 tentang Daud bernazar kepada Tuhan agar Tabut Tuhan mendapat tempat yang layak. Hal ini bisa mengacu pada 2 hal: (1) Usaha Daud untuk memindahkan Tabut Tuhan dari Kiryat-Yearim ke Yerusalem. Ada kendala dalam perjalanan memindahkan Tabut Tuhan, tapi pada akhirnya ia berhasil memindahkan Tabut Tuhan ke Yerusalem. (2) Usaha Daud membangun Bait Allah bagi Tuhan, tetapi Tuhan tidak mengizinkan Daud untuk membuat Bait Allah, melainkan tugas itu dipercayakan kepada anaknya Salomo. Meskipun Tuhan tidak mengizinkan Daud membangun Bait Allah, Daud mempersiapkan segala sesuatunya untuk Salomo agar Salomo dapat membangun Bait Allah, bahkan Daud menyediakan bahan pembangunan Bait Allah dari kantong pribadinya sendiri. Dari 2 hal ini dapat menjelaskan maksud pemazmur di ayat 1 mengenai “penderitaan Daud.” Kerinduan Daud yang mau mengutamakan Tuhan di atas segalanya membuat Daud diberkati Tuhan secara luar biasa. Dari sini kita bisa melihat bahwa Tuhanlah yang menjadi pusat hidup Daud. Karena itu dalam Ayat 11-18 terlihat bagaimana respons Tuhan terhadap Daud sampai akhirnya Tuhan memilih keturunan Daud untuk menjadi keturunan dari Kristus (ay. 17)
Invocatio Roma 15: 2
Tantangan kekristenan pada waktu itu sedang dalam situasi dan kondisi yang sangat berat. Ancaman kematian karena iman, menjadi realita setiap hari. Maka kekuatan iman, pengharapan dan kasih sangat dibutuhkan bagi semua orang-orang Kristen pada waktu itu. Paulus berpesan kepada jemaat Roma agar mereka saling menguatkan. Ada saat-saat tertentu di antara mereka yang tadinya hidup begitu wajar, kuat, bahagia, tiba-tiba lemah oleh berbagai masalah. Sebaliknya, mereka yang dulu lemah, tak berdaya, tetapi hadir menjadi sosok yang begitu kuat. Dalam hidup iman, Paulus menasihatkan mereka agar mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri. Bahkan Paulus menggunakan kata ‘wajib’ bagi mereka untuk menanggung mereka yang lemah. ‘Wajib’ bukan sekadar berkonotasi ‘paksaan’ tetapi secara positif kita bisa memaknai sebagai bagian dari tanggung jawab orang Kristen: berada bersama mereka yang lemah. Karena itu, Paulus menambahkan nasihatnya agar jemaat Roma tidak mencari kesenangan diri sendiri.
Refleksi
- Pesan Paulus sangat keras kepada jemaat Korintus untuk tetap tinggal dalam keadaan sebagaimana ketika mereka pertama kali dipanggil. Paulus menekankan pentingnya perjalanan keintiman dengan Tuhan yang tecermin pada perubahan perilaku kehidupan sehari-hari sebagai pengikut Kristus. Paulus mengingatkan bahwa anugerah keselamatan yang Kristus nyatakan begitu mahal. Itu terjadi melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Karya anugerah Allah melalui Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus itu hendaknya direspons umat dengan syukur dalam bentuk persembahan diri kepada Allah. Bagi Paulus, perubahan penampilan menjadi lebih ‘Kristen’ adalah perubahan hidup itu sendiri. Bukan sekadar soal sunat atau tidak sunat. Anugerah Allah mesti direspons dengan perubahan dalam cara hidup kita yang mau dituntun oleh Roh Allah. Mari kita belajar untuk menjalani kehidupan sebagai orang Kristen yang sudah ditebus melalui karya penebusan Kristus yang mahal. Tampilan diri kita menunjukkan sikap iman dan percaya kita. Bagaimana orang akan percaya dengan apa yang kita percayai, jika hidup kita tidak seperti apa yang sedang kita imani?
- Fokus hidup orang percaya adalah Tuhan. Bukan dirinya, apalagi kesenangan dan nafsu duniawinya. Lagi pula, dari Tuhanlah segala berkat dan keselamatan sejati kita. Semua hal yang ada di dunia merupakan sarana untuk memuliakan Tuhan, termasuk pernikahan. Menikah demi menghalalkan nafsu badani sebagaimana yang dihidupi orang-orang Korintus tentu bukan tujuan pernikahan kudus yang Tuhan kehendaki. Demikian pula dalam menanggapi setiap situasi. Hendaklah kiranya kita mampu mengendalikan diri supaya hati kita jangan dikendalikan oleh kondisi dunia. Apakah yang menjadi pusat hidup kita hari ini? Apakah gadget, uang, pekerjaan, harta benda ? Apakah menurut kita bagian kehidupan yang Tuhan berikan terasa tidak adil? Firman Tuhan hari ini, ingin mengajarkan bahwa jika kita mengutamakan Tuhan, maka kita akan dapat melihat anugerah Tuhan yang begitu luar biasa atas diri dan hidup kita. Melaluinya kita juga bahkan dimampukan untuk dapat menerima secara positif kehidupan yang kita jalani. Ingatlah, anugerah Tuhan yaitu hidup yang kekal sudah lebih dulu diberikan kepada kita, sehingga kita pun harus mengutamakan Tuhan dalam hidup kita.
- Pada tahun 2010, saat banjir besar melanda Brisbane, Queensland, Australia, seorang teknisi dari kantor berita bernama Armin Gerlach berhasil mengabadikan dalam foto,seekor katak hijau yang menumpang di punggung seekor ular coklat yang berenang melintasi genangan air. Sangat mengherankan, karena biasanya katak menjadi santapan ular. Tetapi ketika bencana menimpa, kedua binatang tersebut mampu mengesampingkan perbedaan di antara keduanya sehingga si kuat memberi diri untuk menyelamatkan si lemah. Sebagai pengikut Kristus, kita diingatkan pada Firman Tuhan yang tertulis dalam Roma 15:2 dimana melalui teks ini kita diajak agar mau meneladan Tuhan Yesus yaitu dengan tidak mencari kesenangan kita, mau memerhatikan yang lain, menanggung kelemahan yang tidak kuat dan mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya. Dengan cara seperti itu, tidak hanya orang lain yang terbangun dan berbahagia, namun juga kita. Melaluinya kita semakin diasah untuk menjadi orang yang semakin berkenan kepada Tuhan.
MINGGU 19 JANUARI 2025, KHOTBAH MAZMUR 24:1-10
Invocatio :
Yeremia 31:35, “Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, — TUHAN semesta alam nama-Nya:”
Ogen :
Wahyu 21:1-8
Kotbah :
Mazmur 24:1-10
Tema :
Tuhanlah Yang Empunya Bumi Serta Segala Isinya.
Pengantar
Jika kita memiliki sesuatu barang yang menjadi favorit maka kita pun akan menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati. Cara menjaga atu merawat tentu berbeda-beda, ada yang saking sukanya dipakai atau dilihat setiap hari namun ada juga yang sebaliknya disimpan dengan sangat baik dan jarang dipergunakan sehingga awet. Kita juga mengenal istilah posesif yang artinya sifat ketika seseorang takut dan khawatir secara berlebihan kehilangan orang yang dicintainya. Saking takutnya, orang yang posesif akan mengontrol aktivitas pasangannya, bahkan melarang pasangannya untuk berteman dengan orang tertentu, dan meras hanya dia yang berhak atas pasangannya. Sikap memiliki yang berlebihan dan cenderung toxic dalam sebuah relasi.
Kepemilikan yang artinya hak untuk menguasai dan menggunakan sesuatu secara eksklusif serta memiliki kekuasaan untuk memanfaatkannya sesuai dengan kehendak pemiliknya. Dalam kekristenan kita percaya bahwa segala sesuatunya adalah kepunyaan Allah karena DIA lah sang Pencipta, kita manusia pun adalah milik Allah dan bisa digunakan dan dimanfaatkan sesuai kehendakNya namun secara Istimewa Allah mengasihi manusia ciptaanNya bahkan ditebusNya.
Isi
Mazmur 24 adalah salah satu mazmur yang dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya. Pandangan ini mematahkan kepercayaan kuno pada masa itu tentang kekuasaan ilah-ilah lain dan keperkasaan manusia. Jika di Kej 1:2 disebutkan bahwa bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menutupi samudera raya (chaos/ kekacauan) maka dalam perikop ini dinyatakan bahwa Tuhanlah yang menjadikan segala sesuatunya menjadi teratur karena DIA lah yang empunya bumi serta segala isinya dan dunia serta yang diam didalamnya (ay 1). Dan Tuhan juga yang mendasarkannya (Karo: ipajekkenNa palasna) diatas lautan dan menegakkannya diatas Sungai (ay 2).
Dalam Kejadian 1:28, manusia diberi mandat untuk mengelola bumi (seluruh ciptaan). Tuhanlah pemilik bumi dan segala isinya, manusia bukanlah pemilik hanaya pengelola. Namun jika melihat situasi kondisi bumi sekarang, manusia merasa sebagai pemilik yang dengan sesuka hati memanfaatkan namun seringkali lupa menjaga, merawat dan melestarikan, karena berprinsip untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya namun orang percaya tidaklah dapat berlaku demikian karena seperti Rasul Paulus tuliskan bahwa orang-orang yang di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17). Jika memahami konteksnya, maka kuasa kebangkitan Kristus tidak hanya melahirbarukan manusia yang berdosa. Tetapi juga memulihkan keadaan ciptaan yang tercemar oleh dosa. Panggilan kita sebagai orang percaya adalah bekerja selaras dengan konsep ciptaan baru itu, yang nantinya akan terwujud secara penuh ketika Kristus datang kedua kalinya (Why. 21:5). Contoh sederhana, seorang pengusaha Kristen tidak akan mau mengeruk keuntungan banyak dari penebangan liar, yang merusak alam, seorang pejabat Kristen tidak akan mengambil keuntungan dengan mengeluarkan izin usaha yang merusak alam, atau menutup mata atas pengusaha jahat yang hendak mengambil keuntungan dengan eksploitasi berlebihan.
Penafsir juga menghubungkan perikop ini dengan 2 Samuel 5-6, saat Daud baru saja dinobatkan sebagai raja atas Israel dan memukul kalah orang Filistin. Tabut Tuhan sebagai lambang kehadiran Allah diarak naik ke Yerusalem. Tidak ada kemuliaan yang setara dengan kemuliaan Tuhan. Sebab itu Tuhan disebut sebagai Raja kemuliaan karena bagi Daud kemenangan yang diraihnya bukan karena kuasa dan kekuatannya, melainkan Tuhan yang telah menyertainya. Kepala yang tertunduk akan diangkat untuk menyaksikan Raja Kemuliaan masuk melalui pintu gerbang Yerusalem. Sebuah sambutan yang gegap gempita penuh sorak- sorai kemenangan karena bangsa yang tertunduk oleh musuh kini sedang merayakan kemenangan oleh karena Raja Kemuliaan telah kembali dalam kejayaan dan keperkasaan-Nya. Pernyataan bahwa Tuhan adalah Raja Kemuliaan menjadi penekanan dalam mazmur ini karena dinyatakan sampai 5 kali (7-10). Dan orang yang dapat menerima berkat Raja Mulia adalah orang yang bersih, murni, dan yang mencari wajah Allah (ay 4-6).
Secara teologis, mazmur ini dapat ditafsirkan sebagai nubuat tentang penyambutan terhadap Kristus sebagai Raja Kemuliaan ketika Ia datang untuk yang kedua kalinya nanti. Kristus akan berjalan masuk melalui pintu-pintu gerbang yang sudah berabad-abad menantikan-Nya. Ia akan disambut dengan meriah oleh umat-Nya yang dengan setia menantikan-Nya.
Aplikasi
- Minggu Epiphanias kedua, minggu manifestasi/ penampakan jelas Tuhan Yesus Kristus kepada dunia. Dapat kita renungkan Allah tampak dengan jelas didalam segala ciptaanNya dan itu menyadarkan kita sebagai manusia bahwa DIA yang empunya segalanya. Maka bagi DIA lah segala hormat dan puji dan penyembahan, sang Raja Kemuliaan.
- Sebelum memasuki rumah Tuhan, bangsa Israel diingatkan bahwa Tuhanlah yang menciptakan dan berdaulat atas dunia ini. Itu membuat mereka menyiapkan hati dengan benar sebelum masuk hadirat Tuhan. Demikian pula hendaknya melalui mazmur ini kita mengorientasikan seluruh hidup kita untuk hidup dengan cara yang berkenan pada Tuhan.
- “Belajarlah dari tukang parkir, yang tidak merasa memiliki, tetapi dititipi.” Semewah apapun mobil yang diparkirnya, seorang tukang parkir (vallet parking) akan mengembalikan kunci dan mobil kepada pemiliknya. Orang yang merasa dititipi Tuhan pun demikian. Dia tidak akan kecewa berlebihan ketika apa yang dimilikinya di dunia ini suatu saat hilang. Entah karena musibah, kejahatan, atau kematian. Serta, dia juga akan menggunakan apa yang dimilikinya di dunia ini sesuai dengan kehendak Pemilik sesungguhnya, yaitu Tuhan.
- Kerusakan memang telah terjadi dan butuh bertahun-tahun untuk memperbaikinya, itupun jika seluruh manusia (bangsa dan negara) di bumi ini mau bersatu secara kompak untuk mulai melakukan hal itu. Tetapi ingatlah bahwa meski kita hanya sebagian yang sangat kecil dari komunitas dunia, namun kita tetap bisa mulai melakukan sesuatu. Mungkin dari halaman kita, dari lingkungan kita, dan biarlah itu menjadi awal dari sebuah pergerakan kepedulian lingkungan yang akan terus membesar. Salah satu panggilan Tuhan yang penting adalah untuk menguasai dan menaklukkan bumi beserta isinya, menjaga kelestarian dan keindahannya agar bisa dinikmati oleh anak cucu kita kelak. We can make a change!
MINGGU 12 JANUARI 2025, KHOTBAH MARKUS 9:2-12
Invocatio :
“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji” (Masmur 48:2)
Ogen :
Jesaya 43:1-5
Tema :
ANAK MANUSIA SI ISURUH DIBATA
Pengantar
Minggu ini kembali kita memasuki Minggu Epifani, di mana Tuhan menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus. Dalam Minggu Epifani yang pertama ini kembali kita diingatkan untuk senantiasa menyambut kehadiran Yesus Kristus. Bukan hanya menyambut, tetapi kita juga diingatkan untuk lebih lagi mengenal Kristus, agar benar-benar mengetahui kehendakNya dalam hidup kita.
Penjelasan Bahan Alkitab
Bahan khotbah pada kesempatan ini menceritakan suatu peristiwa yang menakjubkan bagi murid-murid yang mengikuti Yesus, yaitu Yesus dimuliakan di atas gunung. Gunung dalam perikop ini tidak diceritakan di mana lokasinya. Gunung tinggi dalam tradisi Alkitab identik dengan tempat khusus di mana Allah menyatakan diriNya (Kej. 19; 24; 33-34; 1 Raj. 19; Mat. 4:8; 5:1; 28:6). Dalam konteks ini juga invocatio menceritakan tentang gunung Sion sebagai kota Allah, yang penuh dengan kekudusan dan kegirangan. Enam hari kemudian (setelah Yesus menceritakan tentang penderitaanNya kepada murid-muridNya), Dia mengajak Pertus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Dalam kisah yang sama, Luk. 9:28, diceritakan Yesus mengajak murid-muridNya ke atas gunung untuk berdoa. Kisah dalam Injil Lukas melengkapi keterangan bahwa gunung, dengan suasana yang sunyi, adalah tempat di mana Yesus dan murid-muridNya menenangkan diri untuk berdoa.
Setelah itu dikisahkan jubah yang digunakan Yesus secara tiba-tiba berubah menjadi sangat putih berkilauan. Markus menambahkan keterangan bahwa jubah seperti itu tidak ada di dunia ini. Keterangan tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang tokoh ilahi yang berasal dari sorga. Tidak hanya sampai di situ saja, muncul keajaiban lainnya, yaitu mucul dua tokoh penting dalam cerita Alkitab, yaitu Elia dan Musa. Dikisahkan mereka sedang berbincang-bincang dengan Yesus. Orang Yahudi percaya bahwa Elia dan Musa adalah nabi-nabi yang akan muncul pada zaman akhir (Ul. 18:15; Mal. 31). Dalam perikop ini mereka tampil sebagai wakil Taurat dan para nabi yang memberi kesaksian tentang jalan yang harus ditempuh Mesias. Dari kitab Taurat dan kitab para nabi diketahui bahwa Mesias harus menderita dan mati untuk masuk ke dalam kemuliaan, termasuk penggenapan kebangkitan serta kenaikan Yesus ke sorga. Saking bahagianya, Petrus menawarkan untuk mendirikan tiga pondok. Hadirnya dua tokoh PL, Musa dan Elia menunjukkan konfirmasi atas ke-Tuhanan Kristus.
Konfirmasi lain datang langsung dari langit. Allah Bapa sendiri menyatakan dengan suara yang terdengar oleh manusia: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia” (terj. TB Ed. II). Awan adalah lambang kehadiran Allah, dan suara yang berkata itu adalah suara Allah yang kembali menegaskan tentang ke-Mesias-an Yesus sebagaimana yang pernah diucapkan pada Mrk. 1:11. Perintah agar mendengarkan Yesus adalah penegasan bahwa semua pengajaran Yesus adalah sangat berwibawa dan wajib dipercayai. Yesus adalah Nabi yang harus didengarkan sesuai dengan apa yang pernah dijanjikan Musa dalam Ul. 18:15. Peristiwa adikodrati dan begitu mengagumkan ini tentu tidak akan terlupakan seumur hidup ketiga rasul. Sayangnya sekalipun mereka sudah diyakinkan oleh Allah langsung bahwa Yesus adalah Kristus, Mesias dan Tuhan, tetapi mereka masih tidak mampu memahami bahwa Yesus akan menderita sengsara, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga, sehingga Yesus kembali menekankan mengenai hal itu pada ay. 12. “Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya bagaimanakah dengan yang ada terlulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinaka?
Seluruh peristiwa ajaib dalam perikop ini memperlihatkan bagaimana alur keselamatan yang telah dimulai sejak zaman Taurat dan para nabi, harus digenapi dalam diri Yesus Kristus sebagai Mesias, Anak Allah yang taat menjalankan perintah Allah dengan sempurna.
Bacaan Alkitab yang pertama (ogen) adalah tulisan Nabi Yesaya dalam konteks historis masa pemerintahan raja Yoyakim dari Kerajaan Yehuda. Pada saat itu, bangsa Israel sedang mengalami masa sulit karena mereka telah jatuh ke dalam penyembahan berhala dan melanggar perjanjian dengan Allah. Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan pesan-pesan penghakiman dan pengharapan kepada umatNya. Yesaya 43 mengandung pesan-pesan teologis tentang kasih dan pemulihan Allah terhadap umatNya. Allah berjanji untuk membebaskan umatNya dari perbudakan dan mengampuni dosa-dosa mereka jika mereka bertobat dan kembali kepadaNya. Secara khusus dalam bacaan kita kali ini, kembali ditegaskan oleh Yesaya bahwa Tuhan-lah satu-satunya Juruselamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan mereka. Oleh karena itu jangan takut. Kalimat “jangan takut” dikatakan Nabi Yesaya dua kali dengan tujuan untuk meyakinkan bangsa Israel.
Aplikasi
Pesan Firman Tuhan melalui bacaan kita pada hari ini :
- Jangan meragukan Keilaian Kristus. Sebagaimana ogen menubuatkan bahwa Tuhan di dalam Yesus Kristus satu-satunya Juruslamat yang akan menyelamatkan dan memulihkan umatNya. Perikop Kotbah juga menyatakan baik melalui tokoh besar PL dan Allah sendiri bahwa Kristus Tuhan adalah Mesias, Juruslamat yang datang untuk menebus dosa-dosa manusia. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan Saudara? Apakah masih ada di antara kita yang meragukan keilahian Kristus? Apakah kita sungguh-sungguh percaya, bukan hanya dengan mulut kita, juga kita wujudkan dalam seluruh perjalanan kehidupan kita. Ketika senang dan susah, suka cita dan dukacita datang tetap kita mengandalkan Tuhan. Kalaupun ada ketakutan dan kekuatiran kita mampu mengatasiNya karena pengharapan kepada Kristsus.
- Kemuliaan Tuhan harus terus terpancar dalam kehidupan para pengikutnya. Tahun boleh berganti tetapi kemuliaan Tuhan tetap sama dari dahulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Kemuliaan Tuhan harus dapat kita nyatakan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan yang menyenangkan Tuhan. Sebagaiman Kristus, melalui ketaataatanNya, melalui penderitaanNya Dia masuk dalam kemuliaan. Tidak ada jalan yang instan untuk sampai kepada kemuliaan. Sebagaiman Invocatio : Besarlah Tuhan dan sangat terpuji. Ula erkiteken pengkebet geluhta la terpuji gelar Tuhan.
- Allah yang sama tetap menyatakan diriNya dalam kehidupan kita sampai saat ini. KasihNya tidak pernah lekang oleh waktu, kualitas dan kuantitasnya tidak pernah berubah dalam kehidupan kita. Oleh karena itu tetap lah kita bersyukur. Bagaimanapun keadaan kita saat ini, tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Tema kita pada kesempatan ini mengingatkan kita bahwa tanpa ketaatan di dalam melakukan perintah Allah, maka keselamatan sejati itu tidak akan pernah terwujud. Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan untuk menggenapi keselamatan sejati itu di tengah-tengah dunia ini. Dalam hal ini pun kita harus senantiasa mengucap syukur. Pada kesempatan ini kita diingatkan agar meneladani Yesus di dalam ketaatanNya melakukan perintah Tuhan. Melakukan perintah-perintah Tuhan tentu bukanlah hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, bahkan kita harus mengalami banyak penderitaan sebagai konsekuensi ketaatan melakukan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Namun demikian, bacaan pertama (ogen) memberikan motivasi kepada kita bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya yang setia dan taat.
Sudah lebih dari 10 hari kita menjalani kehidupan di tahun yang baru. Masih ada kurang lebih 350 hari lagi yang akan kita jalani. Tidak satupun dari kita yang mengetahui apa yang akan terjadi di hari-hari ke depan. Mungkin akan ada tantangan, kesulitan, kesedihan, tangis penderitaan. Mungkin juga sebaliknya, akan banyak keberhasilan, sukacita kebahagiaan yang akan kita alami. Keberhasilan kegagalan, kebahagiaan kesedihan, suka duka, tawa tangis, sehat sakit, sudah pasti ada dalam kehidupan kita. Tinggal bagaimana cara kita menjalaninya. Bila kita menjalaninya dengan iman bahwa kasih dan penyertaan Tuhan itu ada, maka kita akan menjalaninya dengan penuh ucapan syukur. Oleh karena itu tetaplah berjalan dengan penuh keyakinan dan pengharapan bahwa kita akan dimampukan Tuhan melalui semua yang harus kita alami di tahun 2025 ini.
Pdt. Larena Sinuhadji